• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 HPP KONVENSIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 HPP KONVENSIONAL"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 1

BAB 1

HPP KONVENSIONAL

Harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang dikumpulkan untuk periode tertentu yang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh unsur-unsur biaya produksi. Sedangkan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut, dapat dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan. Unsur- unsur harga pokok produksi yaitu : Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja langsung dan Biaya Overhead Pabrik.

Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi yaitu : 1. FULL COSTING

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat variabel maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya berikut ini :

Biaya bahan baku Rp XXX Biaya tenaga kerja langsung Rp XXX Biaya overhead pabrik variabel Rp XXX Biaya overhead pabrik tetap Rp XXX + Harga Pokok Produksi Rp XXX

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing merupakan Harga Pokok Produksi (Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik Variabel + Biaya Overhead Pabrik Tetap) ditambah dengan Total Biaya Nonproduksi (Biaya Administrasi & Umum + biaya pemasaran). (akuntansi manajemen, mulyadi edisi 3)

(2)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 2 2. VARIABEL COSTING

Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :

Biaya bahan baku Rp XXX Biaya tenaga kerja langsung Rp XXX Biaya overhead pabrik variabel Rp XXX + Harga pokok produksi Rp XXX

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing merupakan Harga Pokok Produksi (Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik Variabel + Biaya Administrasi & Umum Variable + biaya pemasaran Variable) dikurangi dengan Total Biaya Tetap (Biaya Overhead Pabrik Tetap + Biaya Administrasi & Umum Tetap + biaya pemasaran Tetap ). (akuntansi manajemen, mulyadi edisi 3)

(3)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 3 CONTOH KASUS

PENENTUAN HPP KONVENSIONAL

PT. MAJU JAYA adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang dikumpulkan pada akhir periode 2017.

1. Biaya Produksi

Biaya bahan baku (raw material) Rp 8.000 /unit Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Rp 4.000 /unit Total biaya overhead pabrik (BOP) Rp 400.000.000 /th (Variabel 70%, Tetap 30%)

Total biaya administrasi dan umum Rp 60.000.000 /th (Variabel 40%, Tetap 60%)

Total biaya pemasaran Rp 55.000.000/th

(Variabel 80%, Tetap 20%)

2. Harga jual produk jadi sebesar Rp55.000/unit 3. Data penjualan dan produksi

Persediaan awal 7000 unit Produksi 80.000 unit Penjualan 70.000 unit Persediaan akhir 15.000 unit Diminta :

1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing ! 2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing ! 3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya !

(4)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 4 JAWABAN CONTOH KASUS :

1. Biaya Produksi per Unit

 BOP Tetap/unit = 30% x Rp 400.000.000 = Rp 1.500 / unit 80.000

 BOP Variabel / unit = 70% x Rp 400.000.000 = Rp 3.500 / unit 80.000 BIAYA PRODUKSI / UNIT METODE FULL COSTING METODE VARIABEL COSTING BBB 8000 8000 BTKL 4000 4000 BOP VARIABEL 3500 3500 BOP TETAP 1500 - TOTAL BIAYA PRODUKSI 17.000 15.500

(5)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 5 2. Laporan Laba Rugi

A. Full Costing PT. MAJU JAYA INCOME STATEMENT Penjualan ( 70.000 x Rp. 55.000) Rp. 3.850.000.000 HPP Persediaan Awal ( 7.000 x Rp. 17.000) Rp 119.000.000 BBB ( 80.000 x Rp. 8.000 ) Rp 640.000.000 BTKL (80.000 x Rp. 4.000) Rp 320.000.000 BOP Variabel (80.000 x Rp. 3.500) Rp 280.000.000 BOP Tetap (80.000 x Rp 1.500) Rp. 120.000.000 + . Biaya produksi Rp 1.360.000.000 + BTUD Rp. 1.479.000.000 Persediaan akhir (15.000 x Rp 17.000) (Rp. 255.000.000) HPP (Rp 1.224.000.000 ) Laba kotor Rp 2.626.000.000 Biaya Operasi :

Biaya administrasi dan umum

- Variabel (40% x 60.000.000) = Rp 24.000.000 - Tetap (60% x 60.000.000) = Rp 36.000.000 + Rp 60.000.000 Biaya Pemasaran - Variabel (80% x 55.000.000) = Rp. 44.000.000 - Tetap (20% x 55.000.000) = Rp. 11.000.000 + Rp. 55.000.000 +

Total biaya operasi (Rp 115.000.000)

(6)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 6 B. Variabel Costing PT. MAJU JAYA INCOME STATEMENT Penjualan ( 70.000 x Rp. 55.000) Rp. 3.850.000.000 HPP Persediaan Awal ( 7.000 x Rp. 15.500) Rp 108.500.000 BBB ( 80.000 x Rp. 8.000 ) Rp 640.000.000 BTKL (80.000 x Rp. 4.000) Rp 320.000.000 BOP Variabel (80.000 x Rp. 3.500) Rp 280.000.000 + Biaya produksi Rp 1.240.000.000 + BTUD Rp. 1.348.500.000 Persediaan akhir (15.000 x Rp 15.500) (Rp. 232.500.000) HPP Rp 1.116.000.000

Biaya Adm & Umum Variabel (40% x 60.000.000) Rp 24.000.000 Biaya Pemasaran Variabel (80% x 55.000.000) Rp. 44.000.000 +

Total Biaya Variabel (Rp 1.184.000.000)

Laba Kontribusi Rp 2.666.000.000

Biaya Tetap :

- BOP Tetap (80.000 x Rp 1.500) Rp. 120.000.000 - Biaya Adm & Umum Tetap (60% x 60.000.000) Rp 36.000.000 - Biaya Pemasaran Tetap (20% x 55.000.000) Rp. 11.000.000 +

Total Biaya Tetap (Rp 167.000.000)

Laba Bersih Rp 2.499.000.000

3. Analisis :

Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa laba usaha dengan metode full costing sebesar Rp. 2.511.000.000, lebih besarl dari pada menggunakan metode variabel costing sebesar Rp 2.499.000.000. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dalam penentuan biaya produksi per unit dimana dalam metode full costing biaya produksi/unit sebesar Rp 17.000 dan pada metode variabel costing sebesar Rp 15.500, sehingga berpengaruh pada nilai persediaan awal dan persediaan akhir pada kedua metode tersebut, yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan pada besarnya laba usaha.

(7)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 7 KASUS

PENENTUAN HPP KONVENSIONAL

PT. MAKMUR adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang dikumpulkan pada akhir periode 2017.

1. Biaya Produksi

Biaya bahan baku (raw material) Rp 6.000 /unit Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Rp 4.000 /unit Total biaya overhead pabrik (BOP) Rp 300.000.000 /th (Variabel 60%, Tetap 40%)

Total biaya administrasi dan umum Rp 60.000.000 /th (Variabel 40%, Tetap 60%)

Total biaya pemasaran Rp 50.000.000/th

(Variabel 60%, Tetap 40%)

2. Harga jual produk jadi sebesar Rp 50.000/unit 3. Data penjualan dan produksi

Persediaan awal 5000 unit Produksi 80.000 unit Penjualan 70.000 unit Persediaan akhir 10.000 unit Diminta :

1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing ! 2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing ! 3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya !

(8)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 8 VISUAL BASIC :

FORM 1

(9)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 9 FORM 3

CONTOH KASUS : FORM 1

(10)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 10 FORM 2

(11)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 11 FORM 3

(12)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 12 BAB II

PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

Metode ABC (Activity Based Costing ) merupakan alternatif lain terhadap metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode tradisional tidak tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja.

Activity Based Costing system adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya oleh akivitas. (Rudianto 2013:160)

Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.

Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu :

1. Facility sustaining activity cost. Biaya yang berkaitan dengan mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misalnya, biaya depresiasi, biaya asuransi.

2. Product sustaining activity cost. Biaya yang berkitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misalnya biaya pengujian produk, biaya desain prduk.

3. Bacth activity cost. Biaya yang berkitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misalnya biaya setup mesin.

4. Unit level activity cost. Biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misalnya, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja.

Kelebihan dari ABC :

1. Dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya lebih akurat.

2. Mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. 3. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak

bernilai tambah.

4. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan pengambilan keputusan.

(13)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 13 Kelemahan dari ABC ( Caster dan Usry (2005: 513)):

 Mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya. Cara yang paling berguna untuk memahami logika ABC (Activity Based Costing system) adalah dengan mengakui bahwa ABC (Activity Based Costing system) memperlakukan semua biaya sebagai biaya variable karena ABC (Activity Based Costing system) dirancang sebagai alat pembuat keputusan strategis dalam jangka panjang.

 ABC (Activity Based Costing system) tidak menunjukkan biaya yang akan dapat dihindari dengan menghentikan suatu produk. ABC (Activity Based Costing system) berusaha untuk menunjuk sumber daya dalam jangka panjang dari setiap produk namun tidak memprediksi berapa banyak pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tertentu.

 ABC (Activity Based Costing system) memerlukan usaha pengumpulan data melampaui yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelaporan eksternal.

(14)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 14 CONTOH KASUS

PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

PT. PAKAIAN memproduksi empat jenis produk yaitu : KAOS, CELANA, ROK, KEMEJA dan dengan data sebagai berikut:

Keterangan KAOS CELANA ROK KEMEJA Total

Unit Keluaran 350 unit 250 unit 200 unit 500 unit 1.300 unit Biaya Material

(Material Cost) Rp250.000 Rp200.000 Rp150.000 Rp300.000 Rp900.000 Jam Inspeksi

(Inspection Hours)

50 jam 60 jam 100 jam 70 jam 280 jam Kilowatt

(Kilowatt Hours) 1.000 jam 1.500 jam 500 jam 2.200 jam 5.200 jam Jam Mesin

(Machine Hours) 350 jam 300 jam 450 jam 500 jam 1.600 jam Putaran Produksi (Production Cycle) 40 55 65 50 210 Jam kerja Langsung (Direct Labour Hours)

60 jam 75 jam 100 jam 65 jam 300 jam

Biaya tenaga kerja Rp600 / jam

Biaya Overhead Pabrik

• Biaya inspeksi pabrik (Factory inspection expense) Rp50.000

• Biaya Listrik Rp70.000

• Biaya perawatan mesin (machine maintenance cost) Rp100.000 • Biaya Persiapan produksi (product preparation cost) Rp100.000 +

Rp320.000 Hitunglah harga pokok per unit :

a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam tenaga kerja! b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :

 Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi  Biaya Listrik dialokasikan berdsarkan kilowatt jam

 Biaya perawatan mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin

 Biaya persiapan produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut!

(15)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 15 JAWABAN CONTOH KASUS

A. Metode konvensional :

Tarif BOP : 320.000 / 1.600 JTK = Rp200/Jam Mesin

Keterangan KAOS CELANA ROK KEMEJA

Biaya Material Rp 250.000 Rp 200.000 Rp 150.000 Rp 300.000 BTKL Rp 36.000 Rp 45.000 Rp 60.000 Rp 39.000 Biaya Utama Rp 286.000 Rp 245.000 Rp 210.000 Rp 339.000 BOP @ 200 Rp 70.000 Rp 60.000 Rp 90.000 Rp 100.000 HPP Rp 356.000 Rp 305.000 Rp 300.000 Rp 439.000 Unit yang diproduksi 350 unit 250 unit 200 unit 500 unit

HPP / Unit Rp 1.017 Rp 1.220 Rp 1.500 Rp 878

B. Metode ABC : Tarif BOP :

Biaya inspeksi pabrik Rp50.000 / Rp 280 Jam = Rp 178,6/Jam Inspeksi Biaya Listrik Rp70.000 / Rp 5.200 Jam = Rp13,5/ Kilo Jam Biaya perawatan mesin Rp100.000 / Rp 1.600 Jam = Rp 62,5/ Jam Mesin Biaya Persiapan produksi Rp100.000 / Rp 210 = Rp 476,2/ Putaran

Keterangan KAOS CELANA ROK KEMEJA

Biaya Utama Rp 286.000 Rp 245.000 Rp 210.000 Rp 339.000 Biaya Inspeksi @ Rp 178,6/Jam Inspeksi Rp 8.930 Rp 10.716 Rp 17.860 Rp 12.502 Biaya Listrik Rp13,5/ Kilo Jam Rp 13.500 Rp 20.250 Rp 6.750 Rp 29.700 Biaya Perawatan Rp62,5/Jam Mesin Rp 21.875 Rp 18.750 Rp 28.125 Rp 31.250 Biaya persiapan Rp 476,2/ Putaran Rp 19.048 Rp 26.191 Rp 30.953 Rp 23.810 HPP Rp 349.353 Rp 320.907 Rp 293.688 Rp 436.262 Unit Produksi 350 unit 250 unit 200 unit 500 unit

HPP / Unit Rp 998,2 Rp 1.283,6 Rp 1.468,4 Rp 872,5

C. Membandingkan Hasil yang Diperoleh

Keterangan KAOS CELANA ROK KEMEJA

HPP / Unit Konvensional Rp 1.017 Rp 1.220 Rp 1.500 Rp 878 HPP / Unit ABC Rp 998,2 Rp 1.283,6 Rp 1.468,4 Rp 872,5 % perubahan pemakaian ABC -1,88% 4,95% -2,15% -0,63% Metode ABC membebankan BOP lebih besar terhadap produksi dengan volume lebih rendah sehingga HPP/unit yang menjadi lebih mahal dan membebankan BOP lebih kecil terhadap produksi dengan volume yang lebih tinggi sehingga HPP/unit lebih murah.

(16)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 16 KASUS

PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

PT. FURNITURE memproduksi empat jenis produk yaitu : M, E, J, A dan dengan data sebagai berikut:

Keterangan M E J A Total

Unit Keluaran 500 unit 550 unit 800 unit 650 unit 2.500 unit Biaya Material

(Material Cost) Rp250.000 Rp300.000 Rp550.000 Rp400.000 Rp1.500.000 Jam Inspeksi

(Inspection Hours)

60 jam 70 jam 110 jam 80 jam 320 jam Kilowatt

(Kilowatt Hours) 2.000 jam 1.100 jam 2.100 jam 2.400 jam 7.600 jam Jam Mesin

(Machine Hours) 450 jam 400 jam 550 jam 600 jam 2.000 jam Putaran Produksi (Production Cycle) 50 60 65 55 230 Jam kerja Langsung (Direct Labour Hours)

80 jam 70 jam 120 jam 130 jam 400 jam

Biaya tenaga kerja Rp800 / jam

Biaya Overhead Pabrik

• Biaya inspeksi pabrik (Factory inspection expense) Rp60.000

• Biaya Listrik Rp70.000

• Biaya perawatan mesin (machine maintenance cost) Rp120.000 • Biaya Persiapan produksi (product preparation cost) Rp100.000 +

Rp350.000 Hitunglah harga pokok per unit :

a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam tenaga kerja! b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :

 Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi  Biaya Listrik dialokasikan berdsarkan kilowatt jam

 Biaya perawatan mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin

 Biaya persiapan produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut!

(17)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 17 VISUAL BASIC :

FORM 1

(18)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 18 FORM 3

CONTOH KASUS : FORM 1

(19)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 19 FORM 2

(20)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 20 BAB III

ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA

Perilaku biaya merupakan pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan kegiatan perusahaan, seperti volume produksi, volume penjualan dan sebagainya. Pada umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan volume kegiatan.

Estimasi tingkah laku biaya bertujuan untuk menguraikan berbagai macam sifat dan cara penetapan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Pengetahuan mengenai bagaimana suatu biaya akan berubah dibawah berbagai macam pengaruh merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan, estimasi biaya di masa yang akan datang, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.

Berdasarkan perilaku dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan :

 Biaya Variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan volume kegiatan.

Contoh : Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung

 Biaya Tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya tetap per unit berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan.

Contoh : Biaya penyusutan, Biaya gaji pimpinan, Gaji direktur produksi dsb.

 Biaya semi variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya.

Contoh : Biaya Listrik, biaya pemeliharaan kendaraan.

Pada umumnya, klasifikasi dan estimasi biaya yang lebih dapat diandalkan diperoleh dengan menggunakan pendekatan analisis biaya masa lalu, dengan beberapa metode yaitu:

1. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (High And Low Point Method)

Maksud dari titik tertinggi dan terendah disini adalah Titik tertinggi adalah suatu titik dengan tingkat output atau aktivitas tertinggi, sedangkan titik terendah adalah titik dengan tingkat output atau aktivitas yang terendah. Jadi dalam metode ini suatu biaya

(21)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 21 pada tingkat aktivitas tertinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat aktivitas terendah di masa yang lalu. Selisih biaya yang dihitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tersebut.

Dimana :

Y = a + bx

Y = Total biaya b = Biaya variable satuan a = Biaya tetap x = Volume kegiatan Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut :

a = Y1 – bX1 atau a = Y2 – bX2, dan Dimana :

a = Biaya tetap b = Biaya variabel

Y1 = Perubahan biaya terendah Y2 = Perubahan biaya terendah X1 = Perubahan aktivitas terendah X2 = Perubahan aktivitas tertinggi

2. Metode Biaya Berjaga (Stand By Cost Method)

Metode ini mencoba menghitung beberapa biaya yang harus tetap dikeluarkan andaikata perusahaan di tutup untuk sementara, jadi produknya sama dengan nol. Biaya ini di sebut biaya terjaga, dan biaya terjaga ini merupakan unsur bagian yang berperilaku tetap. Perbedaan antara biaya yang dikeluarkan selama kegiatan berjalan dengan biaya berjaga, merupakan unsur biaya yang berperilaku variabel.

Dimana : Y = a + bx

Y = Total biaya b = Biaya variable satuan a = Biaya tetap x = Volume kegiatan

(22)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 22 3. Metode Kuadrat Terkecil (Least-square Method)

Metode ini merupakan pengukuran dari jumlah biaya yang ada untuk mengetahui rata-rata biaya tetap dan rata-rata biaya variabel.

Dimana :

Y = a + bx

Y = Total biaya n = Jumlah data

a = Biaya tetap x = Volume kegiatan b = Biaya variabel satuan

Rumus perhitungan a dan b adalah sebagai berikut : Dimana : a = Biaya tetap b = Biaya variabel y = Biaya sesungguhnya x = Unit terjual n = Jumlah data

(23)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 23 CONTOH KASUS

ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA

PT. DALAS akan bekerja sama dengan PT. SALAD. Sebelum memutuskan untuk

bekerja sama PT. DALAS akan mengamati biaya penjualannya selama 4 bulan terakhir (tahun 2017). PT. DALAS adalah sebuah perusahaan yang memproduksi jam tangan dengan kualitas tinggi. Data biaya penjualan sebagai berikut :

BULAN UNIT YANG TERJUAL BIAYA PENJUALAN

JANUARI 200 Rp 350.000

FEBRUARI 600 Rp 450.000

MARET 400 Rp 400.000

APRIL 800 Rp 500.000

Pertanyaan :

1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah (high and low point method) jika dalam anggaran akhir tahun 2017 PT. DALAS merencanakan menaikkan penjualan sebesar 200 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan ?

2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method), dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp. 340.000,- per bulan. Jika perusahaan menaikkan penjualan sebesar 200 unit yang terjual, berapakah jumlah biaya penjualan (total sales expence) yang harus dikeluarkan oleh PT. DALAS?

3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (least-square method) jika perusahaan merencanakan menaikkan 200 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan?

(24)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 24 JAWABAN CONTOH KASUS :

1. METODE HIGH AND LOW POINT

Titik tertinggi Titik terendah Selisih

Unit yang Terjual 800 200 600

Biaya Penjualan 500.000 350.000 150.000 Biaya variabel (variable cost) = 150.000 / 600 = 250 per unit yang terjual

TITIK KEGIATAN Tertinggi Terendah By penjualan yg terjadi 500.000 350.000 By penjualan variable 250 x 800 250 x 200 200.000 50.000 By penjualan tetap 300.000 300.000

Persamaan garis linear :

Y = a + b X , dimana a = biaya tetap, b = biaya variabel Y = 300.000 + 250 X

Kenaikan unit yang terjual sebesar 200 maka : Y = 300.000 + 250 (200) = 350.000

Jadi, biaya penjualan yang dikeluarkan PT. SIDNEY jika unit yang terjual dinaikkan menjadi 200 unit adalah sebesar Rp 350.000.

2. METODE BERJAGA-JAGA

Biaya yang dikeluarkan pada tingkat 800 Rp 500.000 Biaya tetap (fixed cost) Rp 340.000 -

Selisih (variance) Rp 160.000

Biaya variabel = Rp 160.000 / 800 = Rp 200 per unit yang terjual Persamaan garis linear : Y = a + b X

(25)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 25 Kenaikan unit yang terjual sebesar 200 maka :

Y = 340.000 + 200 (200) Y = 380.000

Jadi, biaya penjualan yang dikeluarkan PT. SIDNEY jika unit yang terjual dinaikkan menjadi 200 unit adalah sebesar Rp 380.000

3. METODE LEAST-SQUARE

Bulan UNIT (X) Biaya Penjualan (Y) X2 XY

JANUARI 200 Rp 350.000 Rp 40.000 Rp 70.000.000 FEBRUARI 600 Rp 450.000 Rp 360.000 Rp 270.000.000 MARET 400 Rp 400.000 Rp 160.000 Rp 160.000.000 APRIL 800 Rp 500.000 Rp 640.000 Rp 400.000.000 TOTAL 2.000 Rp 1.700.000 Rp 1.200.000 Rp 900.000.000 ∑XY = a∑X + b∑X2 900.000.000 = 2.000 a + 1.200.000 b ∑Y = n.a + b∑X 1.700.000 = 4 a + 2.000 b

Mencari biaya variabel per jam :

900.000.000 = 2.000 a + 1.200.000 b (x1) 1.700.000 = 4 a + 2.000 b (x500 ) 900.000.000 = 2.000 a + 1.200.000 b 850.000.000 = 2.000 a + 1.000.000 b 50.000.000 = 200.000 b b = 250 Mencari biaya tetap (a) : Y = a + bX

350.000 = a + (250 x 200) 350.000 = a + 50.000 a = 350.000 - 50.000 a = 300.000

(26)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 26 Kenaikan unit yang terjual sebesar 200 maka :

Y = 300.000 + 250 (200) Y = 300.000 + 50.000 Y = 350.000

Jadi, biaya penjualan yang dikeluarkan PT. SIDNEY jika unit yang terjual dinaikkan menjadi 200 unit adalah sebesar Rp 350.000

(27)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 27 KASUS

ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA

PT. SIDNEY adalah sebuah perusahaan yang memproduksi sepatu berkualitas tinggi,

akan mengamati biaya penjualan selama 6 bulan terakhir (tahun 2016). Data biaya penjualan sebagai berikut :

BULAN UNIT YANG TERJUAL BIAYA PENJUALAN

JANUARI 80.000 Rp 1.800.000 FEBRUARI 120.000 Rp 2.500.000 MARET 50.000 Rp 1.000.000 APRIL 20.000 Rp 500.000 MEI 40.000 Rp 800.000 Pertanyaan :

1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah (high and low point method) jika dalam anggaran akhir tahun 2016 PT. SIDNEY merencanakan menaikkan penjualan sebesar 10.000 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan?

2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method), dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp. 220.000,- per bulan. Jika perusahaan menaikkan penjualan sebesar 10.000 unit yang terjual, berapakah jumlah biaya penjualan (total sales expence) yang harus dikeluarkan oleh PT. SIDNEY ? 3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (least-square

method) jika perusahaan merencanakan menaikkan 10.000 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan?

(28)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 28 VISUAL BASIC :

FORM 1

(29)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 29 FORM 3

(30)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 30 CONTOH KASUS :

FORM 1

(31)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 31 FORM 3

(32)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 32 FORM 4

(33)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 33 BAB IV

LAPORAN SEGMENTASI

A. PELAPORAN YANG DISEGMEN

Untuk beroperasi secara efektif, manajer harus mempunyai informasi sebanyak-banyaknya yang melebihi dari informasi yang diberikan oleh laporan laba-rugi semata. Beberapa jenis produk dapat menguntungkan dan beberapa lainnya kurang dapat memberikan keuntungan, beberapa daerah penjualan mungkin mempunyai komposisi penjualan yang buruk atau mungkin mengabaikan kesempatan penjualan, atau beberapa divisi produksi mungkin tidak efektif menggunakan kapasitas dan sumber daya mereka. Untuk membuka masalah ini manajer membutuhkan laporan yang memfokuskan pada segmen perusahaan. Pelaporan yang disegmen merupakan pelaporan yang dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Segmen dapat didefinisikan sebagai setiap bagian atau setiap aktivitas organisasi yang mengakibatkan manajer perlu mencari data biaya mengenai bagian atau aktivitas organisasi tersebut.

Laporan keuangan segmen merupakan ikhtisar keuangan yang menunjukkan kinerja keuangan segmen yang dilaporkan. (. (L.M. Samryn, S.E., Ak., M.M.,2012 : 79) Laporan ini diperlukan untuk :

 Menilai kinerja segmen.

 Menilai produktivitas dan profitabilitas segmen.

 Membuat keputusan menutup atau mempertahankan segmen.

B. KONSEP ALOKASI DASAR

Laporan yang disegmen untuk kegiatan intern disajikan secara khusus dalam bentuk kontribusi. Pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan ini adalah sama seperti pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan jenis kontribusi pada umumnya, kecuali satu hal yang tidak sama yaitu terletak pada penanganan biaya tetap. Dimana biaya tetap dibagi ke dalam dua bagian pada laporan yang disegmen yaitu Direct Fixed Cost dan Common Fixed Cost.

Direct Fixed Cost yaitu biaya tetap yang dapat dikaitkan langsung pada segmen tertentu dan yang timbul karena adanya segmen. Sedangkan Common Fixed Cost yaitu biaya

(34)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 34 tetap yang tidak dapat dikaitkan langsung pada setiap segmen tertentu, tetapi timbul karena aktivitas operasi keseluruhan.

Dua pedoman yang diikuti (L.M. Samryn, S.E., Ak., M.M.,2012 : 80) dalam membebankan biaya ke berbagai segmen organisasi menurut pendekatan kontribusi yaitu :

1. Mengikuti pola perilaku biaya (biaya variabel dan tetap)

Penyajian biaya berdasarkan karakteristik ini digunakan untuk menghitung margin kontribusi. Informasi yang dihasilkannya bermanfaat dalam mengevaluasi pentingnya keberadaan suatu produk sebagai segmen dalam menghasilkan laba.

2. Dapat atau tidaknya suatu biaya ditelusuri hubungannya secara langsung dengan segmen di mana biaya tersebut terjadi. Dalam perusahaan yang mempunyai banyak segmen terdapat biaya yang melekat pada keberadaan segmen.

Pelaporan yang disegmen memberi kemampuan perusahaan untuk melihat sendiri dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Berbeda cara untuk dapat menghasilkan data biaya dan profitabilitas meliputi :

1. Per devisi 2. Per lini Produk 3. Per daerah penjualan 4. Per daerah desa

5. Per operasi dalam dan luar negeri

Terdapat beberapa alternatif untuk menetapkan segmen-segmen satu perusahaan guna menghasilkan informasi yang signifikan kepada investor. Tiga alternatif yang penting adalah: 1. Divisi Geografis (segmen yang didasarkan pada letak geografis mungkin sangat informatif bagi perusahaan, terutama dalam membedakan operasi domestik dan luar negeri).

2. Divisi Lini Produk atau Industrial (memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan profitabilitas, tingkat risiko, dan peluang pertumbuhan). 3. Divisi berdasarkan struktur intern pengendalian manajemen (mengumpulkan data

(35)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 35 Penyajian dalam Pelaporan Segmen

1. Perusahaan harus menggambarkan aktivitas masing-masing segmen industri dan menunjukkan komposisi masing-masing wilayah geografis yang dilaporkan. 2. Untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan, informasi keuangan

berikut ini harus diungkapkan:

Penjualan atau pendapatan operasi lainnya dibedakan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan dari segmen lain, hasil segmen, aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan dalam jumlah uang atau sebagai presentase dari jumlah yang dikonsolidasikan.

3. Perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual dan informasi keseluruhan dalam laporan keuangan.

C. TUJUAN PELAPORAN SEGMEN

Tujuan dari pelaporan segmen adalah untuk menetapkan prinsip-prinsip pelaporan informasi keuangan berdasarkan segmen, yaitu informasi tentang berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan berbagai jenis produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan berbagai wilayah geografis operasi perusahaan dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam:

- Memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik - Menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik - Menilai perusahaan secara keseluruhan secara lebih memadai.

(36)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 36 CONTOH KASUS

LAPORAN SEGMENTASI

Hikari Corporation menjual dua produk merk jam tangan yaitu Casio dan Alba di dua daerah penjualan, Bogor dan Bandung. Data biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan adalah sebagai berikut :

1. Harga jual, biaya variabel dan kontribusi margin per saham: Casio Alba Harga jual per satuan Rp 250.000 Rp 170.000 Biaya variabel per satuan Rp 100.000 Rp 75.000 Kontribusi margin Rp 325.000 Rp 200.000

2. Selama tahun 2015, Produk Casio terjual sebanyak 40.000 unit satuan dan Produk Alba sebanyak 25.000 unit satuan.

Di daerah penjualan Bogor, jumlah produk Casio terjual sebanyak 60% dari total penjualannya dan sisanya untuk daerah Bandung. Sedangkan untuk Produk Alba di daerah Bogor terjual sebanyak 50% dari total penjualannya dan sisanya daerah Bandung.

3. Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2015

 Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk : Casio Alba

Biaya Produksi Tetap Rp 70.000.000 Rp 55.000.000 Biaya Administrasi Tetap Rp 25.000.000 Rp 15.000.000  Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :

Bogor Bandung Biaya Penjualan Tetap Rp 43.000.000 Rp 35.000.000 Biaya Administrasi Tetap Rp 10.000.000 Rp 10.000.000

Diminta :

1) Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan (Teritorial Segmen)

2) Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Produk Line)

(37)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 37 JAWABAN CONTOH KASUS

1. Berdasarkan Daerah Penjualan

Bogor Bandung Jumlah

Penjualan - Casio - Alba Rp 6.000.000.000 Rp 2.125.000.000 Rp. 4.000.000.000 Rp 2.125.000.000 Rp 10.000.000.000 Rp 4.250.000.000 Total Penjualan Rp 8.125.000.000 Rp 6.125.000.000 Rp 14.250.000.000 Biaya Variabel : - Casio - Alba Rp 2.400.000.000 Rp 937.500.000 Rp 1.600.000.000 Rp 937.500.000 Rp 4.000.000.000 Rp 1.875.000.000 Total Biaya Variabel (Rp 3.337.500.000) (Rp 2.537.500.000) (Rp 5.875.000.000)

Contribution Margin Rp 4.787.500.000 Rp 3.587.500.000 Rp 8.375.000.000 Direct Fied Expenses

-Biaya Penjualan -Biaya Administrasi (Rp 43.000.000) (Rp 10.000.000) (Rp 35.000.000) (Rp 10.000.000) (Rp 78.000.000) (Rp 20.000.000) Territorial margin segmen Rp 4.734.500.000 Rp 3.542.500.000 Rp 8.277.000.000 Common Fixed Expenses

-Biaya Produksi -Biaya Administrasi

(Rp125.000.000) (Rp40.000.000)

(38)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 38 2.Berdasarkan Lini Produk

Casio Alba Jumlah

Penjualan Biaya Variabel Rp10.000.000.000 (Rp 4.000.000.000) Rp 4.250.000.000 (p (Rp 1.875.000.000) Rp14.250.000.000 (Rp 5.875.000.000) Contribution Margin Rp 6.000.000.000 Rp 2.375.000.000 Rp 8.375.000.000 Direct Fixed Expenses:

-Biaya Produksi -Biaya Administrasi (Rp70.000.000) (Rp25.000.000) (Rp55.000.000) (Rp15.000.000) (Rp125.000.000) (Rp40.000.000) Product Line Fixed Margin Rp 5.905.000.000 Rp 2.305.000.000 Rp 8.210.000.000 Common Fixed Expenses :

-Biaya Penjualan -Biaya Administrasi

(Rp78.000.000) (Rp20.000.000)

(39)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 39 KASUS

LAPORAN SEGMENTASI

Diamond Corporation menjual dua produk celana yaitu Levi’s dan Prada di dua daerah penjualan, Jogja dan Jakarta. Data biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan adalah sebagai berikut :

1. Harga jual, biaya variabel dan kontribusi margin per saham:

Levi’s Prada Harga jual per satuan Rp 130.000 Rp 110.000 Biaya variabel per satuan Rp 75.000 Rp 85.000 Kontribusi margin Rp 95.000 Rp 100.000

2. Selama tahun 2015, Produk Levi’s terjual sebanyak 12.000 unit satuan dan Produk Prada sebanyak 8.500 unit satuan.

Di daerah penjualan Jogja jumlah produk Levi’s terjual sebanyak 65% dari total penjualannya dan sisanya untuk daerah Jakarta. Sedangkan untuk Produk Prada di daerah Jogja terjual sebanyak 80% dari total penjualannya dan sisanya daerah Jakarta.

3. Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2015

 Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :

Levi’s Prada Biaya Produksi Tetap Rp35.000.000 Rp45.000.000 Biaya Administrasi Tetap Rp15.000.000 Rp10.000.000  Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :

Jogja Jakarta

Biaya Penjualan Tetap Rp65.000.000 Rp 55.000000 Biaya Administrasi Tetap Rp25.000.000 Rp 15.000.000

Diminta :

1) Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah penjualan (Teritorial Segmen) !

2) Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk (Produk Line) !

(40)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 40 VISUAL BASIC :

FORM 1

(41)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 41 CONTOH KASUS :

FORM 1

(42)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 42 BAB V

ANALISIS CPV

Analisis CPV menurut Garrison/Noreen (2006:322) yaitu “ salah satu dari beberapa alat yang sangat berguna bagi manajer dalam memberikan perintah. Alat ini membantu manajer untuk memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume dan laba.”

Analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba atau Cost Profit Volume (CPV) merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk menyusun perencanaan laba. Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu biaya, harga jual dan volume (penjualan dan produksi).

Analisis biaya volume laba ini juga dapat di gunakan untuk hal-hal sebagai berikut : a. Mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan

tidak mengalami kerugian.

b. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu.

c. Mengetahui seberapa jauh berkuranmgnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian.

d. Mengetahui bagaiman efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan.

e. Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang di targetkan.

ANALISIS IMPAS

Menurut Krismiaji dan Aryani (2011:170), “Break Even Point atau titik impas sebagai sebuah titik dimana jumlah pendapatan penjualan sama dengan jumlah biaya. Dengan demikian pada titik ini perusahaan tidak memperoleh laba, namun juga tidak menderita rugi (laba=0).”

Kondisi ini sangat penting untuk diketahui perusahaan. Mengingat dengan mengetahui titik impas perusahaan bisa merencanakan operasinya dengan baik atau bahkan untuk tidak meneruskan operasinya.

(43)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 43 Manfaat atau Kegunaan Analisis Break Even Point (BEP)

Analisis break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan perusahaan, kegunaannya antara lain:

1. Sebagai dasar/landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha laba tertentu dan dapat digunakan untuk perencanaan laba/profit planning.

2. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu untuk alat mencocokkan antara realisasi biaya dengan angka-angka dalam perhitungan break even point sebagai pengendalian atau controlling.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungan menurut analisa break even point dan laba yang ditargetkan.

4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan seorang manajer, misalnya seorang manajer akan mengambil suatu keputusan tertentu terlebih dahulu menanyakan titik break even point.

Break Even Point (BEP) A. Pendekatan Persamaan

Seperti pada artian titik impas bahwa:

 Perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi  Total penjualan sama dengan total biaya

 Laba sama dengan nol

Maka persamaan titik impas bisa disajikan sebagai berikut:

Dalam persamaan ini, total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Dengan demikian persamaan yang lengkap adalah:

Penjualan = Total Biaya

(44)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 44 Dalam kondisi ini laba sama dengan nol dan untuk perencanaan lebih lanjut persamaan bisa dijadikan:

*) TI = Titik Impas

B. Pendekatan Margin Kontribusi

Margin Kontribusi (Contribution Margin) adalah sisa hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah margin kontribusi akan bisa digunakan untuk menutup biaya tetap dan membentuk laba.

Titik impas yang dicari dengan metode margin kontribusi menetapkan seberapa besar margin kontribusi cukup untuk menutup biaya tetap. Atau titik impas dicapai ketika jumlah margin kontribusi sama besarnya dengan jumlah biaya tetap. Dengan pendekatan ini, titik impas bisa dijadikan dalam bentuk unit atau dalam rupiah.

 Unit

Titik impas dalam unit dicari dengan formula:

 Rupiah

Titik impas dalam rupiah dicari dengan formula:

*) Ratio margin kontribusi = Margin Kontribusi / Penjualan *100%

Margin of Safety (Margin Pengamanan Penjualan)

Perhitungan Margin of Safety (MOS) adalah suatu angka atau nilai yang memberikan informasi sampai seberapa jauh tingkat produksi penjualan yang direncanakan dengan penjualan yang direncanakan pada BEP.

Penjualan TI*) = Biaya Variabel TI *) + Biaya Tetap

Biaya Tetap Total

Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit

Biaya Tetap Total

(45)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 45 Rumus yang digunakan untuk menghitung Margin of Safety adalah:

1. Margin of Safety dalam Rupiah (Rp)

2. Margin of Safety dalam Persen (%)

% MOS =

Angka Margin of Safety ini memberikan informasi sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume yang direncanakan, yang tidak mengakibatkan kerugian.

Tuasan Operasi (Operating Leverage)

Tuasan operasi atau operating leverage adalah tingkat pengeluaran biaya tetap dalam sebuah perusahaan. Bagi akuntan manajemen, tuasan operasi mengacu pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kenaikan laba bersih manakala volume penjualan melonjak.

Karena perbedaan margin kontribusi dengan laba bersih adalah biaya tetap, maka perusahaan dengan biaya tetap yang tingi akan mempunyai tuasan operasi yang tinggi pula. Tuasan operasi akan paling tinggi dalam suatu perusahaan jika biaya tetapnya lebih besar dibandingkan dengan biaya variabelnya. Sebaliknya, tuasan operasi akan rendah di dalam perusahaan dengan proporsi biaya tetap lebih kecil daripada biaya variabelnya.

Faktor Tuasan Operasi

Faktor tuasan operasi adalah suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu, seberapa besar presentase perubahan volume penjualan akan mempengaruhi laba. Semakin laba bersih mendekati nol, maka semakin dekat perusahaan ke titik impas. Hal ini akan menyebabkan faktor tuasan operasi yang tinggi. Pada saat volume penjualan menggelembung, margin kontribusi dan laba bersih akan membengkak pula, konsekuensinya adalah faktor tuasan operasi secara progresif menjadi lebih kecil.

Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus berikut: MOS = Penjualan – Penjualan Pada Titik Impas

MOS dalam rupiah Penjualan

(46)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 46 𝑭𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝑻𝒖𝒂𝒔𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 = 𝐌𝐚𝐫𝐠𝐢𝐧 𝐊𝐨𝐧𝐭𝐫𝐢𝐛𝐮𝐬𝐢

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡

Laba Sasaran

Manfaat penentuan titik impas diantaranya perusahaan akan bisa memperkirakan penjualan yang dilakukan agar laba tertentu dapat diperoleh. Dengan pendekatan persamaan maupun pendekatan margin kontribusi, jumlah penjualan untuk mencapai laba diinginkan dapat dicari dengan menambahkan laba pada unsur biaya tetap. Analisis biaya-volume-laba dapat diterapkan untuk menentukan kuantitas barang yang harus diproduksi atau nilai penjualan yang harus diraup perusahaan supaya mencapai laba sasarannya. Dengan mengubah koneksi diantara biaya-volume-laba, manajemen dapat menghitung volume penjualan yang sesuai dengan laba yang dikehendaki.

Sehingga persamaan atau formulanya akan menjadi sebagai berikut: 1. Pendekatan Persamaan

2. Pendekatan Margin Kontribusi

𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 =𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 + 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐌𝐚𝐫𝐠𝐢𝐧 𝐊𝐨𝐧𝐭𝐫𝐢𝐛𝐮𝐬𝐢 Penjualan = Biaya Variabel +Biaya Tetap + Laba

(47)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 47 CONTOH KASUS

ANALISIS CPV

Seorang pengusaha P merencanakan menjual tempe di Pasar. Perkiraan harga jual dan biaya atas tahu tersebut adalah:

1. Kacang kedelai per satuan tahu Rp 2.000,00 2. Upah membuat tahu per satuan Rp 1.500,00 3. Biaya sewa ruko per hari Rp 15.000,00 4. Gaji penunggu ruko per hari Rp 7.500,00 5. Harga jual per satuan Rp 5.000,00

Hitunglah :

1. Pendekatan Margin Contribusi

2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan margin kontribusi 3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 100 unit

4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha Q dengan L/R sebagai berikut : Pengusaha Q Jumlah Penjualan Rp500.000,00 100% Biaya Variabel (Rp150.000,00) 30% Margin Kontribusi Rp350.000,00 Biaya Tetap (Rp222.500,00) Laba Bersih Rp 127.500,00

(dengan asumsi Pengusaha P dan Pengusaha Q penjualannya dinaikkan sebesar 20%)

5. Laba Sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp19.500 6. Analisis

(48)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 48 JAWABAN CONTOH KASUS :

Secara akuntansi data tersebut bisa di sajikan:

Harga jual per satuan Rp 5.000,00 Biaya variabel per satuan:

Bahan Kacang Kedelai Rp 2.000,00 Upah langsung Rp 1.500,00 + Biaya variabel per satuan Rp 3.500,00 Biaya tetap per hari :

Sewa ruko Rp15.000,00

Gaji tetap penunggu ruko Rp 7.500,00 + Biaya tetap per hari Rp 22.500,00

1. Margin kontribusi dalam rupiah

Penjualan per unit Rp5.000,00 Biaya variabel per unit Rp3.500,00 - Margin kontribusi per unit Rp1.500,00

*) Ratio margin kontribusi =

=

= 30 %

2. Kemudian, titik impas bisa dikemukakan sebagai berikut:

Titik impas dalam unit =

= = 15 unit Margin Kontribusi Penjualan X 100% Rp 400,00 Rp2.000,00 Rp1.500,00 X 100%X 100%

Biaya Tetap Total

Margin Kontribusi Dalam Rupiah per Unit

Rp22.500,00 Rp 1.500,00

(49)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 49 Titik impas dalam rupiah =

= = Rp 75.000,00

3. Margin Of Safety (MOS)

Dengan anggaran penjualan yang dibuat oleh Pengusaha P, maka berapakah nilai margin of safety nya?

uasan Operasi

4. Tuasan Operasi

Untuk lebih memahami konsepnya, lihat sajian data dari contoh soal sebelumnya dengan membandingkan dengan data pengusaha tahu lain.

Biaya Tetap Total

Ratio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit

Rp 22.500,00 30%

Jumlah Persen

Penjualan (Rp5.000x100 unit) Rp500.000,00 100 Biaya Variabel (Rp3.500x100 unit) (Rp350.000,00) (70) Margin Kontribusi (Rp1.500x100 unit) Rp150.000,00 30

Biaya Tetap (Rp 22.500,00)

Laba Bersih Rp127.500,00

Titik Impas

Rp22.500 / 30% Rp75.000,00

MOS dalam rupiah (Penjualan – Titik Impas)

Rp500.000,00 – Rp75.000,00 Rp425.0000,00

MOS dalam prosentase

(50)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 50 Seorang Pengusaha Q mempunyai proporsi biaya tetap yang lebih tinggi dari segi biaya variabelnya dibandingkan dengan Pengusaha P. Walaupun demikian jumlah biaya kedua pengusaha tempe tersebut sama yakni Rp373.000,00 pada tingkat penjualan Rp500.000,00. Jika penjualan masing-masing pengusaha dinaikkan sebesar 20% (dari Rp500.000,00 menjadi Rp600.000,00 pada setiap pengusaha). Hal ini tercermin dalam perhitungan dibawah ini.

Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat dikur dengan

Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus berikut : Faktor Tuasan Operasi =

Untuk faktor tuasan operasi Pengusaha P dan Pengusaha Q pada tingkat penjualan Rp 500.000,00 adalah:

Pengusaha P : = 1,18

Pengusaha P Pengusaha Q

Jumlah Persen Jumlah Persen Penjualan Rp500.000,00 100 Rp500.000,00 100 Biaya Variabel (Rp350.000,00) (70) (Rp150.000,00) (30) Margin Kontribusi Rp150.000,00 30 Rp350.000,00 70 Biaya Tetap (Rp 22.500,00) (Rp222.500,00) Laba Bersih Rp 127.500,00 Rp 127.500,00 Pengusaha P Pengusaha Q

Jumlah Persen Jumlah Persen Penjualan Rp600.000,00 100 Rp600.000,00 100 Biaya Variabel (Rp420.000,00) 70 (Rp180.000,00) 30 Margin Kontribusi Rp180.000,00 30 Rp420.000,00 70 Biaya Tetap (Rp 22.500,00) (Rp222.500,00) Laba Bersih Rp 157.500,00 Rp197.500,00 Margin Kontribusi Laba Bersih Rp150.000 Rp 127.500

(51)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 51

Pengusaha Q : = 2,75

Pengusaha A 20 1,18 23,6%

Pengusaha B 20 2,75 55%

Bagan diatas menjelaskan mengapa kenaikan penjualan sebesar 20% menyebabkan kenaikan laba bersih Pengusaha P dari Rp127.500,00 menjadi Rp157.500,00 (kenaikan 23,6%) dan laba Pengusaha Q menjulang tinggi dari Rp127.500,00 menjadi Rp197.500 (pelonjakan 55%).

5. Laba Sasaran

Pengusaha yang dipakai sebagai contoh sebelumnya, menginginkan laba per hari Rp19.500,00. (perlu dikemukakan kembali bahwa biaya tetap rupiah total Rp22.500,00; biaya variabel per unit Rp3.500,00; penjualan per unit Rp5.000,00; margin kontribusi per unit Rp1.500,00 dan ratio margin kontribusi 30%).

Dengan data tersebut, maka penjualan harus dilakukan agar laba Rp20.000,00 bisa dicapai adalah: a. Pendekatan Persamaan : 5.000 x = 3.500 x + 22.500 + 19.500 1500 x = 42.000 x = 42.000 1.500 x = 28 unit

atau dengan hasil penjualan Rp. 5.000 x 28 unit = Rp. 140.000 pengusaha akan memperoleh laba sebesar Rp.19.500 Rp350.000 Rp 127.500 (A) Presentase Kenaikan Penjualan (C) Presentase Kenaikan Laba Bersih (A)X(B) (B) Faktor Tuasan Opeasi

(52)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 52 b. Pendekatan Margin Kontribusi :

1. Dalam Unit Penjualan = Penjualan = 28 Unit 2. Dalam Rupiah Penjualan = Penjualan = 28 unit x Rp5.000,00 = Rp145.000,00 Test Ulang

Untuk memastikan ketepatan perhitungan, maka perlu dilakukan test ulang dengan menyajikan laporan rugi laba pada penjualan yang ditentukan oleh perhitungan seperti pada tabel berikut ini.

1. ANALISIS

Maka berdasarkan informasi diatas untuk mencapai titik impas, pengusaha tersebut harus menjual 28 unit celengan atau harus memperoleh hasil penjualan sebesar Rp140.000,00.

22.500 + 19.500 5.000 – 3.500 22.500 + 19.500 5.000 - 3500 Penjualan 28 x Rp5.000,00 Rp140.000,00 Biaya Variabel 28 x Rp3.500,00 (Rp98.000,00) Margin Kontribusi Rp42.000,00 Biaya Tetap (Rp22.500,00) Laba Rp19.500,00

(53)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 53 KASUS

ANALISIS CPV

Seorang pengusaha Z merencanakan menjual Senter di HI. Perkiraan harga jual dan biaya atas Senter tersebut adalah:

1. Bahan pembuat per satuan Senter Rp 1.000,00 2. Upah membuat per satuan Senter Rp 600,00 3. Biaya sewa stand di HI Rp 12.000,00 4. Gaji penunggu stand Rp 6.000,00 5. Harga jual per satuan Rp 2.000,00

Hitunglah :

1. Pendekatan Margin Contribusi

2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan margin kontribusi 3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 150 unit

4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha X dengan laporan sebagai berikut : Pengusaha X Jumlah Penjualan Rp300.000,00 100 Biaya Variabel (Rp120.000,00) 40 Margin Kontribusi Rp180.000,00 60 Biaya Tetap (Rp138.000,00) Laba Bersih Rp 42.000,00

(dengan asumsi Pengusaha Z dan Pengusaha X penjualannya dinaikkan sebesar 20%)

5. Laba Sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp 10.000 6. Analisis

(54)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 54

VISUAL BASIC :

FORM 1

(55)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 55 FORM 3

CONTOH KASUS :

(56)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 56 FORM 2

FORM 3 End Sub

(57)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 57 BAB VI

DECISION MAKING

Perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan dan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai macam alternatif yang harus dipilih. Dalam pengambilan keputusan itu mereka menghadapi ketidakpastian dalam memilih berbagai alternatif. Informasi akuntansi sangat membantu manajer dalam proses pengambilan keputusan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan untuk mengurangi ketidakpastian atas alternatif yang dipilih. Agar pembuatan keputusan bisa tepat maka diperlukan informasi yang akurat yaitu informasi yang relevan, tepat waktu dan pendapatan melebihi biaya didalam perolehan informasi tersebut.

Biaya diferensial, merupakan biaya yang akan datang yang berbeda diantara berbagai macam alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Besarnya biaya diferensial dihitung dari perbedaan biaya pada alternatif tertentu dibandingkan dengan biaya pada alternatif lainnya. Jadi, karakteristik biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang dan biaya yang berbeda diantara berbagai alternatif keputusan. Biaya kesempatan adalah kesempatan yang dikorbankan dalam memilih suatu alternatif.

Terdapat empat tahap dalam proses pengambilan keputusan manajemen, yaitu: 1. Pengakuan dan perumusan masalah atau peluang

2. Pencarian tindakan alternatif dan pengkuantifikasian konsekuensinya masing-masing 3. Pemilihan alternatif optimum atau alternatif yang memuaskan

4. Implementasi dan penindaklanjutan

Dalam pengambilan keputusan manajemen, konsep biaya differensial sangat diperlukan terutama dalam menentukan keputusan manajemen yang bersifat khusus yang berkaitan dengan pemilihan alternatif dalam hal :

1. Membuat sendiri atau membeli

2. Menerima atau menolak pesanan khusus 3. Menambah atau menghapus lini produk

4. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk

(58)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 58 1. Membuat sendiri atau membeli

Keputusan membuat atau membeli (make or buy decision) adalah keputusan manajemen menyangkut apakah sebuah komponen (suku cadang) jarus dibuat secara internal ataukah dibeli dari pemasok luar. Menyangkut membuat atau mebeli, ketentuan keputusannya adalah membeli manakala biaya tunai pembelian produk atau jasa lebih rendah daripada biaya tunai pembuatan produk atau jasa tersebut jika berkebalikan maka keputusan yang harus diambil adalah membuat sendiri.

Oleh karena itu, salah satu pemicu timbulnya pertimbangan untuk membeli atau memproduksi sendiri adalah penawaran harga dari pemasok luar untuk suatu komponen produk yang berada dibawah biaya produksi sendiri komponen tersebut.

Manajer mempertimbangkan keputusan membuat atau membeli karena berbagai macam alasan, termasuk diantaranya:

a. Memangkas biaya

b. Memanfaatkan atau membebaskan kapasitas c. Memperbaiki mutu atau kinerja pengiriman

d. Mendorong produktivitas kegiatan internal yang lebih tinggi dengan memaksa persaingan dengan pihak luar

e. Mengadopsi teknologi baru

f. Membebaskan dana investasi langka bagi keperluan lainnya

2. Menerima atau menolak pesanan

Perusahaan kadangkala harus memutuskan apakah akan menerima pesanan khusus, biasanya pada harga yang lebih murah daripada harga jual normal. Pesanan khusus sendiri berasal dari kapasitas produksi yang menganggur. Hal pokok yang perlu dilakukan oleh manajer adalah untuk tidak langsung menolak karena harga beli yang ditawarkan oleh pembeli lebih murah daripada harga jual normal yang diberlakukan oleh perusahaan. Manajer perlu mengevaluasi tawaran pesanan khusus secara lebih cermat.

Beberapa kondisi/asumsi supaya pesanan khusus dapat dipertimbangkan secara serius antara lain:

a. Terdapat kelebihan kapasitas produktif, tanpa adanya alternatif penggunaan kelebihan kapasitas

(59)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 59 b. Penjualan khusus tidak boleh menganggu penjualan reguler. Penjualan

khusus harus berasal dari segmen pasar yang berbeda dengan yang biasanya dilayani oleh perusahaan

c. Penjualan khusus adalah pesanan sekali waktu dan tidak boleh menjadi bisnis yang berulang-ulang (teratur)

Note:

Pendapatan Diferensial = Pendapatan dengan diterimanya pesanan Biaya Diferensial = Biaya dengan diterimanya pesanan

3. Menambah atau menghapus lini produk

Manajer berhadapan secara rutin dengan keputusan-keputusan yang

melibatkan pemilihan kombinasi produk (bauran penjualan) yang akan menghasilkan laba yang dapat diterima. Produk lama sering menjadi tidak populer lagi dan tidak menguntungkan manakala selera konsumen mengalami pergeseran, sehingga produk lama harus dihapus dari bauran penjualan.

Proses pengambilan keputusan untuk menambah atau menghapus produk dapat pula diperluas ke lini produk, departemen, atau segmen bisnis lain seperti buah toko, pabrik atau cabang perusahaan.

Contoh-contoh keputusan semacam itu meliputi :

a. Pembukaan atau penutupan sebuah cabang atau toko eceran

b. Penambahan atau penghapusan sebuah produk atau seluruh lini produk c. Penambahan atau penghapusan layanan khusus di sebuah rumah sakit d. Penggabungan departemen pembelian dalam dua unit produk

Jika Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial Pesanan Diterima Jika Pendapatan Diferensial < Biaya Diferensial Pesanan Ditolak

(60)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 60 4. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk

Banyak produk yang dapat dijual pada titik batas pemisah dengan harga tertentu, atau produk tadi diolah lebih lanjut dan dijual pada harga yang lebih tinggi. Harga yang lebih tinggi tentu disebabkan karena dibutuhkannya pengolahan tambahan. Manajer mungkin saja berhadapan dengan keputusan apakah akan menjual pada titik batas pemisah atau mengolahnya lebih lanjut agar mendapatkan harga jual yang lebih mahal. Ketentuan dalam keputusan menjual atau mengolah lebih lanjut adalah mengolah lebih lanjut manakala pendapatan inkremental pengolahan lebih lanjut lebih besar daripada biaya inkrementalnya.

Pendapatan dalam situasi ini adalah :

a. Semua biaya pengolahan tambahan diasumsikan bersifat inkremental. b. Biaya dikeluarkan sebelum titik batas pemisah adalah biaya bersama bagi

pilihan menjual atau mengolah lebih lanjut dan tidak relevan bagi keputusan lebih jauh.

c. Keputusan ini terlepas dari penentuan biaya pokok produk. Penentuan baiaya pokok produk menyertakan semua biaya produk ke unit produk, termasuk biaya bersama dan biaya historis. Dalam keputusan pengolahan lebih lanjut, hanya pendapatan dan biaya sekarang serta masa depanlah yang dianggap relevan.

d. Keputusan mengasumsikan bahwa produk bisa dijual sebagaimana adanya maupun diolah lebih lanjut.

(61)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 61 Contoh Kasus

Decision Making

Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus

PT. GUNADARMA yang berlokasi di Depok adalah perusahaan yang memproduksi kaos. Perusahaan mempunyai kapasitas untuk memproduksi kaos sebanyak 1000 unit/bln. Ramalan penjualan untuk bulan Januari, perusahaan hanya memproduksi 800 unit dengan Harga Jual Rp 60.000/unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjukkan rincian biaya sebagai berikut:

Biaya Variabel Rp 6.000/unit

Biaya Tetap Pabrikasi Rp 14.000.000/bln

Biaya Penjualan dan Administratif Rp 600.000/bln

Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 150 unit dengan harga Rp 30.000/unit. Namun, diperlukan biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp 1.000.000 untuk mencetak logo tertentu pada kaos pesanan khusus.

(62)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 62 Jawaban Contoh Kasus

Dengan Pesanan Tanpa Pesanan Analisis Diferensial Penjualan : (800 unit x Rp 60.000) Rp 48.000.000 Rp 48.000.000 (150 unit x Rp 30.000) Rp 4.500.000 Rp 4.500.000 Biaya Variabel (800 unit x Rp 6000) (Rp 4.800.000) (Rp 4.800.000) (150 unit x Rp 6000) (Rp 900.000) (Rp 900.000) Margin Kontribusi Rp 46.800.000 Rp 43.200.000 Rp 3.600.000 Biaya Tetap : Pabrikasi Reguler (Rp 14.000.000) (Rp 14.000.000) Pabrikasi Tambahan (Rp 1.000.000) (Rp 1.000.000) Penjualan dan Administratif (Rp 600.000) (Rp 600.000) Laba Bersih Rp 31.200.000 Rp 28.600.000 Rp 2.600.000

Keputusan:

Pesanan khusus diterima karena Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial yaitu Rp 4.500.000 – (Rp 900.000 + Rp 1.000.000) = Rp 2.600.000. Perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih tinggi sebesar Rp 2.600.000 apabila menerima pesanan khusus tersebut.

(63)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 63 Kasus

Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus

PT. Monetta memproduksi ikat pinggang dalam pabrik yang berkapasitas 1500 satuan perbulan. Untuk bulan Maret 2012 perusahaan merencanakan akan memproduksi dan menjual produk tersebut sebanyak 1000 satuan dengan harga jual sebesar Rp 10.000 persatuan. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjukkan rincian biaya sebagai berikut:

Biaya Variabel Rp 2000/unit

Biaya Tetap Pabrikasi Rp 500.000/bln

Biaya Penjualan dan Administratif Rp 150.000/bln

Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 350 unit dengan harga Rp 7.000/unit. Namun, diperlukan biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp 300.000 untuk mencetak gambar tertentu pada ikat pinggang pesanan khusus.

(64)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 64 Decision Making

Membuat Sendiri atau Membeli

PT. MUTIARA adalah perusahaan makanan yang berada di daerah Bogor. Perusahaan ini bergerak di bidang pembuatan Keripik Cokelat. Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu memproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 1 ton cokelat. Kini perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli cokelat dari perusahaan lain dengan harga Rp 12.000/kg. (1 ton = 1000 kg)

Berikut ini adalah data biaya produksi perusahaan dalam membuat tempe satu bulan :

BBB Rp 8.000.000 BTKL Rp 1.500.000 BTK Tidak Langsung Rp 3.000.000 BOP Variabel Rp 600.000 Biaya Listrik Rp 300.000 Biaya Telepon Rp 150.000 Biaya Air Rp 130.000 Depresiasi Mesin Rp 700.000 + Total Biaya Rp 14.380.000

Biaya tambahan jika membeli dari luar : Biaya Angkut Rp 250.000

PERTANYAAN :

1. Jika mesin yang dipakai membuat cokelat menganggur (tidak dipakai dalam kegiatan produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknya dipilih pihak manajemen, apakah memproduksi sendiri atau membeli dari perusahaan lain?

2. Jika mesin yang dipakai untuk membuat cokelat disewakan kepada perusahaan lain dan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 500.000, alternatif manakah yang sebaiknya diambil oleh manajemen, membeli dari perusahaan lain atau membuat sendiri?

(65)

TEAM PENGEMBANGAN AM & PRAK 2017 / 2018 65 JAWABAN CONTOH KASUS :

1. Tabel Perbandingan Biaya

No Jenis Biaya Membuat Membeli

1 BBB Rp 8.000.000 - 2 BTKL Rp 1.500.000 - 3 BTK Tidak Langsung Rp 3.000.000 - 4 BOP Variabel Rp 600.000 - 5 Biaya Listrik Rp 300.000 Rp 300.000 6 Biaya Telepon Rp 150.000 Rp 150.000 7 Biaya Air Rp 130.000 Rp 130.000 8 Harga Beli - Rp 12.000.000 9 Biaya Angkut - Rp 250.000

10 Biaya Depresiasi Mesin Rp 700.000 Rp 700.000

Total Rp 14.380.000 Rp 13.530.000

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk

memproduksi sendiri lebih besar dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan jika membeli dari luar.

2. Tabel Perbandingan

Keterangan Membuat Sendiri Membeli dari Luar Selisih Biaya Diferensial Biaya Cokelat Rp 14.380.000 Rp 13.530.000 Rp 850.000 Biaya Kesempatan (Rp 500.000) Rp 500.000 Jumlah Biaya Diferensial Rp 14.380.000 Rp 13.030.000 Rp 1.350.000

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya tambahan biaya kesempatan sebesar Rp500.000, jumlah biaya diferensial membuat sendiri lebih besar daripada membeli dari luar yaitu selisihnya sebesar Rp 1.350.000

KESIMPULAN : Sebaiknya PT. MUTIARA membeli dari luar untuk cokelatnya dalam pembuatan produk keripik cokelat, karena jika membuat sendiri akan mengeluarkan biaya yang lebih besar.

Referensi

Dokumen terkait

kesukaan masing-masing yang ada pada daftar menu restoran tersebut. Pak Zulkarnaen memesan ikan bakar, udang goreng, dan jus alpukat. Istrinya memesan ikan asam manis, bakso, dan jus

Hasil validasi dari ahli media diperoleh bahwa media pembelajaran berbasis web perlu direvisi pada bagian gambar dengan menggunakan gambar yang lebih menarik dari

Setelah lama tinggal di Sengoret, sebagian lagi orang Dayak Ribun tersebut melakukan perpindahan lagi ke daerah Kecamatan Tayan Hilir dan Kecamatan Kapuas hingga sekarang,

 Nilai ITK provinsi Sulawesi Selatan pada Triwulan IV-2017 diperkirakan sebesar 101,44 yang artinya kondisi ekonomi konsumen triwulan depan dianggap tetap lebih baik dari

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Minimum Spanning Tree (MST) dengan menggunakan Algoritma kruskal yang diringkas menggunakan

Dengan adanya perubahan tersebut, maka susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) akan berubah pula. Perubahan SOTK tersebut telah dituangkan ke dalam Peraturan Bupati

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perlakuan berbagai jenis auksin alami, persentase setek hidup bibit tanaman buah naga tertinggi pada perlakuan air kelapa dan