• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Bentuk Bentuk Penggunaan Laha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengenalan Bentuk Bentuk Penggunaan Laha"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH

ACARA III

Pengenalan Bentuk-Bentuk Penggunaan Lahan pada Berbagai Jenis Citra Penginderaan Jauh

Aisyah Nurul Lathifah (15405241014)

A. Tujuan

1. Memperkenalkan bentuk-bentuk klasifikasi penggunaan lahan pada foto udara dan citra.

2. Melatih untuk dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk penggunaan lahan pada citra pengideraan jauh.

B. Dasar teori

Definisi penginderaan jauh (PJ) atau remote sensing (RS) dalam Indarto (2014:3) dapat dijumpai di berbagai literatur. Remote berarti dari jauh, sedangkan sensing berarti mengukur. Jadi, remote sensing berarti mengukur dari jauh atau mengukur tanpa menyentuh objek yang diukur. Salah satu definisi penginderaan jauh menurut Rango (1996) dalam Indarto (2014:3), pengideraan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, luasan, atau tentang

fenomena melalui analisis data yang diperoleh dari sensor. Dalam hal ini, sensor tidak berhubungan langsung dengan objek atau benda yang menjadi target.

Citra merupakan salah satu dari beragam hasil proses penginderaan jauh. Definisi citra banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satu di antaranya pengertian tentang citra menurut Hornby (1974) dalam Sutanto (1994: 5) dapat dibagi menjadi lima, berikut ini tiga di antaranya :

1. Likeness or copy of someone or something, especially one made in wood, stone, etc.

2. Mental pictures or idea, concept of something or someone. 3. Reflection seen in a mirror or through the lens of a camera.

Citra dalam Lichwatin (2014:4-5) dihasilkan melalui proses perekaman dengan bantuan sensor. Sensor ada dua, yaitu sensor fotografik dan sensor non-fotografik. Sensor non fotografik masih dapat dirinci menjadi sensor peminadi (pelarik/penyiam atau scanner) dan sensor

radar/gelombang mikro. 1. Sensor Fotografik

(2)

yang masuk melalui susuan lensa pada kamera dan kemudian

mengenai lapisan film yang peka cahaya. Variasi warna yang muncul pada gambar yang dihasilkan tergantung pada :

a. Sistem lensa, diafragma, dan filter yang digunakan untuk menerima cahaya.

b. Jenis dan kepekaan film.

c. Spektrum panjang gelombang yang diizinkan masuk ke dalam sistem kamera.

Proses fotografik:

a. Sinar yang diizinkan masuk tersebut secara serentak menerpa film.

b. Sinar yang meninggalkan jejak kekuatan energi paparan pada tingkat pembakaran yang ada pada film tersebut.

c. Film kemudian diproses secara kimiawi di laboratorium, dan dicetak menjadi foto udara berwarna maupun hitam putih, tergantung pada jenis film dan pencetakan yang digunakan. 2. Sensor Non-Fotografik

Sensor non-fotografik berupa scanner menerima pantulan dari satu wilayah sangat sempit pada permukaan bumi (instanteous field of view/IFOV = medan pandang sesaat) yang masuk ke dalam sistem lensa, dan kemudian mendeteksi besarnya pantulan tersebut dengan detektor peka cahaya.

Citra foto sendiri dapat kita bedakan menjadi beberapa macam, yakni (TIM SISWAPEDIA, 2016) :

1. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu foto ultraviolet, foto ortokromatik dan foto pankromatik.

a. Foto Ultraviolet merupakan foto yang dicetak dengan

menggunakan spektrum gelombang ultraviolet dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Foto ini akan menghasilkan warna yang sangat kontras sehingga cocok untuk membedakan antara dua zat, misalnya untuk melihat tumpahan minyak di laut, mengetahui jaringan jalan aspal dll.

b. Foto Ortokromatik merupakan foto yang dicetak dengan

(3)

c. Foto Pankromatrik merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum cahaya tampak sehingga kepekaan dalam menangkap objek akan sama dengan kepekaan mata. Foto pankromatik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

pankromatik hitam-putih dan foto infra merah.

- Foto pankromatik hitam-putih akan menghasilkan warna objek sama seperti warna aslinya. Biasanya digunakan untuk memantau lalu lintas, sumber kebakaran hutan (titik api), perencanaan kota dll.

- Foto Infra Merah merupakan foto yang dicetak dengan menggunakan spektrum gelombang infra merah. Biasanya digunakan dalam dunia militer, pertanian atau perkebunan (untuk membedakan tumbuhan yang sehat dengan yang sakit).

2. Berdasarkan Arah Sumbu Kamera ke Permukaan Bumi

Berdasarkan arah sumbu kamera, citra foto dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni foto tegak dan foto miring.

a. Foto tegak merupakan foto yang diambil tegak lurus terhadap permukaan bumi atau sekitar 0 sampai 10 derajat.

b. Foto miring merupakan foto yang diambil dengan sudut minimal 10 derajat terhadap permukaan bumi. Foto miring/condong ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu foto agak condong (cakrawala masih nampak) dan foto sangat condong (cakrawala tidak tampak).

3. Berdasarkan Jenis Kamera yang Digunakan

Berdasarkan jenis kamera yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu foto tunggal dan foto jamak.

a. Foto tunggal yaitu foto yang dibuat menggunakan kamera tunggal.

b. Foto jamak yaitu foto yang dibuat lebih dari satu pada saat waktu yang sama di daerah lokasi yang sama.

4. Berdasarkan Warna yang Digunakan

Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu foto berwarna semu dan foto berwarna asli.

a. Foto bewarna semu akan menghasilkan warna yang berbeda dengan warna aslinya.

b. Foto bewarna asli akan menghasilkan seperti warna objek aslinya. 5. Berdasarkan Wahana yang Digunakan

(4)

a. Foto udara merupakan foto yang dibuat dari pesawat atau balon udara.

b. Foto satelit atau foto orbital merupakan foto yang dibuat dari satelit.

Citra nonfoto merupakan citra yang diambil menggunakan sensor, biasanya menggunakan satelit. Dan istilah yang dikenal yaitu citra satelit. Citra nonfoto dapat kita bedakan menjadi 3 jenis yaitu (TIM SISWAPEDIA, 2016) :

1. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Citra infra merah termal merupakan citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Perbedaan warna disebabkan karena adanya perbedaan suhu antar objek.

b. Citra radar dan citra gelombang mikro merupakan citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro.

2. Berdasarkan Sensor yang Digunakan

Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Citra tunggal merupakan citra yang dibuat dengan sensor tunggal.

b. Citra multispektral merupakan citra yang dibuat dengan sensor jamak.

3. Berdasarkan Wahana yang Digunakan

Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Citra dirgantara (airborne image) merupakan citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara).

b. Citra satelit (satellite/spaceborne image) merupakan citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar.

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) dalam Purwoko (2009: 144), penggunaan lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi. Pada sektor pertanian lahan digunakan orang untuk areal persawahan, kebun dan ladang sedangkan untuk bidang lainnya lahan digunakan untuk pemukiman, prasarana umum, pekarangan dan lain-lain.

(5)

kebutuhan-kebutuhan manusia baik secara spiritual ataupun secara kebendaan ataupun keduanya.

Berikut adalah penjelasan mengenai pertanian lahan basah dan lahan kering (Sari, 2015) :

1. Pertanian Lahan Basah

Pertanian lahan basah merupakan jenis kegiatan pertanian yang memanfaatkan lahan basah. Lahan basah yang dimaksud pada pertanian lahan basah ini adalah lahan yang kontur tanahnya merupakan jenis-jenis tanah yang jenuh dengan air.

Ciri-ciri dari pertanian lahan basah : a. Memiliki kadar air yang tinggi.

b. Sebagian atau keseluruhan dari wilayah tersebut digenangi oleh air.

c. Merupakan lahan yang sifatnya cenderung menetap, namun ada beberapa yang merupakan lahan basah musiman.

d. Memiliki tingkat kekerasan kontur tanah yang lembek dan juga labil.

e. Merupakan daerah pertanian yang subur, dan mengandung banyak air.

f. Memiliki muka air tanah yang dangkal.

g. Banyak terdapat tanaman dan juga tumbuhan yang mengarah kepada tumbuhan air ataupun tumbuhan bakau.

h. Biasanya berlokasi di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.

Secara umum, sebuah lahan basah atau wetlands banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian, dimana membutuhkan sebuah lahan yang memang selalu terisi dan memilki kandungan air yang tinggi serta memiliki ciri-ciri air tanah yang baik. Tanaman yang paling banyak ditanam dan juga dibudidayakan pada sebuah lahan basah adalah tanaman padi, yang membutuhkan sebuah lahan yang selalu memiliki kandungan air tetap, agar bisa tumbuh dan akhirnya akan memberikan hasil panen yang berlimpah.

Sumber air dari sebuah pertanian dengan lahan basah ini

biasanya bisa berupa sumber air alami, seperti lokasi rawa-rawa dan juga daerah hutan bakau, dimana berlokasi dekat denan sumber air, sehingga wilayahnya selalu memiliki genangan air, ataupun

(6)

sebuah lahan pertanian kering, ataupun dimanfaatkan sebagai kepentingan pendirian bangunan, baik itu sebuah residensial atau perumahan, ataupun bangunan lainny ayang mendukung kehidupan manusia.

2. Pertanian Lahan Kering

Pertanian lahan kering ini merupakan kebalikan dari sebuah pertanian lahan basah. pertanian lahan kering merupakan jenis pertanian yang dilakukan pada sebuah lahan yang kering, yaitu lahan yang memilki kandungan air yang rendah, bahkan ekstrimnya adalah lahan kering ini merupakan jenis lahan yang cenderung gersang, dan tidak memiliki sumber air yang pasti, seperti sungai, danau ataupun saluran irigasi.

Pertanian lahan kering ini merupakan jenis pertanian yang

lahannya banyak terdapat di Negara Indonesia. Iklim di Indonesia juga kebanyakan beriklim tropis, hal ini disebabkan karena cuaca yang panas, sehingga membuat banyak sumber air yang berkurang dan juga sedikit. Namun demikian, biasanya sebuah pertanian lahan kering ini memanfaatkan crah hujan untuk membantu meningkatkan hasil pertanian yang dimilikinya. Hal in isangat mungkin terjadi, karena lokasi dimana pertanian lahan kering ini berada, memiliki curah hujan yang cenderung lebih tinggi dan juga banyak terjadi. Ciri-ciri dari pertanian lahan kering :

a. Merupakan daerah yang biasanya memiliki curah hujan tinggi. b. Terdapat pada daerah tropis.

c. Memiliki kadar air yang cenderung terbatas.

d. Memiliki kontur tanah yang cenderung labil dan mudah mengalami erosi.

e. Bukan merupakan lokasi gurun pasir.

f. Memiliki kontur tanah yang cenderung lembut dan tidak keras. g. Bukan merupakan lokasi pertanian yang lahannya mengalami

kekeringan, hingga tanahnya pecah-pecah.

h. Biasanya merupakan lahan yang dapat dimanfaatkan menjadi daerah resapan air.

i. Banyak dimanfaatkan untuk menanam tanaman pohon buah dan pohon lainnya.

j. Memiliki letak yang cukup jauh dari sumber air alami ataupun buatan, seperti sungai, danau dan saluran irigasi.

k. Lokasi lahan kering yang biasanya berdekatan dengan pemukiman penduduk.

(7)

n. Berada pada ketinggian 500 hingga 1500 meter diatas permukaan laut.

C. Alat dan bahan Alat :

1. Bolpoint untuk menulis hasil praktikum yang telah diperoleh pada lembar lampiran yang telah ditentukan.

2. Penggaris untuk membuat tabel 1 sampai tabel 3 di lampiran. 3. HVS ukuran A4 sebagai lembar lampiran.

4. Spidol OPV ukuran F warna merah, hitam, biru, dan hijau untuk membuat blok-blok antar obyek yang ada pada citra.

Bahan :

1. Citra pankromatik hitam putih sebagai obyek analisis citra. 2. Citra inframerah sebagai obyek analisis citra.

3. Citra ASTER – Sangabriel (topografi dan pemukiman) sebagai obyek analisis citra.

4. Plastik transparan untuk mendeliniasikan Citra ASTER Sangabriel.

D. Langkah kerja

1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan seperti HVS, bolpoint, dan penggaris.

2. Membuat tabel lampiran, yaitu tabel pengamatantingkat kerumitan obyek pada foto udara dan citra, tabel tingkat kemudian pengenalan obyek pada berbagai jenis foto dan citra, serta tabel hasil identifikasi bentuk penggunaan lahan pada citra dan foto udara.

3. Mendeliniasikan kenampakan yang ada pada citra-citra tersebut, baik kenampakan alam maupun kenampakan budaya serta memberikan kode kenampakan.

4. Mengisikan pada tabel berbagai kenampakan pada citra yang telah diamati.

E. Hasil dan Pembahasan Hasil

Tabel 1 Hasil Pengamatan Tingkat Kerumitan Obyek pada Foto Udara dan Citra

No. Jenis Skala M Tingkat KerumitanS SL

1. Pankromatik

Hitam Putih - √

2. Inframerah - √

3. Multispektral (ASTER-Sangabriel)

- √

(8)

M : Mudah S : Sedang SL : Sulit

Tabel 2 Tingkat Kemudian Pengenalan Objek pada Berbagai Jenis Foto Udara dan Citra

Jenis Obyek

FU. Pankromatik

Hitam-Putih FU Inframerah(IR) ASTER-Sangabriel

M S SL M S SL M S SL

Tubuh

Perairan √ √ √

Pemukiman √ √ √

Vegetasi √ √ √

Lahan

Pertanian √ √ √

Jalan √ √ √

Batuan/Tan

ah √ √ √

Sawah √ √ √

Keterangan : M : Mudah S : Sedang SL : Sulit

Tabel 3 Hasil Identifikasi Bentuk Penggunaan Lahan pada Citra dan Foto Udara

No .

Pengguna an Lahan

Pankromatik

Hitam Putih Inframerah

ASTER-Sangabriel

TA S MA M TA S MA M TA S MA M

1. SawahIrigasi √ √ √

2. Sungai √ √ √

3. Gisik √ √ √

4. TerbukaLaut √ √ √

5. MangroveHutan √ √ √

Keterangan :

TA : Tidak ada

S : Sulit

AM : Agak mudah

(9)

Pembahasan

Gambar 1 Citra Inframerah

Citra inframerah yang diamati, terdapat berbagai kenampakan yang dapat diidentifikasi. Namun, dalam hal ini, tingkat kesulitan analisis kenampakan tergolong sedang. Hal tersebut disebabkan oleh sulitnya membedakan kenampakan yang satu dengan yang lain karena tidak memiliki perbedaan warna dan kedetailan yang kurang. Menurut dasar teori yang saya peroleh, citra ini menggunakan spektrum gelombang inframerah. Citra tersebut tergolong citra inframerah yang tidak berwarna.

Kenampakan-kenampakan objek yang dapat dikenali dengan mudah antara lain tubuh perairan, vegetasi, lahan pertanian, dan sawah. Tubuh perairan yang tertangkap citra, berada di bagian kiri citra dan berukuran besar. Tubuh perairan berukuran cukup besar dan berkelok atau

meandering. Sungai tersebut tergolong sungai tua karena berbentuk meander dan memiliki gosong pasir serta point bar. Gosong pasir dapat dilihat pada salah satu kelokan yang sedikit menjorok ke tengah.

Sedangkan point bar berada di salah satu kelokan bagian dalam karena adanya pengendapan material yang terbawa oleh arus sungai. Selain itu, sungai memiliki rona yang gelap. Hal tersebut disebabkan karena air memiliki penyerapan energi sinar matahari yang besar sehingga memiliki warna atau rona yang gelap daripada kenampkan-kenampakan lainnya. Pada citra vegetasi bertekstur halus yang merupakan daerah pertanian atau persawahan. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk petakan-petakan lahan pada citra. Selain itu terdapat vegetasi atau pepohonan yang menyebar namun mengelompok pada masing-masing daerah. Pada citra, kenampakan yang paling dominan adalah vegetasi. Pada zona vegetasi memiliki penyerapan yang tinggi karena penyerapan kanopi daun yang tinggi untuk berfotosintesis sehingga memiliki rona gelap dan tekstur yang cukup kasar.

(10)

tanah. Hal tersebut dikarenakan kenampakan lahan yang saling berimpitan dan tidak memiliki perbedaan warna sehingga sulit

diidentifikasi. Kenampakan jalan berbentuk memanjang dan ditemukan pada daerah sepanjang persawahan. Kenampakan pemukiman dan tanah sendiri sangat sulit ditemukan sehingga jaringan atau aksesibilitas juga sulit ditemukan karena mayoritas jalan atau jaringanbiasanya

berhubungan dengan pemukiman sebagai aksesibilitas penduduk sekitar. Penggunaan lahan pada citra inframerah dominan digunakan sebagai lahan pertanian sehingga dapat ditemukan sawah irigasi dan sungai sebagai sumber air pertanian. Hal itu membuktikan bahwa daerah tersebut merupakan wilayah mata pencaharian penduduk sekitar yang mayoritasnya sebagai petani. Lahan pada citra tergolong lahan basah karena lahan pertanian sendiri sangat membutuhkan lahan basah dan memiliki tanah dengan kesuburan yang tinggi. Tanah pada lahan

pertanian basah ini memiliki kandungan air yang tinggi. Lahan pertanian sangat membutuhkan sebuah lahan yang memang selalu terisi dan memilki kandungan air yang tinggi serta memiliki ciri-ciri air tanah yang baik. Tanaman yang paling banyak ditanam dan juga dibudidayakan pada sebuah lahan basah adalah tanaman padi, yang membutuhkan sebuah lahan yang selalu memiliki kandungan air tetap, agar bisa tumbuh dan akhirnya akan memberikan hasil panen yang berlimpah. Lahan pertanian pada citra dikatakan lahan basah karena lahan pertanian dekat dengan tubuh perairan berupa sungai dan jauh dari pemukiman penduduk.

Gambar 2 Citra Pankromatik Hitam Putih

(11)

sungai tersebut berbentuk meander. Sungai yang tertangkap pada citra berukuran kecil dan gelap. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa air memiliki penyerapan yang tinggi terhadap energi matahari sehingga menimbulkan rona gelap. Sedangkan daerah tanah dan batuan kemungkinan memiliki tekstur pasir karena di daerah topografi yang tinggi sehingga pantulannya tinggi dan ronanya cerah.

Kenampakan yang sulit ditemukan adalah kenampakan pemukiman dan jaringan. Jaringan pada citra pankromatik hitam putih sangat sulit karena warna pemukiman dan warna jaringan hampir sama yaitu

berwarna abu-abu cerah. Pemukiman sendiri berada di bagian atas citra. Pemukiman memiliki warna cerah karena atap pemukiman terbuat dari seng mengingat daerah tersebut berada di sekitar lereng. Untuk

mengatasi suhu yang rendah, maka penduduk membuat bangunan atap dengan bahan dasar seng supaya merasa hangat. Selain itu bahan baku seng mudah memantulkan energi sinar matahari sehingga kenampakan pemukiman yang tertangkap pada citra memiliki rona yang cerah.

Vegetasi yang ditemukan hanya sedikit, yaitu berada di bagiat atas citra. Sawah irigasi pun sulit ditemukan karena bentuk dan warna yang sulit dibedakan. Namun kemungkinan lahan pertanian terdapat pada lahan basah mengingat pemukiman penduduk yang jarang ditemukan dan dekat dengan sumber mata air di lereng gunung. Apabaila diamati,

petakan sawah terdapat di bagian atas namun sedikit ke tengah walaupun tidak begitu jelas.

Gambar 3 Citra Satelit ASTER Sangabriel

(12)

yang tertangkap pada citra sangat luas sehingga kenampakan pemukiman dan sekitarnya sangat kecil sehingga terdapat kesulitan membedakan beberapa area.

Kenampakan yang mudah diidentifikasi pada Citra ASTER Sangabriel antara lain, tubuh perairan, vegetasi dan jaringan. Deliniasi kenampakan pada CITRA ASTER Sangabriel untuk tubuh perairan berwarna biru, vegetasi berwarna hijau, dan jaringan berwarna merah. Deliniasi

kenampakan pada citra diberikan kode sesuai yang tertera pada lampiran II.

A.2.2.1

Gambar 4 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan sungai

B.b.1.1.1.1.1.1.b

Gambar 5 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan hutan hujan pegunungan tinggi

(13)

rendah yang meningkatkan kelembaban udara. Variasi vegetasi juga disebabkan oleh ketinggian tempat. Biasanya pada hutan pegunungan tinggi, semakin tinggi ketinggiannya, semakin langka tanaman yang ditemukan atau semakin pendek. Sungai pada citra juga tergolong sungai tua karena memiliki percabangan yang cukup banyak dan berbentuk meandering. Sungai-sungai tersebut berasal dari mata air yang muncul di tekuk lereng.

A.1.2.4.1.4.1

Gambar 6 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan waduk tunggal

Waduk tunggal dibuat sebagai cadangan air saat terjadi kelebihan air ketika musim penghujan guna keperluan pertanian atau kekeringan di musi kemarau. Waduk tunggal biasanya digunakan untuk memenuhi salah satu kebutuhan saja seperti tenaga listrik, irigasi, pengendali banjir atau lainnya. Di sekitar waduk tunggal terdapat kenampakan permukiman. Hal tersebut mungkin digunakan sebagai sumber air penduduk untuk di konsumsi mengingat daerah waduk jauh dari daerah pertanian.

A.1.1.2.1.2.1

Gambar 8 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan danau vulkanik

C.1.1.1.1.2.2

Gambar 9 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan danau vulkanik

(14)

B.1.1.1.1.1.1

Gambar 10 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan sawah Kenampakan sawah yang terlihat hanya beberapa. Hal ini karena identifikasi kenampakan yang sulit terlihat. Sawah ditemukan apabila dilihat dari bentuknya yang berundak-undak menyerupai kepundan. Lahan pertanian ini kemungkinan merupakan lahan kering karena lahan pertanian ini berada di sekitar pemukiman penduduk yang cukup tinggi. Hal tersebut sesuai dengan dasar teori yang saya peroleh yaitu beberapa ciri dari lahan kering antara lain memiliki kadar air yang cenderung terbatas, memiliki kontur tanah yang cenderung labil dan mudah mengalami erosi, dan lokasi lahan kering yang biasanya berdekatan dengan pemukiman penduduk. Tanah pada daerah tersebut termasuk mudah berubah akibat aktivitas erosi pada topografi sekitar persawahan.

D.5 Jaringan

D.2 (Pemukiman)

Gambar 11 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan jaringan dan pemukiman

Sedangkan kenampakan yang sulit diidentifikasi antara lain pemukiman dan batuan atau tanah. Seperti yang terlihat di deliniasi, Pemukiman berada di sekitar jalan raya yang mengelompok namun sulit dibedakan dengan adanya batuan atau tanah karena ukuran kenampakan yang sangat kecil menyebabkan identifikasi kenampakan sulit.

Pemukiman berada di bagian kaki lereng karena terdapat sumber mata air yang berasal dari tekuk lereng. Pola pemukiman penduduk menyebar karena topografinya tergolong kasar. Pada citra, kenampakan pemukiman berwarna abu-abu cerah mungkin disebabkan oleh bahan baku atap rumah yang terbuat dari seng. Seng memiliki sifat pantulan tinggi dan menyerap panas. Hal ini dipengaruhi oleh topgrafi sekitarnya yang berupa dataran tinggi sehingga penduduk memilih bahan baku seng sebagai atap rumah yang dapat menyerap panas dan menghangatkan tempat tinggal. Jaringan sendiri digunakan untuk mempermudah aksesibilitas penduduk dari tempat satu ke tempat yang lain dengan pola memanjang.

(15)

Citra pankromatik hitam putih, citra inframerah, dan citra ASTER Sangabriel memiliki ciri dan kegunaan yang berbeda. Citra yang paling detail antara satu objek dengan objek yang lain adalah citra ASTER. Penggunaan lahan sebagai lahan pertanian ditemukan pada citra inframerah (IR), citra pankromatik hitam putih digunakan sebagai

pertanian, pemukiman dan topografi, sedangkan citra ASTER Sangabriel dominan digunakan untuk permukiman, topografi, dan sedikit

persawahan. Lahan yang paling baik untuk pertanian adalah lahan yang tertangkap pada citra inframerah sedangkan yang tidak cukup baik untuk lahan pertanian adalah lahan yang berada pada citra ASTER Sangabriel. Karena, lahan pertanian pada citra ASTER Sangabriel jauh dari sumber air yang ada. Kenampakan sungai pada citra-citra tersebut tergolong mudah dan semuanya merupakan sungai berstadium tua apabila dilihat dari karakteristiknya. Pada citra ASTER Sangabriel ditemukan kenampakan lain seperti danau vulkanik dan waduk tunggal yang merupakan sumber air dari penduduk. Selain itu, ditemukan pula bukit pasir pada puncak gunungapi yang juga dipengaruhi oleh erupsi gunungapi.

G. Daftar Pustaka

Anonim. 2014. Aplikasi Citra Quickbird Untuk Pemetaan Penggunaan Lahan di Sebagian Wilayah Kecamatan Kota Besi Kabupaten Kotawaringin Timur. Diakses pada hari Rabu, 12 April 2017 pukul 13.30 WIB di www.eprints.ums.ac.id

Indarto. 2014. Teori dan Praktek Pengideraan Jauh. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Linchwatin, Titin. 2014. Pengenalan Jenis-Jenis Citra. Diakses pada hari Senin, 27 Maret 2017 pukul 11.36 WIB di www.files.wordpress.com Purwoko, Agus. 2009. Analisis Perubahan Fungsi Lahan di Kawasan Pesisir

dengan Menggunakan Citra Satelit Berbasis Sistem Informasi

Geografis (Studi Kasus di Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut), Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.3, April 2009.

Sari, Maya. 2015. Pertanian Lahan Basah dan Lahan Kering. Diakses pada hari Rabu, 13 April 2017 pukul 07.35 WIB di www.ilmugeografi.com Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: UGM Press.

TIM SISWAPEDIA. 2016. Jenis Citra pada Pengideraan Jauh. Diakses pada hari Selasa,

(16)

Lampiran II

TABEL KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN MENURUT MALINGREAU

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV

Kod

e Penggun-aan lahan Kode Penggunaan lahan Kode Penggunaan lahan Kode Penggunaan lahan

A. Air 1 Tubuh

perairan 1.1 Laut 1.1.11.1.2 1.1.3 1.1.4 1.1.5

Laut terbuka Muara Corong Teluk Selat

1.2 Danau 1.2.1

1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5

Danau vulkanik, kawah, caldera, vulkanik tektonik, Danau tektonik Atol koral tertutup Danau tapal Laguna 1.3 Ponds

(tebat)

1.3.1 1.3.2 1.3.3

Tebat ikan tawar Tambak

Tambak garam

1.4 Waduk 1.4.1

1.4.2

(17)

1.5 Daerah banjir 1.6 Rawa

Marse 2 Aliran air 2.1

2.2 irigasi dan drainase

1.1 Tanaman musiman Sawah tadah hujan

Pasang surut Lebak

Sawah surjan Mina padi

Tegalan tanah tinggi

Dalam hutan belukar

(18)

hutan

pertanian 2.2.2 Dalam hutan berawa b. daerah

non pertanian

1 Hutan

primer 1.1 Hutan klimatik 1.1.1 a b

1.1.2

1.1.3

Hutan hujan tanah tinggi

HH peg. Rendah HH peg. Tinggi campuran tusam

HH daerah rendah

Hutan musim

Hutan payau, bakau, nipah, palma

2.1 Formasi klimatik 2.2 Formasi

edhapik Pepohonan dan semak

Savana dan semak 3.2 Daerah

rawa 4.2.14.2.2 4.2.3

(19)

untuk

pertanian 1.4

1.5

Lava dan lahar Gosong pasir sungai Liang terbuka

D Permukim

an dan daerah-daerah yangtelah dibangun

1 2 3 4

5 6 7

Kota Kampung Industri Lapangan terbang Jaringan Komunikasi Tempat rekreasi

Lampiran III

(20)

Gambar 1 Citra Inframerah Gambar 2 Citra Pankromatik Hitam-Putih

(21)

Lampiran IV

Gambar

Tabel 1 Hasil Pengamatan Tingkat Kerumitan Obyek pada Foto Udara dan
Tabel 2 Tingkat Kemudian Pengenalan Objek pada Berbagai Jenis Foto
Gambar 3 Citra Satelit ASTER SangabrielCitra ASTER Sangabriel memiliki tingkat kerumitan yang sedang
Gambar 4 Deliniasi Citra ASTER Sangebriel, kenampakan sungai
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar perlakuan (P>0,05) ditinjau dari skor perlukaan sekum dan terdapat perbedaan yang bermakna

Hubungan luar tetap dijalankan dengan jajahan takluk dan negeri naungannya serta kuasa-kuasa luar seperti Portugis yang menjadi seterunya. Hubungan itu masih bersifat

Hasil analisis keragaman pada Tabel 3 menunjukkan perbedaan pengaruh interaksi dimater pohon dan jarak lubang inokulasi terhadap pembentukan gubal gaharu yang

pendidikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar melalui kegiatan beraneka segi yang mengikutsertakan kegiatan observasi; membuat pertanyaan; memeriksa buku

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh logo halal dan nilai gizi terhadap minat beli konsumen yang dimediasi oleh customer trust pada Produk Pentol Gila

Dibawah ini beberapa bahan pangan dan beberapa cara mengolah kulit buah dan sayuran sebagai hasil samping pangan nabati yang dapat diolah dan dapat bertahan

It's good to touch the green, green grass of home.. Then I awake and look around me, at the four grey walls that