• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dikarena industri tembakau mempunyai multiplier effect yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dikarena industri tembakau mempunyai multiplier effect yang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Industri pengolahan tembakau mampu dalam menggerakkan ekonomi di Indonesia, hal ini dikarena industri tembakau mempunyai multiplier effect yang sangat luas, seperti menumbuhkan industri jasa terkait, penyediaan lapangan usaha, dan penyerapan tenaga kerja. Namun pada tahun 2015, sebanyak 205 perusahaan rokok di Pamekasan, Madura, mengalami gulung tikar, akibat harga cukai rokok yang ditetapkan pemerintah terlalu mahal. ”Ini terjadi karena aturan tentang pendirian pabrik rokok terlalu ketat dan harga cukai yang ditetapkan pemerintah terlalu tinggi,” beliau menjelaskan.

Dari penerimaan cukai Februari 2014 sebesar Rp 12,9 triliun, 98 persen disumbang oleh hasil tembakau. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heri Pambudi menyatakan realisasi penerimaan cukai 2015 adalah Rp144,6 triliun atau setara dengan 99,2 persen dari target Rp145,7 triliun. Koordinator Koalisi Nasional Masyarakat Sipil untuk Pengendalian Tembakau Ifdhal Kasim mengatakan bahwa penerimaan cukai dari rokok dari tahun ke tahun memang selalu meningkat, bahkan melebihi target. "Namun, menganggap hal tersebut sebagai sumbangan industri rokok merupakan sebuah kesesatan berpikir pimpinan negara ini," katanya. Hal ini dikarenakan perusahaan rokok harus berjuang keras untuk dapat memenuhi tarif cukai tersebut.

(2)

2

Pemerintah pun telah menetapkan target pendapatan cukai hasil tembakau (CHT) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 sebesar Rp 142,7 triliun atau naik 2,58% dari target penerimaan cukai rokok dalam APBN-P 2015 sebesar Rp 139,81 triliun.

Selain pendapatan cukai yang memberatkan bagi perusahaan rokok tiap tahunnya, tariff cukai juga membuat PT Handjaya Mandala Sampoerna sebagai salah satu produsen rokok SKT juga mengalami tekanan yang cukup kuat pada 2013. Terjadi penurunan penjualan akibat perubahan preferensi konsumen dewasa. Secara faktual, pangsa pasar SKT Sampoerna melorot 2,9 %, dimana pada tahun 2012 sebesar 11,2% turun menjadi 8,3% pada tahun 2013.

Berikut adalah return saham yang diperoleh perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014:

(3)

3 Grafik 1.1

Return saham yang diperoleh perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014

Sumber: olahan peneliti 2015

Jika dilihat dari grafik di atas dapat dilihat bahwa walaupun pemerintah telah menetapkan tarif cukai yang tinggi, beberapa perusahaan rokok bangkrut, dan pangsa pasar menurun investor tetap mau menginvestasikan dananya di perusahaan rokok, karena return yang diperoleh investor pada tahun 2014 meningkat. Dapat dilihat walaupun pada tahun 2011 hingga 2013 return saham mengalami penurunan namun pada tahun 2014 return saham meningkat.

(4)

4 Tabel 1.1

Return saham yang diperoleh perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014 No Perusahaan 2011 2012 2013 2014 1. PT. Gudang Garam Tbk 69,27% -7,97% -23,98%% 46,43% 2. PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk 59,80% 56,92% 9,85% 13,23% 3. PT. Bentoel Internasional Investama Tbk 16,57% -23,29% 2,76% -4,21%

Sumber: olahan peneliti tahun 2015

Pada tabel di atas jika dilihat dari permasalahan perusahaan, penurunan return saham pada tahun 2012 hingga 2013 PT. Gudang Garam disebabkan karena penurunan laba, laba yang dapat diatribusikan PT. Gudang Garam Tbk hanya sebesar 20,84%, dimana berdasarkan laporan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) disebutkan, turunnya laba tersebut karena naiknya beban pokok penjualan PT. Gudang Garam Tbk, kenaikan beban pokok penjualan juga disebabkan karena tarif cukai yang dibebankan perusahaan rokok. Penurunan return saham pada tahun 2012 hingga 2013 PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk disebabkan penurunan pangsa pasar segmen SKT hingga 23,1% di tahun 2013, sehingga 7 perusahaan PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk harus ditutup. Penurunan return saham PT. Bentoel Internasional Investama Tbk tahun 2014 disebabkan karena rugi bersih PT. Bentoel Internasional Investama Tbk sebesar Rp 2,28 triliun, dimana pemerintah pada tahun 2013 mencabut subsidi bahan bakar

(5)

5

minyak sehingga daya beli konsumen menurun, dan ekonomi melambat untuk menaikkan harga jual rokok.

Sedangkan peningkatan return saham PT. Gudang Garam Tbk tahun 2014 disebabkan oleh laba bersih PT. Gudang Garam Tbk Rp 5,36 triliun tumbuh 24% dibandingkan laba tahun sebelumnya Rp 4,32 triliun, harga saham PT. Gudang Garam pun naik 825 poin (1,67%) ke level Rp 50.325 per lembar, dimana sahamnya sudah diperdagangkan 1.697 kali dengan volume 6.762 lot senilai Rp 34 miliar. Peningkatan return saham PT. Handjaya Sampoerna Mandala Tbk disebabkan laba bersih mengalami peningkatan menjadi Rp 5,03 triliun naik sekitar 7,9% dari tahun sebelumnya.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi return dari suatu investasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal dari suatu perusahaan. Faktor internal merupakan kualitas manajemen, struktur modal, dan struktur hutang yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang tidak mampu dikendalikan oleh perusahaan, seperti inflasi dan naiknya kurs mata uang asing.

Investor pun dalam meginvestasikan dananya harus dapat melihat perusahaan yang mampu memaksimalkan return saham, sehingga investor harus menghitung nilai intrinsik perusahaan. Analisis fundamental sering dilakukan oleh investor dalam menghitung nilai tersebut dengan menggunakan data keuangan milik perusahaan.

Menurut Tatang Arry Gumanti (2011:309) Analisis fundamental sendiri diartikan sebagai suatu metode penelitian sekuritas yang melibatkan operasi

(6)

6

dan keuangan perusahaan, khususnya penjualan, laba, potensi pertumbuhan, asset, utang, manajemen, produk, dan persaingan.

Menurut Desmond Wira (2015:153) analisis fundamental memiliki beberapa pendekatan dalam menganalisis yaitu menganalisis dari skala yang paling luas, kemudian ke sektor industri, lalu mengerucut ke kondisi keuangan perusahaan itu sendiri. Dalam analisis keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan tersebut. Untuk memudahkan penilaian laporan keuangan dalam analisis fundamental digunakanlah rasio keuangan, dimana fungsi dari rasio keuangan sendiri adalah untuk mengetahui kesehatan keuangan bank secara cepat agar memberikan kepercayaan kepada investor untuk berinvestasi untuk mendapatkan return saham yang maksimal dengan tingkat resiko tertentu. Analisis rasio yang biasa digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio penilaian pasar.

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Pada penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan penulis adalah current ratio (CR) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan, dimana semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan dan membayar hutang jangka pendeknya akan mempengaruhi return saham yang semakin tinggi.

Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mngukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Pada penelitian ini rasio solvabilitas yang digunakan oleh penulis adalah Debt to Equity Ratio (DER) yaitu

(7)

7

menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang, dimana jika perusahaan lebih banyak menggunakan hutang untuk permodalannya maka investor tidak mau berinvestasi karena semakin besar Debt to Equity Ratio maka resiko perusahaan pun akan semakin meningkat yang mengakibatkan return saham menurun. Dan yang kedua rasio yang digunakan adalah Debt to asset ratio (DAR) yaitu rasio untuk membandingkan total utang dengan total aktiva. Semakin besar Debt to asset ratio menandakan bahwa struktur modal usaha lebih banyak menggunakan hutang yang mengakibatkan resiko semakin meningkat, dan return yang diperoleh investor pun akan menurun.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan, dimana hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan penulis adalah pertama Gross Profit Margin (GPM) yaitu rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien, dimana semakin besar laba kotor perusahaan akan meningkatkan return perusahaan tersebut karena perusahaan mampu mengendalikan harga pokok produksinya.

Kedua Price Earning Ratio (PER) yaitu membandingkan antara harga saham (informasi yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang

(8)

8

diperoleh pemilik perusahaan (informasi yang disajikan dalam laporan keuangan) yang akan mempengaruhi return saham perusahaan.

Sedangkan return saham sendiri menurut Tatang Ary Gumanti (2011:53) merupakan tingkat pengembalian investasi yang diartikan sebagai pemilikan (pembelian) suatu aset. Untuk mengetahui rate of return hal yang harus diketahui adalah nilai awal investasi dan pendapatan dari investasi bersih dari nilai awal investasi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependennya adalah return saham sedangkan yang menjadi variabel independennya adalah Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Gross Profit Margin (GPM), dan Price Earning Ratio (PER).

Dari penjabaran di atas diketahui bahwa return saham pada perusahaan rokok mengalami fluktuasi, investor harus mampu melihat perusahaan yang dapat memberikan return yang maksimal dengan tingkat resiko seminimal mungkin, meskipun return naik di tahun 2014 namun penurunan return terjadi pada tahun 2012 dan 2013 karena hal tersebut. Penulis ingin mengetahui bahwa apakah faktor fundamental mempengaruhi investor untuk dapat memberikan keputusan yang tepat dalam membeli atau menjual saham suatu perusahaan untuk memaksimalkan return dengan tingkat resiko tertentu, mengingat pemerintah masih menetapkan tarif cukai yang tinggi dan pangsa pasar rokok sedikit mengalami penurunan, sehingga dapat memungkinkan return kembali menurun di tahun-tahun selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti tertarik untuk menelitinya dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Perusahaan Rokok Yang Listing di BEI Periode 2011-2014”.

(9)

9 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Gross Profit Margin (GPM), Price Earning Ratio (PER), dan return saham pada perusahaan rokok yang listing di BEI periode 2011-2014?

2. Bagaimana pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Gross Profit Margin (GPM), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham pada perusahaan rokok yang listing di BEI periode 2011-2014 secara parsial?

3. Bagaimana pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Gross Profit Margin (GPM) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham pada perusahaan rokok yang listing di BEI periode 2011-2014 secara simultan?

1.3 Maksud Dan Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi maksud dan tujuan peneliti sendiri adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Gross Profit Margin (GPM), Price Earning Ratio (PER) dan return saham pada perusahaan rokok yang listing di BEI periode 2011-2014.

(10)

10

2. Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Gross Profit Margin (GPM), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham pada perusahaan rokok yang listing di BEI periode 2011-2014 secara parsial.

3. Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Gross Profit Margin (GPM), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham pada perusahaan rokok yang listing di BEI periode 2011-2014 secara simultan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.:

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang baik bagi pihak manajemennya sehingga dapat mempertahankan dan memperbaiki perusahaan dalam menentukan kebijakan dalam perusahaan dilihat dari sisi laporan keuangan perusahaan itu sendiri. Dan diharapkan dapat memberi informasi dan masukan bagi perusahaan dalam menerbitkan dan menjual saham perusahaannya.

2. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi investor dalam melakukan investasi agar dapat memperoleh return yang maksimal dengan resiko yang seminimal mungkin.

(11)

11 3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih jauh. Dan memberikan wawasan teoritis sebagai hasil penelitian tentang analisis fundamental terhadap return saham. 4. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan penulis pada bidang keuangan, khususnya dalam analisis fundamental.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Moh.Nazir (2014:43) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan merupakan data yang bersifat kuantitatif.

1.6 Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini penulis mengambil sampel perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Data diperoleh dari Bursa

(12)

12

Efek Indonesia Jl. Veteran No. 10 Bandung dan data idx. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2015 hingga selesai.

Referensi

Dokumen terkait

mendapatkan nilai tertinggi dapat dilihat pada hasil ketersediaan tenaga pelaksana dengan nilai 230 kategori “A”, untuk urutan kedua pada hasil kerja dengan nilai 210 kategori

Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa laju tumbuh daun sejak embrio dalam biji kacang merah Phaseolus vulgaris, samapai mencapai

Keadaan ini menunjukkan bahwa alat penukar kalor tipe shell and tube yang dianalisa wajib dibersihkan karena memiliki kualitas yang kurang baik, dimana nilai

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada lampiran 10, bahwa rasio keuangan yang terdiri dari variabel ROI (X1), ROE (X2), NPM (X3), EPS (X4) dan PER

Pengembangan tebal berbanding lurus dengan daya serap air karena setiap penambahan komposisi perekat akan terjadi penurunan nilai pengembangan tebal, seperti

Hasil analisis data dari data-data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kepercayaan diri dan minat membeli barang – barang

Untuk menguji kemampuan memecahkan masalah dan sikap percaya diri pada materi perkalian kelas III SDN Ngadirejo 01 yang menggunakan pendekatan RME dengan media prezi lebih

Oleh karena itu, penulis akan membahas kebijakan pengelolaan hutan berdasarkan Pasal 3 Ayat (3) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Menhut-II/2012, yang