• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usung Topik MiRNA, Mahasiswa FKUA Raih Prestasi di Lomba Poster Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Usung Topik MiRNA, Mahasiswa FKUA Raih Prestasi di Lomba Poster Ilmiah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Usung Topik MiRNA, Mahasiswa

FKUA Raih Prestasi di Lomba

Poster Ilmiah

UNAIR NEWS – Makin maju teknologi di bidang kedokteran, makin kompleks pula efek samping yang dihasilkan ragam terapi pengobatan. Kondisi ini berseberangan dengan harapan banyak o r a n g . Y a k n i , k e s e m b u h a n t o t a l t a n p a e f e k s a m p i n g berkepanjangan.

Untuk memenuhi keinginan tersebut, inovasi teknologi kedokteran terus dilaksanakan. Salah satu yang sedang dikembangkan di berbagai negara adalah metode terapi gen atau Micro RNA (disingkat MiRNA).

Walau metode itu masih terbilang awam di Indonesia, sejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FKUA) justru menjadikannya inspirasi berkreasi. Mereka menggagas i n o v a s i p e n g o b a t a n m e n g g u n a k a n t e r a p i g e n d a n mengaplikasikannya pada sejumlah kasus di Indonesia. Ide itu mereka tuangkan pula dalam bentuk poster ilmiah. Baru-baru ini, karya mereka berhasil menyabet sejumlah tropi dari beberapa ajang ilmiah berskala nasional.

Contohnya, yang diraih oleh Maria Arni Stella dan Rizqy Rahmatyah. Mereka menjuarai Scientific Poster Competition di ajang Hipotalamus Competition 2016. Ajang kompetisi ilmiah tahunan ini diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Dua sekawan ini menawarkan gagasan tentang alternatif pengobatan menggunakan metode genetik berupa MiRNA 34a untuk penderita kanker paru. Tepatnya, dalam bentuk terapi inhalasi atau terapi hirup melalui nanobubble chitosan.

(2)

melalui kemoterapi. Dalam prosesnya, bahan kimia dimasukkan melalui pembuluh darah. Ada pula terapi menggunakan radiologi. Pancaran sinar gelombang tertentu diarahkan ke titik tertentu untuk merusak sel kanker. Sayang, dua cara tersebut berpotensi menyebabkan efek samping yang sistemik. Antara lain, mual, muntah, kerontokan rambut, hingga kerusakan sel normal. Kondisi ini kerap membuat pasien merasa tidak nyaman. Akibatnya, penderita memilih putus obat dan berhenti melakukan terapi.

Ringankan beban pengidap kanker

Untuk meminimalkan efek samping terapi, Maria dan Rizqy memodifikasi metode terapi gen. Yakni, dengan menggabungkan mikroRNA 34a dengan nanobubble chitosan. Chitosan merupakan sebuah polisakarida yang dapat dimodifikasi dalam bentuk nanobubble. Dalam hal ini, nanobubble chitosan dimodifikasi agar bekerja lebih spesifik ke kanker sel paru.

Maria menjelaskan, terapi genetik ini menggunakan MiRNA 34a yang dimasukkan ke bubble berukuran nano. Selanjutnya, bubble berukuran nano tersebut dimasukan ke tubuh secara inhalasi atau dihirup langsung oleh penderita. Harapannya, setelah r u t i n t e r a p i d e n g a n c a r a i n i , s e l k a n k e r d i t e k a n pertumbuhannya hanya di area yang rusak. Sehingga, tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain.

“Karena sifatnya pengobatan biomolekuler, targetnya lebih spesifik. Efek sampingnya minim. MiRNA ini banyak sekali macamnya dan sedang dikembangkan untuk berbagai macam penyakit seperti jantung koroner , diabetes, kanker,virus, penyakit autoimun, dan sebagainya” jelas Maria.

Seperti karakternya, secara spesifik metode Micro-RNA mampu mengaktifkan kematian sel yang berkelainan, serta mampu menekan pertumbuhan sel kanker. Tentu saja, dalam penyusunan gagasan tersebut, mereka berpedoman pada literatur dan hasil penelitian yang sudah banyak dilakukan di luar negeri.

(3)

Di Indonesia, metode terapi gen belum banyak digunakan. Sementara di luar negeri, sudah gencar dilakukan penelitian dan uji klinis. Maria mengaku ingin melakukan pendalaman lebih lanjut tentang hal tersebut. (*)

Penulis: Sefya

Editor: Rio F. Rachman

Tak Perlu Dicolok, Deteksi

Kanker Usus Lebih Nyaman

dengan Tes Darah

UNAIR NEWS – Deteksi dini kanker usus menjadi topik besar yang diusung tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) bernama Zaufy Verlieza, Binarri Augustya, dan Fauzi Abdillah, ketika mengikuti lomba poster ilmiah Halu Oleo Scientific Competition (HOLISTIC 2016) di Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo (FKU UHO), Kendari, Sulawesi Tenggara beberapa waktu lalu. Dalam kompetisi tingkat nasional tersebut, mereka meraih peringkat tiga kategori poster ilmiah. Ada banyak kampus yang turut serta. Antara lain, Universitas Indonesia, Universitas Udayana, Universitas Brawijaya, Universita Islam Indonesia, dan Universitas Halu Oleo.

Dalam kesempatan itu, tim FK UNAIR menampilkan gagasan tertulis mengenai deteksi dini dan terapi Non-Invasi berbasis micro-RNA untuk menekan mortalitas pasien. Lebih tepatnya, deteksi dini untuk kasus kanker kolon melalui tes darah. Tujuannya, mengetahui ada tidaknya kerusakan pada usus.

(4)

bagian usus besar dan rektum. Kanker ini disebut sebagai penyakit mematikan nomor dua. Kanker kolon, sebagaimana sifat kanker lain, bisa tumbuh relatif cepat. Pun, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan di sekitar dan merusaknya.

Kanker ini mampu menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah. Bergerak menuju organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh. Misalnya, ke liver, paru-paru, yang pada akhirnya, dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.

Umumnya, kanker kolon dimulai dengan pembengkakan seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian, kanker akan memasuki dinding usus. Kelenjar getah bening di dekatnya juga bisa kena papar. Karena darah dari dinding usus dibawa ke hati, kanker kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati. Sayang, deteksi penyakit ini sering terlambat. Sering kali, baru terdeteksi ketika keadaan sudah relatif parah.

Modifikasi pemeriksaan dengan metode miRNA

Tim FK UNAIR yang dikomandani Zaufy memikirkan, bagaimana cara agar deteksi dini dapat diterapkan dengan lebih mudah. Mengingat, sejauh ini pemeriksaan dilakukan dengan cara colok dubur dan pemeriksaaan colonoscopy.

Mereka memodifikasi pemeriksaaan menggunakan metode miRNA, untuk deteksi dini sebelum metastase, melalui tes darah. Dalam prosesnya, darah dipisahkan dari bagian plasma. Kemudian, diisolasi menggunakan polymerase chain reaction untuk menggandakan gen.

Selain tim Zaufy, delegasi FK UNAIR lainnya juga memenangkan perlombaan dalam ajang Holistic FK UHO 2016. Mereka adalah Bella Patricia, Patricia Tjiongnata, dan Anthomina Maya, sebagai peringkat 2 poster publik . Sedangkan Made Angga meraih peringkat tiga poster ilmiah tunggal dan peringkat tiga lomba karya tulis. (*)

(5)

Penulis: Sefya

Editor: Rio F. Rachman

Guru Besar ini Capai Gelar

Profesor Dalam Waktu Satu

Minggu

UNAIR NEWS – Di bidang endokrinologi, penyakit diabetes mellitus masih menjadi perhatian utama dalam hal pencegahan dan penanganan. Walaupun diabetes mellitus merupakan kasus terbanyak di bidang endokrinologi, namun kasus nodul tiroid –yang lebih dikenal sebagai benjolan di kelenjar gondok– belum mendapatkan perhatian khusus layaknya diabetes mellitus, walaupun jumlah kasusnya tidak dapat dikatakan sedikit.

Nodul tiroid merupakan suatu kondisi di mana secara klinis dikenal sebagai pembesaran kelenjar tiroid. Apabila seseorang mengidap penderita nodul tiroid, kelenjar tiroid akan mengalami perubahan secara struktural dan atau fungsional. Pernyataan itu disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Ari Sutjahjo, Sp.PD., K-EMD., FINASIM dalam orasi ilmiahnya berjudul ‘Pengelolaan Nodul Tiroid yang dapat Diterapkan pada Keterbatasan Sarana’. Orasi tersebut ia sampaikan pada prosesi pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, Sabtu (30/4).

“Oleh karena secara anatomi letak kelenjar tiroid berada di permukaan, maka nodul tiroid dengan mudah dapat terdeteksi dengan pemeriksaan fisik maupun dengan menggunakan saran diagnostik seperti ultrasonografi, scintigraphy, dan CT-Scan,” tutur Prof. Ari dalam orasi ilmiahnya.

(6)

Dalam hal menangani nodul tiroid, masyarakat perlu memahami gejala-gejala dan pengetahuan umum tentang penyakit yang menyerang kelenjar gondok itu. “Penyuluhan serta edukasi yang lebih banyak dan merata terhadap masyarakat terkait arti dari nodul tiroid, keluhan-keluhan yang dapat timbul akibat adanya nodul tiroid. Serta komplikasi yang dapat terjadi serta langkah apa yang perlu dilakukan akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” imbuh Prof. Ari.

Terkait dengan pendidikan medis, Prof. Ari menuturkan bahwa mahasiswa jenjang S-1 Pendidikan Dokter selayaknya diberi kesempatan lebih banyak untuk melakukan praktik di poli endokrinologi agar mendampingi para dokter. Sedangkan untuk pendidikan spesialis dua, ia mengatakan bahwa Indonesia masih kekurangan jumlah ahli di bidang endokrinologi, maka dari itu jumlah ahli endokrin perlu diperbanyak.

Proses Cepat

Prof. Ari bisa dikatakan sebagai pengajar yang berhasil mengurus persyaratan sebagai profesor hanya dalam kurun waktu satu pekan. Surat keputusannya sebagai guru besar berhasil ia sandang ketika ia berhasil mencapai kredit poin sebesar 1.050 dari 850 poin sebagaimana syarat pengangkatan guru besar.

Awalnya, ia tak bermaksud mengajukan berkas-berkas menjadi guru besar. Prof. Ari hanya ingin mengajukan surat pensiun mengingat ia sudah berusia ke-65 tahun pada tahun 2016. Namun, takdir berkata lain. Pihak FK UNAIR menganggap bahwa kredit poin yang ia miliki bisa mengantarkan dirinya menjadi guru besar baru di bidang ilmu penyakit dalam.

“Pihak fakultas melihat nilai saya mencukupi untuk proses guru besar, maka saya disarankan melengkapi berkas pengurusan itu. Saya pun mengajukan berkas ke kementerian pada awal Januari 2016,” ujar guru besar kelahiran 10 Februari 1951 itu.

Ia pun berhasil menyandang status guru besar hanya dalam total waktu satu bulan. Dirjen Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti

(7)

Prof. Ali Ghufron menyetujui suratnya dalam waktu satu minggu, dan menunggu tanda tangan Menristekdikti sekitar tiga minggu. “Akhirnya, surat keputusan diterbitkan per tanggal 1 Februari 2016,” tutur guru besar kelahiran Kediri itu.

Pada 30 April, Prof. Ari resmi dikukuhkan oleh Rektor UNAIR sebagai Guru Besar bidang Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNAIR. Sejak UNAIR diresmikan pada tahun 1954, Prof. Ari merupakan Guru Besar UNAIR ke-447. Sedangkan, sejak UNAIR berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH), Prof. Ari merupakan guru besar ke-155. Prof. Ari juga menjadi Guru Besar FK UNAIR yang ke-106. (*)

Penulis: Defrina Sukma S Editor : Dilan Salsabila

UNAIR Kukuhkan Tiga Guru

Besar Baru

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali mengukuhkan putra terbaiknya sebagai guru besar. Ada tiga guru besar dari fakultas yang berbeda dikukuhkan pada Sabtu (30/4). Ketiga guru besar yang dikukuhkan tersebut adalah Prof. Dr. dr. Ari Sutjahjo., Sp.PD., K-EMD., FINASIM selaku Guru Besar dalam bidang Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNAIR, Prof. Dr. Cholichul Hadi., M.Si selaku Guru Besar dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi UNAIR, dan Prof. Dr. Henri Subiakto., Drs., S.H., M.Si selaku Guru Besar di bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR. Ketiganya merupakan Guru Besar yang ke-447, 448, dan 449 sejak UNAIR didirikan, dan guru besar yang ke-155, 156, dan 157 sejak UNAIR berstatus sebagai Perguruan

(8)

Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH).

Acara yang digelar di Aula Garuda Mukti Rektorat UNAIR tersebut, dihadiri oleh jajaran pejabat di lingkungan UNAIR, keluarga guru besar, jajaran awak media, dan juga Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara.

Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., dalam sambutan pengukuhannya mengatakan bahwa, dengan dilantiknya seseorang menjadi guru besar berarti harapan untuk meningkatkan kualitas institusi dan pribadi sebagai tenaga pengajar di UNAIR juga semakin besar. Rektor yang juga guru besar FEB UNAIR tersebut juga menekankan agar seorang gubes bisa terus meningkatkan kualitas penelitian yang diterbitkan dalam jurnal.

“Selain terus melakukan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal, guru besar harus buat buku. Kalau ada guru besar yang s u d a h m e n u l i s b u k u , k a m i a k a n m e m f a s i l i t a s i u n t u k penerbitannya,” jelas rektor ke-13 UNAIR tersebut.

Diujung sambutannya Prof. Nasih kembali menegaskan, bahwa bertolak dari kisah Prof. Henry yang kesuksesan di hari ini dimulai dari perjuangan sosok ibu yang membimbing semasa kecilnya, penting untuk diketahui bahwa menjadi guru besar bukan persoalan kepandaian atau pendidikan semata, ada peran ibu dan kasih sayangnya yang bisa mengantarkan kesuksesan seorang anak.

“Mari kita bersama-sama mengapresiasi ibu kita, dengan ridhonya lah kesuksesan kita bisa diraih pada hari ini,” imbuhnya sembari menegaskan kembali bahwa menjadi guru besar harus menjalankan amanah, pengabdian dan kerja yang baik. (*) Penulis : Nuri Hermawan

(9)

Masyarakat

Anggap

Remeh

Cedera dengan Memilih Ahli

Sangkal Putung Dibanding Ahli

Medis

UNAIR NEWS – Sabtu (30/4), Persatuan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI) Wilayah IV dan V bekerja sama dengan Kelompok Pengkaji Lingkungan Aesdculap (KPLA) BEM FK UNAIR adakan seminar dan workshop bertajuk “Sport Injury: A Simplified Approach of Understanding and

Performing Acute Management”. Seminar yang diadakan di Aula

Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) UNAIR tersebut diikuti oleh tim medis dari 17 universitas di wilayah IV dan V. Pada tahun 2016 ini UNAIR menjadi tuan rumah seminar yang digelar tiap tahunnya tersebut.

“Tahun ini UNAIR diberi amanah untuk menjadi tuan rumah seminar ini, dan tema yang diangkat adalah mengenai sport

injury,” ujar Berta Lovita, selaku ketua panita penyelenggara

seminar.

Menurut Khafid Robbani, Ketua KPLA BEM FK UNAIR, tujuan dihelatnya seminar tersebut agar para peserta yang terdiri dari gabungan tim medis dari berbagai universitas di wilayah IV dan V dapat saling mengenal dan berbagi ilmu. Selain itu, peserta juga dapat belajar langsung dari para ahli sport

clinic di Surabaya.

“Kita berkumpul di seminar ini dalam upaya sharing ilmu dan belajar langsung dari para ahlinya,” ujarnya saat memberi sambutan.

(10)

Anggap Remeh Cedera

Seminar tersebut dihadiri oleh Prof. Dr. Achmad Sjarwani, dr., SpB., Sp.OT(K), Ahli bidang Ilmu Orthopaedi Dan Traumatologi, selaku pembicara utama. Prof. Sjarwani mengatakan, bahwa masyarakat Indonesia layak mendapatkan pemahaman mengenai cedera yang seringkali diderita saat berolahraga. Pasalnya, cedera yang seringkali dianggap remeh akan berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan baik.

“Tidak hanya para atlet olahraga saja yang cedera, masyarakat juga bisa cedera, jadi mereka juga harus paham mengenai penangannya,” ujar staf pengajar di FK UNAIR tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Sjarwani juga menyayangkan banyaknya masyarakat yang lebih mempercayakan proses pengobatan kepada pihak yang justru belum mengusai cedera yang diderita. Prof. Sjarwani mencontohkan dengan minat masyarakat yang lebih memilih untuk mendatangi Ahli Sangkal Putung dibandingkan Ahli Medis. Sehingga seringkali radang cedera yang diderita justru bertambah fatal.

“Benjolan di lengan lalu dibawa ke sangkal putung akhirnya justru jadi tumor, ini kan fatal,” ujar Prof. Sjarwani sembari memberikan contoh.

“Di bawah kulit kita ini banyak sekali pembuluh darah, kalo sudah cedera lalu dipijat, bisa jadi pecah dan keluar cairan yang mengakibatkan peradangan,” imbuhnya.

Ia berharap, agar masyarakat lebih berhati-hati dalam menangani cedera yang diderita. Jika memang memilih untuk berobat, maka sebaiknya berobat kepada siapapun yang dianggap sudah menguasai materi terkait cedera yang diderita.

“Kalau sudah cedera lebih baik berhati-hati, jangan asal-asalan,” pungkasnya. (*)

(11)

Editor : Nuri Hermawan

UNAIR Sediakan 175 Komputer

untuk Tes SBMPTN

UNAIR NEWS – Dalam rangka pelaksanaan seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN), kampus pelaksana ujian tertulis computer based testing (CBT) panitia lokal wilayah tiga diberi kuota oleh pemerintah untuk menyediakan 280 komputer siap pakai. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga telah menyediakan 160 komputer inti, dan 15 komputer cadangan. Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH, FINASIM ketika meninjau laboratorium komputer di Airlangga Medical Education Center, FK UNAIR, pada Rabu (27/4). Lab komputer tersebut rencananya akan digunakan peserta dalam melaksanakan ujian tertulis CBT SBMPTN tahun 2016.

“UNAIR diberikan kuota sebanyak 160 komputer yang digunakan oleh calon mahasiswa untuk melaksanakan tes CBT SBMPTN. Ujian tertulis SBMPTN dengan CBT ini merupakan pilot project, apabila dari segi waktu maupun hasilnya berkualitas, maka proses berikutnya akan menuju ke arah digitalisasi,” tutur Wakil Rektor I UNAIR.

Sampai saat ini, proses awal pengerjaan soal belum bisa dipastikan. Prof. Djoko menuturkan bahwa ada dua alternatif mengenai pengerjaan soal, yakni soal diunggah oleh panitia pusat melalui satu server dan menyebar ke server di perguruan tinggi, lalu alternatif yang kedua yaitu panitia pusat menunjuk seseorang untuk membawa hard disk eksternal berisi bank soal dan disetel lewat server tersebut.

(12)

Terkait dengan kerahasiaan soal dan sterilisasi lokasi tes, Prof. Djoko menjamin bahwa kerahasiaan bank soal tetap terjaga dari berbagai risiko kebocoran. Senada dengan Prof. Djoko, Ketua Unit Pengelola Data Digital Mustofa Rusli, dr., Sp.PD, mengatakan bahwa bank soal yang tersimpan dalam hard disk itu sudah terenkripsi secara kuat. “Andaikan hard disk itu hilang,

hard disk tersebut juga tidak bisa dibuka. Soal itu hanya bisa

dibuka pada program khusus,” tutur Mustofa.

Menurut Syamsuddin, selaku penanggung jawab pelaksanaan CBT di FK UNAIR, mengatakan bahwa seluruh komputer FK UNAIR yang akan digunakan untuk pelaksanaan CBT SBMPTN sudah sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, seperti penggunaan prosesor

core duo.

Apabila gangguan elektronik mengintai, seperti listrik padam, maka pihak FK UNAIR telah menyiapkan UPS (uninterruptible

power supply atau suplai daya bebas gangguan) pada setiap

komputer dengan kurun waktu hingga lima menit. Kemudian, daya listrik akan disetel melalui genset yang dapat beroperasi sampai 24 jam.

“Kalaupun ada masalah dengan komputer, kita akan selesaikan dalam waktu kurang dari satu menit sehingga siswa tidak perlu merasa panik,” ujar Syamsuddin.

Selain itu, pada masa pelaksanaan tes CBT SBMPTN, lokasi tes akan dipasangi jammer sehingga koneksi internet maupun sinyal telepon akan hilang. (*)

Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila

(13)

Meraba Peluang Stem Cell

untuk Pengobatan Diabetes

UNAIR NEWS – Badan Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 terdapat 21,3 juta penduduk Indonesia mengalami penyakit diabetes melitus. Perkiraan itu sejalan dengan fakta bahwa populasi penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia saat ini menduduki peringkat kelima terbanyak di dunia.

Kondisi ini jelas memprihatinkan. Sekitar 80% dari prevalensi diabetes di Indonesia didominasi oleh penderita yang tidak menyadari kondisinya. Problematika diabetes ini dikupas secara menyeluruh dalam acara ‘The Quadruple Joint Symposium 2016’ yang diselenggarakan oleh Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya (PDN) RSUD Dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga bekerjasama dengan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) di Hotel Shangri-La Surabaya 23-24 April 2016 lalu.

Simposium ini dihadiri oleh dua pembicara asal Jepang Prof. Hiroshi Taniguchi dan Prof. Naemi M. Kajiwara, serta sejumlah pakar dari 14 pusat penelitian dan pengobatan diabetes di seluruh Indonesia yang mencakup Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Makassar dan Manado.

Sony Wibisono, dr., Sp.PD-KEMD, FINASIM, selaku wakil ketua acara mengungkapkan bahwa saat ini penyakit diabetes sudah banyak menjangkiti individu dari segala usia. Bahkan, penyakit diabetes itu disertai komplikasi penyakit yang beragam. Komplikasi itu disebut dengan endo-kardiometabolik.

Komplikasi diabetes sudah mengenai jantung beserta organ lainnya yang melakukan proses metabolisme sehingga kondisi ini

(14)

mengakibatkan munculnya kelainan hormon termasuk testosteron. “Dulu kebanyakan penderita diabetes mengalami luka di kaki yang tidak kunjung kering. Namun sekarang, justru yang ditakutkan adalah dampak komplikasi diabetes yang mengenai jantung. Maka dari itu perlu upaya mengobati dampak komplikasinya,” jelas dokter Sony.

Untuk mengendalikan jumlah penderita diabetes, para pakar tidak hanya berfokus pada upaya pengobatan, tetapi juga pencegahan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan metode pengobatan sel punca (stem cell).

Seperti diketahui, metode pengobatan dengan sel punca sudah dikembangkan di banyak negara guna mengatasi berbagai persoalan penyakit. Kini, peneliti sedang disibukkan dengan potensi metode sel punca terhadap penyakit diabetes.

Tingginya gula darah pada penderita diabetes mengakibatkan fungsi organ pankreas tidak mampu bekerja dengan baik. Akibatnya, jumlah sel pankreas terus menurun. Metode pengobatan sel punca sedang diteliti sebagai solusi perbaikan pankreas.

“Mungkin dapat dibayangkan, bagaimana seandainya stem cell ‘ditempelkan’ pada pankreas yang rusak. Dengan harapan dapat memulihkan kembali fungsi pankreas seperti sediakala,” ungkap dokter Sony.

Namun, metode pengobatan diabetes dengan sel punca ini masih dalam tahap pengembangan. Pada tahun 2010, peneliti sempat melakukan uji coba pada mencit. Ternyata, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut dokter Sony, sel punca belum bisa menjadi metode pengobatan.

“Stem cell belum bisa menjadi metode pengobatan. Metode ini hanya bekerja membantu mengurangi jumlah obat yang dikonsumsi oleh penderita diabetes,” tuturnya.

(15)

Mencegah diabetes

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya Prof. Dr. dr. Askandar Tjokroprawiro, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, mengungkapkan pentingnya langkah pencegahan sekaligus kontrol kadar gula darah.

Dosen emeritus FK UNAIR menekankan pentingnya bagi setiap individu untuk mengontrol lingkar pinggang. Jika seorang laki-laki memiliki ukuran lingkar pinggang lebih dari 90 cm, dan seorang perempuan lebih dari 80 cm, maka orang tersebut termasuk dalam kategori obesitas. Untuk mencegah diabetes dan komplikasinya, setiap orang sebaiknya menjalankan pola hidup dan diet sehat.

Sedangkan, bagi pengidap diabetes, Prof. Askandar menyarankan penderita untuk mengonsumsi buah ketimbang olahan seperti jus. Buah yang secara langsung dikonsumsi akan mengalami proses cerna lebih lama di usus sehingga makanan lambat diserap dan gula darah tidak terlalu cepat meningkat. (*)

Penulis: Sefya Hayu Istighfarica Editor: Defrina Sukma S

dr. Purwati, Kartini Bidang

Medis

dari

Universitas

Airlangga

UNAIR NEWS – Telah seabad lebih Raden Ajeng Kartini wafat. Kegigihannya dalam memperjuangkan hak perempuan untuk mengenyam pendidikan masih meninggalkan jejak di benak masyarakat Indonesia. Setelah R.A. Kartini wafat, kini

(16)

muncullah kartini-kartini baru yang meneruskan tongkat perjuangan, khususnya dalam bidang pendidikan. Salah satu diantaranya adalah Dr. Purwati, dr., Sp.PD., FINASIM.

Sebagai Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell UNAIR, salah satu bentuk perjuangan Purwati adalah terus mengembangkan stem cell sebagai sebuah produk obat-obatan. Penelitian dan pengembangan stem cell masih tergolong baru di Indonesia. Maka dari itu, dibutuhkan pendalaman lebih lanjut guna mengetahui berbagai manfaat yang bisa didapat dari stem

cell.

Menjadi peneliti sekaligus praktisi medis memiliki kebanggaan tersendiri bagi Purwati. Ia membandingkan iklim penelitian di luar negeri dengan yang ada di Indonesia. Di Indonesia, sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, dosen bukan hanya dituntut untuk mengajar dan mendidik, tapi juga melaksanakan pengabdian dan penelitian. Berbeda jika dibandingkan dengan yang ada di luar negeri.

Meski demikian, peneliti yang juga merupakan staf pengajar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR tersebut, tetap berharap kualitas penelitian di Indonesia dapat terus berkembang, yakni dengan riset yang dapat menghasilkan produk inovatif.

“Kalau di luar negeri peneliti ya hanya meneliti, pendidik ya hanya mendidik. Di Indonesia dituntut untuk menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Walaupun pekerjaannya merangkap, produk penelitian kita tetap harus berkualitas dan inovatif supaya tidak menjadi bangsa yang terpuruk,” imbuh perempuan yang menempuh pendidikan doktoral di pascasarjana UNAIR tersebut.

Sepanjang perjalanan karir yang telah dilalui, berbagai perhargaan di bidang penelitian telah Purwati genggam. Seperti

(17)

Juli 2005 di Balikpapan, serta The First Winner of Free Paper

Presentation (Research Category) KONAS PETRI di Semarang pada

tahun 2011. Penghargaan tersebut merupakan salah satu bukti perjuangannya dalam bidang penelitian.

Mengenai bidang stem cell yang tengah digeluti Purwati saat ini, ia berharap agar penelitian stem cell dapat terus dikembangkan untuk dapat menambah inovasi bidang medis di Indonesia.

“Harapannya, kedepan bisa dibuat sebuah kebijakan atau standar operasional mengenai prosedur stem cell. Mencari tau stem cell itu baik buat penyakit apa saja, dan tidak signifikan untuk penyakit apa saja,” ujar perempuan yang juga menjabat sebagai sekretaris di Surabaya Regenerative Medicine Center tersebut. Selain menjalani kesibukan sebagai seorang peneliti dan pengajar di bidang medis, Purwati juga merupakan seorang ibu rumah tangga. Diakui Purwati, menggeluti kiprah pada dunia penelitian medis membuat waktu untuk keluarga dan anak-anak banyak tersita. Namun, melalui pemahaman Purwati, keluarga dan anak-anaknya mengerti bahwa di luar keluarga ia adalah seorang wanita karir yang berjuang untuk kepentingan masyarakat luas. Sehingga dukungan dari keluarga dan anak-anak terus mengalir untuknya.

“Waktu kebersamaan saya dengan anak-anak tersita banyak sekali. Seharusnya saya bisa mengajaknya bermain, kenyataannya justru pergi ke laboratorium atau praktek,” ujar ibu dari tiga orang anak tersebut.

“Seorang ibu tidak akan pernah menjadi perempuan hebat tanpa

support keluarga dan anak-anak, terutama bagi saya sebagai

wanita karir,” pungkasnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila

(18)

Hanik

Endang

Kembangkan

Psikospiritual

untuk

Penderita Kanker Payudara

UNAIR NEWS – Aktivitas ibadah yang dilakukan sungguh-sungguh diyakini mampu menyeimbangkan gejolak stress dan emosi seseorang. Karena itu ketika seseorang usai beribadah, pikiran, hati, dan emosi menjadi lebih tenang dan stabil. Pengobatan dengan pendekatan psikospiritual inilah yang sedang dan terus diteliti oleh Hanik Endang Nihayati. Hasil penelitian yang ditulis sebagai Disertasinya itulah termasuk yang menunjang Hanik meraih predikat wisudawan terbaik jenjang doktoral Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga periode Maret 2016.

Ia memilih kasus penyakit kanker payudara sebagai contoh. Mengapa? Karena kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi perempuan antara usia 18 – 54 tahun. Kemudian kunjungan di Poli Onkologi Satu Atap (POSA) RSUD Dr. Soetomo menunjukkan kasus kanker payudara menjadi kasus tertinggi juga setelah kanker serviks. Data lain juga menunjukkan bahwa jumlah pasien baru kanker payudara setiap tahun cenderung mengalami peningkatan.

Hanik berfikir keras untuk mengembangkan keilmuan tentang keperawatan jiwa yang mengantisipasi persoalan psikososialnya. Mengapa masalah psikososial begitu penting? Menurut Hanik, perempuan penderita kanker itu selalu dihantui rasa takut terus-menerus. Penderita sering mengalami ketidaknyamanan hidup dan berimbas pada aspek kehidupannya, seperti ekonomi, keluarga, fisik, dan kepercayaan diri yang berangsur-angsur meredup.

(19)

Dalam situasi sulit begini, pasien memerlukan tindakan intervensi berupa pendekatan asuhan psikospiritual SEHAT (Syukur Selalu Hati dan Tubuh). Pendekatan SEHAT ini merupakan cara untuk meningkatkan hubungan dengan Tuhan agar emosi terkendali. Harapannya, penderita kanker dapat menghadapi

rasa sakitnya dengan sikap bersyukur.

“Penanganan distress pada penderita kanker payudara tidak selalu sama. Penderita memerlukan suatu pemahaman dan diagnosis yang tepat agar pemilihan terapi adekuat kualitas hidupnya bisa diperbaiki. Kompleksitas masalah yang dialami penderita kanker menyebabkan munculnya kebutuhan spiritual,” imbuh Hanik.

Psikospiritual SEHAT menitikkberatkan pada ritual ibadah salat

Dhuha, membaca Alquran, dzikir dan motivasi spiritual dengan

menuliskan nikmat Allah SWT. Strategi ini diharapkan dapat mengubah mekanisme koping, mengubah persepsi stress dari

distress menjadi eustress yang akan berpengaruh pada respon

tubuh. Mekanisme demikian sejalan dengan konsep psikologis yang menyatakan bahwa perubahan kognitif dapat menurunkan intensitas stress.

Perjuangan menuntaskan studi yang dilalui oleh pengajar pada Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Keperawatan UNAIR ini, tidaklah mudah. Hanik harus melalui pengalaman dramatis saat menjelang semester III. Saat itu Hanik, yang juga wisudawan terbaik magister Keperawatan UNAIR tahun 2011, tengah mengandung anak kembar. Namun, kehamilannya saat ini disertai dengan berbagai macam komplikasi, salah satunya pre-eklampsia berat dan kelainan jantung.

“Sungguh luar biasa. Saya harus bedrest total. Mau tidak mau, saya harus mengesampingkan semua kewajiban sekolah. Jadi, inilah yang terus memotivasi saya selama saya sehat,” tandas penggerak Lingkungan Terbaik Kota Surabaya tahun 2015 ini. (*) Penulis : Sefya H. Istighfaricha

(20)

Editor : Defrina Sukma S.

Mardiana dan Wilda Jadi

Wisudawan Terbaik Berkat

Pekerjaannya

UNAIR NEWS – Sejak awal melakukan penelitian untuk tesisnya, Mardiana Lelitawati selalu menghindari penelitian berbasis molekuler. Ia khawatir penelitian itu menelan biaya yang tinggi. Namun ia akhirnya bisa menuntaskan tesisnya dan menjadi wisudawan terbaik jenjang magister pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, periode Maret 2016.

M a r d i a n a L e l i t a w a t i wisudawan terbaik jenjang magister p a d a F a k u l t a s Kedokteran dengan IPK 3,85 (Foto: Istimewa)

(21)

Dalam pengerjaan tesisnya, penghobi traveling, novel dan drama Korea ini mengambil kesempatan bergabung dengan payung penelitian dosen, sehingga dapat menekan biaya penelitiannya. “Bagi teman-teman yang akan melakukan penelitian, tidak ada salahnya untuk bertanya dulu ke dosen pengampu mata kuliah. Siapa tahu bisa bergabung dengan payung penelitian yang dibiayai DIPA UNAIR atau sponsor lain,” kata peraih IPK 3,85 ini.

Setelah mendapat area penelitian, gadis asal Blitar ini dengan mantap melanjutkan proses penelitian mengenai gen penyandi resistensi terhadap antibiotik pada bakteri

Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). MRSA merupakan bakteri Staphylococcus aureus yang mendapat insersi gen SCCmec

sehingga menjadi resisten terhadap antibiotik golongan B-laktam.

Bidang ilmu yang ia tekuni sekarang sedikit berbeda dengan ilmu yang ia tempuh ketika S-1. Dalam proses adaptasinya, Mardiana harus tekun mempelajari dan menyesuaikan diri dengan materi dan berbagai istilah di bidang kedokteran yang masih cukup asing baginya.

“Saya berpikir bagaimana kalau saya mengambil bidang baru tanpa meninggalkan bidang ilmu yang saya tempuh ketika S-1 dulu, yaitu Biologi. Saya kemudian mantap menjatuhkan pilihan pada prodi Ilmu Kedokteran Dasar FK UNAIR,” cerita Mardiana, yang merasa ilmunya lebih bermanfaat saat ia mempelajari berbagai jenis dan karakteristik penyakit dan pencegahan yang disebabkan bakteri, virus dan jamur.

“Ketika ada keluarga, teman, atau tetangga yang sakit dan dicurigai disebabkan mikroorganisme, paling tidak saya bisa menyampaikan informasi penyakit yang diderita itu. Itulah mengapa saya memutuskan mengambil prodi Ilmu Kedokteran Dasar minat studi mikrobiologi,” kata Mardiana.

(22)

W i l d a

P r i h a t i n i n g t y a s wisudawan terbaik S 2 F a k . H u k u m UNAIR dengan IPK 3 , 9 3 ( F o t o : Istimewa)

SEMENTARA bagi Wilda Prihatiningtyas, mengajar sekaligus belajar di tempat yang sama merupakan sesuatu yang menguntungkan. Itulah yang dialami wisudawan terbaik S2 Fak. Hukum UNAIR dengan IPK 3,93 ini. Ia menempuh studi master di FH sambil membantu mengajar. Hampir 14 jam/hari ia habiskan waktunya sebagai dosen di Departemen Hukum Administrasi FH UNAIR, baik untuk mengajar, meneliti, seminar, pelatihan, membimbing skripsi, mendampingi mahasiswa mengikuti lomba, dan tugas-tugas lain.

“Baru pada malam harinya saya berpindah ke gedung B FH UNAIR untuk menjalani kuwajiban sebagai mahasiswa S2,” kata Wilda, alumni SMA V Surabaya ini yang menempuh S2 kurang lebih satu tahun setengah. Yang uniknya dari IPK itu mirip IPK-nya saat lulus S1. Entah kebetulan atau bagaimana, IPK-nya sama persis dengan ketika ia lulus S1 tahun 2013.

“Seperti merasa nostalgia saja,” cetus mahasiswi kelahiran Surabaya 1991 ini. Dosen hukum administrasi dan hukum

(23)

lingkungan dan pemerintah daerah ini menulis tesis tentang “Kedudukan Gubernur dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia”.

Dalam konteks negara kesatuan, kedudukan Gubernur mempunyai peran vital dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan. Di satu sisi gubernur punya fungsi sebagai kepala daerah otonom, disisi lain juga bertindak sebagai organ pemerintah pusat di daerah. Dalam pelaksanaannya, kedua fungsi ini menimbulkan kerancuan, baik dari organ pelaksananya, jenis urusannya, dan mekanisme pertanggungjawabannya.

“Dengan adanya kompleksitas permasalahan yang muncul di lapangan, menurut saya topik ini menjadi kajian menarik untuk dibahas, khususnya dengan pendekatan yuridis-normatif, karena hingga saat ini masih sedikit kajian mengenai pemerintahan daerah, khususnya mengenai gubernur ditinjau dari perspektif teoritis dan yuridis,” katanya.

Wilda berharap tesisnya kelak bisa dijadikan buku dan dapat menjadi rujukan mahasiswa yang mengambil mata kuliah pemerintahan daerah dan bagi aparat penyelenggara pemerintahan. Yang pasti, menjadi mahasiswa plus dosen baginya merupakan keuntungan tersendiri. (*)

Penulis : Sefya Hayu Ist, Moch Ahala Tsauro Editor : Bambang Bes

Referensi

Dokumen terkait

+ Memiliki Izin Usaha lasa Konstruksi (IUJK) yang masih berlaku yang diterbitkan oleh Pemerintalr tempat Dornisili Penyedia'Jasa .:.. + Memiliki Kompetensi/kemampuan

Penelitian ini akan menunjukan bahwa tata kelola perusahaan (Good Corproate Governance) dan ukuran perusahaan berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan yang

Hasil analisis bawah permukaan dan pemodelan dengan menggunakan data seismik 2D menunjukan bahwa, Formasi Makats dan Formasi Mamberamo merupakan formasi yang berpotensi

Tabel 4.36 Rekapitulasi Kapasitas Sungai Bodri Kondisi Eksisting terhadap Banjir Rencana 5 Tahun

Oleh karena itu dalam penulisan ilmiah ini, penulis ingin menjelaskan bagaimana cara pembuatan aplikasi kegiatan penyewaan dan pembayaran kamar dengan menggunakan visual basic 6.0

[r]

Peserta lelang yang diundang agar dapat membawa dokumen asli atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan copy 1 (satu) rangkap sesuai dengan

sikap dan perilaku siswa yang cenderung merugikan proses belajar, pada. kegiatan Kelompok Kerja Guru MI