• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perangkat keras, dari yang memiliki struktur sederhana hingga yang. besar manusia, terlebih di bidang komunikasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perangkat keras, dari yang memiliki struktur sederhana hingga yang. besar manusia, terlebih di bidang komunikasi."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi telah mengantarkan umat manusia ke dalam lingkup kehidupan yang “nyaris sempurna”. Berbagai sarana dan prasarana pendukung aktifitas kehidupan manusia mulai dari perangkat lunak hingga perangkat keras, dari yang memiliki struktur sederhana hingga yang berstruktur rumit telah berhasil diciptakan dan didayagunakan oleh sebagian besar manusia, terlebih di bidang komunikasi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sejak ditemukan, dan perjalanan panjang proses inovasi, alat komunikasi (massa) telah mampu merubah “wajah” dunia. Dengan kecanggihan alat komunikasi, dunia seakan-akan sudah tidak memiliki sekat atau batasan. Segala informasi dari seluruh belahan dunia dapat dinikmati dan diketahui oleh manusia dalam waktu sekejap.

Pemanfaatan kemajuan teknologi tersebut tidak hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan materi (fisik) manusia saja. Kebutuhan immaterial (spiritual) pun telah banyak didapatkan dan disalurkan melalui media massa. Hal ini dapat terlihat dari semakin maraknya program acara yang bernuansa keagamaan yang hampir muncul setiap waktu, baik dalam media massa audio (suara), media massa audio-visual (suara dan gambar), maupun media massa cetak (tulisan atau gambar yang tak bergerak).

(2)

Dalam Islam – sebagaimana telah dicontohkan dalam dakwah Nabi Muhammad SAW – tidak ada batasan strategi, metode ataupun media yang digunakan oleh manusia untuk berdakwah, namun lebih menekankan tentang bagaimana adab dan tata cara berdakwah seperti tersebut dalam salah satu firman Allah,

ا

ُﺩ

ﻉ إِﹶﻟ

ﻰ س

ِﻞ رِﺑ

َِﺑﻴ

ﻚ

ﻤِﺔ

ﹾﻜ

ِﺤ

ب

ِﺍﹾﻟ

ِﺔ

ﹶﻈ

ِﻋ

ﻮ

ﻤ

َﺍﹾﻟ

و

ﻨِﺔ

ﺴ

ﺤ

ﹾﻟ

ا

ﻢ

ﻬ

ﺎِﺩﹾﻟ

ﺟ

و

َ

ب

ِﺘﻰ ﻩِ

ِﺍﱠﻟ

ﻱ

أ

َ

ﺣ

ﺴ

ﻦ اِ

ن

ﱠ رَﺑ

ﻚ ﻩُﻭ أَﻋ

ﹶﻠﻢ ب

ﻦ ض

ِﻣ

َﱠﻝ عَ

ﹾﻥ س

ِﻠِﻪ وَ

َِﺑﻴ

ﻮ أَﻋ

ﻫ

ﹶﻠﻢ

ﻦ

ِﺪﻳ

ﻬﺘ

ﻤ

ب

ِﺍﹾﻟ

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 125)1

Firman di atas juga memperjelas bahwa dakwah melalui media massa tidaklah bertentangan dengan Islam selama tata cara yang dipergunakan tidak melenceng dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Islam.

Jika kita menengok kembali lembaran sejarah dakwah Islam, maka dapat kita temukan bahwa dakwah melalui sebuah media telah lama dipergunakan. Nabi Muhammad sering berdakwah melalui sebuah media, seperti saat beliau mengirim surat kepada para penguasa Romawi yang berisi ajakan untuk masuk Islam yang kemudian juga dilanjutkan oleh penerus beliau (Khulafaur Rasyidin).

1 Depag. RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Tanjung Mas Inti, Semarang, 1996, hlm. 421.

(3)

Jadi model dakwah melalui media penulisan (teknik jurnalistik) sebenarnya bukanlah barang baru. Hanya bentuk medianya saja yang mengalami perubahan yaitu perbedaan antara masa Nabi dengan masa sekarang. Jika pada zaman Nabi yang berkembang dan dipergunakan hanyalah sebatas pada penggunaan media surat menyurat secara pribadi (individual letter) maka pada masa sekarang telah jauh berkembang dengan penggunaan media surat menyurat secara terbuka yang dapat diikuti, dinikmati, dan dipelajari oleh siapa saja, tidak hanya sebatas pada satu individu saja, yang termuat dalam rubrik-rubrik di aneka surat kabar. Hal ini juga dikenal dengan jurnalistik Islam.

Perkembangan jurnalistik Islam di Indonesia dapat dikatakan sangat cepat. Perkembangan yang sangat cepat itu dapat terlihat pada kemunculan majalah-majalah, tabloid-tabloid, ataupun rubrik-rubrik dalam surat kabar harian yang memfokuskan pada pembahasan masalah kehidupan dan keagamaan.2 Selain itu, kemunculan tokoh-tokoh jurnalistik3 yang telah memberi “warna” dan membawa jurnalistik Islam(i) ke masa kejayaan juga merupakan bukti lain yang konkrit dalam perkembangan media massa Islam. Tabloid Posmo merupakan salah satu dari sekian banyak tabloid yang ada dan beredar di negara kita. Dengan slogan “Tabloid Mistik dan

2 Tabloid ataupun majalah yang muncul dan berhubungan dengan kehidupan antara lain : Femina, Kartini, yang terfokus pada permasalahan kehidupan wanita; tabloid Posmo yang mengeksplor persoalan mistik, pengobatan alternatif, dan agama; Nurani yang memfokuskan pada pembahasan masalah-masalah keagamaan dalam kehidupan manusia, dan masih banyak lagi yang lain selain yang tersebut tadi.

3 Tokoh-tokoh jurnalistik Islam tersebut antara lain K.H. Abdullah bin Nuh (alm), Habib Muhammad Asad (alm), dan Drh. Taufiq Ismail. Lihat Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik

(4)

Pengobatan Alternatif” Posmo banyak mengeksplor permasalahan-permasalahan yang terkait dengan dua persoalan pokok, yakni masalah mistik dan masalah penyakit dan solusinya. Dalam pembahasan masalah “penyakit” tabloid Posmo cenderung mengedepankan penyakit-penyakit hati manusia sehingga untuk membahasnya juga diperlukan pembahasan yang berkenaan dengan hal-hal keagamaan.

Dari paparan di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh dengan cara melakukan sebuah research (penelitian) terhadap pesan dakwah yang terkandung Tabloid Posmo. Penelitian yang akan penulis laksanakan tersebut nantinya akan terangkum dalam sebuah laporan yang berjudul “Analisis Muatan Dakwah Dalam Konsultasi Rubrik Sufistik

Tabloid Posmo (Edisi Juli2004 – Juni 2005)”.

1.2. Rumusan Masalah

Agar tidak terjadi kekaburan atau bahkan “penyelewengan” dalam proses penelitian, maka penulis akan memberikan batasan masalah pada penelitian ini yang terfokus pada permasalahan sebagai berikut :

1. Apa sajakah muatan dakwah dalam Konsultasi Rubrik Sufistik Tabloid Posmo (Edisi Juli 2004 – Juni 2005)?

2. Bagaimana pengemasan muatan dakwah dalam Konsultasi Rubrik Sufistik Tabloid Posmo (Edisi Juli 2004 – Juni 2005)?

(5)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari jawaban masalah yang telah dirumuskan, yaitu :

a. Menjelaskan muatan-muatan dakwah yang terkandung dalam Konsultasi Rubrik Sufistik Tabloid Posmo (Edisi Juli 2004-Juni 2005).

b. Untuk menjelaskan pengemasan muatan dakwah dalam Konsultasi Rubrik Sufistik Tabloid Posmo (Edisi Juli 2004-Juni 2005).

1.3.2 Manfaat

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pengembangan khazanah ilmu di bidang komunikasi dakwah. b. Bagi masyarakat, semoga penelitian ini dapat menjadi acuan

masyarakat dalam memilah dan memilih media cetak sebagai bahan bacaan terutama dalam persoalan agama.

c. Bagi manajemen Posmo, mungkin hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai “cermin” evaluasi terhadap penyajian ataupun pengemasan naskah dakwah dalam Konsultasi Rubrik Sufistik Tabloid Posmo (Edisi Juli 2004 –Juni 2005).

(6)

1.4. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis merujuk beberapa karya ilmiah yang merupakan hasil skripsi yang terlebih dahulu dilaksanakan dan memiliki relevansi secara materi maupun obyek kajian dengan penelitian ini, yaitu : 1.4.1. Skripsi M. Nur Fauzi4 yang berjudul “Analisis terhadap Pesan-Pesan

Dakwah dalam Tulisan Chabib Thoha dalam Majalah Rindang Edisi Februari 2001 – Januari 2002”. Penelitian yang menggunakan metode analisa data content analysis tersebut memuat kesimpulan bahwa materi dakwah dalam tulisan Chabib Thoha lebih menekankan dan membahas tentang persoalan kehidupan manusia secara menyeluruh.

1.4.2. Skripsi Faizin5 yang berjudul “Pesan-Pesan Dakwah dalam Majalah al Muslimun pada Tahun 1997 dalam Hubungannya dengan Purifikasi Islam di Indonesia”. Penelitian tersebut menggunakan analisis content analysis dalam menganalisa data-data yang diperoleh. Sedangkan kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dalam purifikasi Islam di Indonesia, Al-Qur'an dan al-Hadits harus dijadikan landasan pokok dalam segala aktifitas manusia, baik dalam tingkatan aqidah, ibadah, dan akhlak.

4 M. Nur Fauzi, Analisis terhadap Pesan-Pesan Dakwah dalam Tulisan Chabib Thoha

dalam Majalah Rindang Edisi Februari 2001 – Januari 2002, Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo, Semarang, 2003.

5 Faizin, Pesan-Pesan Dakwah dalam Majalah al Muslimun pada Tahun 1997 dalam

Hubungannya dengan Purifikasi Islam di Indonesia, Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo,

(7)

1.4.3. Skripsi Dimyati6 yang berjudul “Kajian Dakwah Prof. Dr. Amin Syukur dalam Rubrik Tasawuf Interaktif Harian Suara Merdeka”. Dalam penelitian yang menggunakan metode analisis data content analysis tersebut disimpulkan tentang kajian-kajian dakwah yang disosialisasikan dalam sebuah media “penyembuhan” masalah-masalah kehidupan melalui konsep tasawuf. Pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam rubrik tersebut meliputi persoalan aqidah, akhlak, ibadah dan muamalah. Dalam memberikan penjelasan kepada mad’untuk, Prof. Dr. Amin Syukur – menurut peneliti di atas – banyak menggunakan referensi dari ayat-ayat Al-Qur'an.

Dari berbagai kajian pustaka di atas secara garis besar memang berbicara dan mengetengahkan materi-materi dakwah, namun berbeda dalam ruang lingkup dan sosok pemikirnya. Penelitian, pertama mengkaji dakwah yang berkaitan dengan persoalan manusia secara menyeluruh dalam pemikiran Chabib Thoha. Penelitian kedua lebih menekankan pada purifikasi hukum Islam yang (harus) dikembalikan kepada Al-Qur'an dan al-Hadits. Sedangkan penelitian ketiga hanya membahas materi dakwah dalam ruang lingkup tasawuf sebagai alternatif “penyembuh” persoalan-persoalan hidup manusia dalam ruang lingkup pemikiran Amin Syukur.

Penelitian yang penulis lakukan pada dasarnya hampir memiliki kesamaan dengan skripsi yang ketiga, yakni dalam hal pembahasan persoalan tasawuf sebagai “jalan keluar” dari permasalahan hidup. Namun

6 Dimyati, Kajian Dakwah Prof. Dr. Amin Syukur dalam Rubrik Tasawuf Interaktif

(8)

secara penokohan (pemikirnya) memiliki perbedaan, di mana pada penelitian yang (akan) penulis lakukan tidak membahas pemikiran Amin Syukur. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah materi dakwah dalam rubrik sufi majalah Posmo. Di samping itu, bagi penulis, media massa sebagai media dakwah perlu diteliti, bukan sosok tokoh, karena media merupakan salah satu dari “sebab” keberhasilan dakwah – dimana penelitian ini ditekankan pada muatan dan pengemasan muatan dakwah dalam sebuah “tulisan” jurnalistik.

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah sekumpulan teknik atau cara yang digunakan dalam penelitian yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil penelitian. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa hal, yaitu :

1.5.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang akan penulis laksanakan merupakan jenis penelitian kualitatif dengan spesifikasi penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang menitikberatkan sumber informasi dari teks-teks kepustakaan, baik buku, artikel, majalah, dan lain sebagainya.7 Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan teks di mana dalam melakukan pendekatan penelitian ini penulis akan mengacu pada “ilmu-ilmu” tentang teks berita.

7 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, Cet. XXIV, Andi Offset, Yogyakarta, 1993, hlm. 3.

(9)

1.5.2. Muatan Dakwah dan Indikatornya

Penelitian ini memusatkan pada obyek tentang muatan dakwah yang terkandung di dalam Rubrik Konsultasi Sufistik Tabloid Posmo Edisi Juli 2004 – Juni 2005. Oleh karena itu untuk memperjelas dan mempermudah, baik pihak penulis maupun pembaca, dalam memahami isi dan ruang lingkup obyek penelitian maka penulis akan memaparkan indicator-indikator dari muatan dakwah dengan terlebih dahulu memberikan gambaran tentang muatan dakwah.

Muatan dakwah dapat diartikan sebagai ruang lingkup isi kandungan pesan yang disampaikan dalam suatu proses dakwah. Banyak teori-teori keilmuan, yang berhubungan dengan masalah dakwah, menyandarkan pengertian muatan dakwah pada pengertian materi dakwah. Lingkup materi dakwah itu sendiri pada umumnya terbagi ke dalam tiga kelompok materi yakni materi aqidah, syari’ah, dan akhlak.8

Penjabaran tentang indicator-indikator muatan dakwah juga tidak terlepas dari ruang lingkup muatan dakwah di atas. Secara lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut :

8 Hal ini dapat dilihat secara lebih jelas pada beberapa pemikiran tokoh yang tertuang dalam buku yang antara lain : Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, al-Ikhlas, Surabaya, 1983; Endang S. Anshari, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Usaha Enterprise, Jakarta, 1976; dan M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, 2004.

(10)

a. Aqidah

Aqidah atau keimanan merupakan unsure utama dalam tradisi keagamaan manapun, termasuk Islam. Tanpa adanya aqidah, seseorang tidak mungkin akan menyatakan kepatutan, rasa tunduk, atau berserah diri kepada sesuatu Dzat yang dianggapnya sebagai Yang Maha Tinggi. Aqidah dalam konteks Islam meliputi permasalahan tentang keimanan kepada Allah dan menghindarkan manusia dari kemusyrikan dan hal-hal yang bersifat takhayul.9 Indicator-indikator dari aqidah atau iman dapat disandarkan pada rukun iman yang merupakan manifestasi dari indicator keimanan yang antara lain adalah:

1) Percaya kepada Allah dengan segala kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki-Nya.

2) Percaya kepada Kitab-Kitab Allah dengan segala isi yang terkandung di dalamnya.

3) Percaya kepada Malaikat-Malaikat Allah dengan segala tugas-tugasnya.

4) Percaya kepada Nabi dan Rasul Allah dengan segala risalah dan ajaran-ajaran yang berasal dari Allah.

5) Percaya kepada kedatangan Hari Akhir

6) Percaya kepada Takdir Allah dengan segala bentuknya, takdir baik maupun buruk.

9 Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, Bina Ilmu, Surabaya, 1981, hlm. 53.

(11)

b. Syari’ah

Ruang lingkup syari’ah merupakan ruang lingkup yang mengandung pembahasan mengenai hokum-hukum atau aturan-aturan yang berasal dari Allah. Syari’ah identik dengan tata undang-undang yang berisikan perintah dan larangan sebagai pedoman manusia dalam menjalankan “tugas” di dunia. Biasanya pengemasan syari’ah selalu diikuti dengan adanya sebab dan akibat dari adanya syari’ah tersebut. Tujuan dari adanya syari’ah selain sebagai pedoman manusia dalam menjalankan tugasnya juga agar tercapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat bagi manusia. Dua dimensi inilah, dunia dan akhirat, yang menjadi “warna” dasar daripada syari’ah Islam dengan indicator-indikator sebagai berikut :

1) Syari’ah yang berbentuk perintah10

a) Perintah mendirikan shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah dengan segala fungsi dan keunggulannya.11 b) Perintah untuk berbhakti kepada orang tua

c) Perintah untuk bertawakkal kepada Allah d) Perintah untuk menghormati tamu e) Perintah berpuasa

10 Ibid., hlm. 54-55.

11 Fungsi dan keunggulan shalat terlihat pada beberapa shalat sunnah seperti misalnya shalat istikharah yang memiliki fungsi dan keunggulan sebagai sarana untuk menentukan pilihan ketika seseorang sedang bingung/bimbang; shalat hajat memiliki fungsi dan keunggulan sebagai sarana untuk memanjatkan keinginan secara khusus; shalat istisqa’ yang berfungsi untuk meminta hujan.

(12)

f) Perintah untuk taat kepada Allah, Rasul, dan pemimpin umat, dan lain sebagainya.

2) Syari’ah yang berbentuk larangan a) Larangan minum-minuman keras b) Larangan berbuat zina

c) Larangan melakukan riba

d) Larangan membunuh, dan lain sebagainya. c. Akhlak

Akhlak merupakan wujud implementasi dari aqidah dan syari’ah dalam kehidupan manusia. Perwujudan akhlak (perilaku) ini sangat bergantung pada kedalaman iman seseorang serta pemahamannya terhadap syari’ah yang berlaku. Indicator-indikator akhlak ini antara lain adalah :

1) Pelaksanaan aqidah dan perintah-perintah yang harus dijalankan oleh manusia yang berasal dari Allah. Baik dalam lingkup hubungan antara manusia dengan Allah maupun yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan sesama manusia. Wujud akhlak ini antara lain :

a) Selalu mengingat Allah

b) Menjadikan Allah sebagai pusat sandaran dan pertolongan

c) Pelaksanaan shalat

(13)

e) Taat kepada Allah, Rasul/Nabi, dan pemimpin umat, dan lain sebagainya.

2) Menjauhi segala larangan yang telah ditentukan oleh Allah pada dimensi yang sama dengan di atas. Implementasi akhlak ini antara lain :

a) Tidak musyrik

b) Tidak melakukan zina c) Tidak melakukan riba

d) Tidak minum-minuman keras, dan lain sebagainya.

Selain muatan dakwah, pada bab ini juga akan diberikan penjelasan mengenai tasawuf. Hal ini penulis lakukan karena obyek penelitian ini berkaitan dengan dunia tasawuf.

Tasawuf secara istilah merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan yang memusatkan pada pengabdian diri kepada Allah tanpa memperdulikan sesuatu yang lain (yang bersifat duniawi). Tasawuf sebenarnya telah ada seiring dengan kelahiran Islam. Peri kehidupan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sangat erat sekali dengan pola kehidupan manusia dalam menjalin hubungan dengan Allah dan menjadikan-Nya sebagai “kekasih” tunggal. Terlepas dari status kenabiannya, Nabi Muhammad telah membuktikan kecintaannya kepada Allah melalui perjuangan yang

(14)

tidak kenal lelah dan putus asa12 serta hanya terpusat pada usaha untuk “memperkenalkan” Allah tanpa mempedulikan kehidupan dunia.13

Sepeninggal Nabi Muhammad, istilah pengabdian diri kepada Allah secara utuh dan tak tergantikan mulai “mengusik” dan memasuki kehidupan umat Islam. Beberapa di antara mereka rela meninggalkan hiruk pikuk keduniawian demi mendekatkan dirinya kepada Allah. Pada masa ini pengabdian kepada Allah terfokus pada pengasingan diri dari dunia umum dan menghabiskan seluruh waktu hidupnya untuk “bermuwajjahah” dengan Allah. Pada masa ini praktek tersebut kemudian dikenal dengan istilah asketis.14

Fase perkembangan tasawuf pada masa berikutnya menunjukkan pesat dan meluasnya wilayah tasawuf. Tasawuf tidak lagi menjadi usaha ma’rifatullah yang bersifat individu, namun juga mulai diperkenalkan kepada seluruh elemen masyarakat melalui penyusunan ke dalam sebuah ilmu pengetahuan.15

12 Seperti yang tercatat dalam lembaran sejarah Islam yang menceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad melakukan shalat di Ka’bah beliau sempat dilempari dengan kotoran onta oleh Abu Jahal, namun beliau bergeming dan tetap melanjutkan shalatnya. Beliau juga tidak membalas sesuatu apapun terhadap Abu Jahal, bahkan sebaliknya beliau malah menjenguk Abu Jahal tatkala sedang menderita sakit.

13 Indikasi ini terlihat dengan kerelaan Nabi Muhammad untuk meninggalkan dunia perniagaan demi berdakwah serta meninggalkan harta dunia bahkan sanak familinya ketika berhijrah ke Madinah demi menegakkan agama Allah. Lih. Farid Ma’ruf Noor, op. cit., hlm. 88.

14 Penjelasan lebih lanjut terkait dengan sejarah awal mula kemunculan dunia tasawuf (asketis) dapat dibaca dalam beberapa buku di antaranya Abdul Halim Mahmud, Tasawuf di Dunia

Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2002.; Noer Iskandar al-Barsyani, Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001; Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi Dari Zaman ke

Zaman Suatu Pengantar Tentang Tasawuf, terj. A. Rofi’ Utsmani, Pustaka, Bandung, 1985

15 Perubahan paradigma di lingkungan sufi tersebut, terjadi sejak abad 3 Hijriyah. Lih. Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Ibid.

(15)

1.5.3. Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Apabila yang akan diteliti hanya diambil sebagian dari seluruh subyek penelitian, dengan model perwakilan, maka penelitian yang berlangsung dapat dinamakan juga dengan penelitian sampel. Tetapi jika penelitian yang berlangsung menggunakan seluruh subyek penelitian sebagai “bahan” penelitian, maka penelitian tersebut dinamakan sebagai penelitian populasi.16

Populasi dari penelitian ini adalah Tabloid Posmo yang terbit dalam periode Juli 2004-Juni 2005 dengan jumlah terbitan seluruhnya 51 edisi dengan klasifikasi 48 edisi adalah edisi reguler (biasa) yang di dalamnya terdapat rubrik konsultasi sufistik dan 3 edisi sisa adalah edisi khusus yang di dalamnya tidak terdapat pembahasan tentang konsultasi sufistik. Jadi peneliti mengambil 24 edisi yang mana diambil edisi ganjil dan genap. Sedangkan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (sampel purposiv).

1.5.4. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan nilai fungsi dan kedekatan antara data dengan bahan penelitian, maka jenis dan sumber data dalam penelitian ini penulis pilah menjadi dua, yaitu :

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 108-109.

(16)

1) Data Primer

Data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian sebagai bahan informasi yang dicari.17 Dalam penelitian ini, sumber data primernya adalah Tabloid Posmo edisi Juli 2004-Juni 2005.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah jenis data yang mendukung data primer dan dapat diperoleh di luar obyek penelitian. Sumber data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah semua sumber data yang dapat memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang penulis laksanakan, baik yang berupa paper (tulisan-tulisan) maupun person (orang). Sumber data sekunder orang antara lain adalah penulis/pengelola rubrik sufistik dan orang-orang yang berkompeten dalam rubrik tersebut.

1.5.5. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini di ambil dari tabloid posmo edisi Juli 2004-Juni 2005, yaitu pengumpulan data yang didasarkan pada data-data tertulis dan terlampir dalam tabloid posmo edisi tersebut, ataupun bentuk tulisan lainnya. Oleh karenanya dalam penelitian ini pengumpulan data lebih didominasi dengan penggunaan teknik dokumentasi, yakni teknik pengumpulan data dari sumber data berupa sumber data tertulis (yang berbentuk

(17)

tulisan).18 Target dan tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan isi Rubrik Konsultasi Sufistik Tabloid Posmo Edisi Juli 2004 – Juni 2005 yang keseluruhannya dalam bentuk tulisan. Langkah teknik dokumentasi lebih cenderung pada proses pengarsipan data yang memiliki keterkaitan.

Selain menggunakan teknik dokumentasi, proses pengumpulan data juga dilakukan dengan teknik wawancara.19 Alasan penggunaan teknik ini karena informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini tidak hanya terkait dengan informasi yang berbentuk tulisan semata, namun juga memerlukan informasi (data) dari sumber data yang berwujud manusia, terlebih yang berkaitan dengan profil perkembangan Tabloid Posmo serta Rubrik Konsultasi Sufistik Tabloid Posmo.

1.5.6. Metode Analisis Data

Tujuan dari analisis adalah untuk mencari secara lebih detail suatu informasi melalui proses pemikiran yang terkonsentrasi. Dalam melakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul pada penelitian ini, penulis menggunakan dua langkah analisis data yakni:

18 Sumber data tertulis dapat dibedakan menjadi : dokumen resmi, buku, majalah, arsip, ataupun dokumen pribadi dan juga foto.. Lih. Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 71.

19 Teknik interview atau wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan percakapan dengan sumber informasi secara langsung (tatap muka) dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dari seseorang yang relevan dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Lih. Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1981, hlm. 162.

(18)

Pertama, langkah analisis kategorisasi20. Langkah ini diterapkan

dengan cara membuat kategorisasi terhadap sesuatu yang akan menjadi landasan penggolongan obyek penelitian. Kategorisasi akan digunakan dalam rangka untuk : a) penggolongan data lapangan. b) mengelompokkan data (permasalahan) sesuai dengan kategorisasi yang dibuat. Sehingga dengan kategorisasi tersebut maka permasalahan yang berhubungan dengan klasifikasi muatan dakwah dapat terpecahkan. Proses kategorisasi selalu seiring dengan teknik pengkodingan (pemberian kode). Teknik ini bertujuan untuk mempermudah dalam mengelompokkan data dengan memberikan kode pada kelompok data sesuai dengan kategorisasi.

Metode (langkah) analisis kedua adalah dengan menggunakan metode pendekatan semiotic dengan spesifikasi struktural semiotik. Sebagai metode mikroskopis, strukturalisme dianggap mengingkari peranan subyek, baik pengarang sebagai subyek individual maupun masyarakat. Makna tanda-tanda bukanlah milik dari suatu hasil karya, tetapi berasal dari konteks di mana hasil karya tersebut dibuat dan tertanam. Jadi, sebuah tanda bisa memiliki arti sangat banyak, atau sama sekali tidak berarti.21.

20 Kategorisasi merupakan proses pengelompokkan sesuatu hal yang didasarkan atas beberapa kesamaan dan ataupun beberapa alasan. Sistem kerja proses kategorisasi adalah membandingkan data-data lapangan dengan batasan-batasan yang telah ditentukan sebelumnya (kategorisasi) untuk kemudian memasukkan data tersebut ke salah satu kelompok (kategori). Lih. Noeng Muhadjir, Metodologi Kualitatif Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik,

dan Realisme Metaphisik, Telaah studi Teks dan Penelitian Agama, Rake Sarasin, Yogyakarta,

1996, hlm. 131-133.

21 Nyoman Kutaratna, Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2004,hlm 117

(19)

Langkah penerapan kedua teknik analisis di atas adalah sebagai berikut :

Teknik kategorisasi digunakan untuk menentukan kategori dasar dari aspek-aspek data yang berpedoman pada rancangan sistematika penulisan skripsi. Tujuan dan manfaat dari proses ini adalah untuk mengolah data lapangan yang masih bersifat umum (acak) ke dalam kategorisasi-kategorisasi data yang telah ditentukan agar dapat disusun secara sistematis ke dalam sebuah gambaran data penelitian (Bab III).

Teknik kategorisasi juga digunakan untuk menganalisa lebih lanjut data yang telah tersusun (Bab III) yang lebih dispesifikasikan pada satu “wilayah data” yakni data yang berhubungan dengan rubrik konsultasi sufistik tabloid Posmo. Tujuan dan manfaat dari penerapan teknik kategorisasi ini adalah untuk memberikan batasan dasar tentang aspek-aspek muatan dakwah (aqidah, syari’ah, dan akhlak) sehingga data yang berhubungan dengan obyek penelitian dapat diklasifikasikan secara lebih mudah. Tujuan akhir dari proses ini adalah terjawabnya permasalahan pertama pada penelitian ini yang berhubungan dengan muatan-muatan dakwah dalam rubrik konsultasi sufistik tabloid posmo.

Teknik penguraian tanda dalam struktur kata maupun kalimat (semiotic structural) digunakan dalam dua wilayah tujuan dan manfaat. Pertama, sebagai alat bantu dari proses kategorisasi

(20)

terhadap muatan dakwah. Penerapan proses ini dilakukan dengan memberikan gambaran makna/arti terhadap naskah/teks sehingga akan mempermudahkan penulis dalam melakukan proses kategorisasi. Kedua, tujuan dan manfaat penggunaan teknik semiotic structural adalah untuk menganalisa data rubrik konsultasi sufistik tabloid posmo untuk diperoleh jawaban yang terkait dengan pengemasan teks rubrik konsultasi sufistik tabloid posmo. Proses ini dilaksanakan dengan cara menguraikan tanda-tanda dalam struktur kalimat dengan tujuan untuk mengetahui “nilai” pengemasan rubrik konsultasi sufistik tabloid posmo, sehingga akan dapat menjawab permasalahan kedua yang diajukan dalam penelitian ini yanhg berhubungan dengan pengemasan rubrik konsultasi sufistik tabloid posmo.

Skema Proses Pengolahan Data

Langkah I Data Umum/Acak Kategorisasi Rancangan Sistematika Penulisan Skripsi Semiotic Struktural BAB I-III

(21)

Langkah II

1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan dipaparkan dalam lima bab yang meliputi : Bab I : Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Bab ini berisi tentang Landasan-landasan Teori tentang Dakwah yang mencakup materi atau muatan dakwah, media dakwah., Tabloid sebagai media dakwah tentang akhlak dan cara penyampaian ya.

Bab III : Bab ini berisi tentang seputar Tabloid Posmo dan paparan seluruh naskah Rubrik Konsultasi Sufistik dalam Tabloid Posmo edisi Juli 2004-Juni 2005 dengan nomor terbit ganjil dan genap.

BAB III

Data Konsultasi Rubrik SufistikTabloid Posmo Kategorisasi Semiotic Struktural Teori Muatan Dakwah Jawaban Permasalahan 1 (Muatan Dakwah dalam Rubrik Konsultasi Sufistik

Tabloid Posmo)

Jawaban Permasalahan 2 (Pengemasan Rubrik Konsultasi Sufistik Tabloid

(22)

Bab IV : Bab ini berisi tentang analisis penulis terhadap materi penelitian yang akan terbagi dalam dua kelompok analisis, yaitu analisis muatan dakwah dalam Rubrik Konsultasi Sufistik Tabloid Posmo edisi Juli 2004-Juni 2005 dengan nomor terbit ganjil dan genap serta analisis terhadap pengemasan berita (rubrik).

Bab V : Bab ini merupakan penutup dari rangkaian sistematika penulisan yang berisi kesimpulan, saran-saran, dan penutup.

Referensi

Dokumen terkait

02 Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri 79 model 03 Jumlah Teknologi yang Didiseminasikan ke Pengguna 164 teknologi 04 Jumlah Rekomendasi

PT.Angkasa Pura II melayani pelayanan kebandar udaraan pada 3 bagian pelayanan, bagian ATS melayani pelayanan sisi udara yaitu mendata data penerbangan ,mengontrol

Dari deskripsi di atas, subjek perempuan berkemampuan tahfidz tinggi (SPTT) pada aspek generalisasi memenuhi kriteria sesuai dengan indikator pada rubrik observasi

4.12.2 Menyusun teks khusus dan bentuk pesan singkat, dan pengumuman/ pemberitahuan (notice), sangat pendek dan sederhana, terkait kegiatan sekolah, dengan memperhatikan fungsi

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari

Isu tentang keagamaan memang lebih banyak berkaitan dengan simbolisasi yang mengarah kepada relasi sosial, yaitu terwujudnya kerukunan di antara umat beragama (M. Ridwan

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa skor persepsi media pembelajaran berbasis IT pada bagi guru Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi

12 Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada Juru Pelindung Pengembangan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Gapura Masjid Wali