• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendapat izin usaha berdasarkan undang-undang (Tuanakotta, 2015:10). Audit atas semua laporan keuangan yang bertujuan umum di Indonesia dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) kecuali atas organisasi pemerintah tertentu (Agoes, 2012:45). Menurut undang-undang nomer 5 tahun 2011 Bab 1 Pasal 1 adalah seorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagai mana diatur dalam Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 Bab II tentang Akuntan Publik dijelaskan bahwa jenis jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik terdiri dari jasa assurance dan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur di dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Standar profesional pemeriksaan akuntansi yang berlaku di Indonesia telah berkali-kali mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam dunia pengauditan dan profesional akuntan. Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013, Indonesia secara resmi mengadopsi ISA (International Standards

on Auditing) yang telah diterjemahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia

(IAPI) ke dalam bahasa Indonesia dan diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). (Hery, 2016:29).

Kantor Akuntan Publik (KAP) berada di dalam lembaga Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Perkembangan profesi dan organisasi Akuntan Publik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan perekonomian, dunia usaha dan investasi baik asing maupun domestik, pasar modal serta pengaruh global. Berkembangnya suatu perusahaan mengakibatkan berkembangnya profesi Akuntan Publik. Pada saat perusahaan masih kecil laporan keuangan hanya

(2)

2

digunakan oleh pihak internal perusahaan untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangannya. Pada saat kondisi seperti ini kebutuhan akan profesi akuntan publik masih sangat rendah, karena pihak eksternal belum memerlukan informasi yang dihasilkan perusahaan ini. Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan. Tetapi saat perusahaan tersebut menjadi perusahaan besar, kebutuhan akan profesi akuntan publik pun meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan pihak yang independen untuk meningkatkan kepercayaan penggunanya. Dalam hal ini akuntan publik berfungsi sebagai pihak ketiga yang menghubungkan manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan yang berkepentingan.

Kode etik profesi yang digunakan untuk mengatur akuntan publik dalam menjalankan profesinya adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Auditor harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur mengenai tanggung jawab profesi, dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Dalam menilai kewajaran laporan keuangan klien, akuntan publik berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adopsi International Financial

Reporting Standard (IFRS) yang berlaku di Indonesia secara bertahap atau sesuai

dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

Perkembangan dunia usaha di Bandung setiap tahunnya mengalami naik turun. Banyak perusahaan-perusahaan dari berbagai industri yang berdiri di kota Bandung, mulai perusahaan kecil, menengah hingga perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan tersebut akan menghasilkan laporan keuangan baik laporan keuangan yang sederhana untuk perusahaan kecil maupun perusahaan besar, dimana laporan keuangannya yang lebih kompleks karena mengandung informasi yang lebih rinci. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih objek penelitian yaitu Kantor Akuntan Publik di Bandung sebagai unit analisis untuk menguji apakah Pengalaman Kerja, Integritas, Independensi dan Objektivitas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Peneliti menggunakan Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung sebagai objek penelitian karena Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung memiliki jumlah Kantor Akuntan

(3)

3 Publik terbanyak ketiga di Indonesia setelah Jakarta (240 KAP) dan Surabaya (44 KAP). Terdapat 30 KAP di wilayah Bandung yang aktif sesuai data keanggotaan IAPI tahun 2017 (www.iapi.or.id).

Tabel 1.1 Daftar Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia

No Kota Jumlah KAP

1 Jakarta 240 2 Surabaya 44 3 Bandung 30 4 Medan 22 5 Semarang 18 6 Bekasi 13 7 Malang 12 8 Denpasar 11 9 Tangerang Selatan 11 10 Palembang 9 11 Yogyakarta 9 12 Tangerang 8 13 Makasar 7 14 Padang 7 15 Pekan Baru 6 16 Batam 5 17 Bogor 5 18 Depok 5 19 Banda Aceh 4 20 Bandar Lampung 3 21 Banjar Masin 3 22 Bengkulu 3 23 Menado 3 24 Pontianak 3 (Bersambung)

(4)

4 (Sambungan) 25 Sidoarjo 3 26 Surakarta 3 27 Jambi 2 28 Balik Papan 1 29 Cirebon 1 30 Jaya Pura 1 31 Kendari 1 32 Mataram 1 33 Palangkaraya 1 34 Palu 1 35 Pasuruan 1 36 Purwokerto 1 37 Samarinda 1 Sumber: www.iapi.or.id(2018)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Profesi akuntan publik sangat dibutuhkan dalam aktivitas dan kinerja perusahaan dalam memberikan kepercayaan kepada masyarakat. Jasa akuntan publik memberikan penilaian kinerja suatu perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan yang sering digunakan oleh pihak luar perusahaan. Dasar pengambilan keputusan yang diperlukan oleh pihak internal dan eksternal perusahaan adalah laporan keuangan dan informasi atas kinerja perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards Board (FASB), laporan keungan perusahaan harus memiliki dua karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan. Maka dari itu, jasa akuntan publik sangat dibutuhkan untuk memberi jaminan atas laporan keuangan yang relevan agar dapat meningkatkan kepercayaan pihak bersangkutan perusahaan tersebut (Wiratama, 2015). Menurut Sunyoto (2013:1) menyatakan bahwa auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari suatu entitas usaha untuk

(5)

5 mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan audit, maka auditor harus melaksanakan tugas auditnya dengan pedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor baik pelatihan dan kecakapan teknis yang memadai untuk melaksanakan prosedur audit, sedangkan standar pekerjaan lapangan dan pelaporan berkaitan dengan pengumpulan bukti dan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya, auditor harus menyiapkan laporan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk pengungkapan informasi. Auditor bukan hanya semata untuk kepentingan klien, namun juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan, seperti calon investor-investor, kreditor, badan pemerintah, masyarakat dan pihak lain yang terkait untuk menilai dan mengambil keputusan-keputusan strategik yang berhubungan dengan perusahaan. Dalam hal ini akuntan publik bertanggung jawab untuk memberi keyakinan memadai dan opini tentang kewajaran laporan keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut auditor harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas audit sebagai hasil dari pekerjaannya. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat dan memiliki penilaian yang bebas tidak memihak pada manajemen perusahaan atas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah pemberian informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik saat ini semakin meningkat, maka akuntan publik harus memperhatikan kualitas auditnya.

Kasus belakang ini yang terjadi di kota Bandung adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Sugiono Poulus, MBA., yakni berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan Nomor 7040KM.1/2008 tanggal 22 Oktober 2008. Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Sugiono Poulus, MBA., telah dibekukan untuk jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal 16 Oktober 2008 dan berakhir pada tanggal 15 April 2009 akibat melakukan pelanggaran terhadap Standar

(6)

6

Profesional Akuntan Publik (SPAP). Kantor Akuntan Publik (KAP)Drs. Sugiono Poulus, MBA., dapat kembali aktif pada bulan Juni 2009 dengan ketentuan harus memenuhi Standar Auditing (SA) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Tentunya jika hasil laporan audit tersebut menyebabkan masalah seperti masalah perusahaan Raden Motor dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Sugiono Poulus, MBA.,memunculkan keraguan mengenai kualitas audit yang auditor laporkan. Berdasarkan kasus audit tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah sebenarnya auditor tersebut mampu mendeteksi kecurangan-kecurangan dan kelemahan penyajian laporan keuangan klien atau sebenarnya mereka mampu mendeteksinya tetapi tidak mengumumkannya dalam laporan audit. Jika yang terjadi akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, seperti yang terungkap dalam kasus Raden Motor maka inti permasalahannya adalah objektivitas dan independensi.Dan jika akuntan publik tidak mampu mendeteksi temuan audit maka permasalahannya adalah kualitas audit. (Sumber:

(www.hukumonline.com). Retrieved from Pengumuman Data Ulang Advokad

Perhimpunan Advokad Indonesia (PERADI) http://m.hukumonline.

com/berita/baca/hol22617/menkeu-aktifkan-kembali-izin-ap-dan-kap)

Selain fenomena diatas, terdapat fenomena kasus yang terjadi 2017 adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak mendapatkan sanksi Pembekuan Izin Akuntan Publik Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KM.1/2017 karena belum sepenuhnya mematuhi peraturan perundang-undangan tentang Akuntan Publik dalam hal ini tidak diperoleh kertas kerja atau Laporan Auditor Independen (LAI) yang diterbitkan untuk klien PDAM Tirta Galuh Kabupaten Ciamis tahun buku 2013 dan PDAM Tirta Anom Kota Banjar tahun buku 2013. Sanksi pembekuan izin Akuntan Publik Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 868/KM.1/2016 tanggal 31 Agustus 2016 dengan Nomor Regristasi AP.0215 untuk jangka waktu 6 (enam) bulan. Kantor Akutan Publik Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata dan rekan juga melakukan pelanggaran

(7)

7 terhadap standar audit dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT. Dana Pensiun Pos Indonesia (Danpenpos) untuk tahun buku 31 Desember 2007 yang berpotensi cukup signifikan terhadap laporan auditor independen dan PT. Jasa Sarana selama jangka waktu 4 tahun berturut-turut dari tahun buku 2004-2007. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: KEP-44/KM.6/200 Akuntan Publik Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak dibekukan untuk jangka waktu 6 (enam) bulan. Alasan peneliti memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung karena kasus Kantor Akutan Publik Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata melakukan pelanggaran tidak hanya satu kali, tetapi pada tahun 2007 Kantor Akutan Publik Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata juga melakukan pelanggaran. Kemudian pada tahun 2013 Kantor Akutan Publik Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata kembali melakukan pelanggaran yang sama. Hal tersebut merupakan alasan peneliti memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung. Terdapat kasus lain di Kantor Akuntan Publik di Jakarta seperti kasus KAP Jamaludin yang melakukan pelanggaran karena belum sepenuhnya mematuhi standar audit dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan PT. BUMI CITRA PERMAI pada tahun 2013, namun kasus pelanggaran yang dilakukan oleh KAP Jamaludin hanya terjadi pada tahun tersebut.

Menurut Kurnia (2014:482) kualitas audit adalah kemungkinan dimana seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terdapat di dalam sistem akuntansi kliennya. Indikator kualitas audit yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit dengan standar audit dan kualitas laporan hasil audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Sugiono Poulus, MBA., dibekukan karena melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Sugiono Poulus, MBA., juga memunculkan keraguan mengenai laporan audit. Selain itu, juga terdapat kasus Kantor Akuntan Publik (KAP) Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak juga dibekukan karena belum mematuhi perundang-undangan mengenai kualitas audit sehingga tidak diperoleh kertas kerja atau Laporan Auditor Independen (LAI) yang diterbitkan untuk klien dan juga melakukan pelanggaran terhadap standar audit dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan PT Dana Pensiun Pos Indonesia

(8)

8

(Danpenpos). Fenomena kasus tersebut dapat dikaitkan dengan kualitas audit yang dihasilkan oleh Kantor Akutan Publik (KAP) Sugiono Poulus, MBA dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Akkurang maksimal. Kantor Akuntan Publik tersebut tidak mematuhi Standar Audit yang berlaku sehingga kedua Kantor Akuntan Publik tersebut dibekukan perizinannya, jika Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut sudah mematuhi Standar Audit maka Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak akan dikenakan sanksi dan dibekukan izinnya. Kantor Akuntan Publik (KAP) Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Ak juga tidak menerbitkan Laporan Audit Independen (LAI) sehingga Kantor Akuntan Publik tersebut dibekukan, apabila kualitas audit yang dihasilkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) ini tinggi maka Kantor Akuntan Publik (KAP) tentunya akan menerbitkan Laporan Audit Independen (LAI) untuk kliennya yaitu

PDAM Tirta Galuh dan PDAM Tirta Anom. (Sumber:

(www.pppk.kemenkeu.go.id). Retrieved from Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK):http://www.pppk.kemenkeu.go.id/Sanksi/GetPdfFile?fileName=Sanksi%2 0Suhardjadinata%20sudah20%dicap.pdf [ 28 februari 2018].)

Menurut Herawaty (2013) pengalaman kerja merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas audit. Keahlian tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhinya, seperti pengalaman. Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, dalam hal ini adalah kualitas auditnya. Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki seorang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru memulai kariernya. Auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun

(9)

9 secara psikis. Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Sugiono Poulus, MBA., terdaftar pada tahun 2000 dapat dilihat dari tahun berdirinya Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut seharusnya sudah memiliki pengalaman yang cukup dan seharusnya sudah mengetahui Standar Audit yang berlaku. Sama halnya dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) Dr. H. E. Ristandi Suhardjadinata, M.M., Akyang terdaftar pada tahun 2011. Dilihat dari fenomena kasus yang dijabarkan dalam latar belakang pengalaman kerja yang dimiliki kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut sudah cukup memadahi mengingat tahun berdirinya kedua Kantor Akuntan Publik (KAP), akan tetapi kualitas yang dihasilkan kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) kurang maksimal.

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit.Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Seorang auditor harus memilik integritas yang baik agar kualitas yang dihasilkan baik. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah kejujuran auditor, keberanian auditor, sikap bijaksana, dan tanggung jawab auditor. Dapat dilihat dari fenomena yang telah dijabarkan penulis, kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut tidak menerapkan kode etik yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) terkait integritas tersebut sehingga kualitas audit yang dihasilkan tidak maksimal.

Mulyadi (2014:26) menjelaskan bahwa independensi adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan yaitu penyusunan program, pelaksanaan pekerjaan, dan pelaporan. Seorang auditor dapat dikatakan Independen apabila kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapat. Dari kasus yang telah dijabarkan dalam latar belakang kasus yang terjadi pada kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak

(10)

10

menunjukkan adanya sikap independensi dalam diri Akuntan Publik tersebut sehingga kedua Akuntan Publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap standar audit. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar klien atas jasa tersebut, sehingga banyak KAP yang tergiur untuk memuaskan kliennya dengan cara memihak klien. Untuk mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien, tidak heran jika kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) memilih untuk tidak menjalankan standar audit yang berlaku dalam pelaksaan auditnya dan tidak melaporkan pelanggaran yang mungkin terjadi. Akan tetapi kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut malah melakukan pelanggaran mengenai Standar Audit dan melakukan keraguan dalam laporan audit sehingga kualitas yang dihasilkan tidak maksimal.

Objektivitas merupakan salah satu ciri yang membedakan profesi akuntan dengan profesi lain. Prinsip objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor (akuntan publik) untuk tidak memihak, jujur secara intlektual, dan bebas dari konflik kepentingan (2016:5). Indikator yang digunakan dalam variabel objektivitas yaitu benturan kepentingan dan pengungkapan kondisi. Dalam menjalankan tugasnya anggota Kantor Akuntan Publik (KAP) harus mempertahankan objektivitas dan integritas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan

(mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain. Seksi 120

mengharuskan prinsip objektivitas memiliki praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan fenomena yang telah dijabarkan dalam latar belakang, Seharusnya, tingkat objektivitas yang dimiliki kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut semakin tinggi dan kualitas yang dihasilkan semakin baik. Namun kenyataannya kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut tidak menjalankan prinsip objektivitas karena tidak menyampaikan laporan hasil sesuai

(11)

11 dengan bukti yang ada. Sehingga kualitas yang dihasilkan kedua Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut rendah.

Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai pengalaman kerja seperti penelitian yang dilakukan oleh Rahardja (2014) yang menyebutkan bahwa pengalaman kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas audit. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nirmala dan Cahyonowati (2013) yang menyebutkan bahwa pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Futri dan Juliarsya (2014) menyebutkan bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan Cahyono, Wijaya dan Domai (2015) menunjukkan bahwa integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Carolita dan Rahardjo (2012) menyatakan bahwa integritas mempunyai pengaruh yang signifikan6 terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2012) integritas secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan Nirmala dan Cahyonowati (2013) menyebutkan bahwa Independensi berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cahyono, Wijaya dan Domai (2015) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Namun penelitian yang dilakukan Carolita dan Rahardjo (2012) menyatakan bahwa independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan Carolita dan Rahardjo (2012) menyatakan bahwa Objektivitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono, Wijaya dan Domai (2015) menyatakan bahwa objektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Sosilo dan Widyastuti (2015) objektivitas tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Penelitian terkait hubungan Pengalaman Kerja, Integritas, Independensi dan Objektivitas terhadap Kualitas Audit ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Nirmala dan Cahyonowati (2013) yang berjudul Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care, Akuntabilitas, Kompleksitas

(12)

12

Audit dan Time Budget Pressure terhadap Kualitas Audit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada pembahasan variabelnya.

Karena adanya Inkonsistensi pada penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Auditor Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung”.

1.3 Perumusan Masalah

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan(probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan audit, dimana dalam melaksanakan tugas tersebut auditor berpedoman pada standar audit dan kode etik akuntan yang relevan. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit, pengalaman kerja ditunjukkan dengan jam terbang dalam melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya.

Pengalaman kerja akan mempengaruhi kualitas auditnya, mereka menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor maka semakin banyak menghasilkan dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Profesi auditor harus bersifat independen dalam melayani kepentingan publik, sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa, aset utama yang harus dimiliki oleh sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah tenaga kerja profesional agar dapat bertanggung jawab pada publik, para auditor harus berupaya untuk meningkatkan kemampuan atau kerja dalam menjalankan profesinya.

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang ternyata auditor yang memiliki pengalaman yang banyak tidak menjamin memiliki kualitas yang baik dalam mengaudit laporan keuangannya. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Namun kenyataannya banyak akuntan publik yang terlibat dalam skandal keuangan dan tidak memperhatikan kualitas auditnya. Auditor

(13)

13 yang independensi adalah yang tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak siapapun dan berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi juga kepada pihak lain pemakai laporan keuangan yang mempercayai hasil pekerjaanya. Independensi berarti sikap mental yang tidak mudah dipengaruhi. Sebagai seorang Akuntan Publik tidak dibenarkan untuk terpengaruh oleh kepentingan siapapun baik manajemen maupun pemilik perusahaan dalam menjalankan tugasnya. Objektivitas sangat diperlukan bagi seorang akuntan untuk mengambil langkah agar tindakan yang diambil tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bisa serta bebas dari konflik kepentingan atau bearada dibawah pengaruh pihak lain.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah pokok yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengalaman kerja, integritas, independensi, objektivitas dan kualitas audit pada auditor Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung?

2. Apakah pengalaman kerja, integritas, independensi, objektivitas berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit?

3. Apakah pengalaman kerja berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit?

4. Apakah integritas berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit? 5. Apakah independensi berpengaruh secara parsial terhadap kualitas

audit?

6. Apakah objektivitas berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

(14)

14

1. Untuk mengetahui bagaimana pengalaman kerja, integritas, independensi, objektivitas dan kualitas audit pada auditor Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui pengalaman kerja, integritas, independensi, objektivitas berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik wilayah kota Bandung.

3. Untuk mengetahui pengalaman kerja berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung. 4. Untuk mengetahui integritas berpengaruh secara parsial terhadap

kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

5. Untuk mengetahui independensi berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

6. Untuk mengetahui objektivitas berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

1.6 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

1.6.1 Aspek Teoritis

1. Bagi pihak akademis

Penelitian ini dapat memberikan pandangan mengenai pengalaman kerja, integritas, independensi dan objektivitas terhadap kualitas audit pada auditor di Kantor Akuntan Publik Wilayah Bandung.

2. Bagi pihak peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kajian dibidang auditing dalam materi perkuliahan. Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel lain di bidang audit.

(15)

15 1.6.2 Aspek Praktis

Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Memberikan tambahan informasi terhadap auditor untuk meningkatkan kualitas kerjanya dan dapat digunakan sebagaimasukan bagi pimpinan Kantor Akuntan Publik dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kinerja.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Kantor Akuntan Publik di Bandung yang terdaftar di website Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) di Bandung sesuai data terakhir tahun 2017 dipilih menjadi objek penelitian dengan jumlah 30 KAP.

1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner hingga pengambilan kuesioner dilakukan bulan April s.d. bulan Mei 2018. Periode ini dilakukan selama satu bulan.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Untuk memberikan gambaran tentang materi yang akan di bahas dalam penulisan sekripsi ini, perlu juga dibuat sistematika penulisannya, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai gambaran objek penelitian, latar belakang penelitian yang berisi mengenai fenomena yang diangkat oleh peneliti menjadi isu penting yang layak untuk diteliti, menjadi isu penting yang layak untuk diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian seacara teoritis dan praktis dan terakhir adalah mengenai sistematika tugas akhir yang menjelaskan secara ringkas dan jelas isi dari masing-masing setiap bab.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan penjelasan mengenai tinjauan pustaka yang dijadikan dasar penelitian terlebih dahulu oleh peneliti, penelitian

(16)

16

terdahulu yang dijadikan acuan penelitian oleh peneliti, serta kerangka teoritis yang membahas pola pikir yang menggambarakan masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian. Bab ini diakhiri dengan penjelasan ruang lingkup penelitian yang menjelaskan secara rinci batasan dan cakupan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjelaskan masalah penelitian yang menguraikan tentang jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas dan teknik analisis data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisikan tentang langkah-langkah analisis data dan hasil analisis data yang telah diperoleh menggunakan alat analisis yang diperlukan serta pembahasan atas hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir ini berisikan mengenai kesimpulan peneliti yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, yang juga disertakan saran yang berguna bagi peniliti selanjutnya.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku prososial remaja sehingga apabila orang tua

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar