• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG TEMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG TEMA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 19

BAB III

TINJAUAN KHUSUS PROYEK

III.1. LATAR BELAKANG TEMA

Pembangunan gedung bertingkat baik dengan fungsi kantor sewa atau fungsi lainnya kini semakin pesat. Pesatnya pertumbuhan bangunan mendapat persetujuan dan ketidaksetujuan. Hal ini dikarenakan oleh kebanyakan bangunan dirasakan nyaman hanya dalam ruangan bangunan tersebut, dan tidak dirasa nyaman pada luar bangunan sehingga menimbulkan suhu udara panas diluar bangunan tersebut dan menimbulkan efek rumah kaca.

Pembangunan pada saat ini pun lebih terlihat seperti ladang beton dan kaca. Dimana-mana terlihat bangunan menjulang tinggi tanpa terlihat area hijau. Hal ini dimungkinkan karena harga lahan yang semakin tinggi dan para pembangun mencoba untuk memanfaatkan lahan semaksimal mungkin untuk ruang karena ingin mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Padahal hal ini jelas merugikan para pemakai. Karena selain para pemakai akan merasa jenuh dan kaku dengan suasana bangunan tersebut, bangunan tersebut juga akan menambah pemanasan global pada lingkungan sekitarnya.

Pemanasan global memicu para arsitek untuk berpikir lebih cermat dalam mendesain suatu bangunan untuk memecahkan permasalahan pemanasan global tersebut. Banyak hal telah dilakukan, seperti membuat rancangan dengan konsep ‘arsitektur hijau’, ‘arsitektur berkelanjutan’, ‘arsitektur bioklimatik’ dan masih banyak lagi.

Pada rancangan ini penulis menganggap ‘arsitektur bioklimatik’ sebagai alternatif terbaik dalam pemecahan masalah ini. Karena bangunan yang akan direncanakan

(2)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 20 ingin mencoba menggali dan memanfaatkan iklim dan potensi alam sehingga tercipta bangunan yang hemat energi dan peduli lingkungan.

III.2. PENGERTIAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Berdasarkan arti harfiahnya, arsitektur bioklimatik dapat diartikan sebagai berikut:  Bio: aneka hayati, hidup

 Klimatik: iklim, pendekatan berdasar iklim  Arsitektur: Ilmu tentang bangunan

Jadi arsitektur bioklimatik adalah ilmu tentang bangunan yang menitik beratkan pendekatan pada kehidupan (mahluk hidup dan kelangsungan hidupnya), dan hubungan dengan iklim setempat.

 Pengertian Arsitektur dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990

"Arsitektur adalah ilmu dan seni merancang bangunan, kumpulan bangunan dan struktur lain yang fungsional, terstruktur dengan baik serta memiliki nilai-nilai estetika".

 Pengertian Bioklimatik dalam buku Kenneth Yeang, The skyscraper bioclimatically considered :

“Bioclimatology is the study of the relationship between climate and life, particulary the effect of climate on the health and activity of living things".

Artinya: Ilmu yang mempelajari hubungan antara iklim dan kehidupan terutama efek dari iklim pada kesehatan dan aktifitas sehari-hari.

Dalam tulisan Tri Endangsih, Penerapan Hemat Energi pada Kenyamanan Bangunan, dijelaskan bahwa arsitektur bioklimatik adalah arsitektur yang berlandaskan pada pendekatan desain pasif dan minimum energi dengan memanfaatkan energi alam iklim setempat untuk menciptakan kondisi kenyamanan bagi penghuninya. Dicapai dengan organisasi morfologi bangunan dengan metode pasif antara lain konfigurasi bentuk massa bangunan dan perencanaan tapak, orientasi bangunan, desain fasade, peralatan pembayangan,

(3)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 21 instrumen penerangan alam, warna selubung bangunan, lansekap horisontal dan vertikal, ventilasi alamiah.

III.3. PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Sebagai pendukung utama terhadap respon arsitektur lingkungan, Kenneth Yeang telah mengembangkan paradigma "bioclimatic" untuk desain gedung pencakar langit. Teorinya menyatakan bahwa keuntungan dari konsumsi energi secara signifikan lebih rendah selama siklus hidup gedung mengimbangi biaya awal membangun sebuah bangunan berdasarkan pertimbangan iklim daripada skala ekonomi murni. Kritikal elemen untuk Yeang dari desain gedung pencakar langit adalah temper kebutuhan komersial ekonomi dengan kebutuhan arsitek untuk menciptakan bentuk bangunan dengan makna dan pertimbangan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

III.4. FAKTOR - FAKTOR PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK10

Menurut Ken Yeang, faktor-faktor pendekatan arsitektur bioklimatik yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Ruang transisi

Pada arsitektur bioklimatik terdapat ruang yang menjadi batas antara ruang bangian luar dan ruang bangian dalam suatu bangunan yang bersifat sebagai panyatu. Seperti teras yang terdapat pada kebanyakan arsitektur tradisional Indonesia, ruang transisi pada arsitektur bioklimatik diharapkan memiliki fleksibilitas ruang dan bersifat manusiawi serta fungsional tanpa mengabaikan estetika.

Ruang transisi dapat berupa teras, lobby, hall, plaza, atrium, balkon, sky court, rooftop, kolam, maupun roof garden.

10

(4)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 22 Syarat-syarat ruang transisi antara lain:

 Memiliki gerakan udara segar

 Memiliki akses dengan ventilasi alami  Memiliki pandangan keluar

 Keterkaitan antar ruang yang jelas

 Memperhatikan orientasi matahari, suhu, dan angin  Memiliki kenyamanan fisik dan psikis

 Rendah kebisingan

 Dapat dikembangkan sebagai lansekap vertical

b. Lansekap vertikal

Lansekap vertikal merupakan penghijauan dalam bangunan yang terkait dengan tumbuhan dan komponen vital ekosistem lainnya di dalam bangunan. Lansekap vertikal dapat meningkatkan iklim mikro pada bangunan dan dapat menyerap polusi karbon dioksida dan monoksida pada bangunan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam lansekap vertikal antara lain:  Pemilihan jenis tumbuhan/ tanaman yang disesuaikan dengan bangunan  Menjaga temperatur tumbuhan.

 Pembuatan drainase bagi tanaman untuk proses pembuangan air tanaman  Irigasi tanaman menggunakan sistem manual maupun otomatis

 Penggunaan pot tanaman yang anti air dengan menggunakan bahan khusus seperti ethylene

 Memperhatikan perkembangan akar tumbuhan agar tidak mengganggu bangunan

 Memperhatikan orientasi matahari dan angin

 Perletakkan lansekap vertikal pada atap bangunan, kolom struktur, ruang antara, ruang dalam, dan ruang luar bangunan

Keuntungan lansekap vertikal adalah sebagai berikut:  Meningkatkan nilai ekologis pada bangunan

 Meminimalisasikan refleksi panas dan kesilauan matahari dalam bangunan  Pendinginan efektif pada bangunan

(5)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 23  Vegetasi sebagai visual screen, peredam suara, pemecah angin, sekaligus

tampilan estetis bangunan

c. Ventilasi alami dan angin

Ventilasi berarti persediaan udara di luar dan di dalam bangunan, adalah merupakan hal yang salah jika mendefinisikan ventilasi sirkulasi udara dalam ruang bangunan. Jika ruang tidak memiliki jendela, maka secara teoritis ruang tersebut tidak memiliki ventilasi.

Ventilasi alami menguntungkan untuk beberapa hal, diantaranya adalah:  Untuk meningkatkan kenyamanan pada periode panas-lembab

 Untuk alasan kesehatan, menyuplai oksigen dan mengelola polusi  Untuk memberikan kepuasan pandangan kepada pengguna bangunan

 Untuk perlindungan energi yang didapat dari pengurangan peralatan mekanika dari ventilasi

Fungsi ventilasi dalam arsitektur bioklimatik adalah:

 Ventilasi kesehatan terdiri dari kualitas udara dalam bangunan dengan pergantian udara dalam ruang dengan udara segar dari luar bangunan

 Ventilasi kenyamanan termal menghasilkan kenyamanan termal dan membantu perubahan panas tubuh di sekitar bangunan

 Ventilasi pendingin mendinginkan udara panas yang lebih besar di dalam ruang dengan bantuan udara dari luar.

Angin memiliki efek yang berhubungan dengan bangunan baik efek positif maupun negatif. Pemanfaatan angin yang baik dapat menimbulkan efek positif pada bangunan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam angin dan ventilasi:  Perletakkan jendela dan pemilihan jarak antar jendela  Bentuk atap

 Pengaturan interior bangunan  Lansekap bangunan

(6)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 24  Penggunaan peralatan turbin angin untuk pengturan pemanfaatan energi

angin dalam bangunan

d. Dinding luar dan cladding

Cladding adalah dinding luar yang melapisi dan melindungi bangunan dari reduksi panas, reduksi silau dari matahari dan sebagai pembatas angin yang masuk ke dalam bangunan.

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam desain dinding luar dan cladding, antara lain:

 Kulit bangunan harus dapat mengurangi pemakaian energi.

 Penyedia pencahayaan alami untuk mengurangi radiasi matahari langsung.  Meminimalkan penembusan air dan kondensasi.

 Pemilihan warna, tekstur dan finishing yang tepat.

 Dilengkapi dengan peralatan pembersih jendela otomatis.

 Dapat mengakomodasikan pergerakan bangunan, meminimalkan beban pada rangka struktur.

 Meminimalkan perlengkapan maintenance.

e. Struktur bangunan arsitektur bioklimatik

Beberapa kriteria pemakaian struktur dalam pendekatan arsitektur bioklimatik adalah:

 Pemilihan bahan material struktur yang mampu menghemat energi dan merupakan bahan yang sustainable

 Struktur harus kuat, tahan goncangan, dan stabilisasi yang baik

 Beberapa penerapan model struktur inti (core) antara lain adalah struktur dengan sistem konvensional, sistem jump form, dan sistem slip form.

(7)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 25 f. Sistem mechanical electrical bangunan dan sistem kecerdasan buatan

pada bangunan

Kelengkapan bangunan tingkat tinggi adalah sistem ME dan sistem kecerdasan buatan (atrificial intelegence) pada bangunan yang menunjukkan kemajuan teknologi sebagai pelengkap suatu bangunan arsitektur bioklimatik.

Persyaratan sistem ME antara lain:

 M&E harus ekonomis untuk dibangun dan dioperasikan, efisien dan meminimalkan penggunaan energi selama konstruksi dan selama kelangsungan hidup bangunan.

 M&E harus memiliki tingkat kenyamanan hunian, temperatur, akustik dan pencahayaan yang tinggi.

 M&E harus meminimalkan biaya operasional dan maintenance dengan penggunaan material yang berkualitas.

 M&E harus memaksimalkan penggunaan ruang dan mengurangi daerah peralatan dan memaksimalkan efisiensi struktural.

 M&E harus memperhatikan lingkungan dengan pemilihan sistem instalasi yang tidak berisik, tidak polusi, menggunakan material bebas CFC dan mengurasi produksi CO2.

g. Konteks lingkungan sekitar

Dalam mendesain bangunan dengan pendekatan arsitektur bioklimatik, desainer harus memperhatikan dampak terhadap lingkungan dan konteks terhadap bangunan lain dalam suatu lokasi bangunan.

Beberapa hal yang terkait dalm konteks lingkungan sekitar adalah sebagai berikut:

 Matahari  Siklus musim

 Efek pembayangan pohon dan bangunan  Hubungan kontekstual kota

(8)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 26 III.5. STUDI BANDING ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

III.5.a. Menara Mesiniaga, Malaysia

Data Fisik

Nama bangunan : Menara Mesiniaga

Fungsi : kantor

Alamat : Jl. SS 16/1, 47500 Subang Jaya, Selangor, Malaysia. total luas lantai : 12.345 m2

Bangunan ini memiliki berbagai fasilitas, yaitu :  Mushola  Ruang kelas  Auditorium  Parkir  Ruang servis  Lobby penerima  Ruang kantor  Gymnasium  Kolam renang

(9)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 27 Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan ruang-ruang yang terletak hampir seluruhnya dalam bangunan, kecuali ruang parkir, yang sebagian berada diluar ruangan, sedangkan sebagaian lainnya berada di ground floor. Yang berhubungan langsung dengan ruang mekanikal elektrikal.

Ide utama dan konsep dari menara mesiniaga diantaranya:  Taman di atas atap.

 Lansekap vertikal yang berbentuk spiral.

 Dinding menjorok dan sun shiding di sisi timur dan barat.  Tirai dinding kaca di sisi utara dan selatan.

 Penempatan core pada area panas yaitu pada sisi timur.  Penerangan dan ventilasi alami pada toilet, tangga dan lobby.  Balkon berbentuk spiral pada eksterior.

Menara Mesiniaga menggunakan struktur dengan system cast in site bukan pre fab, yaitu dikerjakan ditempat pada saat pembangunan.

a. Sub Structure

Menara mesiniaga merupakan suatu bangunan yang memiliki sub struktur berupa pondasi tiang pancang, dengan pail-pail yang menghujam ke tanah, yang mampu menopang 15 lantai. Pertimbangan penggunaan

(10)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 28 pondasi ini adalah pada kondisi daya dukung tanah dan kondisi alam sekitar yang jauh dari bangunan konservasi.

Pondasi ini berjumlah delapan buah, yang nantinya merupakan bagian yang menopang struktur dari kolom-kolom utama. Disamping itu masih ada pondasi yang ukurannya lebih kecil, yaitu pondasi foot plat dikhususkan untuk menopang bagian ground floor.

b. Super – Structure

Untuk bagian super structure menggunakan beton pra tekan dan rangka beton concret steel. Bagian ini terdiri dari delapan buah kolom utama dengan diameter sebesar 1,027 m. Kolom-kolom ini diikat oleh balok-balok membentuk susunan grid-grid yang menopang lantai dan pengaku agar bangunan dapat berdiri tegak.

Semua kolom-kolom utama diletakkan di luar dinding bangunan, sehingga dapat dilihat dari luar bangunan, sehingga dapat dilihat dari luar bangunan. Kolom-kolom dihubungkan oleh balok yang melingkar serta dilapisi oleh lempengan baja, untuk memberikan image Hi-Tech.

Untuk area ground floor, menggunakan kolom-kolom tambahan yang berukuran lebih kecil, yang disusun melingkar, dan dihubungkan oleh balok-balok.

Disamping penggunaan kolom utama, bangunan ini memiliki memakai sistem single-sided core/ core satu sisi, yaitu terletak di sisi Timur bangunan.

c) Upper Structure

Struktur atap menara pada dasarnya adalah atap datar, namun pada ruang Gymnasium dan ruang ME menggunakan atap dengan rangka baja. Selain itu atap yang menaungi seluruh bagian top floor bangunan adalah berupa mahkota berupa kisi-kisi (rangka-rangka) baja yang dipergunakan sebagai solar panel.

(11)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 29 Pada area top floor dapat ditemui atap yang terpisah-pisah, namun justru lantai pada bagian ini dijadikan sebagai atap datar bagi bangunan, sedangkan atap yang lain hanya menaungi ruang-ruang tertentu.

Perencanaan lantai mesiniaga

Mezzanin level lantai 1 lantai 2

Lantai 4 lantai 7 lantai 8

Lantai 9 lantai 10 keterangan

Prinsip–prinsip Bioklimatik yang diterapkan Ken Yeang pada Menara Mesiniaga adalah sebagai berikut:

1. Service Core Position Yang Terletak Di Timur

Core bukan hanya sebagai bagian struktural, tetapi juga mempengaruhi terhadap suhu bangunan, arah pandang, dan bagian-bagian yang akan menjadi dinding luar. Menara Mesiniaga memiliki core yang terletak di sisi

(12)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 30 Timur bangunan. Perletakan core pada sisi panas matahari tersebut dapat menjadi pelindung (buffer zone) terhadap ruang dalam, sehingga beban pengkondisisan udara (AC) menjadi berkurang.

2. Orientasi Bangunan Terhadap Arah Sinar Matahari.

Orientasi bangunan terhadap matahari mempengaruhi bentuk bangunan Menara Mesiniaga, dimana bagian pada bagian Timur mesiniaga permukaan bangunan lebih masif karena penempatan core yang berfungsi sebagai pelindung ruang-ruang di bagian Timur dari radiasi matahari (buffer zone).

Pada bagian Barat permukaan bangunan lebih terbuka dengan adanya sky court atau terasan-terasan, hal ini dimaksudkan untuk menangkap sinar matahari pada sore hari, namun untuk mengurangi panas dan radiasi matahari digunakan landscape vertical dan sun shading.

Sedangkan pada bagian Utara-Selatan lebih terbuka dengan adanya bukaan-bukaan untuk menghindari pancaran langsung panas matahari guna mengurangi beban AC. Pancaran sinar matahari dapat masuk ke dalam bangunan melalui bukaan-bukaan dinding. Adanya sistem pembayangan (Solar-Shading) dibuat untuk menangkal silau (glare) dan intensitas panas yang berlebihan.

Sehingga secara keseluruhan bentuk bangunan Menara Mesiniaga ini bervariasi dari bentuk yang solid hingga bentuk yang void.

Area service

(13)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 31

3. Vertikal Landscaping (Lansekap Vertical)

Salah satu cara penerapan strategi Ken Yeang dalam pengolahan lansekap pada bangunan tinggi, berupa taman berbentuk spiral yang melilit dari bawah sampai atas bangunan. Lansekap vertical ini berfungsi sebagai Pendinginan evaporatif dalam rangka membuat kenyamanan termal (agar lingkungan di sekitarnya tidak terlalu panas) Pemakaian vegetasi pada strategi lansekap ini disamping menyediakan pembayangan terhadap area-area bagian dalam dan dinding bagian luar, juga akan meminimalkan pemantulan panas dan silau matahari. Selain itu landscape vertikal dapat meningkatkan iklim mikro pada bangunan dan dapat menyerap polusi karbondioksida dan monoksida pada bangunan.

Garden Insets Sun Shaders Sun shader (kuning) Garden space (hijau)

(14)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 32

4. Recessed Wall

Salah satu cara untuk mengurangi panas matahari yang melalui jendela adalah dengan cara menutupi bagian yang terkena panas menggunakan pengurang panas yang tebal pada dinding-dinding luar. Permukaan dinding luar dibuat keluar masuk (recessed wall). Cara recessed wall ini dapat menggunakan bentuk-bentuk seperti jendela, balkon atau sky court. Penyusunan balkon secara spiral menghadap keluar dengan mekanisme sliding selebar dinding untuk penghawan alami untuk ruang kantor di dalamnya dan sebagai ruang transisi bagi pengguna bangunan.

5. Insulation Material dan Sun Shading

Atap dan dinding sebagai material eksternal menggunakan bahan-bahan yang berkapasitas suhu rendah dengan permukaan bagian luar yang dapat memantulkan panas dan sinar matahari. Selain itu atap yang menaungi seluruh bagian top floor bangunan adalah berupa mahkota berupa kisi-kisi (rangka-rangka) baja yang dipergunakan sebagai panel penangkap sinar matahari/ solar panel.

Reassed wall

(15)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 33 Pada sisi Utara dan Selatan permukaan bangunan dipenuhi oleh curtain wall dari kaca. Hal ini menimbulkan efek rumah kaca, dimana radiasi yang masuk melalui kaca dapat memanaskan material di dalamnya dan radiasi yang tidak dapat menembus keluar, sehingga ruangan di dalamnya tetap panas, Cara seperti itu disebut juga Passive Solar Capture yang efektif untuk menangkap energi melalui desain bangunan Menara Mesiniaga tanpa peralatan mekanikal.

Tampak selatan tampak timur

Solar panel pada atap mesiniaga

(16)

ASRI HARTATI_41206010009_ARSITEKTUR ‘60_UNIVERSITAS MERCU BUANA 34 6. Ventilasi Alami Dan Penerangan Alami Pada Service Core

Service core merupakan bagian dari bagunan tinggi yang terdiri dari shaft lift, lobby lift, tangga utama dan darurat, pipa-pipa utilitas, toilet dan ruang-ruang service lainnya. Wilayah ini harus memiliki ventilasi alami, cahaya matahari alami, dan view yang baik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi keperluan ventilasi mekanik/buatan, pencahayaan buatan serta keperluan untuk saluran tekanan udara guna pencegahan kebakaran.

III.5.b. Kesimpulan Studi Banding

Dari studi banding di atas dapat disimpulkan bahwa desain bioklimatik merupakan desain yang menanggapi lingkungan, seperti bagaimana cara merespon terhadap matahari dan memanfaatkannya. Tidak hanya menanggapi lingkungan tetapi juga mencoba menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan dan menciptakan penghawaan yang alami pula.

Desain ini memang sangat mahal, akan tetapi hal ini diimbangi dengan energi yang dapat di hemat ketika bangunan telah digunakan. Selain itu, bangunan seperti ini ramah terhadap lingkungan dan dapat mengurangi pemanasan global.

Ventilasi pada area core

Referensi

Dokumen terkait

Pintu kemah ini juga menggambarkan pribadi Tuhan Yesus yang membuka kesempatan bagi kita untuk menerima Roh Kudus, sebab Roh Kudus ini bukan kita terima dari Taurat atau dari

ketika suhu semakin tinggi, akan menyebabkan rantai carbon pada karet alam mengalami degradasi. Disimpulkan bahwa proses grafting MAH pada struktur karet alam

Dari uraian diatas tertarik untuk membangun suatu sistem yang nantinya bisa membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai suatu wilayah dengan judul “ Sistem

a) Biaya lebih mahal. Berbeda dengan media gambar yang murah karena bisa dibuat atau diambil dengan mudah lewat kamera dan tinggal di vetak, media

Oleh karena itu untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi dan dalam upaya menjaga agar setiap data dan informasi tetap tersedia, utuh dan tetap asli maka perlu

Unsur yang amat penting dalam pembelajaran adalah metode mengajar dan media pengajaran, kedua aspek ini sangat berkaitan karena bila kedua unsur tersebut digabungkan atau dalam

Data output yang dihasilkan secara garis besar telah meningkatkan proses perhitungan serta dapat menjadi sistem rekomendasi pemilihan karyawan terbaik berdasarkan

Jika kita mengacu pada konsep Lickona bahwa pendekatan dan metode dalam pembelajaran yang sangat cocok dengan pendidikan karakter adalah bagaimana seorang guru