• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DIAMETER POHON DAN JARAK LUBANG INOKULASI TERHADAP PEMBENTUKAN GUBAL GAHARU PADA TANAMAN Aquilaria Malaccensis Lamk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DIAMETER POHON DAN JARAK LUBANG INOKULASI TERHADAP PEMBENTUKAN GUBAL GAHARU PADA TANAMAN Aquilaria Malaccensis Lamk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DIAMETER POHON DAN JARAK LUBANG INOKULASI TERHADAP PEMBENTUKAN GUBAL GAHARU PADA TANAMAN Aquilaria

Malaccensis Lamk

The Influence of Tree Diameter and Inoculation Holes Spacing On The Formation Gubal Agarwood (Aquilaria Malaccensis Lamk)

Franciska Yesu Lisa Try, Abdurrani Muin, M. Idham

Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Jln Imam Bonjol Pontianak 78124 E-mail: franciskatry@yahoo.com

ABSTRACT

Agarwood is non-timber forest product which has high economic values, as raw material for the perfume industry, incense and medicine. This research aims to determine the best diameter of tree and inoculation hole distance to formation of gubal agarwood of Aquilaria malaccensis. The research had been conducted in Ngarak Village of Mandor Subdistrict, Landak Regency, in a periode of 3 months. The research method used factorial experiment with 5 replications. The first factor is diameter of tree with 6 treatments (17 cm, 18 cm, 21 cm, 23 cm. 24 cm and 27 cm). The second factor is distance of inoculation holes (5 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm and 30 cm). the data collected were in the form of cross-sectional area of agarwood formed the results showed that the interaction of tree diameter of 3,86 with a inoculation hole spacing of 5cm was the best for the formation of the gubal agarwood compared to other treatments.

Keywoods: Aquilaria malaccensis, Gubal Agarwood, Inoculation, Tree Diameter. PENDAHULUAN

Gaharu merupakan hasil hutan bukan kayu yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, karena sebagai bahan baku untuk industri parfum, dupa dan obat-obatan. Karena manfaatnya yang begitu banyak, maka perlu dilakukan peningkatan produksi, sekaligus untuk melindungi ragam pohon penghasil gaharu di Indonesia (Mucharromah, 2010). Beberapa jenis pohon penghasil gaharu di Kalimantan Barat yang sudah dikenal antara lain Aquilaria malaccensis, Aquilaria micorcarpa, Aquilaria beccariana dan Aquilaria filarial.

Dari beberapa jenis pohon yang berpotensi tersebut, Aquilaria malaccensis Lamk adalah pohon

penghasil gaharu berkualitas terbaik dengan nilai jual yang tinggi (Siran, 2010). Pohon penghasil jenis gaharu ini cukup banyak penyebarannya di Kalimantan Barat yang disebut dengan nama daerah mengkaras, kepang, karas, galih, garu dan gaharu (Sitepu, et al. 2011). Gubal gaharu adalah bagian dari pohon yang terinfeksi cendawan, berwarna coklat kehitaman dan harum baunya bila dibakar (Santoso et al. 2007).

Menurut Setyaningrum dan Saparinto (2014) terbentuknya gaharu pada pohon merupakan reaksi pertahanaan pohon terhadap infeksi pathogen yang timbul karena adanya perlukaan atau pengaruh fisik lain pada batang, cabang, maupun ranting. Infeksi

(2)

pathogen tersebut menyebabkan keluarnya resin. Semakin lama, resin terakumulasi pada jaringan kayu sehingga jaringan kayu menjadi keras dan berwarna cokelat. Getah (resin) yang menggumpal di dalam batang kayu ini dinamakan gubal gaharu yang aromanya sangat harum.

Beberapa perubahan sifat yang terjadi selama proses pembentukan gaharu, di antaranya warna batang yang terinfeksi berubah dari putih menjadi cokelat, kehitaman, dan akhirnya hitam kehijauan. Berat jenis kayu semakin berat sehingga bisa tenggelam dalam air. Selain itu, terbentuk resin yang menggantikan serat kayu sehingga tidak tampak lagi pada akhir proses.

Pemanfaatan teknologi inokulasi atau induksi untuk percepatan pembentukan gaharu sekarang ini mulai digalakkan, namun pada awal pelaksanaannya di lapangan masih ditemukan berbagai kendala.

Kendala dalam kegiatan induksi pada pohon gaharu yang terjadi pada waktu itu menurut Muin dan Iskandar (2007 dan 2008) dan Muin, Indrayanti dan Artuti (2010) adalah : (1) luas penampang gubal gaharu yang terbentuk masih rendah dan lambat yakni rata-rata lebih dari satu setengah tahun, (2) persentase gubal gaharu yang terbentuk untuk setiap pohon masih rendah yakni hanya berkisar antara 30-35 % per pohon, (3) jarak lubang inokulasi 10 cm yang masih terlalu jarang serta (4) diameter pohon yang diinokulasi sangat bervariasi mulai dari 20 sampai 50 cm. Atas dasar

permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai ukuran diamater pohon serta jarak lubang untuk menginokulasikan inokulan agar gubal gaharu yang terbentuk lebih cepat dengan luas penampang yang lebih besar. Tujuan penelitian ingin menentukan diameter pohon dan jarak lubang inokulasi untuk pembentukan gubal gaharu pada tanaman Aquilaria malaccensis Lamk.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Ngarak Kecamatan Mandor Kabupaten Landak, dengan waktu penelitian selama 3 bulan lapangan.

Penelitian menggunakan percobaan faktorial yang terdiri :

(1) faktor pertama berupa diameter pohon dengan perlakuan 17 cm, 18 cm, 21 cm, 23 cm, 24 cm, 27 cm, (2) faktor kedua berupa jarak lubang inokulasi dengan perlakuan 5 cm, 10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali, sehingga jumlah lubang inokulasi yang dibuat dalam penelitian adalah 6 x 6 x 5 = 180 lubang. Data yang dikumpulkan setiap bulan selama tiga bulan berupa luas infeksi lubang yang membentuk gubal gaharu.

Tahap-tahap inokulasi pohon gaharu sebagai berikut :

1. Alat-alat untuk penyuntikan disiapkan dan sudah disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol (mata bor, alat injeksi, lilin, pisau), 2. Setelah itu mengukur diameter

pohon dan menentukan titik-titik pengeboran pohon gaharu dimulai

(3)

dengan jarak 20 cm dari permukaan tanah dan ditandai dengan spidol dilanjutkan dengan mementukan titik pengeboran dengan jarak 5 cm kearah vertikal dan disesuaikan dengan perlakuan lainnya.

3. Selanjutnya pohon dibor dengan menggunakan mesin bor (mata bor 4 mm) sedalam 5 cm dengan kemiringan 30 derajat.

4. Kemudian memasukan cairan inokulan dengan alat injeksi sebanyak 4 cc ke dalam lubang bor 5. Setelah itu lubang ditutup dengan

lilin kemudian disemprot dengan alkohol dan di beri label.

Analisis Data

Data dianalisis untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisa percobaan RAL pola faktorial dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Faktor Koreksi (FK) = 𝑌2 𝑟.𝑎.𝑏 = ( 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑒𝑛𝑑𝑟𝑎𝑙)2 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 JK total = Σijk Y2 – FK JK Perlakuan = 𝛴𝑖𝑗𝑘 𝑌2 𝑟 − 𝐹𝐾 = ∑ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛)2 𝑟 − 𝐹𝐾

JK galat = JK total – JK perlakuan JKA = 𝛴(𝑎𝑖) 2 𝑟𝑏 – FK = ∑ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔)2 𝑟𝑏 – FK JKB = 𝛴(𝑏𝑖)2 𝑟𝑎 − 𝐹= ∑ (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛)2 𝑟𝑎 JKAB = JKP – JKA – JKB JKG = JKT – JKP Db Total = rab – 1 DB Perlakuan = ab-1 Db galat = ab(r-1) Db factor A (dba) = (a-1) Db factor B (dbb) = (b-1) KTA = 𝐽𝐾𝐴 𝑎−1 KTB = 𝐽𝐾𝐵 𝑏−1 KT AB = 𝐽𝐾𝐴𝐵 (𝑎−1)(𝑏−1) KT galat = 𝐽𝐾𝐺 𝑑𝑏𝑔 KK = √𝐾𝑇𝐺 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑥 100 Tabel 1. Analisis Sidik Ragam data hasil penelitian

Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat

Kuadrat tengah F-Hitung Perlakuan A B AB Galat Total ab-1 a-1 b-1 (a-1)(b-1) ab(r-1) rab-1 JKP JKA JKB JKAB JKG JKT JKA/dbA JKB/dbB JKAB/dbAB JKG/dbG KTA/KTG KTB/KTG KTAB/KTG

Hasil analisis sidik ragam jika F hitung > f tabel pada taraf 1%, maka pengaruh perlakuan sangat nyata. Jika F hitung > f tabel pada taraf nyata 5% dan < F tabel pada taraf 1%, maka pengaruh perlakuan nyata.

Apabila F hitung < F tabel pada taraf 5%, maka pengaruh perlakuan dinyatakan tidak nyata. Jika hasil analisis keragaman dengan RAL pola faktorial menunjukkan berbeda sangat nyata atau nyata, maka untuk mengetahui perbedaan tersebut

(4)

dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji BNJ pada Tabel 1 dapat diketahui, bahwa perlakuan diameter pohon 27 cm membentuk luas infeksi gubal gaharu yang sangat besar dan

berbeda sangat nyata dibandingkan dengan ukuran diameter lainnya. Selain itu ukuran diameter pohon 21 cm juga menunjukan luas infeksi yang lebih besar dibandingkan dengan diameter 23 cm, 17 cm, 18 cm dan 24 cm.

Tabel 1. Uji beda nyata pengaru diameter pohon terhadap pembentukan gubal gaharu (Least Significant Difference (LSD) Test of tree diameter on the formation of the Gubal Agarwood)

Keterangan: ** Berbeda Sangat Nyata; tn Tidak berbeda Nyata

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2015 Hasil analisis keragaman pada Tabel 1 menunjukkan bahwa diameter pohon 27 cm, dan 21 cm berbeda sangat nyata dan menunjukan luas infeksi diameter pohon 27 cm sebesar 3,86 cm², dan merupakan yang terbaik untuk menginokulasikan inokulan pembentuk gubal gaharu.

Hal tersebut karena tanaman gaharu mengalami akumulasi metabolit sekunder sebagai respon atas pelukaan dan infeksi patogen (Santoso et al., 2007). Luas infeksi bertambah dianggap sebagai gejala awal yang timbul akibat adanya seranggan agens biotik dan abiotik. Novryanti (2009) luas infeksi disebabkan oleh pengangkutan karbohidrat hasil fotosintesis ke bagian akar melalui pembuluh floem menjadi terhambat dengan demikian tanaman akan mengeluarkan senyawa pertahanan yaitu sesquiterpenoid, yang diketahui

merupakan senyawa pertahanan tanaman tipe fitoaleksin. Sementara itu pada perlakuan diameter 17, cm, 18 cm dan 23 cm, berbeda tidak nyata.

Hal tersebut diduga bahwa luasan infeksi yang terlihat adalah jejak infeksi yang sempat meluas, tetapi sebenarnya tanaman sudah masuk ke tahap pemulihan dimana infeksi patogen telah terhenti sehingga tanaman tidak memproduksi senyawa metabolit sekunder.

Sumarna (2002) menyatakan bahwa penyakit pembentuk gaharu memiliki hubungan fisiologis antara jenis pohon dengan kondisi ekologis lingkungan sesuai sebaran tumbuh pohon, karena nilai endemik dan edafis tempat tumbuhnya memiliki keeratan hubungan dengan proses biofisiologis laju perkembangan tumbuh.

Diameter Luas Infeksi Beda

𝒄𝒎𝟐 24 cm 17 cm 23 cm 18 cm 21 cm (24 cm) 2,12 (17 cm) 2,79 0,67** (23 cm) 2,80 0,68** 0,01𝑡𝑛 (18 cm) 2,82 0,70** 0,03𝑡𝑛 0,02𝑡𝑛 (21 cm) 3,25 1,13** 0,46** 0,45** 0,43** (27 cm) 3,86 1,74** 1,07** 1,06** 1,04** 0,61** BNJ 5% = 0.08 BNJ 1% = 0.10

(5)

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai gaharu yang lebih terfokus pada jamur spesifik yang dapat merangsang terbentuknya gaharu. Sejumlah penelitian ini menyebutkan bahwa jamur penyebab terbentuknya gaharu berlainan pada setiap pohonya. Sedangkan ukuran pohon diameter lebih

kecil hanya membentuk luas infeksi gubal gaharu berkisar 2,12 cm² pada diameter pohon 24 cm. Hal ini terlihat dari perkembangan luas infeksi gubal gaharu yang terbentuk setelah satu bulan inokulasi yang terlihat sangat lambat Untuk jelasnya perbedaan luas infeksi diameter pohon dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbedaan pembentukan gubal gaharu antara diameter pohon 27 cm dan pohon diameter 24 cm (Differences in the foramtion of gubal agarwood between the tree with a diameter of 27 cm and that with a diameter of 24 cm.)

Tabel 2. Uji beda nyata jujur pengaruh jarak lubang inokulasi terhadap pembentukan gubal gaharu(Honest Significant Difference (HSD)of the effects of inoculation hole spacing on the formation of the Gubal Agarwood)

Keterangan : ** Berbeda sangat nyata; tntidak berbeda nyata

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2015 Pengaruh Jarak Lubang Inokulasi

Berdasarkan hasil uji BNJ pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa

perlakuan jarak lubang inokulasi 5 cm berbeda sangat nyata sedangkan dengan perlakuan jarak lubang inokulasi 30 cm, Jarak Lubang luas Infeksi Beda

(𝒄𝒎𝟐 ) 30 cm 25 cm 20 cm 15 cm 10 cm (30 cm) 2,76 (25 cm) 2,83 0,07tn (20 cm) 2,87 0,11** 0,4𝑡𝑛 (15 cm) 2,87 0.11** 0,4𝑡𝑛 0𝑡𝑛 (10 cm) 2,96 0,20** 0.13** 0,09* 0,09* (5 cm) 3,33 0,57** 0,50** 0,46** 0,46** 0,37** BNJ 5% = 0.08 BNJ 1% = 0.10

(6)

25 cm, 20 cm, tidak berbeda nyata dikarenakan kemungkinan inokulasi yang diberikan melalui berbagai perlakuan pada tanaman gaharu untuk infeksi akumulasi pembentukan gubal gaharu lebih rendah. Sementara jarak lubang inokulasi 5 cm membentuk luas infeksi gubal gaharu yang sangat besar terhadap pembentukan gubal gaharu. Hal ini di duga bahwa jarak lubang inokulasi 5 cm memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.

Hasil penelitian menunjukan bahwa jarak lubang inokulasi 5 cm, merupakan yang terbaik untuk pembentukan gubal gaharu. Hasil ini sama dengan

dilakukan oleh (Muin, Indrayanti dan Atuti, 2010) yang menghasilkan bahwa gaharu yang terbentuk dengan mengunakan lubang inokulasi 5 cm.

Dengan demikian jarak lubang inokulasi 5 cm merupakan yang terbaik untuk melakukan inokulasikan inokulan pembentuk gubal gaharu. Jika dilihat dari pengaruh jarak lubang inokulasi terhadap luas infeksi gubal gaharu yang terbentuk, ternyata semakin jauh jarak antar lubang inokulasi, maka luas infeksi gubal gaharu yang terbentuk semakin kecil. Untuk jelasnya perbedan pengaruh jarak lubang inokulasi terhadap luas infeksi gubal gaharu yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perbedaan gubal gaharu yang terbentuk antara jarak lubang inokulasi 5 cm dan 30 cm. The difference of gubal agarwood formed between the inoculation hole spacing of 5 cm and 30 cm

Pengaruh Interaksi Ukuran Diameter Pohon dan Jarak Lubang Inokulasi

Hasil analisis keragaman pada Tabel 3 menunjukkan perbedaan pengaruh interaksi dimater pohon dan jarak lubang inokulasi terhadap pembentukan gubal gaharu yang terbentuk dari setiap perlakuan. Dari hasil analisis keragaman pada Tabel 3

dapat diketahui interaksi diameter batang (A) dan jarak lubang inokulasi berpengaruh sangat nyata terhadap pembentukan gubal gaharu. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan perlakuan interaksi diameter pohon dan jarak lubang inokulasi, maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

(7)

Tabel 3. Analisis keragaman pengaruh diameter pohon dan jarak lubang inokulasi terhadap pembentukan gubal gaharu (Diversity Analysis of the effect of tree diameter and inoculation hole spacing on the formation of the Gubal Agarwod)

Berdasarkan hasil uji BNJ tersebut, ternyata interaksi diameter pohon 21 cm dan 27 cm dengan jarak lubang 5 cm merupakan yang terbaik dan berpengaruh sangat nyata dibandingkan dengan perlakuan interaksi lainnya. Pada interaksi diameter pohon 21 cm dengan jarak antar lubang inokulasi

terbentuk luas infeksi gubal gaharu sebesar 5 cm², sedangkan pada interaksi diameter 27 cm dengan jarak lubang inokulasi terbentuk luas infeksi sebesar 4,8 cm². Perbedaan gubal gaharu yang terbentuk akibat perlakuan interaksi tersebut dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh interaksi diameter pohon 27 cm, 21 cm dan jarak lubang inokulasi 5 cm terhadap pembentukan gubal gaharu (Interactional effects of tree diameter of 27 cm and inoculation hole spacing of 5 cm on the formation og Gubal Agarwood)

Berdasarkan hasil penelitian bahwa diameter pohon dan jarak antar lubang inokulasi berpengaruh terhadap pembentuknya gubal gaharu. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin rapat jarak lubang inokulasi, gubal gaharu

yang terbentuk semakin cepat karena lebih cepat infeksinya terakumulasi.

Demikian juga diameter pohon, ternyata gubal gaharu yang terbentuk lebih cepat pada diameter pohon yang lebih besar. Karena melalui diameter yang besar

Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Ftabel

5% 1% Perlakuan 35 90,264 Diameter (A) 5 49,613 9,922 21,47** 2,29 3,15 Jarak lubang (B) 5 6,235 1,247 2,69* 2,29 3,15 Interaksi (A dan B) 25 34, 416 1, 376 2,97** 1,59 1,91 Galat 144 66,528 0, 462 Total 179 247,056

Ket : **) berbeda sangat nyata; *) sangat nyata KK= 23,11% Sumber: hasil analisis data 2015

(8)

memiliki keawetan yang tinggi, Hal ini disebabkan oleh adanya zat yang bersifat toxic dalam zat ekstraktif. Warna yang lebih gelap yang terletak pada bagian pusat bagian dalam batang pohon, membuktikan bahwa antar lubang yang rapat dan diameter pohon yang besar merupakan yang terbaik untuk menginokulasi pohon gaharu. Sementara itu luas infeksi gubal gaharu yang terbentuk lebih kecil pada pohon berdiameter 24 cm dengan jarak antar lubang inokulasi 30 cm. Peningkatan luas infeksi dari satu bulan setelah inokulasi terlihat lambat, hal ini diduga tingkat respon masuknya cendawam lebih rendah.

Menurut Oetomo (1995) dalam Surata (2006) pembentukan gaharu akibat terjadi infeksi bakteri atau jamur pada inang gaharu yang terluka, sehingga menimbulkan kelainan dalam zat-zat ekstrasi, terjadi penumpukan zat yang berlebihan dan terjadi penyumbatan dalam saluran makanan. Faktor lain yang sangat mempengaruhi keberhasilan inokulasi adalah sifat genetis pohon yang merupakan kemampuan pohon untuk membentuk struktur-struktur yang tidak menguntungkan perkembangan patogen pada pohon tersebut.

(Mucharromah,2010).Terbentuknya gaharu dari penghasilnya dapat di picu oleh faktor biotik dan abiotik. Pembentukan gaharu oleh faktor abiotik seperti pelukaan mekanis pada pohon, pengaruh bahan-bahan kimia dan lainnya tidak akan menyebabkan terjadinya penyebaran mekanisme pembentukan ke bagian pohon yang tidak terkena efek langsung faktor abiotik tersebut. Lain

halnya jika pembentukan gaharu yang dipicu oleh faktor biotik seperti cendawan atau jasad renik lainnya, mekanisme pembentukan gaharu dapat menyebar ke bagian lain pada pohon sehingga mutu gaharu yang terbentuk akan lebih maksimal.

PENUTUP Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter pohon dan jarak lubang inokulasi berpengaruh terhadap pembentukan gubal gaharu pada tanaman Aquilaria malaccensis Lamk 2. Berdasarkan hasil penelitian analisis

keragaman, ternyata ukuran diameter pohon 27 cm dengan jarak lubang inokulasi 5 cm merupakan yang terbaik untuk pembentukan gubal gaharu.

Saran

1. Sebaiknya inokulasi inokulan pembentuk gubal gaharu dilakukan dengan jarak lubang 5 cm pada pohon berdiameter lebih dari 21 cm.

2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih

tepat dalam mempercepat

pembentukan gubal gaharu dengan kualitas yang tinggi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu penelitian yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Herawati, E. S. 2010. Pengaruh Jenis

Bahan Media Terhadap

Perkembangan Jamur Pembentuk Gaharu Pada Petridish Secara In Vitro. Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak.

(9)

Mucharromah. 2010. Pengembangan Gaharu . Di Bengkulu, Sumatera: Fakultas Pertanian Jurusan Perlindungan Tanaman, Universitas Bengkulu

Muin A dan Iskandar. 2007. Teknologi Percepatan Pembentukan Gubal Gaharu pada Pohon Penghasil Gaharu di Kabupaten Kapuas Hulu. Laporan Hasil Peneitian Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu dan Lembanga Penelitian Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Muin A dan Iskandar. 2008. Teknologi Percepatan Pembentukan Gubal Gaharu pada Pohon Penghasil Gaharu di Kabupaten Ketapang. Laporan Hasil Penelitian Pemerintah Kabupaten Ketapang dan Lembanga Penelitian Universitas Tanjungpura. Pontianak. Muin A, Indrayanti Y., Artuti H., 2010.

Penyedian bahan induksi yang cocok dan efektif untuk pembentukan gubal gaharu. Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahuanan Dekan Bidang Ilmi-Ilmu Pertanian, Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat. Badan Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Hal 1135-1141.

Novriyanti E. 2009. Kajian kimia gaharu hasil inokulasi Fusarium sp pada aquilaria microcarpa, makalah yang disajikan dalam seminar “Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis pada Pemberdayaan Masyarakat di

sekitar Hutan” yang diselengarakan oleh Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam bekerjasama dengan ITTO PD 425/06 Rev. I (I) di Bogor, 29 April 2009

Santoso, E., Agustini, L., Sitepu, I., Turjaman, M. 2007. Efektivitas Pembentukan Gaharu dan Komposisi Senyawa Resin Gaharu pada Aquilaria spp. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Vol 4. No. 6. Pp. 543-551

Setyaningrum, H.D. dan C.Saparinto 2014. Panduan Lengkap Gaharu. Penebar Swadaya. Pp 172.

Siran, S.A. 2010. pengembangan teknologi gaharu berbasis pemberdayaan masyarakat. Pusat Penelitian Sekitar Hutan. Bogor.

Sitepu, I.R., Santoso, E. and Turjaman, M. 2011.Identification of Eaglewood

(Gaharu) TreeSpecies

Susceptibility.Technical Report No.

1.Forestry Research and

Development Agency,Ministry of Forestry. Bogor.

Sumarna, 2002. Budidaya gaharu, Seri

agribisnis. Jakarta. Penebar Swadaya Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.

Surata, K. 2006. Teknik Budidaya dan Produksi Gaharu. Makalah Utama pada Ekspose/Diskusi Hasil-Hasil Penelitian Balai Litbang.Kupang.

Gambar

Tabel 1. Analisis Sidik Ragam data hasil penelitian  Sumber  keragaman  Derajat bebas  Jumlah  kuadrat
Tabel  1.  Uji  beda  nyata  pengaru  diameter  pohon  terhadap    pembentukan  gubal  gaharu  (Least  Significant  Difference  (LSD)  Test  of  tree  diameter  on  the  formation of the Gubal Agarwood)
Tabel 3. Analisis keragaman pengaruh diameter pohon dan jarak lubang inokulasi  terhadap  pembentukan  gubal  gaharu  (Diversity  Analysis  of  the  effect  of  tree  diameter  and  inoculation  hole  spacing  on  the  formation  of  the  Gubal  Agarwod)

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil organoleptik mengenai rasa pada dangke peram dengan penambahan bakteri asam laktat ( Lactococcus lactis ) pada suhu pemeraman dan lama pemeraman yang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas Perencanaan Unit Pengolahan Pangan (PUPP) dengan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

kelompok domba tangkas Wanaraja dan domba tangkas Sukawening memiliki nilai terkecil yaitu 1,16, sedangkan nilai matriks jarak genetik yang lebih besar adalah antara kelompok

Jika nilai tukar Rupiah melemah atau menguat sebesar 10% dibandingkan dengan nilai tukar Dollar Amerika Serikat per tanggal 30 Juni 2014 (dengan semua variabel lainnya dianggap

Prinsip-prinsip muamalah, adalah nilai-nilai yang mengandung perlindungan terhadap pihak-pihak yang melakukan transaksi, terutama tentang hak dan kewajiban masing-masing

Pelaksanaan ibadah haji disebut Tamattu’ jika seseorang melaksanakan ibadah umroh dan Haji di bulan haji yang sama dengan mendahulukan ibadah Umroh.. Artinya, ketika

Studi ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh corporate governance (ukuran direksi dan proporsi komisaris independen) , kompensasi eksekutif, karakteristik eksekutif (umur