• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Konsep

1. Strategi Keberlangsungan Usaha

Pada penelitian ini penulis bertujuan untuk mendiskripsikan strategi yang diterapkan oleh pengrajin untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya yaitu industri kripik tempe. Strategi keberlangsungan usaha tidak lepas dari pengertian strategi. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai strategi keberlangsungan usaha, akan diuraikan terlebih dahulu pengertian strategi. Secara konseptual, strategi diartikan sebagai suatu siasat atau cara untuk mencapai suatu tujuan. Konsep sttrategi dalam dalam konteks bisnis adalah langkah yang secara khusus bersifat menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang dipilih serta merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumberdaya dan suatu usaha dalam suatu organisasi dalam hal ini, home industri pengrajin kripik tempe (Tjiptono, 1995:3).

Dalam kamus besar bahasa indonesia, strategi menunjuk pada suatu rencana. Strategi adalah suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai suatu tujuan khusus (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1985: 859).

Menurut Lawrence R. Jauch and William F Glueck Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaa yang tepat oleh perusahaan (1999: 12).

Strategi disusun dengan tujuan untuk mencapai sasaran target yang diharapkan dengan sumberdaya yang tersedia secara efektif dan efisien. Strategi yang disusun oleh suatu perusahaan ialah rencana jangka panjang karena dimasa mendatang perusahaan akan menghadapi kompetisi yang semakin keras, selain itu perusahaan juga akan menghadapi faktor internal perusahaan yang akan memberi perencanaan seperti serikat pekerja, pemasok, pemilik dan lain-lain. Dalam strategi juga mengimplementasikan konsep manajemen, dari lingkup bisnis, maksud dan tujuan.

(2)

Jauch dan Glueck (1991) membuat strategi model manajemen menjadi beberapa tahap, antara lain:

a. Mempertimbangkan unsur-unsur manajemen strategi 1) Tujuan perusahaan

2) Perencanaan perusahaan b. Meneliti lingkungan eksternal c. Meneliti lingkungan internal d. Memilih alternatif strategi

e. Mengalokasikan sumberdaya yang ada dan mengorganisasikan sesuai dengan strategi

f. Membuat kebijakan fungsional dan administrasi

g. Mengevaluasi untuk membuat pertimbangan strategi berikutnya

Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi strategi bukanlah sekedar suatu rencana. Strategi ialah rencana yang disatukan. Maksudnya strategi tersebut mengaitkan semua bagian perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh, maksudnya strategi meliputi semua aspek yang penting perusahaan. Strategi itu terpadu artinya strategi merupakan semua bagian rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian.

Menurut Chandler Strategi adalah penentuan dasar goals jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Supriyono, 1999: 9).

George R. Terry menyatakan bahwa istilah strategi mengandung arti sebagai memilih cara yang paling efektif untuk menggunakan sumber-sumber perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi strategi direncanakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam dan luar perusahaan. Artinya strategi mnunjukan faktor-faktor mana yang harus mendapatkan perhatian utama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Terry, 1986: 163)

Jadi pada intinya konsep strategi itu berkaitan langsung dengan konsep perencanaan yang mengarah pada tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan faktor-faktor yang menunjang tercapainya suatu tujuan dalam sebuah strategi menurut Robert M. Grant adalah sebagai berikut:

a. Tujuan yang sederhana, konsisten dan berjangka panjang. b. Pemahaman yang baik mengenai lingkungan persaingan.

(3)

c. Penilaian yang obyektif mengenai sumber daya yang dimiliki. d. Pelaksanaan yang efektif (Grant, 1997: 7).

Dari faktor-faktor tersebut, yang pertama adalah berupa tujuan yang sederhana. Disini memiliki pengertian bahwa didalam strategi itu telah dirumuskan dengan sederhana dan jelas tujuan apa yang hendak dicapai. Sehingga dengan demikian akan terjadi suatu hubungan yang sinergis antara pelaku dan pelaksana daripada strategi tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai. Dan strategi tersebut harus dilaksanakan dengan konsisten, terutama mengenai prosedur yang ada didalamnya, sehingga tidak akan menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Dan yang terakhir adalah berjangka panjang, maksudnya adalah strategi yang diterapkan haruslah berorientasi pada masa depan.

Faktor yang kedua, pemahaman yang baik mengenai lingkungan persaingan merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya suatu tujuan yang dirumuskan dalam sebuah strategi. Semakin baik seseorang memahami para pesaingnya, maka akan semakin baik pula rumusan strategi yang akan disusunnya. Sehingga kemudian tujuan yang ingin dicapainya akan dapat dengan mudah terwujud.

Faktor ketiga adalah penilaian yang obyektif mengenai sumber daya yang dimiliki. Artinya bahwa sebelum merumuskan suatu strategi, seseorang harus benar-benar memahami sumber daya yang dimiliki. Sehingga dengan pemahaman yang baik itu, ia akan dapat merencanakan pemanfaatan sumberdaya yang ada untuk mewujudkan tujuan secara efektif dan efisien.

Dan faktor yang terakhir adalah pelaksanaan yang efektif. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kesuksessan dari sebuah strategi, karena tanpa pelaksanaan yang baik strategi sebaik apapun tidak akan menghasilkan atau tidak akan mewujudkan suatu tujuan yang maksimal seperti yang diaharapkan. Hal ini menyangkut hal-hal yang bersifat teknis seperti kapabilitas pelakunya, faktor-faktor penunjang dan timing yang tepat.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya strategi adalah alat untuk mencapai sasaran, tujuan dan target yang diharapkan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kelangsungan diartikan sebagai ketahanan. Dan dalam kamus sosiologi dan kependudukan, kelangsungan

(4)

sama dengan survival value, bahwa nilai ketahanan merupakan kualitas suatu unsur yang memberikan kekuatan pada seseorang atau kelompok sosial untuk tetap bisa bertahan dalam suatu kondisi atau situasi.

Jadi strategi kelangsungan usaha adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang atau kelompok dalam mencapai suatu tujuan yaitu menjaga keberlangsungan suatu bisnis atau usaha tertentu.

2. Strategi Pemasaran

Selain bahan baku yang digunakan untuk memprodusi, kunci utama agar keberlanjutan suatu usaha tetap berproduksi adalah pemasaran. Dalam pemasaran dibutuhkan strategi pemasaran untuk keberhasilan suatu perusahaan, karena tanpa strategi pemasaran yang cermat maka kelangsungan usaha perusahaan juga akan terhambat, apalagi dalam iklim persaingan pemasaran yang ketat dan labil. Sebelum menjelaskan strategi pemasaran, akan dibahas terlebih dahulu arti dari pemasaran.

Pemasaran (marketing) berasal dari kata pasar yang berarti daerah (area) yang didalmnya terdapat kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu untuk membentuk suatu harga. Sedangkan menurut William J. Stanton pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelankjakannya. Sedangkan pemasaran merupakan suatu sistem total dari keinginan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa pada pembeli potensial dan memuaskan kebutuhan. Pembeli potensial adalah individu yang melakukan pembelian untuk dikonsumsi sendiri (dengan keluarganya) dan organisasi-organisasi yang membeli sesuatu untuk kelancaran usaha mereka (Mursid, 1997: 25-27).

Menurut Alex. S Nitisemito, pemasaran merupakan semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa daru produsen ke konsumen secara efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif (Nitisemito, 1991: 13).

Pada hakekatnya pemasaran merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkan dapat diterima dan disenangi oleh pasar. Dalam dunia perdagangan pemasaran dilakukan oleh semua perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk

(5)

berkembang dan mendapatkan laba. Berhasil atau tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian dan kemampuan mereka dibidang pemasaran, produksi, dan keuangan untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan dengan lancar.

Berikut pengertian pemasaran dari beberapa ahli dibidang ekonomi, antara lain sebagai berikut:

Menurut Philip Kotler

“Marketing is a social and managerial process by which individuals and groups what they want and need through creating, offering and exchanging products of value whith other” (Alma, 2007: 4)

(pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana perorangan maupun kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain).

Philip Kotler mengemukakan bahwa pada dasarnya pemikiran pemasaran dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia. Sehingga bukan pemasaran yang menciptakan suatu kebutuhan melainkan kebutuhan tersebut sudah ada sebelumnya atau kebutuhanlah yang menciptakan pemasaran. Jadi pemasar mempengaruhi permintaan dengan menciptakan produk yang cocok, menarik, terjangkau, murah dan mudah didapatkan oleh konsumen. kotler juga menyatakan Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban industri (dalam hal ini termasuk industri dibidang pertanian) yang bersangkutan.

Menurut Basu Swasta Dharmmesta pemasaran adalah sistem keseluruhan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang, jasa,ide kepada pasar sasaran agar dapt mencapai tujuan organisasi (Dharmmesta,1993: 8).

Dari definisi Basu Swastha dapat dijelaskan bahwa proses pemasaran dimulai dari sebelum barang diproduksi, dan juga tidak berakhir pada penjualan. Semua keputusan yang diambil dalam pemasaran harus ditujukan untuk menentukan

(6)

produk dan pasarnya, serta harga dan promosinya. Pengusaha harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen jika mengininkan usahanya berjalan seterusnya, atau dapat membuat konsumen memiliki pandangan yang baik terhadap perusahaannya.

Dari pernyataan dari beberapa tokoh dapat disimpulkan pemasaran merupakan kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen melalui proses pertukaran.

Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu dibidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran. Dengan kata lain, pemasaran adalah serangkaian tercapainya tujuan dan sasaran, serta kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya terutama sebagai tanggapan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah (Assauri, 1987).

Menurut Correy strategi pemasaran merupakan usaha pokok yang harus dilakukan oleh seorang penguasaha, dengan tujuan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Peranan strategi pemasaran dalam suatu kegiatan usaha bersifat mengelola arah usaha untuk mencapai tujuan. Hayes dan Wheelwright dalam Stoner dan Freemen (1992) menyatakan bahwa pemasaran dalam suatu kegiatan usaha selalu terbagi atas beberapa unit dimana didalamnya mencakup beberapa strategi yang harus dijalankan oleh anggota kegiatan usaha, dalam setiap unit (Tjiptono,1995: 4-7).

Strategi pemasaran mencangkup langkah apa saja yang harus ditempuh oleh pengrajin kripik di Desa Prandon dalam menunjukan hasil produksi industri yang dijalankannya.

Strategi pemasaran adalah suatu cara yang digunakan untuk dapat menjual hasil produksi dengan tujuan memperoleh keuntungan atau pendapatan. Strategi pemasaran itu sendiri meliputi pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran (marketing mix), dan alokasi biaya. Sehingga sebagai seorang pengusaha harus mengetahui siapa konsumennya, tempat, harga, produk daya beli pembeli, siap pesaingnya, dan bagaimana memenangkan persaingan (Tim Kewirausahaan UNS, 2000:94-95).

(7)

Menurut stanton, dalam melakukan pemasaran perlu diperlukan strategi pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan berkaitan dengan produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau keinginan yang merupakan inti dari sistem pemasaran. Empat variabel tersebut menunjukan pandangan penjual tentang kiat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli, setiap kiat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat-manfaat bagi pelanggan (Stanton, 1991: 46-47). Empat variabel tersebut adalah:

a. Produk

Mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan yang tepat dipasarkan oleh perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Strategi digunakan untuk mengubah produk yang ada, merambat yang baru, dan mengambil tindakan lain yang mempengaruhi bermacam-macam produk. Keputusan strategi dibutuhkan untuk pengemasan, penentuan cap, dan berbagai segi produk lainnya.

b. Harga

Dalam menentukan harga, manajemen harus menentukan harga dasar yang tepat bagi produknya. Manajemen harus menentukan strategi yang menyangkut pada harga, pembayaran ongkos angkut dan berbagai variabel yang berhubungan dengan harga.

c. Promosi

Promosi adalah unsur yang didaya gunakan untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru perusahaan.

d. Distribusi

Perantara pemasaran pada dasarnya merupakan faktor lingkungan yang berada diluar jangkauan perusahaan, seseorang eksekutif pemasaran tetap mempunyai ruang gerak yang luas pada saat ia berhubungan dengan perantara. Tanggungjawab pemasaran ialah memilih dan mengelola saluran perdagangan yang dipakai dalam menyalurkan produk serta mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman dan penanganan produk secara fisik.

Ada tiga macam strategi pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam meningkatkan penjualan atau laba menurut antara lain meliputi:

(8)

a. Peningkatan penjualan produk yang ada dipasar yang sudah dikuasai melalui usaha pemasaran yang lebih agresif (penetrasi pasar) dengan cara:

1) Mempengaruhi pembeli yang sudah ada menjadi pelanggan, agar lebih sering membeli dalam jumlah yang lebih banyak.

2) Merebut pelanggan pesaing dengan menawarkan harga lebih murah atau melancaran usaha promosi yang lebih agresif.

3) Mempengaruhi mereka yang belum menjadi konsumen produk yang bersangkutan untuk mencobanya, dengan cara membagi-bagikan contoh barang secara Cuma-Cuma.

b. Peningkatan penjualan produk yang ada dengan mencari daerah pemasaran baru (pengembangan pasar) melalui ekspansi regional, ekspansi nasional, atau ekspansi internasional.

c. Peningkatan penjualan dipasar yang sudah dikuasai, melalui usaha pengembangan produk baru atau produk yang diperbaharui (pengembangan produk) dengan cara:

1) Menciptakan “features” baru

2) Menciptakan versi produk dengan kualitas yang berbeda-beda 3) Menambah model produk (Radiosunu 1994: 30)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah usaha yang mengarah pada tindakan dalam kegiatan pemasaran dengan sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Strategi pemasaran ini biasanya telah direncanakan dalam bentuk strategi pemasran jangka pendek dan jangka panjang. 3. Strategi Produksi

Pada dasarnya prosuksi adalah suatu proses untuk mengubah input menjadi output meningkatkan nilai atau keguanaan suatu barang sehingga nilai barang tersebut bertambah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata produksi diartikan sebagai proses mengeluarkan hasil, penghasilan. Disamping itu, terdapat dua makna lain dari produksi yaitu hasil dan pembuatan. Pengertian produksi tersebut mencakup segala kegiatan, termasukprosesnya, yang dapat menciptakan hasil, penghasilan dan pembuatan (Damsar, 2009: 67).

Sedangkan menurut Sofjan Assuari dalam bukunya managemen produksi, produksi adalah suatu cara atau metode, teknik untuk menciptakan atau menambah

(9)

keguanaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana) (Assuari, 1980:25)

Sedangkan menurut ahli sosiologi seperti Karl Mark, Emile Durkheim, dan Max Weber, industri menurut pandangan mereka yaitu proses yang di organisasi secara sosial dimana barang dan jasa diciptakan (Damsar, 2009: 71).

Batie dan Taylor dalam bukunya Ekonomi Produksi, produksi adalah suatu proses kombinasi dan koordinasi materi-materi dan kekuatan-kekuatan (input, sumber daya, jasa-jasa produksi) dalam pembentukan barang dan jasa (beatie dan Taylor, 1999: 3) jadi proses produksi yang dilakukan oleh pengusaha home industri adalah suatu proses kombinasi dan koordinasi sumberdaya atau faktor produksi (bahan baku, tenaga kerja, modal dan skill) untuk meningkatkan nilai dari bari yaitu bahan dasar kedelai menjadi kripik tempe.

Dari bebrapa pengertian produksi dari diatas dapat disimpulkan bahwa strategi produksi merupakan strategi yang menitikberatkan pada proses produksi guna meningkatkan pemanfaatan atas nilai produk yang mereka buat, sekaligus sebagai bentuk usaha untuk dapat mempertahankan kelangsungan usaha mereka. Kegiatan produksi sebenarnya berkenaan dengan pemilihan proses produksi alternatif, seperti pemilahan usaha dan alokasi sumberdaya secara optimal, yang mmana merupakan masalah pokok dalam produksi.

4. Industri

Menurt pendapat Dumairy dalam bukunya perekonomian Indonesia, industri memiliki 2 (dua) arti, pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Kedua, industri dapat pula merujuk kesuatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi (Dumairy1996: 227).

Menurut pendapat Kartasapoetra (2000), pengertian industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri.

Menurut Departemen Perindustrian industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang

(10)

bangun dan perekayasaan industri (Pasal 1 (2), UU Perindustrian No.5 tahun 1989).

Menurut W. J. S. Poerwodarminto, industri merupakan perusahaan untuk membuat dan menghasilkan barang-barang (Poerwodarminto, 1976: 384).

Menurut Soekanto definisi dari industri adalah kategori organisasi-organisasi produktif yang mempergunakan tipe teknologi yang sama. Soekanto juga memberikan penjelasan bahwa ada dua macam industri yaitu industri basic dan industri non basic. Industri basic adalah industri yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa konsumsi diluar masyarakat setempat yang bersangkutan dan menghasilkan uang bagi masyarakat setempat (industri dasar). Sedangkan industri non basic adalah industri yang mengahsilkan barang-barang dan jasa-jasa bagi konsumsi masyarakat setempat atau industri non dasar (Soekanto, 1985: 236-237).

Penulis menyimpulkan bahwa industri kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon ini termasuk dalam jenis industri non basic atau industri non dasar. Hal tersebut tentunya dikarenakan dengan adanya faktor , bahwa hasil dari produksi kripik tempe ini kemudian menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Ngawi, dan hasil produksi juga dikonsumsi oleh masyarakat Ngawi dan sekitarnya.

Berdasarkan pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintahan dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan Pemerintahan. Urusan Pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan,atau susunan Pemerintahan terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan Pemerintahan. Salah satu dari bidang urusan Pemerintahan tersebut adalah perindustrian.

Pengertian-pengertian yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, yaitu:

a. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan industri.

b. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk jasa industri.

(11)

c. Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efetivitas penggunaan sumberdaya secar berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

d. Industri strategis adalah industri yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumberdaya alam strategis, atau mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan serta keamanan negara dalam rangka pemenuhan tugas pemerintah negara.

e. Bahan baku adalah bahan mentah, bahan setengah jadi, atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

f. Jasa industri adalah usaha jasa yang terkait dengan kegiatan industri. g. Setiap orang adalah perseorangan atau korporasi.

h. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

i. Perusahaan industri adalah setiap orang yang melakukan kegiatan dibidang usaha industri yang berkedudukan di Indonesia.

j. Perusahaan kawasan industri adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan kawasan industri.

k. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.

l. Informasi industri adalah hasil pengolahan data industri dan data kawasan industri kedalam bentuk tabel, grafik, kesimpulan, atau narasi analisis yang memiliki arti atau makna tertentu yang bermanfaat bagi penggunanya.

m. Sistem Informasi Industri Nasional adalah tatanan prosedur dan mekanisme kerja yang terintegrasi meliputi unsur institusi, sumber daya manusia, basis data, perangkat keras dan lunak, serta jaringan komunikasi data yang terkait dengan tujuan untuk penyampaian,

(12)

pengelolaan, penyajian, pelayanan serta penyebarluasan data dan/atau informasi industri.

n. Standart Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah standart yang ditetapkan oleh lembaga yang menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan dibidang standardisasi.

o. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalm Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

p. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau waliKota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Peraturan dianggap sebagai peraturan yang efektif apabila tidak melupakan bagaimana kebutuhan masyarakat, keinginan masyarakat, interaksi masyarakat terhadap peraturan tersebut. Sehingga dalam kajian ini realitas masyarakat yang meliputi kebutuhan hukum masyarakat, kondisi masyarakat, dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang (rasa keadilan masyarakat).

Seiring dengan prinsip otonomi daerah yang seluas-luasnya Pemerintahan daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur urusan Pemerintahan diluar yang menjadi urusan Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Daerah baik Pemerintahan Kabupaten/Kota memiliki kewenangan membuat suatu kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Salah satu wujud kewenangan Kabupaten/Kota yang harus dilakuakan diantaranya dengan membuat suatu kebijakan daerah yang berupa peraturan daerah khususnya yang mengatur Perlindungan Industri. Dengan adanya peraturan daerah ini diharapkan dapat membentu perusahaan menjalankan kegiatan dengan baik.

Departemen Perindustrian mengemukakan bahwa yang termasuk dalam industri kecil antara lain:

a. Industri pengolahan pangan (industri Agro) b. Industri tekstil dan kulit

c. Industri bahan kimia, hasil hutan dan bahan bangunan d. Industri barang logam dan perekayasaan

(13)

Dari jenis industri yang dikemukakan Departemen Perindustrian dapat disimpulkan industri kripik tempe merupakan industri kecil yang merupakan bentuk dari industri pengolahan pangan (industri Agro).

Klasifikasi industri tentang Perlindungan Industri berdasarkan pendapat para ahli dibedakan menjadi:

a. Industri kecil merupakan perusahaan industri dengan nilai investasi sampai dengan Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Industri menengah merupakan perusahaan industri dengan nilai investasi lebih dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan dan tempat usaha.

c. Industri besar adalah perusahaan industri yang besarnya investasi diatas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Dari klasifikasi industri tentang Perlindungan Industri berdasarkan pendapat para ahli, industri kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon termasuk dalam industri kecil karena nilai investasi perusahaan industri tersebut kurang dari Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Menurut pendapat Martin dalam Kartasapoetra (2000) industri merupakan kumpulan dari berbagai perusahaan (firm) yang memproduksi:

a. Bahan mentah yang sama b. Proses produksi yang sama c. hasil yang sama

Menurut pendapat Suryadi (2002: 24) dinyatakan bahwa industri diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Klasifikasi industri berdasarkan hubungan vertikal

Hubungan vertikal dilakukan dalam bentuk penggunaan hasil akhir suatu kelompok perusahaan sebagai bahan baku pada kelompok perusahaan lain. Klasifikasi berdasarkan hubungan vertikal terdiri dari industri hulu dan hilir.

1. Industri Hulu

Kelompok industri hulu yaitu perusahaan yang membuat produk yang dapat digunakan oleh perusahaan lain. Contoh yang termasuk industri hulu antara lain perusahaan batako, genteng, pengolahan kayu, dan

(14)

sebagainya. Hasil produksi dari perusahaan-perusahaan tersebut dapat digunakan pada developer perumahan.

2. Industri Hilir

Industri hilir adalah sekelompok perusahaan yang menggunakan produk perusahaan lain sebagai bahan baku untuk kemudian diproses menjadi barang setengan jadi. Contoh, perusahaan roti dan kue menggunakan terigu sebagai salah satu bahan untuk pembuatan kue.

Dari batasan klasifikasi diatas industri kripik tempe termasuk dalam industri hilir. Karena produk dari industri ini tidak digunakan oleh perusahaan lain. Dan industri kripik tempe termasuk dalam perusahaan yang menggunakan produk dari perusahaan lain sebagai bahan baku untuk kemudian proses lagi menjadi barang jadi. Perusahaan kripik tempe ini menggunakan produk perusahaan tempe sebagai salah satu bahan baku untuk membuat kripik tempe.

b. Klasifikasi industri berdasarkan hubungan horizontal

Hubungan horizontal adalah hubungan sejajar antar produk yang dihasilkan masing-masing perusahaan. Contoh perusahaan penerbangan: Garuda Indonesia dengan Lion Air, perusahaan oto bus, perusahaan pelayaran, dan sebagainya.

c. Klasifikasi industri berdasarkan skala usahanya

Menurut klasifikasi ini industri dibedakan menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1) Industri skala kecil

Industri skala kecil yaitu industri yang modalnya kurang dari 100 juta rupiah.

2) Industri skala menengah

Industri skala menengah yaitu industri yang modal usahanya antara 100 juta rupiah hingga 500 juta rupiah.

3) Industri skala besar

Industri skala besar yaitu industri yang modal usahanya diatas 500 juta rupiah.

Berdasarkan skala usahanya industri kripik tempe termasuk dalam industri skala kecil dikarenakan industri kripik tempe tersebut modal usahanya kurang dari 100 juta rupiah.

(15)

d. Klasifikasi industri berdasarkan jenis produksinya Klasifikasi ini meliputi:

1) Industri ringan

Jenis industri ringan merupakan jenis kelompok perusahaan yang memproduksi barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

Contohnya adalah:

a) Produksi barang: industri makanan anak-anak, industri bahan bangunan, industri sepatu, dan sebagainya.

b) Produksi jasa: industri jasa angkutan. 2) Industri menengah

Jenis industri yang termasuk industri menengah anatara lain adalah industri ban mobil, semen, bahan kimia, jasa angkutan, dan sebagainya.

3) Industri berat

Jenis industri yang termasuk dalam industri berat antara lain adalah industri traktor, industri mesin mobil, industri pesawat terbang dan sebagainya.

Dari beberapa jenis klasifikasi berdasarkan jenis produksinya, industri kripik tempe termasuk dalam industri ringan berupa barang. Karena industri ini memiliki hasil produksi berupa barang bukan jasa dan barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat.

e. Klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelola

Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi: 1) Industri rakyat

Industri rakyat yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.

2) Industri negara

Industri negara yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja, intustri tambang, industri perminyakan, dan industri transportasi.

Dilihat dari klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelolanya, industri kripik tempe termasuk dalam industri rakyat.

(16)

Karena dalam industrinya, industri ini termasuk dalam industri makanan ringan.

Menurut Dumairy (1996) membedakan skala industri menurut jumlah pekerja sebagai berikut:

1. Industri rumah tangga

Industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe atau tahu, dan industri makanan ringan.

2. Industri kecil

Industri kecil yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang. Ciri dari industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batu-bata, dan industri pengolahan rotan.

3. Industri sedang

Industri sedang yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

4. Industri besar

Industri besar yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang. Berdasarkan pembedaan skala industri menurut Duamairy industri kripik tempe termasuk dalam industri rumah tangga. Karena industri kripik tempe memiliki modal yang terbatas, tenaga kerja mayoritas berasal dari anggota keluarga, dan

(17)

pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.

Beberapa karakteristik industri kecil menurut Suhadi antara lain:

a. Unit industri kecil sebagian besar merupakan unit rumah tangga dan kerajinan rakyat

b. Sebagian pekerjaan berasal dari lingkungan keluarga yang kadang-kadang tidak diberi gaji atau berasal dari handai taulan, kenalan-kenalan. Walaupun diberi upah, hubungan antara pekerja dengan pengusaha sangat tidak resmi. Teknologi yang digunakan sangat sederhana dan belum dikerjakan secara mekanik atau otomatis.

c. Bahan-bahan baku sebagian besar didapetkan dari daerah itu sendiri ataupun tempat-tempat terdekat.

d. Cara memasarkan barang yang dihasilkan tidak dengan promosi maupun adventensi yang sangat diperlukan dalam pengembangan usaha melainkan melalui perantara.

e. Mempunyai peranan didalam memberikan nafkah dan peningkatan pendapatan keluarga, membuka lebih banyak kesempatan kerja dan membantu usaha pemerataan pendapatan.

f. Pengelolaan usaha asal-asalan atau asal jalan tanpa pengetahuan manajemen yang baik dan bermacam-macam karakteristik lainnya yang pada hakikatnya menimbulkan kesulitan dalam memajukan usahanya (Suhadi, 1984: 23-25).

Sedangkan menurut Mudrajad Kuncoro, pengusaha kecil juga memiliki beberapa karakteristik diantaranya:

a. Tidak adanya pembagian tugas antara bidang administrasi dan operasi kenyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

b. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal, sehingga mereka cenderrung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lainnya seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara bahkan rentenir.

c. Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dimilikinya status badan hukum (Kuncoro, 1997: 316)

(18)

Mudrajad Kuncoro juga memberikan tiga alasan untuk menumbuh kembangkan industri kecil dan industri rumah tangga, antara lain:

a. Menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerjha yang intensif dalam menggunakan sumber daya alam lokal. Pertumbuhan industri iniakan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi pedesaan.

b. Memegang peranan penting dalam ekspor non migas yang pada tahun 1990 mencapai US $1,031 juta setelah ekspor dari kelompok berbagai industri.

c. Adanya urgensi untuk struktur ekonomi yang berbentuk piramida pada PJPT I menjadi semacam gunungan pada PJPT II. (Kuncoro, 1997:312). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dunia usaha adalah usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar yang melakukan kegiatan kegiatan ekonomi di Indonesia. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha kecil (Tambunan, 2012: 14-15).

Dari pengertian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 2008 industri kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon termasuk dalam usaha kecil. Hal tersebut didukung dengan beberapa karakteristik yang mendukung pengertian usaha kecil.

Tulus Tambunan menyatakan beberapa karakteristik utama industri kecil yaitu:

a. Formalitas: Beberapa beroperasi disektorformal, beberapa tidak terdaftar, sedikit yang berbayar pajak.

b. Organisasi dan manajemen: Dijalankan oleh pemilik, tidak ada pembagian tenaga kerja internal, manajemen dan struktur organisasi formal, dan sistem pembukuan formal.

c. Sifat dari kesempatan kerja: Beberapa tidak memakai tenaga kerja yang digaji.

(19)

e. Orientasi pasar: banyak yang menjual kepasar domestik dan ekspor, dan melayani kelas menengah keatas.

f. Profil ekonomi dan sosial dari pemilik usaha: banyak berpendidikan baik dan dari rumah tangga non miskin, banyak yang bermotivasi bisnis atau mencari profit.

g. Sumber-sumber dari bahan baku dan modal: beberapa memakai bahan baku import dan mempunyai akses kekredit formal.

h. Hubungan-hubungan eksternal: banyak yang punya akses ke program-program pemerintah dan punya hubungan-hubungan bisnis dengan usaha besar.

i. Wanita pengusaha: rasio dari wanita terhadap pria sebagai pengusaha cukup tingi (Tambunan, 2012: 7).

5. Kripik Tempe

Kripik tempe atau tempe kripik yaitu tempe tipis atau diiris-iris yang digoreng seperti kerupuk. Tempe kripik dibuat dari tempe kedelai yang dibungkus lebar denga daun pisang, daun jati, dan kertas koran berukuran 20cmx20cm teksturnya kering, keras, dan renyah. Apabila disimpan dalam wadah yang kering dan bersih tempe kripik dapat disimpan dalam beberapa minggu. Misalnya dalam kantong plastik, kaleng atau toples yang tertutup rapat dan tidak terpengaruh kelembaban udara (Sarwono, 2010: 79).

B. Penelitian Terdahulu

“Strategi Pemasaran Kripik Tempe pada Industri Rumah Tangga di Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri”. Skripsi oleh Angipta Soma Nugraha fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi, merumuskan alternatif strategi, dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam memasarkan keripik tempe pada industri rumah tangga di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu pengusaha industri keripik tempe skala rumah tangga yang terletak di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Metode penyelesaian masalah dilakukan dengan wawancara secara mendalam dengan menggunakan bantuan pedoman wawancara yang mengacu pada permasalahan yang ditemukan. Teknik pemilihan responden secara snowball dan teknik pemilihan key informan secara sengaja. Metode

(20)

analisis data yang digunakan adalah (1) matriks IFE dan EFE untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis, (2) matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan, (3) matriks SWOT untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran, dan (4) QSPM untuk memutuskan prioritas strategi pemasaran keripik tempe pada industri rumah tangga di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Faktor internal keripik tempe pada industri rumah tangga yang menjadi kekuatan adalah kualitas terjaga, sedangkan yang menjadi kelemahan adalah modal kecil dan kurang promosi. Faktor eksternal yang menjadi peluang keripik tempe pada industri adalah minat konsumen tinggi dan fleksibilitas keripik tempe, sedangkan yang menjadi ancaman adalah persaingan produk antar daerah. Posisi industri rumah tangga keripik tempe berada pada sel tumbuh dan bina yang berarti posisi industri keripik tempe berada pada posisi yang kuat dan daya tarik yang tinggi. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam memasarkan keripik tempe pada industri rumah tangga adalah pengusaha memberi merk untuk media promosi terutama saat keripik tempe dibeli dan dibawa konsumen dari luar daerah, menjaga kualitas keripik tempe dan menambah pemasaran keluar daerah, serta pemerintah lebih terbuka dan berhubungan baik dengan pengusaha keripik tempe. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam memasarkan keripik tempe pada industri rumah tangga di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri berdasarkan analisis QSPM adalah pengusaha memberi merk untuk media promosi terutama saat keripik tempe dibeli dan dibawa konsumen dari luar daerah.

“Strategi Keberlangsungan Usaha Industri Kerajinan Sapu Bahan Dasar Ijuk di Desa Dawar, Manggis, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali”. Skripsi oleh Catur Aris Arianto, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil dan rumah tangga dalam mempertahankan usahanya yang mampu bertahan dari badai moneter sampai saat ini. Industri yang dahulunya hanya dipasar lokal saat ini sudah mampu menembus pasar nasional. Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya berbagai macam strategi yang dilakukan pengusaha baik itu dalam pengadaan bahan baku, strategi produksi, dan strategi pemasaran yang dilakukan. Pengusaha sapu ijuk disini berlaku sebagai aktor yang aktif dan kreatif dalam melakukan tindakannya, dimana dia senantiasa melakukan sesuatu yang dianggapnya baik.

“Strategi Kelangsungan Usaha Industri Rotan di Sentra Industri Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo”. Skripsi oleh Puji Rahayu Fakultas

(21)

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis mengangkat masalah tersebut karena pada saat ini sedang terjadi kelangkaan kenaikan harga rotan yang kemudian membawa pengaruh pada kelangsungan usaha industri kerajinan rotan. Dalam kondisi yang demikian sentra industri rotan di Desa Trangsan masih tetap bertahan, meskipun terjadi kenaikan harga bahan baku rotan. Tujuan dari penelitian tersebut untuk mendiskripsikan bagaimana strategi kelangsungan usaha yang diterapkan oleh para pengrajin rotan tersebut. Dalam penelitian penulis menggunakan paradigma definisi sosial, adapun teori yang digunakan yaitu teori aksi yang dikemukakan oleh Talcott Parsons. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi yang diterapkan oleh para pengrajin terbagi dalam dua hal, yaitu strategi produksi dan strategi pemasaran. Dalam mempertahankan usahanya, pengrajin menghadapi permasalahan di dalam memenuhi faktor-faktor produksi khususnya dalam pengadaan bahan baku karena mahalnya harga rotan pada saat ini. Adapun strategi yang diterapkan oleh para pengrajin yaitu berupa penyesuaian diri dengan cara mengganti bahan baku rotan dengan bahan baku lain seperti misalnya pelepah pisang dan eceng gondok. Namun demikian sebagian besar pengrajin masih menggunakan rotan sebagai bahan baku utama. Kemudian dalam hal pemasaran, dengan adanya kesamaan latar belakang pengusaha, para pengrajin rotan memiliki tata cara dan strategi yang hampir sama dalam memasarkan dan menjual produknya. Meskipun strategi tersebut tidak merujuk pada suatu referensi tertentu yang tertuang dalam bentuk tertulis maupun sumber lainnya. Namun karena menerapkan strategi tersebut, para pengrajin mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Strategi pemasaran yang diterapkan pengrajin yaitu: memilih konsumen yang dituju, mengidentifikasi keinginan konsumen, menentukan marketing mix, yaitu sarana untuk memenuhi keinginan konsumen dengan mengkombinasikan komponen produk, harga, promosi, dan tempat pelayanan.

“Strategi Pengembangan Industri Kecil Kripik Tempe di Desa Karangtengah Prandon Kabupaten Ngawi (Studi pada Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perindustrian Kabupaten Ngawi)”. Jurnal Administrasi Publik (JAP) vol.3, No.1, 2015. oleh Bayu Gumelar, Ratih Nur, dan Riyanto. Sektor industri kecil merupakan salah satu lokomotif yang krusial bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi banyak di negara di dunia. Eksistensi industri kecil di dalam proses pembangunan ekonomi negara berkembang terDesak dan tersaingi oleh sektor usaha skala besar dengan segala efek negatifnya salah satunya sektor industri di Kabupaten

(22)

Ngawi yang berjalan lambat namun terus meningkat jumlah industri kecil rumah tangga. Berbagai kendala yang dihadapi oleh pengusaha kripik tempe adalah akses pemasaran. Karena pengusaha kripik tempe memasarkan produksinya tidak langsung, yakni pemasaran melalui perantara atau dijual ke pengepul serta banyaknya pengusaha kripik tempe yang belum memiliki ijin usaha perdagangan, sehingga aspek perijinan diabaikan oleh beberapa pengusaha kripik tempe. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian (1) Strategi Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Ngawi dalam pengembangan industri kecil kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon Kabupaten Ngawi (2) Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Ngawi dalam rangka pengembangan industri kecil kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon Kabupaten Ngawi.

(http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/742 di akses tanggal 14 Desember 2015 pukul 21.45 WIB)

Hasil penulis DR. BARBARA PARKER yang berjudul Strategies for Small Domestic Firms in Decline Industries dalam Jurnal International Small Business Journal Vol.8 No. 1 menyebutkan Ketika penurunan dalam negeri terjadi karena persaingan internasional meningkat, tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menerapkan kerangka menejemen umum penurunan perusahaan kecil. Strategi efisiensi, kewirausahaan dan kebijaksanaan diukur untuk perusahaan kecil domestik dalam dua negara industri, Inggris dan Amerika Serikat. Penelitian ini juga meneliti antara hubungan strategi dan pertumbuhan lapangan kerja bagi perusahaan yang diteliti. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tunggal, strategi terpadu lebih berguna daripada strategi bijaksana atau campuran untuk perusahaan kecil di penurunan industri. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan general penurunan dapat diterapkan untuk perusahaan kecil. (DR. BARBARA PARKER, asisten profesor managemen dan bisnis internasional Florida Atlantic University, Amerika Serikat) (http://isb.sagepub.com/content/8/1/23.abstract diakses 14 Desember 2015 pukul 20.00 WIB)

Hasil penulis Sunday O. Effiong, Abosede A. Usoro yang berjudul Corporate Governance, Corporate Strategy and corporate Performance: Evidence From The Financial Institutions Listed On The Nigerian Stock Exchange. Dalam Jurnal European Journal of Business and Management Vol. 4 No. 18 menyebutkan bahwa

(23)

Tata kelola perusahaan, Stategi Perusahaan dan Kinerja perusahaan: Bukti Dari Lembaga Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Nigeria. Penelitian bertujuan untuk membuktikan bahwa struktur tata kelola perusahaan harus bekerja secara erat dengan para pemangku kepentingan lainnya perusahaan untuk menunjukan strategi perusahaan yang kuat, untuk kinerja perusahaan yang efektif. Tidak diragukan lagi, disebagian situasi papan bertengkar, kebodohan masa, tidak konsisten dari kantor selama yang anggotanya terlibat dalam abritase peluang dan kegiatan rent seeking merupakan kutukan pencapaian tujuan utama perusahaan. Penelitian penarikan diri dari data sekunder dari buku Bursa Nigeria, Facta Stock dimana tiga puluh tiga (33) dari empat puluh delapan (48) lembaga keuangan yang dipilih, ditabulasi dan dianalisis dengan mengguanakan aturan Ordinary Least Squared (OLS). Model regresi diterapkan dalam analisis data. Hasilnya memberikan bukti yang cukup hubungan antara tata kelola perusahaan dan kinerja perusahaan. ( European Journal of Business and Management www.iiste.org ISSN 2222-1905 ISSN 2222-2839 (online) Vol 4, No. 18, 2012).

C. Landasan Teori

Paradigma memiiki arti sebagai suatu pandangan yang mendasar dari ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu suatu ilmu pengatahuan. Dalam sosiologi ada tiga paradigma yang umum digunakan dalam penelitian suatu kasus, yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma definisi sosial yang membahas tentang tindakan sosial (social action). Paradigma definisi sosial menekankan hakekat kenyataan sosial yang bersifat subjektif lebih daripada eksistensinya yang terlepas dari individu. Paradigma definisi sosial mengartikan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial (Ritzer, 2004: 38).

Max Weber mengartikan tindakan sosial adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Di dalam bertindak pelaku mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai. Entah tindakan itu bersifat lahiriah atau batiniah yang berupa perenungan, perencanaan, pengambilan keputusan atau kelakuan.

Memandang makna dari sebuah tindakan-tindakan, Weber membedakan tindakan atas dasar rasionalitas tindakan sosial ke 4 tipe yaitu:

(24)

1. Zwerk Rational

Zwerk Rational Yaitu tindakan sosial murni. Didalam tindakan ini, aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tetapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Tujuan dari Zwerk Rational tidak absolut. Ia dapat juga menjadi cara yang paling rasional, maka mudah memahami tindakan itu.

2. Werk Rational Action

Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan pilihan yang tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Dalam tindakan ini, tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan tetap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan. Tindakan tipe kedua ini masih rasional sehingga dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami.

3. Affectual Action

Affectual Action merupakan tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perusahaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami dan kurang rasional.

4. Traditional Action

Tindakan yang didasarkan atas kebiasan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja. (Ritzer, 2004: 39-41).

Bertolak dari adanya pemaknaan terhadap tindakan sosial secara rasional seperti disebutkan diatas, maka dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh pengrajin kripik tempe merupakan tindakan zwerk rational, dimana dalam memilih strategi yang digunakan untuk kelangsungan usahanya merupakan salah satu wujud konkrit dari tindakan tersebut.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori aksi yang dikemukakan oleh Talcott Parsons, yang juga merupakan pengikut dari Weber. Beberapa asumsi fundamental dari Teori Aksi yang dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znanieki dan Parsons sebagai berikut:

a. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.

b. Sebagai subyek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu.

(25)

c. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakannya cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Kelangsungan tindakan manusi hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya.

e. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan telah dilakukannya.

f. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan pada saat pengambilan keputusan.

g. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif seperti metode verstehen, imajinasi, sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri. (Ritzer, 2003: 46)

Pengrajin kripik tempe adalah individu atau sekelompok individu yang mempunyai status sebagai pengusaha. Mereka beraktivitas sesuai dengan status yang dimilikinya yaitu mencari bahan baku, membuat dan memasmarkan hasil produksi kerajinannya dengan caranya sendiri. Tujuan utama dari penetapan strategi usaha adalah untuk menjaga kelangsungan usaha dengan hasil yang memperoleh keuntungan.

Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan sebagai makhluk sosial. Pekerjaan adalah suatu bentuk kebutuhan guna mengekspresikan eksistensi manusia terhadap orang lain. Bentuk dari pekerjaanpun bermacam-macam sesuai dengan keahlian dan keinginan dari masing-masing individu. Dengan bekerja maka manusia telah melakukan tindakan social, yaitu mengekspresikan eksistensi dirinya melalui hasil karya yang mana itu adalah hasil dari pilihannya sendiri. Sehingga ketika individu bekerja sesuai dengan apa yang dikehendaki, maka manusia individu itu akan mampu memaknai arti dari sebuah pekerjaan yang dilakukannya.

Dilihat secara ekonomis dikenal tindakan rasional yang melihat tindakan aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan dan keuntungan dari hasil pekerjaan yang dipilihnya. Menurut Beker perilaku rasional berarti memaksimalkan keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan membawa imbalan atau hasil dimasa yang akan datang. Dalam hal ini rasional berarti:

1. Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan.

(26)

2. Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.

3. Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai piligan tertentu (Damsar, 1997: 39).

Tindakan yang dilakukan pengrajin kripik tempe untuk menjaga kelangsungan usahanya merupakan tindakan rasional. Dimana mereka melakukan atau menerapkan strategi dalam usahanya tersebut. Strategi disini berupa strategi pemasaran.

Dalam teori aksinya Parsons menyusun unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya individu selaku aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif, cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situsional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi sebagian ada yang tidak dapat doikendalikan oleh individu, misalnya jenis kelamin dan tradisi.

5. Aktor berada dibawah kendala dan nilai-nilai dasar, norma-norma danberbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan. Contohnya kendala budaya (Ritzer, 2003: 48-49). Di dalam industri kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon ini, produsen sebagai aktor akan menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakannya cocok untuk mengejar, mencapai tujuan situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan arah. Norma-norma tidak itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Singkatnya voluntarism adalah kemampuan individu untuk melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya.

Konsep voluntarism Parsons inilah yang menetapkan aksi kedalam paradigma definisi sosial. Dalam konsep ini aktor merupakan pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Walaupun aktor tidak mempunyai kebebasan total namun ia mempunyai kemauan bebas dalam memilih berbagai alternatif tindakan. Berbagai tujua yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya kesemuanya membatasi kebebasan aktor.

(27)

Diatas dijelaskan bahwa tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. Disini berarti produsen sebagai aktor akan melakukan tindakan, dimana tindakan tersebut karena tuntutan situasi eksternal yang ada. Contoh dari situasi eksternal yaitu kelangkaan bahan baku atau kondisi pasar yang sepi yang dapat menjadi hambatan dari usaha industri kripik tempe ini untuk tetap bertahan. Sehingga kemudian para produsen dituntut untuk dapat tetap bertahan dengan menggunakan beberapa strategi yang dianggapnya baik untuk dapat mencapai tujuannya. Jadi tindakan yang dilakukan oleh si aktor, dalam hal ini adalah pengrajin kripik tempe, yaitu berupa strategi yang sengaja dipilih dengan harapan dapat mempertahankan kelangsungan usahanya.

Dalam masyarakat di dunia sosialnya akan ada perjuangan kompetitif baik antar individu maupun antar kelompok yang berbeda maupun antara penduduk yang berbeda ras dan etnis, masing-masing dengan pola budayanya sendiri untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kompetitif tersebut adalah bahwa mereka yang bisa menyesuaikan dirilah yang berhasil hidup (survival of the fittest). Mereka yang berhasil dalam kompetitif dan mampu mendapatkan hasil yang memuaskan akan menghasilkan lebih banyak lagi dari pada saingannya. Hal tersebut akan berlaku pula sebaliknya. Terkait dengan hal tersebut, para pengrajin kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon yang mampu mempertahankan usahanya yaitu mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan memenangkan persaingan dengan para produsen lainnya.

(28)

D. Kerangka Pikir

Bagan 2.1 Kerangka Pikir Strategi Keberlangsungan Usaha Keberlangsungan Usaha Strategi Produksi: 1. Bahan baku 2. Modal 3. Teknologi 4. Tenaga kerja 5. upah Strategi Pemasaran: 1. Harga 2. Tempat 3. Distribusi 4. promosi Tindakan Sosial + Teori Aksi

1. Produksi kripik tempe semakin bertambah 2. Pemasaran lebih efektif 3. Perluasan pasar

4. Bertambahnya jumlah permintaan pasar 5. Peningkatan

(29)

Pada dasarnya dalam mengembangkan suatu industri semua perusahaan ingin menjaga keberlangsungan usahanya. Seperti halnya pengrajin industri kripik tempe. Dalam mempertahankan kelangsungan usahanya pengrajin kripik tempe harus memiliki strategi keberlangsungan usaha. Strategi keberlangsungan usaha ini terdiri dari dua strategi yaitu strategi produksi dan strategi pemasaran. Strategi produksi merupakan strategi yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan usahanya agar tetap melakukan produksi. Hal tersebut berkaitan dengan mencari bahan baku, modal tenaga kerja dan upah pekerja. Industri kripik tempe di Desa Karangtengah Prandon saat ini sering kesulitan untuk mencari bahan baku dan tenaga kerja. Dalam hal ini strategi produksi menjadi sangat diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan usaha para pengrajin kripik tempe. Sedangkan strategi pemasaran ialah strategi agar hasil produksi dari perusahaan tetap diinginkan oleh pasar. Dalam strategi pemasaran ini pengusaha harus memiliki konsumen yang dituju dengan mengidentifikasi keinginan dari konsumen. hal ini berkaitan dengan harga, tempat, promosi dan distribusi. Harga menjadi dasar pertimbangan pertama sebelum sampai pada keputusan untuk membeli suatu produk. Penentuan harga menjadi suatu yang sulit dilakukan ketika pengrajin kripik tempe kesulitan mendapatkan bahan baku dan tenaga kerja karena hal tersebut akan mempengaruhi kenaikan modal dalam usahanya. Promosi juga sangat diperlukan oleh pengrajin karena banyaknya pengrajin lain yang juga memproduksi kripik tempe di tempa yang sama yaitu Desa Karangtengah Prandon.

Dalam mempertahankan keberlangsungan usaha, antara strategi produksi dan strategi pemasaran menjadi suatu sistem yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kedua strategi tersebut harus berjalan secara bersamaan agar keberlangsungan usaha tetap bertahan. Perusahaan tidak bisa mempertahankan kelangsungan usaha jika hanya melakukan salah satu strategi usaha. Dalam melakukan usahanya pengrajin kripik tempe antara strategi produksi dan strategi pemasaran harus dilakukan secara seimbang sehingga tujuan dari industri kripik tempe yaitu bertahan dalam keberlangsungan usaha dapat diperoleh.

Strategi keberlangsungan usaha industri kripik tempe ini berkaitan dengan teori tindakan sosial Max Weber yang mengartikan suatu tindakan individu sepanjang tindakan yang dilakukan memiliki makna subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain (Ritzer, 2004: 38).

(30)

Didalam bertindak pelaku mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tindakan yang dilakukan oleh pengrajin kripik tempe memiliki tujuan yang hendak dicapai yaitu kelangsungan usaha. Tindakan ini berkaitan dengan strategi produksi dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin. Kedua strategi tersebut berlaku sesuai dengan teori tindakan sosial Max Weber. Salah satu konsep dari teori tindaka sosial ini yaitu tindakan rasional. Tindakan yang dilakukan oleh pengrajin kripik tempe jika dikaitkan dengan teori tindakan sosial tersebut maka tergolong dalam tindakan rasional Max Weber. Menurut konsepnya, tindakan rasional merupakan tindakan yang berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Dalam masyarakat yang kontemporer suatu tindakan lebih cenderung rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran. Dari adanya pemaknaan terhadap tindakan sosial secara rasional, maka kegiatan yang dilakukan oleh pengrajin kripik tempe merupakan tindakan zwerk rational, dimana dalam memilih strategi yang digunakan dalam kelangsungan usahanya merupakan salah satu wujud konkret dari tindakan tersebut.

Strategi keberlangsungan usaha jika dikaitkan dengan teori modern maka akan berkaitan dengan teori Aksi oleh Talcott Parsons. Teori aksi tersebut menyebutkan bahwa tindakan manusia muncul karena kesadarannya sendiri dari situasi eksternal dalam posisinya sebaga obyek, subjek manusia bertindak untuk mencapai tujuan, dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada pengrajin kripik tempe. Tindakan yang dilakukan yaitu berupa strategi produksi dan strategi pemasaran dilakukan karena adanya kesadaran dari situasi eksternal yang mendesak yaitu seperti persaingan pasar yang ada. Karena adanya situasi eksternal yang mendesak tersebut maka pengrajin menggunakan cara, teknik atau metode yang dianggapnya terbaik untuk mencapai tujuanya.

Dalam teori aksi Parsons juga menyusun unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya individu sebagai aktor. Disini individu sebagai aktor yaitu pengrajin kripik tempe.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu. Aktor yaitu pengrajin kripik tempe sebagai pemburu tujuan, tujuan tersebut antara lain produksi yang semakin bertambah, adanya perluasan pasar dan bertambahnya jumlah permintaan pasar.

(31)

3. Aktor mempunyai alternatif, cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya. Pengrajin memiliki alternatif, cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuan yang diaplikasikan menjadi strategi produksi dan strategi pemasaran untuk mencapai tujuannya.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut biasanya berupa situasi yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Pada pengrajin kripik tempe kendala karena kondisi situasional ini biasanya berupa kendala fisik dari pengrajin tersebut karena faktor usia pengrajin.

5. Aktor berada dibawah kendala dan nilai-nilai dasar, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan.

Tindakan pengrajin kripik tempe yaitu berupa strategi produksi dan strategi pemasaran dilakukan dengan memilih strategi yang dianggapnya terbaik. Pemilihan strategi ini dilakukan agar mencapai tujuan yang diharapkan yaitu kelangsungan usaha. Jika kelangsungan usaha pada pengrajin kripik berjalan dengan baik maka terdapat beberapa harapan yang ingin dicapai antara lain produksi kripik tempe semakin bertambah, pemasaran lebih efektif, perluasan pasar, bertambahnya jumlah permintaan pasar, dan peningkatan kesejahtetraan pengrajin.

Referensi

Dokumen terkait

6) Bidang Perdagangan Dalam Negeri, bertugas menyusun rencana program kegiatan, pembinaan dan pengembangan pasar, distribusi, promosi, peningkatan.. penggunaan produksi dalam

Dengan demikian, sebagian besar responden merasa bahwa 4K (kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) perlu dalam pembelajaran matematika. Selain itu juga diungkapkan

Dalam suatu operasi yang tampaknya merupakan jebakan, pihak polisi menghentikan sebuah kendaraan pada 2 April 2003 di Banyumas, dekat perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat,

Wahyu Widodo, MS selaku dosen pembimbing I yang telah banyak mencurahkan perhatiannya, memberikan waktu, pikirannya untuk membimbing dan selalu memberikan nasehat kepada

Pesaing adalah perusahaan atau pedagang kecil yang bergerak di industri sejenis dengan jumlah produksi, harga dan kualitas yang sama, sehingga membuat suatu perusahaan

Sistem bagi hasilnya yaitu jumlah uang yang masuk setiap bulannya kemudian dibagi 30 hari. Itulah yang kemudian dibagikan kepada nasabah tabungan. Nisbah bagi

pertanian lahan kering merupakan jenis pertanian yang dilakukan pada sebuah lahan yang kering, yaitu lahan yang memilki kandungan air yang rendah, bahkan ekstrimnya adalah

Secara umum, kegiatan pelatihan budaya lokal dan wisatawan berjalan dengan lancar, motivasi peserta dalam pemahaman budaya lokal dan wisatawan dapat ditingkatkan, peserta