• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa UNAIR Ciptakan Pengganti Massa Tulang dari Ekstrak Daun Sirsak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahasiswa UNAIR Ciptakan Pengganti Massa Tulang dari Ekstrak Daun Sirsak"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Mahasiswa UNAIR Ciptakan

Pengganti Massa Tulang dari

Ekstrak Daun Sirsak

UNAIR NEWS – Mahasiswa S1 Teknobiomedik Fakultas Sains dan

Teknologi (FST) Universitas Airlangga berhasil membuat bahan pengganti massa tulang yang hilang karena pengangkatan massa tulang atau bahkan amputasi dalam operasi pada kasus penderita kanker tulang. Pengganti massa tulang tersebut dibuat dari ekstrak daun sirsak (annona muricata).

Menurut Andini Isfandiary, ketua Tim PKMPE (Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta), ia bersama empat temannya melakukan inovasi ini untuk mencari alternatif solusi atas problem yang ada, dimana hingga detik ini kanker masih menjadi salah satu penyakit yang berbahaya.

Kanker tulang adalah salah satu jenis kanker yang menyerang bagian tulang manusia, dimana penyakit ini tidak dapat diketahui secara langsung, karena gejalanya yang hampir sama dengan nyeri. Penanganan yang terlalu dari penyakit ini berakibat fatal, yakni pengangkatan massa tulang bahkan amputasi.

Berangkat dari permasalahan diatas, maka Andini Isfandiary, Imroatus Sholikhah, Rhisma Dwi Laksana, Yukiko Irliyani dan Ahmad Nurianto, para mahasiswa FST UNAIR itu berhasil membuat bahan pengganti massa tulang yang hilang untuk kasus penderita kanker tulang.

Dibawah bimbingan dosen Djoni Izak Rudyardjo.,M.Si., mereka melaporkan PKM-PE ini dengan judul “Pemanfaatan Ekstraksi Daun Sirsak (annona muricata) sebagai Coating pada Biokomposit Nano Hidroksiapatit dan Magnesium Oksida (MgO) untuk Aplikasi Bone Filler pada Kasus Kanker Tulang (osteosarchoma).” Sehingga penelitian ini memperoleh pembiayaan dari Dirjen Dikti

(2)

Kemenristekdikti dalam PKM 2016.

Inilah bone filler itu. Yang putih masih asli, sedang yang hijau adalah bone filler yang sudah dilapisi dengan ekstrak daun sirsak. (Foto: Tim PKM)

Dijelaskan oleh Andini Isfandiary, selaku ketua Tim, sebenarnya tidak hanya untuk mengisi tulang yang hilang akibat kanker, namun sebagai pengganti tulang atau bone filler ini juga memiliki sifat anti-kanker, yang diharapkan mampu menghentikan pertumbuhan sel kanker. Sifat anti kanker ini didapat dari ekstrak daun sirsak, kemudian digunakan untuk melapisi bone filler tersebut.

Andini menyebut bahwa penelitiannya ini mampu memberikan hasil yang cukup baik, dimana kandidat bone filler dengan ekstrak daun sirsak dapat membantu menyembuhkan pasien kanker tulang. ”Kami berlima ingin memberikan harapan dan senyuman kepada penderita kanker tulang, karena tidak ada yang mustahil di dunia ini. Jika tulang mereka harus diangkat karena terkena kanker, maka mudah-mudahan kami bisa membantu mereka dengan inovasi ini,” tutur Andini.

(3)

Imroatus Sholikhah menambahkan, “Seluruh peneliti di Indonesia harus memiliki semangat juang yang tinggi, demi terciptanya Indonesia yang mandiri.” (*)

Penulis : Santoso Editor : Bambang Bes

Racik Kulit Manggis dan Kumis

Kucing Menjadi Obat Diabetes

dan Kolesterol

UNAIR NEWS – Salah satu pakar farmasi dan obat herbal yang berasal dari Universitas Airlangga (UNAIR) adalah Prof. Dr. Sukardiman, Apt., MS. Dia telah banyak melakukan penelitian panjang tentang tumbuh-tumbuhan berkhasiat di Indonesia. Salah satu yang saat ini tengah digagas untuk dapat diproduksi secara massal dan dipasarkan dengan bebas adalah ramuan ekstrak kulit manggis dan kumis kucing. Manfaat ramuan yang dimaksud ada dua. Yakni, sebagai obat herbal antidiabetes (penurun kadar gula) dan antikolesterol yang merusak.

Guru Besar Farmasi itu mengungkapkan, setidaknya ada tiga pendekatan untuk mencari khasiat obat pada tanaman. Pertama, melakukan full screening pada semua tumbuhan. Dari situ, dapat terlihat, tumbuhan yang satu berkhasiat apa, sedangkan tumbuhan yang lain, berkhasiat apa. Kedua, melakukan pemetaan berdasarkan “keluarga” tanaman. Misalnya, bila satu tanaman memiliki kandungan yang dapat menyembuhkan penyakit tertentu, bisa jadi, tanaman lain yang berasal dari “keluarga” yang sama memiliki kandungan yang sama.

(4)

Sukardiman selama ini, dengan cara etnofarmasi. Yakni, melakukan pemetaan berdasarkan data empirik yang ada di masyarakat. Tepatnya, dari kebiasaan masyarakat di Indonesia, yang diwariskan secara turun-temurun, terkait khasiat tanaman tertentu untuk obat penyakit tertentu. “Bangsa Indonesia mesti bersyukur. Kekayaan dan kearifan lokal di negeri ini sudah membuat para leluhur gampang mendapatkan obat alami. Obat-obat tradisional itu yang bisa kita nikmati khasiatnya hingga sekarang,” papar dia.

Khazanah alam yang begitu melimpah di Nusantara juga berpotensi membuat negara ini unggul di bidang obat-obatan herbal. Tak ayal, saat ini Kementerian Kesehatan lagi gencar-gencarnya menjalankan program kemandirian pengadaan bahan baku obat dan bahan baku obat tradisional. Meski memang, birokrasi untuk menuju ke arah swasembada itu juga perlu dibenahi.

Sukardiman mengatakan, sudah sepantasnya, izin produksi obat herbal terstandar melalui proses yang panjang. Namun, tidak pas juga bila birokrasi dibuat berbelit. Apalagi, bila SDM yang berada di balik produk obat herbal itu adalah mereka yang sudah terbukti memiliki integritas dan komitmen bagi kemajuan bangsa. Di sisi lain, pengawasan terhadap promosi obat herbal juga harus dibuat proporsional. Selama ini, ada banyak pihak yang bebas melakukan promosi obat herbal di televisi, padahal kompetensi yang bersangkutan masih dipertanyakan. “Saya pernah lihat, ada satu obat tetes yang bisa menyembuh banyak sekali penyakit. Saya heran, itu logikanya di mana? Apakah kandungannya memang tercukupi? Apakah penelitiannya sudah melalui banyak proses?” papar dia.

Sebab, saat membuat obat herbal, ada tiga aspek yang harus diperhatikan. Pertama, kualitas bahan baku yang terstandar. Hal ini terkait pula dengan penelitian yang komprehensif tentang bahan baku tersebut. Tak terkecuali, di mana lokasi bahan baku itu diambil. Kedua, jaminan produk yang aman bagi kesehatan. Hubungannya dengan dosis dan berapa lama produk dapat dikonsumsi. Ketiga, khasiat dari obat herbal itu

(5)

sendiri. Untuk melihat khasiat, harus melalui tahapan pengujian yang tidak pendek.

Maka itu, pemerintah harus turun tangan untuk mengawasi obat-obat herbal yang ada di pasaran dan dipromosikan dengan gencar di media massa. Sebab, ini terkait standar khasiat dan keamanan masyarakat.

Selain melakukan eksteraksi kulit manggis dan kumis kucing, Sukardiman juga telah melakukan riset tumbuh-tumbuhan yang lain. Dia mencetuskan banyak produk yang aplikatif bagi masyarakat. Antara lain, membuat obat kanker dari sambiloto, obat kanker dari kencur, obat diabetes dari sambiloto dan mahoni, obat pegal linu dari kencur, dan peningkat stamina dari kencur.

Sukardiman optimistis, bangsa Indonesia dapat menjadi mendiri di bidang obat-obatan. Asalkan, ada koordinasi yang baik antar instansi plat merah yang mengurusi segala hal terkait. Pemerintah pun mesti mendukung program riset unggulan dari dosen ataupun peneliti yang dilakukan dengan serius dan cermat.

Sukardiman adalah salah satu dosen Fakultas Farmasi yang memiliki catatan cemerlang. Dia adalah Guru Besar Termuda Fakultas Farmasi pada 2008. Pria kelahiran Kebumen ini tercatat sebagai anggota reviewer penelitian DIKTI sejak 2010, dan Penelitian Binfarkes Kemenkes RI sejak 2013. Selain itu, dia juga menjadi Anggota Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) sejak tahun 2010 dan Anggota Bidang Obat Bahan Alam dari Koligeum Ilmu Farmasi Indonesia (KIFI) pada tahun 2016. Di sela kesibukannya, dia produktif menghasilkan buku dan menorehkan paten.

Prestasi yang sudah banyak dia raih, sudah dimulai sejak dahulu. Misalnya, pada 1999, Sukardiman mendapatkan penghargaan “Young Investigator Award” dari Perhimpunan Dokter Ahli Mikrosirkulasi Asia. Selain itu, dia juga ditetapkan

(6)

sebagai Penyaji Terbaik Hasil Penelitian Ilmu Penelitian Dasar (IPD) oleh DIKTI pada 2004. (*)

Hadirkan

Varian

Baru,

Mahasiswa UNAIR Produksi

Meises Berbahan Buah Naga

UNAIR NEWS – Seringkali Orangtua kehabisan akal dalam memilih

makanan pelengkap yang bergizi untuk anak dengan harga relatif terjangkau. Salah satu makanan yang menjadi favorit anak-anak adalah meises (butiran coklat) karena rasanya manis dan bisa diolah dengan berbagai makanan seperti susu atau roti. Sejauh ini, belum ada inovasi dari varian meises. Hal inilah yang kemudian menginspirasi lima mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yaitu Riyantita Tunjung Sari (2014), Alfu Rahmawati (2014), Arnia Nurlitasari (2014), Pingkan Nasuke (2014), dan Citra Dewi Arum Pitaloka (2013) untuk menciptakan varian baru meises dengan bahan dasar buah naga. Mereka menggunakan buah naga sebagai bahan dasar karena memiliki kandungan vitamin yang banyak, antioksidan tinggi, dan vitamin C yang tiga kali lebih banyak dari buah jeruk.

“Produk kami namanya Mera-mera. Diberi nama demikian karena warna meisesnya merah seperti buah naga,” jelas Riyantita, selaku ketua tim PKM.

Komposisi dari meises ini terdiri dari buah naga sebagai bahan utama, gula sebagai pemanis, lesitin sebagai pengemulsi,

perisa vanili, dan pengawet natrium benzoate. Untuk

(7)

dahulu dimasukkan oven dengan tujuan untuk mengurangi kadar air tanpa mengurangi kandungan vitamin. Selain itu, proses oven ini mengakibatkan warna yang dihasilkan pada meises lebih mencolok. Untuk rasa yang dihasilkan, meises ini memadukan antara rasa manis khas meises dan rasa masam dari buah naga. Dalam proses pembuatan meises, beberapa hambatan seringkali muncul, salah satunya adalah bentuk meises yang menggumpal karena suhu saat proses oven yang tidak tepat.

Sejauh ini, target pemasaran “Mera-mera” adalah anak-anak. Untuk itu, tim PKM-K ini membuat kemasan yang unik untuk menarik perhatian anak-anak. Ruang lingkup pemasarannya sendiri tidak hanya di Surabaya, tapi sudah meluas ke Malang, Sidoarjo, Madura, bahkan sampai Thailand.

“Kami berharap ide kami segera mendapatkan hak paten untuk kemudian bisa diproduksi dan dipasarkan lebih luas lagi,” imbuh Riyantita. (*)

Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila

Ditemukan, Antioksidan Herbal

dari Rosella untuk Mencegah

Radikal

Bebas

Akibat

Paracetamol

UNAIR NEWS – Paracetamol merupakan salah satu jenis obat yang sering dikonsumsi. Biasanya penggunaan paracetamol digunakan sebagai penurun panas atau pereda nyeri. Penjualannya juga tidak dibatasi, karena jenis obat bebas. Itulah sebabnya,

(8)

banyak orang yang menganggap paracetamol aman untuk dikonsumsi.

Namun faktanya, kendati dijual bebas, paracetamol tidak bisa di konsumsi sembarangan. Pemakaian paracetamol secara berlebihan bisa mengakibatkan kerusakan hati. Hal ini diakibatkan over paracetamol menjadi sukar dimetabolisme oleh hati, sehingga menghasilkan radikal bebas. Tingginya kadar radikal bebas di dalam tubuh inilah yang bisa merusak berbagai organ kita, terutama hati.

Berangkat dari permasalahan itulah, Agesti Veva, Kukuh Prastyaningtyas, Annisa Normalita, Dhanar Adhitya, Rachmad Yusuf, mahasiswa Universitas Airlangga, menemukan antioksidan dari bunga Rosella sebagai penurun kadar radikal bebas akibat penggunaan paracetamol yang berlebihan.

”Kandungan senyawa Fenolitik yang tinggi pada bunga Rosella berkhasiat menurunkan kadar radikal bebas yang tinggi pada pengonsumsi paracetamol berlebih,” ujar Agesti Veva, ketua kelompok mahasiswa peneliti ini.

TIM PKMPE mahasiswa FKH UNAIR. (Foto: Istimewa)

(9)

proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE), yang telah lolos penilaian Dikti dan mendapatkan dana hibah Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2016-2017. Proposal ini berjudul “Uji Efektifitas Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariff L.) Terhadap Penurunan

Malondialdehida Pada Tikus (Rattus norvegicus) Strain Wistar

Yang Diinduksi Parasetamol.”

Jadi, masih kurangnya wawasan masyarakat Indonesia tentang penggunaan paracetamol yang benar itulah yang menebalkan tekad Agesti Veva Dkk untuk mencari solusinya, hingga akhirnya ditemukan antioksidan alami sebagai anti radikal bebas yang bisa merusak hati. ”Saat ini masyarakat Indonesia masih kurang memahami bahaya yang timbul jika kadar radikal bebas di tubuh terlalu tinggi maka berbahaya,” kata Agesti.

Ditambahkan jika kadar radikal bebas pada tubuh itu terlalu tinggi, maka akan dapat merusak berbagai organ dalam tubuh melalui oksidasi dengan membran sel, dan salah satu organ yang berdampak paling besar adalah hati.

“Ini tentu sangat berbahaya bagi kesehatan, mengingat hati adalah salah satu organ yang vital bagi tubuh kita,” imbuhnya. Ditambahkan juga oleh Annisa, penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR menggunakan hewan coba tikus putih strain wistar. Selanjutnya diinduksi dengan

paracetamol dan diterapi dengan ekstrak kelopak bunga Rosella.

Hasil penelitian ini menunjukkan hasil penurunan kadar radikal bebas yang signifikan.

”Inovasi bunga Rosella menjadi alternatif antioksidan ini kami harapkan bisa menjadi salah satu obat herbal yang alami ntuk menurunkan kadar radikal bebas dalam tubuh,” tambah Agesti mengakhiri keterangannya. (*)

(10)

Melatih Para Tuna Grahita

agar Hidup Sehat dan Mandiri

UNAIR NEWS – Barangkali sebagian masyarakat sudah mengetahui

kampung tuna grahita di Kabupaten Ponorogo. Di Jawa Timur, populasi tuna grahita mencapai 500 orang, 323 diantaranya tinggal di Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Ponorogo. kemampuan yang terbatas baik dalam fungsi intelektual dan beradaptasi, menjadikan para tuna grahita menggantungkan diri kepada masyarakat sekitar dalam kehidupan sehari-hari.

Meski keberadaan mereka dilindungi undang-undang dan mendapat dukungan dana dari berbagai pihak, para tuna grahita itu belum bisa memaksimalkan kemampuan diri mereka. Salah satunya di bidang kesehatan.

Sekelompok mahasiswa program studi S-1 Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga mengajak para tuna grahita itu untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Keempat mahasiswa Ners itu adalah Fitria Budiarti (ketua tim/tahun angkatan 2013), Enis Rezqi Maulida (anggota/2013), Magita Novita Sari (anggota/2013), dan Putri Mei Sundari (anggota/2014).

Implementasi PHBS itu mereka wujudkan melalui program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat dengan proposal berjudul “INSTING (Independent Skill Training) untuk Meningkatkan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Kampung Idiot di Desa Sidoharjo, Jambon, Ponorogo”. Proposal PKM – M ‘INSTING’ itu berhasil lolos pendanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemenristekdikti tahun 2016.

Tim INSTING memiliki delapan program kegiatan. Program-program itu diantaranya sosialisasi kegiatan, pembuatan buku sadar

(11)

sehat, pemenuhan kebutuhan alat bahan sehat, pembelajaran dan pelatihan secara langsung oleh tutor, pemantauan melalui buklet, kunjungan ke rumah-rumah, dan pembuatan kaset dokumenter.

Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan, tim INSTING mengaktifkan kembali kader-kader untuk mendampingi para tuna grahita. Menurut Fitria, para kader itu terdiri dari orang lanjut usia, dan anggota keluarga yang memiliki kerabat tuna grahita. Agar koordinasi dengan pejabat setempat berjalan baik dan metode pelaksanaan INSTING berjalan optimal, mereka menyasar tuna grahita dari Dusun Klitik, Sidoharjo.

Praktik bercocok tanam di salah satu tempat tinggal tuna grahita.(Foto: Istimewa)

“Karena lebih banyak pejabat dan perangkat desa yang tinggal di Klitik, maka kami akhirnya memilih itu sebagai desa sasaran. Di sana, kami mendampingi sepuluh tuna grahita agar pelaksanaan lebih efektif. Kami matangkan sasaran ini. Kalau seandainya berhasil, kami berharap itu bisa menjalar ke desa lain,” tutur Fitria.

(12)

Para tuna grahita itu diajari untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, bercocok tanam dan memanen sayuran untuk memenuhi kebutuhan gizi individu dan keluarga. Dengan adanya rancangan kegiatan seperti itu, tim INSTING berharap rancangan kegiatan ini diharapkan dapat membentuk sikap dan tingkah laku tuna grahita yang berkarakter mandiri sehingga kehidupan yang layak pun terwujud.

“Indikator keberhasilan program kami adalah ketika ketergantungan mereka (tuna grahita) terhadap keluarga berkurang. Kami selalu mengadakan evaluasi terkait dengan program INSTING. Selain itu, ada juga program kami yang telah diadopsi oleh warga setempat. Karena kader juga terus melatih tuna grahita itu untuk menjadi mandiri. Dan, angka kesehatan juga meningkat,” imbuh Fitria. (*)

Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan

Belajar Ilmu Sosial sambil

Bermain Monopoli Nusantara

UNAIR NEWS – Ada banyak cara menyenangkan untuk menambah ilmu

pengetahuan. Salah satunya adalah belajar sambil bermain secara kelompok. Selain agar tidak membosankan, materi pelajaran bisa lebih mudah dicerna sehingga bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif seseorang.

Hal inilah yang coba diterapkan oleh lima mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Mereka menawarkan cara belajar sambil bermain yang baru dalam mempelajari materi studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

(13)

Metode baru itu mereka tuangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat berjudul “MONTARA (Monopoli Nusantara): Permainan Edukatif Mengenal Kebudayaan Indonesia pada Siswa Kelas III di SDN Mulyorejo I Surabaya”. Proposal tersebut berhasil lolos pendanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016.

Kelima mahasiswa yang tergabung dalam tim Montara adalah Faiza Dina Sari (FKM/2014), Febriana Dewi Safitri (FKM/2014), Rachmawati Maulidhina (FKM/2014), Rina Dwi Novita (FKM/2014), dan Nafijah Muliah (FKM/2013).

“Kami ingin memberikan inovasi baru kepada guru-guru dalam memberikan pengetahuan dan pelajaran mengenai wawasan Nusantara dengan cara yang berbeda, menarik, kreatif, serta inovatif. Di samping itu, kebudayaan Indonesia saat ini semakin tenggelam karena masuknya kebudayaan Barat yang lebih diterima dan dijadikan panutan oleh masyarakat,” tutur Faiza selaku ketua tim Montara.

Montara adalah sejenis mainan monopoli. Bedanya, kain alas Montara terbentang cukup besar dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Montara memuat gambaran peta pulau-pulau di Indonesia lengkap dengan perairan yang mengelilingi. Selain itu, Montara juga, memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman budaya, hasil alam, kondisi geografis 34 provinsi yang didukung dengan media audiovisual.

Montara dimainkan oleh enam kelompok, masing-masing terdiri dari enam anggota. Peralatan yang dibutuhkan untuk bermain Montara diantaranya bidak, dadu bersisi enam, kartu provinsi lengkap dengan harga beli, sewa, dan informasi tentang provinsi tersebut, uang-uangan, dan kartu ‘kesempatan’ dan ‘dana umum’.

Setiap pemain dibekali uang sejumlah 5.000 poin. Permainan dimulai dari petak nomor urut satu. Pemain mengocok dadu secara bergiliran, dan yang memperoleh angka terbanyak diberi

(14)

kesempatan untuk main terlebih dahulu. Pemain juga boleh membeli petak provinsi tergantung kemampuan uang. Bila suatu petak provinsi sudah ada yang memiliki, dan petak tersebut dihinggapi pemain lain, maka pemilik berhak memberikan pertanyaan seputar kekhasan provinsi tersebut. Apabila, pemain tak bisa menjawab, maka pemain akan mendapatkan denda sesuai aturan.

Untuk memonitor efek permainan Montara, maka tim Montara UNAIR mengadakan kegiatan cerdas cermat Montara (CEMON). Dengan adanya CEMON, maka siswa menjadi terpicu untuk lebih giat belajar tentang pengetahuan umum dan wawasan Indonesia.

Kehadiran tim Montara menuai respon positif dari wali kelas SDN Mulyorejo I Surabaya. “Kehadiran MONTARA sangat membantu para siswa kelas III di SDN Mulyorejo I Surabaya. Pengetahuan anak-anak mengenai wawasan Nusantara semakin bertambah. MONTARA juga telah menanamkan rasa cinta Tanah Air terutama cinta pada budaya indonesia. Saya senang sekali atas peningkatan yang terjadi pada anak didik saya. Terima kasih MONTARA,” tutur Astuti, Wali Kelas III A, SDN Mulyorejo I Surabaya.

Erni, Wali Kelas III B pada sekolah yang sama, juga memberikan respon positif terhadap Montara. Menurut Erni, media pembelajaran Montara cukup inovatif, kreatif, dan menyenangkan. “Selain saya yang senang, siswa siswi di sini juga senang atas kehadiran MONTARA. Semoga MONTARA sukses dalam mencerdaskan bangsa,” tutur Erni.

Rencana selanjutnya, tim MONTARA akan melakukan pemantauan terhadap penggunaan media monopoli kepada SDN Mulyorejo I Surabaya. Faiza menambahkan, pihaknya juga berinisiatif untuk menjual produk Montara dalam bentuk mini. (*)

(15)

Dengan Interpretasi SEM, Madu

Lebah Berkhasiat Sebagai

Pencegah Osteoporosis

UNAIR NEWS – Dalam penelitian dengan metode yang berbeda, yakni melalui interpretasi Scanning Electron Microscope (SEM), dihasilkan bahwa madu dari lebah Apis dorsata mengindikasikan dapat digunakan sebagai obat pencegahan osteoporosis.

Demikian penelitian kelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga yang diketuai Samsi Yordan (2015), dan beranggotakan Abdullah Hasib (2013), M. Huda Ramadhan (2015), Salsabilla Abani (2016), dan Siti Nur Rohmah (2015).

Hasil yang menggembirakan ini kemudian dituangkan sebagai proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE). Dengan bimbingan dosennya, Dr. Ira Yudaniayanti, drh., M.P., proposal ini berhasil lolos seleksi dan berhak meraih dana penelitian dari Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2016-2017.

Dijelaskan oleh Samsi Yordan, bahwa osteoporosis adalah kondisi saat kualitas kepadatan tulang itu menurun. Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak. Gangguan ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis kelamin (gender), usia, ras/suku, serta keturunan.

”Faktor utama yang menyebabkan osteoporosis adalah penurunan hormon estrogen .Seorang perempuan atau hewan yang mengalami

histerektomi akan mengalami gejala menopouse, karena hormon

estrogen tidak diproduksi lagi. Sehingga pembentukan

(16)

mengakibatkan kerusakan tulang lebih cepat dibandingkan pembentukan tulang,” jelas Samsi.

Sampai saat ini, pengobatan utama osteoporosis adalah hormone

replacement therapy (HRT) dan bifosfonat. Namun risiko

penggunaan HRT yang paling utama adalah dapat menimbulkan kanker payudara. Selain itu dapat digunakan kalsium dan vitamin D serta obat-obatan yang harus selalu dikonsumsi. ”Tetapi pengobatan tersebut juga menimbulkan banyak efek samping, seperti nyeri lambung, terutama apabila cara mengonsumsi obatnya tidak sesuai dengan anjuran dokter,” tambahnya.

Sementara itu madu dipercaya kaya akan antioksidan, seperti

flavonoid dan asam fenolat. Flavonols pada madu akan

berinteraksi secara langsung dengan esterogen melalui reseptor ER-β dan ER-α, dan kandungan asam glukonat yang dapat meningkatkan absorbsi kalsium di dalam usus.

Samsi dan kawan-kawan meneliti menggunakan hewan coba tikus putih yang diberi perlakuan Ovariohystercetomy atau pengambilan ovarium. Hewan coba itu diberi madu dengan dosis berbeda-beda selama bulan Maret hingga Juni 2017. Setelah minggu ke-12, tikus dinekropsi untuk pengambilan os femur yang selanjutnya akan dianalisa menggunakan Scanning Electron

Microscope (SEM).

Dari penelitian itu diperoleh hasil bahwa tulang yang tidak diberi madu menunjukan penurunan mikroarsitektur, namun pada tulang yang diberi madu dengan dosis tertinggi menunjukan kepadatan tulang dalam keadaan normal dan tidak terjadi penurunan mikroarsitektur tulang. Hal ini mengindikasikan bahwa madu lebah Apis dorsata dapat digunakan sebagai obat pencegahan osteoporosis.

”Kami berharap dari penelitian ini agar masyarakat mengetahui dan lebih memilih memanfaatkan bahan pengobatan yang alami dibandingkan bahan kimia yang dapat memberi efek samping pada

(17)

tubuh,” kata Samsi Yordan. (*) Editor: Bambang Bes

Gandeng Pertamina, Mahasiswa

UNAIR Kembangkan Software

Pengukur Kadar Busa Pelumas

UNAIR NEWS – Dengan mendapat dukungan pendanaan dari DIKTI, lima mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga, bekerjasama dengan PT Pertamina Persero kini sedang mengembangkan software pengukur kadar busa minyak pelumas. Hal baru ini dikembangkan, sebab selama ini alat uji kebusaan pada laboratorium PT Pertamina Persero masih dilakukan manual dan rentan terhadap ketidakakuratan pembacaan dan memungkinkan terdapat perbedaan persepsi hasil pengukuran yang berpengaruh pada standar kualitas uji suatu pelumas.

Nadifah Taqwina Hartrining Pangestuti, ketua tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) FST UNAIR, mengatakan, kadar busa itu sendiri menjadi parameter dalam

quality control pelumas, karena sangat berpengaruh terhadap

keausan mesin.

”Jadi pengujian busa ini sangat penting untuk produk-produk pelumas yang digunakan pada kapal laut, misalnya,” kata Nadifa kepada pewarta, kemarin.

Bersama empat temannya yaitu Andin Istiqomatul Husnia, Mokhammad Deny Basri, Mokhammad Dedy Bastomi, dan Akhmad Afrizal Rizqi sepakat mengembangkan software ini karena terlecut oleh keadaan bahwa sesuai data Badan Pusat Statistik

(18)

(BPS), dari tahun ke tahun jumlah kendaraan bermotor terus meningkat. Ini kabar gembira bagi perusahaan yang bergerak di bidang transportasi bermotor, termasuk PT Pertamina Lubricants Gresik.

Hasil uji coba di lab sedang dipresentasikan (Foto: Dok Tim)

Apalagi dalam meningkatkan performa mesin kendaraan, sebagai perusahaan minyak terbesar di Indonesia, PT Pertamina dituntut menghasilkan produk pelumas berkualitas tinggi. Sehingga diperlukan pengujian parameter uji pelumas secara cepat dan akurat. Sehingga setelah mempelajari permasalahan dan praktik di lapangan, akhirnya dijalin kerja sama dengan Laboratorium quality control pelumas PT Pertamina Lubricants Gresik (PUG) dalam menginovasi salah satu alat parameter uji pelumas yakni

foaming test.

Sejalan hadirnya ajang tahunan program PKM-Penerapan Teknologi, lima mahasiswa UNAIR itu menjadikan pengembangan ini sebagai proposalnya yang diberi judul “Sistem Segmentasi

Citra Sebagai Pengukuran Tendensi dan Stability Volume Busa pada Foaming Test Pelumas di Laboratorium PT. Pertamina Lubricants Gresik Berbasis Borland Delphi 7”. Proposal ini

(19)

dari Dirjen DIKTI.

Diterangkan Nadifa, alat pengukuran kadar busa pelumas ini diberi nama “FoamLab” dimana software ini menggunakan sistem

image processing sebagai salah satu teknik pengukuran volume

busanya. Jadi FoamLab merupakan software yang dirancang khusus untuk keperluan pengukuran tendensi dan stabiliti pelumas yang memanfaatkan kamera sebagai sensor dengan bahasa pemrograman delphi sebagai pengolah gambar dan video.

Tendensi dan stability itu merupakan parameter uji kebusaan. Tendensi sendiri adalah volume busa yang terbentuk saat 10 menit pertama, sedangkan stability merupakan volume busa yang tersisa saat lima menit dari pengukuran tendensi pada kondisi suhu dan sistem diffuser yang terkontrol.

Diakui oleh Nadifa Dkk, software ini masih harus melalui uji sertifikasi dan standardisasi pengukuran untuk dapat diterapkan di seluruh Lab. quality control PT. Pertamina di Indonesia. Sehingga saat tim ini sedang meng-kalibrasi FoamLab ini, dimana mereka yakin bahwa software FoamLab ini akan sangat membantu dalam uji kebusaan pelumas.

“Dengan alat ini maka hasil pengukuran uji busa menjadi akurat, saya tidak lagi berdebat dengan teman saat menentukan hasil. Apalagi alatnya bisa berjalan otomatis tanpa ditunggui, dan sangat mudah dioperasikan,” kata Komarudin, seorang analis laboratorium di PT Pertamina PUG ketika dimintai komentarnya. (*)

(20)

Mahasiswa UNAIR Kembangkan

Koyo untuk Inovasi Obat

Kanker Payudara

UNAIR NEWS – Kanker diketahui sebagai penyakit yang mengerikan. Ini antara lain karena efek penyakitnya dan efek samping terapi obat kanker (kemoterapi) yang menyakitkan bagi pasien. Di Indonesia, kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak dengan prevalensi 12/100.000 perempuan (Kemenkes RI – 2015).

Doxorubicin dapat digunakan sebagai kemoterapi pasien kanker payudara melalui injeksi intravena. Hal tersebut menguntungkan karena obat dapat bekerja secara cepat. Akan tetapi juga memiliki kekurangan yaitu menyebabkan nekrosis dan perdarahan

(ulserasi) akibat penyuntikan, dan kerja obat tidak spesifik,

sehingga menyebabkan efek samping sistemik, serta bila terjadi alergi perlu waktu untuk penanganannya.

Tergerak dari keprihatinan terhadap pasien kemoterapi kanker payudara itulah, lima mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKMPE) yaitu Ayu Tarantika Indreswari, Vita Fitria, Galuh Damar, Nurul Azizah, dan Beatrice mengembangkan sediaan berupa koyo (patch) yang mengandung

Doxorubicin yang dapat ditempel di kulit payudara.

Patch Doxorubicin menggunakan sistem penghantaran obat transdermal dan dibantu dengan arus listrik (iontoforesis),

sehingga Doxorubicin dapat menembus kulit dan masuk ke dalam jaringan terjangkit kanker payudara. Dalam menjamin kualitas, keamanan, dan kenyamanan penggunaan Patch Doxorubicin maka dilakukan berbagai uji skala laboratorium, seperti uji keseragaman bobot, keseragaman diameter, keseragaman tebal

(21)

Ditemui di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Ayu Tarantika Indreswari, ketua Tim ditemani keempat rekannya, menuturkan kelebihan sediaan Patch Doxorubicin buatan tim ini. Dikatakan, penggunaannya mudah dan tidak menyakitkan pasien, targetnya spesifik pada jaringan kanker payudara sehingga efek samping kemoterapi lebih sedikit, serta bila terjadi tanda-tanda alergi maka patch dapat segera dilepas dari kulit si pasien.

“Sampai saat ini penelitian kami masih dalam skala laboratorium. Harapan kedepan, kami ingin penelitian ini berlanjut sampai aplikasi reservoir patsh transdermal

Doxorubicin ini dapat menunjang keamanan, keefektivitasan, dan

kenyamanan kemoterapi pada pasien kanker payudara,” kata Ayu. Bahkan, kata mereka, penelitian ini telah mendapat penghargaan salah satu gagasan terbaik dari ISPE (International Society

Pharmaceutical Engineering) yaitu salah satu forum

professional dari Industri Farmasi yang diselenggarakan bulan Mei lalu di Jakarta. “Bahkan kami diberi penawaran untuk penelitian lebih lanjut di beberapa Industri Farmasi,” tambah Ayu.

“Karena itu kami berharap penelitian ini tidak berhenti sekedar penelitian, tetapi kedepannya dapat benar-benar dikembangkan dan diproduksi dalam skala industri sehingga industri farmasi di Indonesia dapat memimpin inovasi obat kanker, khususnya untuk kanker payudara berbasis koyo,” kata Ayu mengakhiri penjelasan. (*)

(22)

Tani Bule Farm, Solusi

Budidaya Lele dan Tanaman

Hidroponik

UNAIR NEWS – Keilmuan yang didapat selama berkuliah berhasil

dimanfaatkan oleh lima mahasiwa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Dengan ilmunya, mereka menawarkan solusi budidaya tanaman hidroponik dan budidaya lele.

Gagasan tersebut dituangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa–kewirausahaan (PKM–K) berjudul “Tani Bule Farm (Tanaman Hidroponik dan Budidaya Lele), Solusi Budidaya Multi-Komoditas dengan Sistem Akuaponik untuk Efisiensi Lahan”.

Gagasan kelima mahasiswa yang beranggotakan M. Rijal Amiruddin, Nanang Ardianto, Muhamad Maslikhan, Heni Putriani, dan Irene Sugiarto tersebut berhasil lolos seleksi pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tahun 2017.

Menurut Nanang, timnya berhasil mengembangkan dan menjual produk berupa konstruksi akuaponik yang disesuaikan kebutuhan pelanggan. Selain itu, tim PKM–K Tani Bule Farm juga memberikan jasa konsultan demi pengembangan potensi perikanan. Mengapa akuaponik? Nanang mengatakan, akuaponik merupakan solusi usaha alternatif bagi masyarakat perkotaan yang dihadapkan pada keterbatasan lahan.

“Konstruksi kolam dapat berupa terpal karet bulat berangka besi, kemudian kerangka konstruksi untuk peletakan tanaman hidroponik terbuat dari kayu yang dirangkai sesuai kebutuhan. Selain itu, tanaman diletakkan pada media pipa berlubang yang tersambung secara seri diposisikan sesuai keinginan dengan pertimbangan faktor teknis budidaya sehingga akan terhubung

(23)

antarmedia dua komoditas yang berbeda,” tutur Nanang.

Produk akuaponik Tani Bule Farm tersebut dijual mulai harga Rp 3 juta. Keunggulan produk Tani Bule Farm lebih fleksibel karena disesuaikan permintaan pelanggan dan lebih terkontrol dibandingkan produk akuaponik sejenis.

“Pelanggan mendapatkan benefit berupa pendampingan dan konsultasi rutin selama satu siklus panen,” imbuh Nanang. Selain itu, budidaya multikomoditas dengan sistem akuaponik dapat memberikan efisiensi produksi dari segi waktu dan biaya. Sebab, dalam satu siklus panen, pembudidaya dapat memproduksi dua komoditas tanaman dan ikan, hemat lahan dan air, serta tidak membutuhkan keahlian khusus.

“Jadi, masyarakat urban lebih tertarik pada alternatif usaha yang mudah dan murah, namun memiliki keuntungan yang prospektif. Selain itu, pendampingan rutin atas pembelian produk Kami sebagai bagian dari tanggungjawab moral atas

socialpreneur yang dikembangkan,” terang Nanang.

Meski usaha Tani Bule Farm baru berjalan selama tiga bulan, para mahasiswa ini sudah kebanjiran pemesanan. Pelanggan berasal dari berbagai wilayah Jawa yang didominasi Jawa Timur yakni Sumenep, Surabaya, dan Lamongan.

Referensi

Dokumen terkait

Dua orang solo sopran pemeran karakter Kleting Abang dan Kleting Ijo menyanyikan bagian ini secara solo maupun duet. Tonalitas yang digunakan adalah A mayor

didapatkan dengan uji Chi-Square bahwa data penelitian memiliki nilai probability (p) sebesar 0.001 (p < 0.05) dengan X 2 hitung = 58.423 lebih besar dari X 2 tabel sebesar

Dekomposisi serasah memainkan peran yang sangat penting dalam kesuburan tanah, seperti regenerasi dan keseimbangan nutrisi dari senyawa organik yang ada di

Rata-rata upah/gaji sebulan dari buruh/karyawan/pegawai perempuan tertinggi terdapat pada Sektor Listrik, Gas, dan Air, yaitu sebesar 4,07 juta rupiah per bulan,

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar

1. Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan. a) Metode ceramah adalah memberikan informasi bahan pelajaran kepada siswa dan melatih siswa memahami bahan pelajaran

Kawasan kajian kami merangkumi sekitar utara Sabah. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji unit-unit batuan yang terdapat di kawasan kajian beserta usia dan ciri-cirinya. Secara

Cara perbanyakan ini dilakukan dengan menggabungkan bagian dari dua tanaman membentuk satu individu baru, yaitu batang bawah yang memiliki sistem perakaran dan batang atas