• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III AKUNTABILITAS KINERJA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LKIP Tahun 2015

17

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang menerima pelaporan akuntabilitas/pemberi amanah. Distarcip Kota Bandung selaku pengemban amanah masyarakat melaksanakan kewajiban berakuntabilitas melalui penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Dstarcip Kota Bandung yang dibuat sesuai ketentuan yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan tersebut memberikan gambaran penilaian tingkat pecapaian target masing-masing indikator sasaran srategis yang ditetapkan dalam dokumen Renstra Tahun 2013-2018 dan Rencana Kerja Tahun 2015. Berdasarkan ketentuan tersebut, pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang ditetapkan untuk mewujudkan visi dan misi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya.

Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/618/2004 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Capaian indikator kinerja utama (IKU) diperoleh berdasarkan pengukuran atas indikator kinerjanya masing-masing, sedangkan capaian kinerja sasaran diperoleh berdasarkan pengukuran atas indikator kinerja sasaran strategis, cara penyimpulan hasil pengukuran

(2)

LKIP Tahun 2015

18

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

kinerja pencapaian sasaran strategis dilakukan dengan membuat capaian rata-rata atas capaian indikator kinerja sasaran. Predikat nilai capaian kinerjanya dikelompokan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Predikat Nilai Capaian Kinerja

No Capaian Kinerja Interpretasi

1. 2. 3. > 100 % =100 % < 100 % Melebihi/Melampaui Target Sesuai Target

Tidak Mencapai Target

3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja pemerintah, maka setiap instansi pemerintah perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menggambarkan ukuran keberhasilan pencapaian sasaran strategis. IKU berperan dalam mengubah sesuatu yang bersifat normatif (sasaran strategis) menjadi definitif, terukur dan realistis. IKU yang ditentukan akan berdampak terhadap perilaku dan budaya yang terbentuk dalam organisasi tersebut.

Dengan kata lain IKU digunakan sebagai ukuran keberhasilan dari instansi pemerintah yang bersangkutan. Dinas tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung telah menetapkan 7 (lima) Indikator Kinerja Utama Tahun 2013-2018. Untuk meningkatkan akuntabilitasnya dan juga telah melakukan reviu terhadap Indikator Kinerja Utama. Reviu Indikator Kinerja Utama dilakukan dengan memperhatikan capaian kinerja, permasalahan dan isu-isu strategis yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi.

Hasil pengukuran atas indikator kinerja utama Distarcip Kota Bandung tahun 2015

sebanyak 4 (empat) Indikator Kinerja Utama (104,45%) telah mencapai atau

melampaui target, dan sebanyak 2 (dua) Indikator Kinerja Utama (100%) dan 1 (satu) tidak

mencapai target sebesar (92,25%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

:

(3)

LKIP Tahun 2015

19

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.2

Tingkat Pencapaian Sasaran

No. Sasaran Indikator Jumlah Sasaran

Tingkat Pencapaian Sasaran Melampaui target (>100%) Sesuai Target (100%) Belum Mencapai Target (<100%) Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Sasaran 1 2 1 103,17 1 100 - -

2. Sasaran 2 3 1 107,14 1 100 1 92,25

3. Sasaran 3 1 1 102,10 - - - -

4 Sasaran 4 1 1 103,85 - - - -

Jumlah 7 4 417,8 2 200 1 92,25

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

3.2 Pengukuran, Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Pengukuran Kinerja dapat diartikan sebagai parameter yang mempengaruhi variabel dalam pengukuran kinerja. Variabel yang akan diukur adalah capaian indikator kinerja dengan parameater yang telah ditetapkan dalam lampiran yaitu target dan realisasi. Dari perbandingan anatara target dan realisasi akan diketahui prporsi capaian pencapaiankinerja dalam bentuk prosentase.

Sesuai ketentuan tersebut, pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan msi instansi pemerintah. Pelaporan Kinerja ini didasarkan pada Perjanjian Kinerja Distarcip Kota Bandung Tahun 2015 dan Indikator Kinerja Utama Distarcip Kota Bandung hasil reviu berdasarkan Keputusan Kepala Distarcip tentang Indikator Kinerja Utama yang menetapkan 4 (empat) sasaran dengan 7 (tujuh) indikator kinerja (outcome dan output penting) sebagaimana disajikan pada Gambar sebagai berikut :

(4)

LKIP Tahun 2015

20

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel : 3.3

Sasaran dan Indikator Kinerja Utama

No

SASARAN

IKU

1.

Sasaran 1

2 Indikator

2.

Sasaran 2

3 Indikator

3.

Sasaran 3

1 Indikator

4.

Sasaran 4

1 Indikator

Metode Evaluasi Kinerja mencakup kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapain target dari masing-masing indikator kinerja kegiatan dengaan menggunakan formulir penetapan Kinerja, Pengukuran Kinerja, dan formulir pembiayaan dalam pencapain Sasaran sebagaimana terlampir.

Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah.

Pengukuran kinerja dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/618/2004 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Capaian indikator kinerja utama (IKU) dan capaian indikator kinerja makro diperoleh berdasarkan pengukuran atas indikator kinerjanya masing-masing, sedangkan capaian kinerja sasaran diperoleh berdasarkan pengukuran atas indikator kinerja sasaran strategis, cara penyimpulan hasil pengukuran kinerja pencapaian sasaran strategis dilakukan dengan membuat capaian rata-rata atas capaian indikator kinerja sasaran.

Penetapan angka capaian kinerja terhadap hasil prosentase capaian indikator kinerja sasaran yang mencapai lebih dari 100% termasuk pada angka capaian kinerja sebesar 100. Angka capaian kinerja terhadap hasil prosentase capaian indikator kinerja sasaran yang mencapai kurang dari 0% termasuk pada angka capaian kinerja sebesar 0. Selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi kinerja dilakukan analisis pencapaian kinerja untuk memberikan informasi yang lebih transparan mengenai sebab-sebab tercapai atau tidak tercapainya kinerja yang

(5)

LKIP Tahun 2015

21

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

diharapkan.

Dalam laporan ini, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dapat memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target kegiatan dari masing-masing kelompok indikator kinerja kegiatan, dan penilaian tingkat pencapaian target sasaran dari masing-masing indicator kinerja sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Renstra 2013-2018 maupun Renja Tahun 2015. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Pelaporan Kinerja ini didasarkan pada Surat Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung Nomor : 800/29 - Distarcip Tahun 2016 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU), telah ditetapkan 4 (empat) sasaran dengan 7 (tujuh) indikator kinerja (out comes). Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Selain itu, dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi dengan cara membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun realisasi. Analisis ini menggambarkan tingkat efisiensi yang dilakukan oleh instansi dengan memberikan data nilai output per unit yang dihasilkan oleh suatu input tertentu.

Selanjutnya dilakukan pula pengukuran/penentuan tingkat efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil, manfaat atau dampak. Selain itu, evaluasi juga dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja (performance gap) yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya gap maupun strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan.

Dalam melakukan evaluasi kinerja, perlu juga digunakan pembandingan-pembandingan antara lain :

- kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan. - kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya.

- kinerja suatu instansi dengan kinerja instansi lain yang unggul di bidangnya ataupun dengan kinerja sektor swasta.

- kinerja nyata dengan kinerja di negara-negara lain atau dengan standar internasional.

(6)

LKIP Tahun 2015

22

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Selanjutnya pengukuran kinerja terhadap indikator kinerja yang telah dicapai pada tahun 2015 dan membandingkan antara target dan realisasi pada indikator sasaran dari 4 sasaran dan 7 indikator kinerja dari 4 Misi, sebagaimana telah ditetapkan dalam revisi Renstra Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung tahun 2013-2018, analisis pencapaian kinerja dalam pelaksanaan program dan kegiatan secara rinci dapat dilihat sebagai berikut :

Sasaran 1

Terwujudnya pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang konsisten

Pada pencapaian Sasaran 1 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3.4

DATA BANGUNAN YANG BER IMB DI KOTA BANDUNG

Tahun SWK Jumlah Bangunan Terdata Memiliki IMB Memiliki IMB Tidak

2013 Tegallega 130.289 73.212 57.077

2014 Gedebage 44.709 14.672 30.037

2015 Karees 63.647 38.395 25.252

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Gambar 3.1

Data Bangunan Tahun 2013-2015

(7)

LKIP Tahun 2015

23

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Berdasarkan data diatas, data bangunan yang telah dilakukan pada tahun 2013 adalah SWK Tegallega meliputi Kecamatan Astana Anyar, Bojong Loa Kaler, Bojong Loa Kidul, Babakan Ciparay, dan Bandung Kulon. Jumlah bangunan yang terdata telah memiliki Ijin Mendirikan Bangunan pada tahun 2013 di wilayah Tegallega dan tercatat sebanyak 130.289 bangunan sementara yang memiliki izin sebanyak 73.212 bangunan (56,19%) sedangkan yang bahan tidak lengkap sebanyak 57.077. Hal ini menujukkan bahwa kepedulian terhadap pengurusan pembangunan yang memiliki izin sangat rendah. Sedangkan untuk Tahun 2014 dilaksanakan di wilayah Gede Bage terdiri kecamatan Gede bage, Rancasari, Buah Batu dan Bandung Kidul. Jumlah terdata 44.709 bangunan, sementara yang sudah memiliki izin sebanyak 14.672 bangunan (32,82%), sedangkan sisanya bahan belum lengkap dan tidak dapat diselesaikan sebanyak 30.037 pemohon, hal ini menunjukkan pemohon sangat rendah dalam menyelesaikan izin dalam pembangunan.

Tabel 3.5

Analisis Pencapaiai Sasaran 1

Terwujudnya Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang yang Konsisten Tahun 2014 dibandingkan dengan Target Renstras Tahu 2018

No Sasaran 1 Indikator Satu an

Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 Capaia Terhadap Target 2014 Target Tahun 2015 Realisasi Tahun 2015 Capaian Terhadap Target 2015 Target Tahun 2018 Capaian realisasi 2015 Terhadap Target 2018 1. Prosentase Pembangunan Gedung yang memiliki IMB % 40 32,81 % 80,03 % 41 41 100 % 44 32,81 2. Prosentase Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang % 60 63,21 % 105,35 % 63 65 103,17 % 75 63,21

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Berdasarkan tabel di atas, bahwa Indikator kinerja Prosentase Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang, Indikator ini sangat penting sebagai alat untuk mengukur pengaduan, permasalahan dan pelanggaran yang ditertibkan serta pelaksanaan penyegelan bangunan yang melanggar pemanfaatan ruang. Pada Tahun 2013 tidak diperoleh data sehingga tidak

(8)

LKIP Tahun 2015

24

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

diperoleh hasil capaian kinerja sedangkan pada tahun 2014 prosentase pembangunan gedung yang memiliki IMB sebesar 32,81%, sedangkan pada tahun 2015 mengalami peningkatan targetnya tercapai dan dapat direalisasikan 100 %. Jenis pelanggarannya adalah 1. Memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) namun dilapangan tidak sesuai dengan peruntukkannya/tidak sesuai, 2. Tidak Memiliki Ijin Mendirikan Bangunan. Sementara Sasaran 1 Indikator 2 adalah Prosentase Pembangunan Gedung yang memiliki IMB. Adapun prosentase pengaduan targetnya 63 % dapat ditertibkan pemanfaatan dan pengendalian (65%). Pencapaian yang menyebabkan terjadinya peningkatan dalam penyelesaian dari target 63% dan realisasinya 65%, berdasarkan target yang ditentukan ternyata penyelesaian melebihi dari target yang dapat direalisasikan sebanyak (103,17%).

Untuk mengetahuinya dapat dilihat dalam dalam gambar dibawah ini :

Gambar 3.2

Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang dan IMB

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Program yang dilaksanakan dalam pencapaian sasaran Terwujudnya Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang yang konsisten antara lain :

1. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

(9)

LKIP Tahun 2015

25

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

bangunan.

Anggaran yang digunakan pada tahun 2015 untuk mewujudkan Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang sebesar Rp. 724.804.000 dengan realisasi sebesar Rp 653.988.580 atau sebesar 86,35 %. Sedangkan Program Peningkatan Kualitas dan Penertiban Bangunan serta Pembangunan Bangunan anggaran sebesar Rp 58.823.505.000,- yang dapat direalisasikan sebesar Rp 39.148.485.767,- Hal ini kurang tercapai karena ada anggaran dari Bantuan Provinisi dimana SP2d terbit pada tanggal 4 November 2015, sehingga bisa untuk diserap dan dapat direalisasikan.

Analisis Efisiensi Pencapaian Sasaran 1 Terwujudnya Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang yang konsisten melalui perbandingan Prosentase Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang dengan prosentase penyerapan anggaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.6

Analisis Pencapaian Sasaran 1

Terwujudnya Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang yang konsisten

No Kinerja Utama Indikator Sa tu an Tahun 2015 % Tahun 2015 % Tar get Reali

sasi Anggaran Realisasi 1. Prosentase Penertiban Pelanggaran Pemanfaatan Ruang % 63.21 65 103,17 58.823.505.000 39.148.485.767 90,22 Prosentase

Rata-rata capaian Kinerja

Sararan 1 Indikator 1 103,17 % Penyerapan Anggaran 90,22 Tingkat Efisiensi 103,17 – 90,22 = 12,95

(10)

LKIP Tahun 2015

26

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.7

Analisis Pencapaian Sasaran 1

Terwujudnya Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang yang konsisten

No Kinerja Utama Indikator Sa tu an Tahun 2015 % Tahun 2015 % Tar

get Reali sasi Anggaran Realisasi 2. Prosentase Pembangunan Gedung yang memiliki IMB % 41 41 100 724.804.000,- 653.988.580,- 90,22 Prosentase

Rata-rata capaian Kinerja

Sasaran 1 Indikator 2 100 % Penyerapan Anggaran 90,22 Tingkat Efisiensi 100 – 90,22 = 12,95

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Adapun untuk meningkatkan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang dan Pembangunan Gedung yang memiliki IMB adalah adanya faktor-faktor diantaranya adalah :

(11)

LKIP Tahun 2015

27

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.8

Faktor pendukung, penghambat dan Rekomendasi pencapaian sasaran 1

Faktor Pendukung Faktor Penghambat Rekomendasi

1. Adanya komitmen yang kuat dari Walikota Bandung untuk

menjadikan Kota Bandung Juara dan Kota yang nyaman untuk tempat tinggal warga

2. Dukungan stakeholder untuk menjaga tata ruang dan bangunan di Kota Bandung

3. Adanya regulasi yang mengatur pemanfaatan tata ruang dan bangunan.

1. Masih kurangnya Sumber Daya Manusia dalam rangka

melaksanakan tugas bidang Pengendalian Tata Ruang dan

Bangunan, khususnya Ilmu Sosial, Ilmu Pemerintahan dan Hukum.

2. Kurangnya Koordinasi lintas sektoral Satuan Kerja Perangkat Daerah

3. Tidak adanya insentif Petugas Pengawasan Bangunan dan Petugas Kuasa Hukum Atas sengketa Tata Ruang dan Bangunan.

1. Dukungan Kepala Satuan kerja Perangkat Daerah dan Jajaran Dinas tata Ruang dan Cipta Karya beserta SKPD terkait lain mendukung Program Walikota 2. Perlu diusulkan adanhya Keputusan Walikota tentang Standar Harga untuk Petugas Pengawas Bangunan dan Petugas Kuasa Hukum Atas Sekengta Tata Ruang dan Bangunan 3. Upaya secara terus

menerus sosialisasi ke 6 eks wilayah tentang Regulasi Tata Ruang dan Bangunan. Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

(12)

LKIP Tahun 2015

28

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Sasaran 2

Meningkatnya Ketersediaan dan Kualitas Perumahan

Pencapaian sasaran pada Sasaran dua Indikator Kinerja Utama 1 prosentase berkurangnya luas kawasan permukiman kumuh tidak diperoleh data pada tahun 2015.

Pencapaian indikator 2 yakni prosentase daya tampung rumah susun bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dapat dilihat datanya dalam tabel berikut Ini :

Tabel 3.9

DATA RUMAH SUSUN DI KOTA BANDUNG

Tahun Jumlah Block Jumlah Unit Total

2013 3 3 X 96 288

2014 2 2 X 96 192

2015 1 1 x 96 120

Pencapaian indikator 3 yakni prosentase rumah layak huni dapat dilihat datanya dalam tabel berikut Ini :

(13)

LKIP Tahun 2015

29

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.10

DATA RUMAH LAYAK HUNI KOTA BANDUNG TAHUN 2015

NO KECAMATAN (PNPM) APBD Bantuan Provinsi (PNPM) APBD

Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya JUMLAH 1 Panyileukan 10 10 2 Cibiru 38 38 3 Rancasari 29 29 4 Gedebage 10 10 5 Ujung Berung 36 36 6 Cinambo 36 36 7 Arcamanik 38 38 8 Mandalajati 34 34 9 Bandung Kidul 0 0 10 Buah Batu 9 9 11 Regol 20 20 12 Sumur Bandung 10 10 13 Bojongloa Kaler 50 50 14 Bandung kulon 54 54 15 Batu Nunggal 0 0 16 Antapani 0 0 17 Astana Anyar 0 0 18 Babakan Ciparay 7 7 19 Kiara Condong 0 0 20 Cibeunying Kaler 0 0 21 Cicendo 0 0 22 Sukajadi 0 0

(14)

LKIP Tahun 2015

30

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

1 2 3 4 5 6 7 23 Bandung Wetan 10 10 24 Coblong 18 18 25 Sukasari 0 0 26 BojongLoa Kidul 0 0 27 Cibeunying Kidul 0 0 28 Lengkong 0 0 29 Andir 0 0 30 Cidadap 0 0 JUMLAH 409 409

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Permasalahan pada tahun 2015 Rumah Tidak Layak Huni tidak dapat dilaksanakan kerena belum sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No, 32 Tahun 2011 ayat 13 NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat ketentuan mengenai:

a. pemberi dan penerima hibah; b. tujuan pemberian hibah; c. besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima; d. hak dan kewajiban;

e. tata cara penyaluran/ penyerahan hibah; dan f. tata cara pelaporan hibah.

Untuk diakomodir oleh Pemerintah Kota Badnung Proposal harus mendapatkan rekomendasi dari Inspektorat selambat-lambatnya 6 bulan terhitung bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun berjalan.

(15)

LKIP Tahun 2015

31

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.11

Analisis Pencapaian Sasaran 2

Meningkatnya Ketersediaan dan Kualitas Perumahan

No Sasaran 1 Indikator Sat u an Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 Capaian Terhadap Target 2014 Target Tahun 2015 Realisasi Tahun 2015 Capaian Terhadap Target 2015 Target Tahun 2018 Capaian realisasi 2014 Terhadap Target 2018 1. Prosentase Berkurangnya luas kawasan permukiman kumuh % 8,5 NA NA 8,37 8,37 100 7,98 NA 2. Prosentase daya tampung rumah susun bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) % 52,38 100 100 66,67 71,43 107,14 100 100 3. Prosentase rumah layak huni % 20 92,25 100 40 18,45 46,13 100 18,45

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Berdasarkan tabel di atas, bahwa Indikator kinerja Prosentase berkurangnya luas kawasan permukiman kumuh, indikator ini sangat penting sebagai alat untuk mengukur jumlah berkurangnya luas kawasan di Kota Bandung. Tahun 2014 dan Tahun 2015 tidak diperoleh data dikarenakan belum dilakukan kegiatan. Sedangkan eksisting pada tahun 2016 diperoleh data berdasarkan Surat keputusan Walikota Bandung No. 648/Kep.286-Distarcip/2015 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan permukiman kumuh di Kota Bandung tanggal 20 Januari 2015 sehingga perlu dilakukan penyesuaian dan dilakukan secara berkelanjutan. Jumlah luas area permukiman kumu di Kota Bandung sebanyak 14.574.458,67 M2 atau 1.457,45 Ha tersebar di Kota Bandung. Untuk menghitung berkurangnya luas kawasan kumuh setiap tahunnya harus berkurang sebanyak 0,13 % dikalikan luas wilayah Kota Bandung (16.792) Ha memerlukan 21.829 hektar/tahun.

Prosentase daya tampung rumah susun bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) pada tahun 2014 sebanyak 3 rumah susun setiap block sejumlah 96 unit maka terbangun sebanyak 288 unit. Sementara pada tahun 2015 sebanyak 1 block dikalikan 96 unit maka terbangun 120 unit. Sedangkan pada tahun 2015 telah dibangun rumah susun dengan jumlah 120 unit.

(16)

LKIP Tahun 2015

32

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

setiap tahun 1.200 unit dapat direalisasikan sebesar 1.107 unit atau 92,25% tersebar di 22 kecamatan dari 30 Kecamatan di Kota Bandung. Berdasarkan data di atas yang paling banyak mendapatkan bantuan rumah layak huni adalah Kecamatan Batu Nunggal sebanyak 106 diperoleh dari Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) karena Kecamatan Batu Nunggal merupakan salah satu yang paling banyak memiliki kelurahan yaitu 8, tentunya sangat diperlukan adanya perbaikan tempat tinggal yang nyaman dan aman. sementara kecamatan yang sangat kurang yaitu Babakan Ciparay, hal ini perlu diantisipasi oleh aparat yang berada di kewilayahan untuk senantiasa melaporkan keadaan warganya kepada pemerintah berkenaan dengan warga yang tinggalnya kurang layak untuk didentifikasi dalam mendapatkan bantuan, sedangkan pada tahun 2015 tidak dapat dilaksanakan sehubungan dengan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No, 32 Tahun 2011 ayat 13 NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat ketentuan mengenai: a. pemberi dan penerima hibah; b. tujuan pemberian hibah; c. besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima; d. hak dan kewajiban; e. tata cara penyaluran/penyerahan hibah; dan f. tata cara pelaporan hibah.

Untuk diakomodir oleh Pemerintah Kota Badnung Proposal harus mendapatkan rekomendasi dari Inspektorat selambat-lambatnya 6 bulan terhitung bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun berjalan.

Berdasarkan data tersebut prosentasenya target dan realisasi dapat dilihat dalam gambar berikut dibawah ini :

(17)

LKIP Tahun 2015

33

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Gambar 3.3

Capaian Luas Kawasan, Daya Tampung Rumah Susun dan Rumah Layak Huni

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Anggaran yang digunakan pada tahun 2015 untuk mewujudkan Program Pengembangan Perumahan sebesar Rp. 44.046.966.920,- dengan realisasi sebesar Rp 32.469.689.729,- atau sebesar73,72 %,-

Analisis Efisiensi Pencapaian Sasaran 2 Prosentase Berkurangnya luas kawasan permukiman kumuh, Prosentase daya tampung rumah susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan Prosentase rumah layak huni prosentase penyerapan anggaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

(18)

LKIP Tahun 2015

34

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.12

Analisis Pencapaian Sasaran 2

Meningkatnya Ketersediaan dan Kualitas Perumahan

No Indikator Kinerja Utama Sa tu an Tahun 2015 % Tahun 2015 % Tar get Reali

sasi Anggaran Realisasi 1. Prosentase Berkurangnya luas kawasan permukiman kumuh % 8,37 8,37 100 44.046.966.920 32.469.689.729 73,72 Prosentase

Rata-rata capaian Kinerja

Sasaran 2 Indikator 1 100 % Penyerapan Anggaran Tingkat Efisiensi 100 - 73,72 = 26,28 Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Tabel 3.13

Analisis Pencapaian Sasaran 2

Meningkatnya Ketersediaan dan Kualitas Perumahan

No Kinerja Utama Indikator Sa tu an Tahun 2015 % Tahun 2015 % Tar get Reali

sasi Anggaran Realisasi 1. Prosentase daya tampung rumah susun bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) % 66,67 71,43 107,14 1.605.325.000 776.262.200 48,36 Prosentase

Rata-rata capaian Kinerja Sasaran 2 Indikator 3

107,14 % Penyerapan Anggaran Tingkat Efisiensi 100 – 48,36 = 51,64 Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

(19)

LKIP Tahun 2015

35

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Rusunawa Sadangserang

Rusunawa Rancacili

PEMBANGUNAN APARTEMEN

RAKYAT

Rusunawa Cingised

(20)

LKIP Tahun 2015

36

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.14

Analisis Pencapaian Sasaran 2

Meningkatnya Ketersediaan dan Kualitas Perumahan

No Indikator Kinerja Utama Sa tu an Tahun 2015 % Tahun 2015 % Tar get Reali

sasi Anggaran Realisasi 1. Prosentae rumah

layak huni % 40 18,45 46,13 - - -

Prosentase

Rata-rata capaian Kinerja Sasaran 2 Indikator 2

46,13 % Penyerapan Anggaran

Tingkat Efisiensi -

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Adapun untuk Berkurangnya luas kawasan permukiman kumuh, Prosentase rumah layak huni dan Prosentase daya tampung rumah susun bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah adanya faktor-faktor diantaranya adalah :

Tabel 3.15

Faktor pendukung, penghambat dan Rekomendasi pencapaian sasaran 1

Faktor Pendukung Faktor Penghambat Rekomendasi

Dukungan Kepala Satuan kerja Perangkat Daerah dan Jajaran Dinas tata Ruang dan Cipta Karya beserta SKPD terkait lain mendukung Program Walikota

a. Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana kegiatan yang terbatas b. Terbatasnya waktu

dari mulai terbitnya DPPA yang disahkan pada tanggal 4 November 2015, sehingga penambahan anggaran pada

kegiatan pada

akhirnya tidak dapat

diserap Peraturan Menteri Dalam Negeri No, 32 Tahun 2011 ayat 13 NPHD.

a. Menambah Sumber Daya Manusia (SDM) a. Penetapan DPPA yang disahkan diupayakan lebih cepat sehingga penyerapana anggaran pada setiap kegiatan dapat diselesaikan tepat pada waktunya

(21)

LKIP Tahun 2015

37

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Sasaran 3

Terwujudnya Insfrastruktur Sanitasi dan Air Bersih yang Berkualitas dan Merata

Selanjutnya untuk pencapaian sasaran pada sasaran kedua dapat dilihat pada tabel Analisis Pencapaian Sasaran 3 :

Tabel 3.16

Analisis Pencapaian Sasaran 3

Terwujudnya Insfrastruktur dan Air Bersih yang Berkualitas dan Merata

No Sasaran 3 Indikator Satuan

Target Tahun 2015 Realisasi Tahun 2015 Capaian Terhadap Target 2015 Target Tahun 2018 Capaian realisasi 2015 Terhadap Target 2018 1. Jumlah Kepala Keluarga pada Kawasan Permukiman yang mempunyai sanitasi dan air bersih KK 2.000 2.042 102,1 10.000 2.042

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Berdasarkan tabel di atas, bahwa Indikator kinerja Jumlah Kepala Keluarga pada Kawasan Permukiman yang mempunyai sanitasi dan air bersih, indikator ini sangat penting sebagai alat untuk mengukur jumlah kawasan yang mempunnyai sanitasi dan air bersih di KotaBandung.

Prosentase Jumlah Kepala Keluarga pada Kawasan Permukiman yang mempunyai sanitasi dan air bersih menggunakan indikator kepala keluarga supaya jelas target dan alat ukurnya tersebar dimana, berpa banyak yang sudah terlayani, dan kewenangan atau tanggung jawab Satuan Kerja Prangkat Daerah mana saja terkait dengan sanitasi dan air bersih.

Indikator prosentase rumah layak huni dari target 2.000 unit dapat direalisasikan sebesar 2.042atau 102,1%. Hal ini cukup signifikan dengan terget yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang dikoordinir oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung.

(22)

LKIP Tahun 2015

38

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Untuk mengetahuinya dapat dilihat dalam dalam gambar berikut dibawah ini :

Gambar 3.4

Capaian Permukiman yang mempunyai Sanitasi dan Air Bersih

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Anggaran yang digunakan pada tahun 2015 untuk mewujudkan Program Lingkungan Sehat Perumahan anggaran sebesar Rp 29.543.590.275,- yang dapat direalisasikan sebesar Rp 14.531.182.868,- atau sebesar 49,19%.

Analisis Efisiensi Pencapaian Sasaran 3 Terwujudnya Insfrastruktur sanitasi dan air bersih yang berkualitas dan merata melalui perbandingan Prosentase Berkurangnya luas kawasan permukiman perumahan, Prosentase daya tampung rumah susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan Prosentase rumah layak huni prosentase penyerapan anggaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

(23)

LKIP Tahun 2015

39

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.17

Analisis Pencapaian Sasaran 3

No Kinerja Utama Indikator Sa tu an Tahun 2015 % Tahun 2015 % Tar

get Reali sasi Anggaran Realisasi 1. Jumlah Kepala Keluarga pada Kawasan Permukiman yang mempunyai sanitasi dan air bersih

% 2.000 2.042 102,1 33.104.447.230 20.353.937.657 61,48

Prosentase

Rata-rata capaian Kinerja Sasaran 3 102,1 % Penyerapan Anggaran 61,48 Tingkat Efisiensi 92,40 - 49,19= 43,21

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

(24)

LKIP Tahun 2015

40

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Adapun untuk Jumlah Kepala Keluarga pada Kawasan Permukiman yang mempunyai sanitasi dan air bersih adalah adanya faktor-faktor diantaranya adalah :

Tabel 3.18

Faktor pendukung, penghambat dan Rekomendasi pencapaian sasaran 3

Faktor Pendukung Faktor Penghambat Rekomendasi

1. Regulasi kebijakan dari Kemetrian Perumahan Rakyat dan Kementrian PU 2. Regulasi /kebijakan Walikota Bandung untuk memfasilitasi dan percepatan sanitasi dan air bersih

3. Belum secara merata sanitasi dan air bersih di 6 wilayah SWK

4. Target terbangun rumah susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah

1. Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana kegiatan yang terbatas 2. Terbatasnya waktu dari

mulai terbitnya DPPA yang disahkan pada tanggal 4 November 2015, sehingga

penambahan anggaran pada kegiatan pada akhirnya tidak dapat diserap 3. Pembangunan dan pemeliharaan Jalan Lingkungan (Banprov), pekerjaan terhambat karena Prosedur permohonan pencairan yang panjang dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Persyaratan permohonan pencairan ke Pemprov harus melampirkan SPK seluruh paket pekerjaan. 1. Meningkatkan konsolidasi dan koordinasi secara internal dalam lingkungan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung yang sesuai dengan penjabaran tugas, pokok dan fungsi yang lebih operasional

2. Meningkatkan sarana dan prasarana dinas untuk pelayanan kepada masyarakat

3. Melaksanakan sosialisasi yang lebih intensif

4. Perlu dilakukan

koordinasi dengan pihak yang membuat atau mengeluarkan standar harga agar ada

penyesuaian harga yang sesuai dengan ketentuan dan dapat dikeluarkan pada awal tahun anggaran agar para pelaksana kegiatan tidak terjebak dalam penentuan harga satuan

5. Meningkatkan pelayanan kepada masyaraka

dengan sistem yang tepat, cepat sesuia dengan sasaran.

(25)

LKIP Tahun 2015

41

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Sasaran 4

Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Pelayanan

PETUGAS PELAYANAN DISTARCIP

Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dilakukan melalui survey secara langsung terhadap pemohon untuk mengisi quesiner yang digunakan sebagai dasar pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat merupakan pengembangan dari prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 dengan mengacu kepada ketentuan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Kep/25/M.Pan/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah sebagai berikut :

1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;

2) Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;

(26)

LKIP Tahun 2015

42

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya);

4) Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan; 6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan

yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;

7) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;

8) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;

9) Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati;

10) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

11) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;

12. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap risiko-risiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

Variabel yang dilakukan untuk dijadikan survei sebanyak 12 unsur dilakukan kepada 150 pemohon Keterangan Rencana Kota (KRK) pada Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. Adapun hasilnya dapat diihat pada tabel di bawah ini :

(27)

LKIP Tahun 2015

43

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.19

Nilai Rata Unsur Pelayanan Hasil Survei IKM Distarcip Kota Bandung No Unsur Pelayanan Bobot Rata-Rata Unsur Nilai Rata-Rata Unsur NRR Tertimbang Per Unsur 1 Prosedur Pelayanan 399 2,66 0,22 2 Persyaratan Pelayanan 402 2,68 0,22 3 Kecepatan Pelayanan 407 2,71 0,23 4 Kepastian Jadwal Pelayanan 390 2,60 0,22 5 Keadilan Mendapat pelayanan 396 2,64 0,22 6 Kejelasan Petugas Pelayanan 410 2,73 0,23 7 Kedisiplinan Petugas 411 2,74 0,23 8 Tanggung Jawab Petugas 404 2,69 0,22 9 Kemampuan Petugas Pelayanan 412 2,75 0,23 10 Kesopanan dan Keramahan Petugas 413 2,75 0,23 11 Kenyamanan Lingkungan 418 2,79 0,23 12 Keamanan Pelayanan 408 2,72 0,23

Nilai IKM Distarcip

Tahun 2015 2,70

Nilai Interpretasi IKM 67,50

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Capaian indikator kinerja IKM Tahun 2015 merupakan indikator baru dalam perencanaan strategis Distarcip. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa variabel Keadilan mendapatkan pelayanan mendapatkan nilai yang paling rendah dari nilai rara-rata unsur sebesar 2,64 atau 0,22 dari nilai rata-rata tertimbang per unsur. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa varabel keadilan medapatkan pelayanan perlu ditingkatkan karena semua masyarakat dalam hal ini pemohon harus diperlakukan sama tidak membedakan antara yang kaya dan miskin, besar atau kecilnya luas area birokrat atau swasta, dan lain sebagainya. Sementara hasil yang diperoleh paling tinggi adalah kenyamanan lingkungan, hal inipun harus lebih dioptimalkan lagi dalam memberikan pelayanan bahwa pemohon merasa betah, nyaman merasa tidak terganggu/tekanan dari siapapun selama menyelesaikan urusannya.

(28)

LKIP Tahun 2015

44

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Untuk mengetahui hsil pengukuran capaian kinerja dapt dilihat pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel 3.20

Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran 4 (Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja pelayanan Distarcip) Dan Perbandingan dengan Target Akhir

Renstra Tahun 2018

No

Indikator Kinerja

Sasaran Satuan

Target Realisasi Capaian Kinerja Tahun 2015 Target % Capaian Kinerja Tahun 2015 Tahun 2018 1 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Angka 65,00 67,50 104 75 90 % Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Realisasi nilai IKM Distarcip Kota Bandung Tahun 2015 adalah sebesar 67,50. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap sasaran tersebut di atas, diperoleh gambaran bahwa dari indikator sasaran tersebut menghasilkan capaian kinerja 67,50 (tercapai melebihi target). Apabila dibandingkan antara capaian kinerja dengan target capaian kinerja tahun 2015, indikator sasaran mengalami pelampauan target. Capaian kinerja indikator IKM diperoleh berdasarkan hasil Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Tahun 2015 di Distarcip Kota Bandung. Berdasarkan pengolahan data 150 kuesioner IKM yang disebar kepada masyarakat, diperoleh angka indeks IKM sebesar 2,70. Dengan demikian nilai indeks unit pelayanan hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Nilai IKM setelah dikonversi = Nilai Indeks x Nilai penimbang = 2,70 x 25 =

67,50

b. Mutu pelayanan B.

c. Kinerja unit pelayanan Bagus.

Pencapaian realisasi tahun 2015 dibandingkan dengan rencana akhir Renstra pada tahun 2018 menunjukkan ketercapaian sebesar 67,50%. Perbandingan capaian kinerja IKM Distarcip Kota Bandung Tahun 2015 dengan nilai capaian IKM SKPD lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(29)

LKIP Tahun 2015

45

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Tabel 3.21

Capaian IKM Distarcip dengan BPPT

No Indikator Kinerja Sasaran Realisasi IKM Distarcip Tahun 2015

Realisasi IKM BPPT Tahun 2015 1 Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM) 67,50 83,28

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2015

Berdasarkan tabel di atas, bahwa Indikator kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap layanan bidang ketataruangan, indikator ini sangat penting untuk mengukur seberapa banyak masyarakat yang terlayani merasa puas dan merasa nyaman, namun pada Tahun 2015 belum pernah dilakukan pengukuran dengan cara menyebar angket kepada para pelanggan atau masyarakat yang mengajukan Keterangan Renca Kota (KRK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) atau yang lainnya, dengan demikian belum mengetahui hasil dari Indek Kepuasan Masyarakat pada Satuan Kerja Prangkat Daerah Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung.

Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 dengan Standar Provinsi maupun dengan Instansi Lain

Indikator Kinerja Utama Distarcip Kota Bandung yang dapat dibandingkan dengan Indikator Kinerja Utama pada Biro Tata Ruang Setda Provinsi DKI Jakarta yang dapat diilustrasikan dalam Gambar 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.22

Perbandingan IKU Distarcip Kota Bandung dengan IKU Biro Tata Ruang Setda Provinsi DKI Jakarta

IKU DISTARCIPTA KOTA BANDUNG 2015

IKU BIRO TATA RUANG SETDA PROVINSI DKI JAKARTA 2015

Masih dalam penyusunan aplikasi Data Base SIPPT yang terintegrasi dengan Web Site

Aplikasi Data Base SIPPT sudah

dilakukan secara integrasi dengan Web Site

Tingkat Kesesuaian dalam menangani Pengandalian Pengaduan

Tingkat Kesesuaian dalam menangani Pengandalian Pengaduan

(30)

LKIP Tahun 2015

46

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Berdasarkan bagan diatas, dapat disimpulkan bahwa Indikator Kinerja Utama Distarcip Kota Bandung yang dapat dibandingkan dengan Indikator Kinerja Utama pada Biro Tata Ruang Setda Provinsi DKI Jakarta terdapat keseusian terkait Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung terhadap Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang Biro Tata Ruang Setda Provinsi DKI Jakarta, namun demikian sebagai catatan, bahwa data capaian kinerja tersebut diatas berdasarkan data Tahun 2015.

3.2.1. Pengukuran, Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran 4 (Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Pe;ayanan Distarcip)

Pengukuran kinerja untuk ketercapaian sasaran 4 (Meningkatnya akuntabilitas Kinerja Pelayanan ) diukur menggunakan 2 indikator yaitu nilai evaluasi AKIP dan Persentase Temuan Pengelolaan Anggaran Yang Ditindaklanjuti. Sebagai salah satu bagian dari Pemerintah Kota Bandung, Distarcip wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan dan kinerja yang menjadi kewenangannya. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan salah satu alat pimpinan SKPD untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis dengan efektif dan efisien. Dengan sistem AKIP, organisasi dituntut menyusun rencana jangka menengah beserta tujuan dan sasaran strategis yang hendak dicapai, yang kemudian dijabarkan dalam program dan kegiatan yang terarah dan berkelanjutan sehingga pencapaian tujuan dan sasaran dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Untuk menjamin adanya efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan keuangan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan pada Distarcip Kota Bandung, diperlukan peran auditor, baik auditor internal yaitu Inspektorat Kota Bandung maupun auditor ekternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan RI. Rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan oleh auditor pada prinsipnya adalah untuk mengatasi kelemahan dalam pengendalian intern dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan.

Sebagai wujud dari akuntabilitas keuangan, Distarcip Kota Bandung dituntut dapat menyajikan laporan keuangan yang berkualitas untuk mendukung opini BPK RI atas laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung.

(31)

LKIP Tahun 2015

47

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Kendala utama yang dihadapi untuk mencapai opini laporan keuangan yang wajar tanpa pengecualian adalah permasalahan dalam administrasi aset/barang milik daerah (BMD).Pengelolaan BMD yang tidak mengikuti pedoman pengelolaan barang milik daerah menjadi penyebab yang utama. Untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung, Distarcip Kota Bandung perlu memusatkan perhatian pada tertib pengelolaan BMD sesuai pedoman pengelolaan BMD Kota Bandung. Selain itu, Inspektorat Kota Bandung setiap tahun melaksanakan evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang petunjuk dan pelaksanaan evaluasi AKIP.

Tabel 3.23

Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran 4 (Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja pelayanan Distarcip ) Dan Perbandingan dengan Target Akhir Renstra

Tahun 2018

No Kinerja Sasaran Indikator Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja Tahun 2015 Target % Capaian Kinerja Tahun 2015 Tahun 2018

1 Nilai hasil Evaluasi AKIP Angka 65 69,09 100 75 % Prosentase temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti % 100 100 100 100 100

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2014

Berdasarkan tabel diatas untuk mengetahui Indikator Nilai hasil Evaluasi AKIP belum sesuai dengan yang diharapkan hal disebabkan beberapa kendala diataranya :

Terbatasnya waktu dari mulai terbitnya DPPA yang disahkan pada tanggal 4 November 2015 sehingga penambahan anggaran pada kegiatan pada akhirnya tidak dapat diserap dan Kegiatan Pembangunan dan pemeliharaan Jalan Lingkungan (Banprov), pekerjaan terhambat karena Prosedur permohonan pencairan yang panjang dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Persyaratan permohonan pencairan ke Pemprov harus melampirkan SPK seluruh paket pekerjaan, kegiatan dilaksanakan mulai dari perencanaan sampai dengan

(32)

LKIP Tahun 2015

48

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

pelaksanaan fisik dalam 1 tahun anggaran.

Selama tahun 2015 pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi serta untuk mewujudkan target kinerja yang ingin dicapai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung DPA Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. Pada Tahun 2014anggran sebesar 230.602.200.906,- sementara realisasinya sebesar Rp 96.203.414.364,- atau 41,72 %. Sedangkan pada Tahun 2015 dengan total nilai keseluruhan adalah sebesar Rp. 190.751.499.854 termasuk di dalamnya anggaran Belanja Langsung (BL) dan Belanja Tidak Langsung (BTL) sedangkan realisasi anggaran mencapai Rp.131.790.652.908,- atau dengan serapan dana APBD mencapai 69,09 %, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tahun 2015 kondisi anggaran Silpa sebesar Rp. 58.960.846.946,-

Untuk mengetahui perbandingan anggaran tahun 2014 dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

No. TAHUN ANGGARAN REALISASI PROSENTASE

1. 2014 230.602.200.906,- 96.203.414.364,- 41,72 % 2. 2015 190.751.499.954,- 131.790.652.908,- 69,09 %

3.2.2 Persentase Temuan Pengelolaan Anggaran yang Ditindaklanjuti

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap sasaran tersebut di atas, diperoleh gambaran bahwa dari indikator sasaran tersebut menghasilkan capaian kinerja 100% atau bermakna memuaskan. Capaian kinerja ini berdasarkan pada Persentase Temuan Pengelolaan Anggaran yang Ditindaklanjuti. Dari 2 temuan BPK dan Inspektorat, keseluruhan temuan telah ditindaklanjuti. Realisasi tahun 2015 dibandingkan dengan target jangka menegah Renstra Tahun 2018 telah tercapai 100%.

Dengan capaian yang baik

pada tahun 2015 ini, ke depannya realisasi kinerja tindak lanjut temuan

pengelolaan anggaran, perlu dipertahankan dan perlu diupayakan agar

tidak terjadi penurunan.

Jika dibandingkan dengan capaian kinerja SKPD lain, realisasi indikator persentase temuan pengelolaan anggaran cenderung memiliki nilai yang sama. Program yang mendukung pencapaian Sasaran 4 (Meningkatnya akuntabilitas Distarcip) adalah Program Peningkatan Pengembangan Sistem

(33)

LKIP Tahun 2015

49

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung

Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan.

Untuk mengetahui Indikator Prosentase temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti setiap adanya temuan baik dari Badan Pemeriksa Keuangan, Inspektorat atau yang lainnya segera harus diselesaikan dengan waktu secepatnya tidak melebihi dari batas waktu yang sudah ditentukan.

3.3 Prestasi

Dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung dilakukan secara optimal dengan mengerahkan sumber daya dan potensi yang dimiliki, sehingga Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung telah memperoleh penghargaan yang diberikan oleh pimpinan maupun stakeholder atas prestasi yang dicapai, prestasi dan penghargaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun tersebut dalam tabel 3.19 sebagai berikut :

Tabel 3.24

Prestasi Tingkat Nasional

No. Prestasi Penghargaan Tahun

1 Tingkat Nasional Adi Upaya Juara II 2013

2 Tingkat Nasional Adi Upaya Juara I 2014

Referensi

Dokumen terkait

Perlu diingat bahwa manajer dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan lain -- -- seperti menyusun perencanaan yang bagus, menyusun struktur organisasi yang jelas, membangun

Oleh karena dasar itulah penulis bermaksud untuk mengetahui bagaimanakah respon konsumen terhadap kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan Pepsodent dan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA.. KELAS IX DI SMP MUHAMMADIYAH 6

Sebanyak 50 responden yang terdiri dari pekerja kandang dan pemilik peternakan di Kawasan Usaha Ternak (KUNAK) Cibungbulang Kabupaten Bogor dijadikan responden untuk

Kepuasaan pelanggan terbentuk pada saat kualitas dari suatu produk atau jasa sesuai dengan apa yang diharapkan, disamping itu peran dari brand image juga mendukung

Tidak heran jika para penafsir dan pengkaji ilmu al-Qur`an, banyak yang meneliti sisi sastra al-Qur’an tersebut, ini tidak lain dikarenakan bahasa yang digunakan al-Qur’an itu

LEMBAGA YANG MEMILIKI FUNGSI DAN TUGAS POKOKNYA berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari.. APBN/D, atau organisasi

Akan tetapi secara statistik pada penelitian ini menunjukan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada usia lanjut pasca