III. METODE PENELITIAN
3.1. Batasan Analisis
Batasan analisis dalam penelitian ini adalah: Pertama, Pokok persoalan yang diangkat adalah persoalan keterbatasan lahan, tingkat kerentanan produk tembakau terhadap cuaca, musim, dan fluktuasi harga (keterkaitan dengan pasar) dan strategi nafkah yang dipergunakan. Kedua, masalah dan fokus penelitian ini adalah: (1) etika moral ekonomi apa yang melandasi petani dalam membangun sistem nafkahnya?; (2) bagaimana bentuk strategi nafkah rumahtangga petani?; (3) kelembagaan apa saja yang dibangun sebagai implementasi dari sistem nafkah rumahtangga petani?; dan (4) sejauh mana strategi nafkah yang diterapkan dapat membangun sistem nafkah yang berkelanjutan (sustainable livelihood)?. Ketiga, dalam penelitian ini mencoba melihat strategi nafkah pada rumahtangga petani tembakau yang bermukim pada lereng gunung yang berbasis pada lahan tegal (pegunungan) dan pada kaki gunung yang berbasis pada sawah.
Sustainable livelihood yang dimaksud merujuk pada pengertian Chambers dan Conway (1992), sistem nafkah yang berlajut harus mampu: (1) beradaptasi dengan shock dan tekanan; (2) memelihara kapabilitas dan asset-aset yang dimiliki; dan (3) menjamin penghidupan untuk generasi berikutnya. Hal ini dapat dilihat seberapa besar peran aset-aset yang dimiliki dalam upaya mendukung penghidupan rumahtangga petani. Sedangkan asumsi dasar yang dibangun dalam penelitian ini adalah adanya penetrasi kapitalisme yang berlanjut pada komunitas petani tembakau sehingga melemahkan nilai-nilai etika/moral ekonomi lokal.
3.2. Pilihan Paradigma Penelitian
Guba dan Lincoln dalam Salim (2006), mengemukakan empat paradigma utama yang bersaing dalam ilmu pengetahuan dengan berbagai asumsi-asumsi yang mendasarinya, yaitu positivisme, post-positivisme, teori kritis (critical theory), dan paradigma konstruktivisme (constructivism). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan paradigm konstruktivisme. Hal ini dikaitkan dengan pertimbangan: secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam bentuk bermacam-macam konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukannya. Karena itu, suatu realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang seperti yang biasa dilakukan di kalangan positivis atau postpositivis. Karena dasar filosofi ini, maka hubungan epistemologi antara pengamatan dan objek, menurut aliran ini bersifat satu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi diantara keduanya (Salim, 2006).
3.3. Pendekatan dan tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative approach), dengan informasi yang bersifat subyektif dan historis. Strategi yang digunakan adalah studi kasus, dengan pertimbangan bahwa: (1) pertanyaan penelitian berkenaan dengan ”bagaimana” dan ”mengapa”, (2) penelitian ini memberikan peluang yang sangat kecil bagi peneliti untuk mengontrol gejala atau peristiwa sosial yang diteliti, dan (3) menyangkut peristiwa atau gejala kontemporer dalam kehidupan yang rill (Yin, 1996).
Kegiatan penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memahami profile desa tempat penelitian. Kegiatan ini dilakukan untuk memahami gambaran secara umum tentang desa yang akan diteliti. Profile desa diperoleh melalui analisis data sekunder dan data primer. Data sekunder di peroleh dari data potensi desa maupun kecamatan dalam angka. Sementara data primer dilakukan dengan melakukan wawancara dengan aparat dan sesepuh desa. Beberapa informasi penting yang akan digali antara lain terutama kondisi demografi, kondisi fisik, dan kondisi sosial lainnya
2. Memahami strategi nafkah rumahtangga petani. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada tineliti untuk mendapatkan informasi: (1) etika moral ekonomi apa yang melandasi petani dalam membangun sistem nafkahnya?; (2) bagaimana bentuk strategi nafkah
rumahtangga petani?; (3) kelembagaan apa saja yang dibangun sebagai implementasi dari sistem nafkah rumahtangga petani?; dan (4) sejauh mana strategi nafkah yang diterapkan dapat membangun sistem nafkah yang berkelanjutan (sustainable livelihood)?
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Studi kasus adalah studi aras mikro (menyorot satu atau beberapa kasus) dan menggunakan multi-metode. Dalam pengumpulan data menggunakan teknik: (1) pengamatan berperan serta, (2) wawancara mendalam, (3) analisis dokumen, (4) dan studi pendahuluan melalui survey dasar untuk memahami gambaran tentang strategi nafkah dari level rumahtangga petani strata atas, menengah, dan bawah. Pengamatan berperan serta adalah proses penelitian yang mempersyaratkan interaksi antara peneliti dengan tineliti dalam lingkungan sosial tineliti sendiri, guna keperluan pengumpulan data dengan cara yang sistematis (Taylor dan Bogdan, 1984 yang dikutip Sitorus, 1998). Paling tidak ada dua alasan penting menggunakan metode pengamatan berperan serta: (1) pengamatan berperan serta memungkinkan peneliti melihat, merasakan, dan memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial di dalamnya sebagaimana tineliti melihat, merasakan dan memaknainya; dan (2) pengamatan berperan serta memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama oleh peneliti dan tineliti (intersubyektivitas) (Moelong, 1989 yang dikutip Sitorus, 1998). Dalam konteks penelitian ini Kegunaan masing-masing metode tersebut diuraikan pada tabel 3.1.
Wawancara mendalam merupakan temu-muka berulang antara peneliti dan tineliti dalam rangka memahami pandangan tineliti mengenai hidupnya, pengalamannya, ataupun situasi sosial sebagaimana ia ungkapkan dalam bahasanya sendiri (Taylor dan Bogdan, 1984 yang dikutip Sitorus, 1998). Teknik wawancara dilakukan secara tidak berstruktur dimana wawancara bersifat lepas dengan subyek penelitian, namun terlebih dahulu dibuat pokok-pokok pertanyaan.
Sebagai pendukung penyimpanan data dari ketiga teknik yang dipakai, maka peneliti membuat catatan harian. Catatan harian yang dimaksud berisi data kualitatif hasil pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam dalam bentuk uraian rinci maupun kutipan langsung (Sitorus, 1998) (contoh bentuk catatan harian dapat dilihat pada lampiran 5).
Tabel 3.1. Data yang akan dikumpulkan dan teknik yang dipergunakan
Teknik pengumpulan
data
Data yang akan dikumpulkan
Pengamatan
berperan serta • Aktivitas RT dalam kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi tembakau • Pola interaksi petani-petani, petani-pedagang, pemilik lahan-buruh • Kondisi agro-ekologi (lahan pertanian)
• Aktifitas strategi nafkah dari berbagai lapisan • Aktifitas pembagian kerja anggota keluarga • Aktifitas diversifikasi dalam strategi nafkah Wawancara
mendalam • Sejarah pemilikan atau penguasaan lahan • Kalender musim
• Pembagian kerja dalam satuan rumahtangga petani
• Kegiatan usahatani tembakau (cara memperoleh input produksi, modal, teknologi, jenis tembakau, harga, dan lainnya)
• Alur kegiatan distribusi produk tembakau
• Kelembagaan yang dibangun baik dalam kegiatan produksi maupun distribusi
• Peran aktivitas non-pertanian dalam menopang kehidupan ekonomi dan mengapa bekerja pada sektor non-pertanian • Bagaimana alur perjalanan modal petani mulai dari kegiatan
pertanian, pasar, hingga konsumsi atau akumulasi, dan kembali untuk modal pertanian atau bidang lainnya
Analisis
dokumen • Mengkaji sejarah desa • Mengkaji kondisi sosio-ekonomi rumahtangga petani • Mengkaji sejarah pertembakauan di Kabupaten Temanggung • Mengkaji data terkait dengan pertanian tembakau, seperti: luas
lahan, produksi pertahun, jumlah rumahtangga petani, dan lainnya
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dalam penelitian ini digunakan metode analisis data kualitatif. Hal penting yang dilakukan dalam analisa data ini adalah reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang muncul
dari catatan-catatan di lapangan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, sebagaimana tampak dari kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi dalam proses pengumpulan data meliputi kegiatan-kegiatan: (1) meringkas data; (2) mengkode; (3) menelusur tema; (4) membuat gugus-gugus; (5) membuat partisi; (6) membuat memo. Kegiatan ini berlangsung sejak pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesimpulan akhir (Sitorus, 1998).
Sebelum penarikan kesimpulan akhir, maka perlu diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara: (1) memikir ulang selama penulisan; (2) tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan; (3) peninjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk mengembangkan ”kesepakatan intersubyektif”; dan (4) upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain (Sitorus, 1998).
3.6. Pemilihan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu Desa Wonotirto dan Desa Campursari. Kedua desa tersebut masuk wilayah Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung. Pemilihan daerah tersebut didasarkan pada beberapa alasan :
1. Kabupaten Temanggung adalah penghasil tembakau sejak zaman kolonial dan hingga sekarang adalah salah satu penyumbang tembakau rakyat (rajangan) selain Madura
2. Kecamatan Bulu adalah wilayah yang paling luas melakukan budidaya tembakau di Kabupaten Temanggung
3. Pemilihan desa Wonotirto dan desa Campursari didasarkan pada setting ekologi yang berbeda dimana desa Wonotirto terletak di lereng Gunung Sindoro yang berbasis pada lahan pegunungan, sementara desa Campursari terletak di wilayah kaki gunung Sumbing dimana berbasis lahan sawah.
3.7. Unit Analisis
Unit analisa dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang direpresentasikan oleh kepala rumahtangga. Rumahtangga menjadi sangat penting dalam analisis dalam penelitian ini karena didasarkan pada beberapa alasan yaitu: (1) menurut White (1980), rumahtangga adalah dasar unit produksi, reproduksi, konsumsi, seremonial, dan interaksi politik; dan (2) menurut Chayanov (1966) bahwa pangkal tolak untuk memahami perilaku ekonomi petani adalah melihat rumahtangga petani sebagai unit produksi sekaligus sebagai unit konsumsi. Namun demikian, dalam mengatur strategi nafkahnya, rumahtangga tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa berhubungan dengan anggota komunitas dan membangun kelembagaan nafkah sehingga sistem nafkah rumahtangga dapat berkelanjutan.
3.8. Definisi Operasional
Agar lebih mudah dalam memahami beberapa variabel penting dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan dalam bentuk definisi operasional sebagai berikut:
1. Rumahtangga petani tembakau. Rumahtangga petani usaha tanaman perkebunan adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman perkebunan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha. Suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga pertanian perkebunan apabila banyak pohon/rumpun/luas yang diusahakan rumah tangga tersebut lebih besar atau sama dengan batas minimal usaha (BMU) masing-masing jenis tanaman tersebut. BMU untuk tanaman tembakau adalah 1600 m2 (BPS, 2005)
2. Strategi bertahan hidup (survival strategy) adalah tindakan ekonomi yang disengaja oleh rumahtangga dengan motivasi yang tinggi untuk memuaskan sebagian besar kebutuhan dasar manusia, paling tidak pada level yang minimum, sesuai dengan norma social dan budaya masyarakat (Meert, Mistiaen, dan Kesteloot, 1997 yang dikutip oleh Owusu, 2007)
3. Strategi nafkah meliputi asset (modal alam, modal fisik, modal SDM, modal financial, dan modal social), aktifitas, dan akses terhadap asset-aset tersebut yang dikombinasikan untuk menentukan kehidupan bagi individu maupun rumah tangga (Conway dan Chambers, 1992).
4. Aset-aset rumah tangga petani tembakau (Ellis, 2000)
a. Modal alam (natural capital) terdiri dari tanah, air, dan sumberdaya biologi yang di gunakan oleh manusia sebagai sarana bertahan hidup. Modal alam lebih banyak mengacu pada sumber daya lingkungan (environtmental resources) baik yang dapat diperbaharui atau tidak.
b. Modal Fisik (Physical Capital) menyangkut modal yang diciptakan oleh proses ekonomi produksi seperti: bangunan, irigasi, jalan, mesin, dan lainnya.
c. Modal sumber daya manusia (Human Capital) mengacu kepada sumber daya tenaga kerja yang ada pada rumah tangga seperti: pendidikan, keterampilan, dan kesehatan.
d. Modal financial (Financial Capital and substitutes) mengacu kepada persediaan uang yang telah diakses oleh rumah tangga misalnya: tabungan, akses untuk mendapatkan kredit dalam bentuk bantuan.
e. Modal Sosial (Social Capital) mencakup adanya kepercayaan (trust), clientization, hubungan kekerabatan, suku, daerah asal, almamater, dan lain sebagainya.
5. Aktifitas nafkah adalah wujud nyata dari strategi yang diterapkan oleh rumahtangga petani meliputi kegiatan pertanian (on farm dan off farm) dan non pertanian (non farm) (Ellis, 1998)
a. on-farm; didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam arti luas (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dll)
b. off-farm, yaitu dapat berupa upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil (harvest share system), kontrak upah tenaga kerja non upah dan lain-lain. c. non farm, yaitu sumber pendapatan yang berasal dari luar kegiatan
pertanian yang dibagi menjadi 5 yaitu: (1) upah tenaga kerja pedesaan bukan dari pertanian; (2) usaha sendiri di luar kegiatan pertanian, (3)
pendapatan dari hak milik (misalnya: sewa), (4) kiriman dari buruh migran yang pergi ke kota; dan (5) kiriman dari buruh migran yang pergi ke luar negeri.
6. Kelembagaan adalah norma yang dijadikan acuan oleh komunitas untuk berperilaku, biasanya tidak tertulis. Tujuan kelembagaan adalah untuk melestarikan eksistensi komunitas dan mempertahankan norma yang mendasari keberlanjutan (Tjondronegoro, 1984).