• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI PADA SISTEM REPRODUKSI RADANG PANGGUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI PADA SISTEM REPRODUKSI RADANG PANGGUL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada Division of Gynegology Oncology, University of Florida di Jacksonville.

Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri yang menyerang menembus tuba falopi, mereka dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr. Benrubi menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.

Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%. Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.

Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali lipat. Alasannya: karena tuba falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba. Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar

(2)

2

kandung per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar kandungan, demikian katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15% dan dengan segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.

Sebagai calon perawat yang bersekolah di STIKES Muhammadiyah, kami perlu mengetahui lebih dalam tentang berbagai masalah di mata kuliah maternitas , salah satunya adalah infeksi yang terjadi pada panggul/pelvis ini, oleh karena itu kami berusaha menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik sehingga memiliki dasar ilmu kesehatan yang akan membantu profesi sebagai perawat nanti.

B. Tujuan

•Untuk memenuhi tugas maternitas yang telah diberikan. • Untuk mengetahui definisi dari penyakit infeksi pelvis. • Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit infeksi pelvis.

• Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi pelvis.

C. Rumusan masalah

 Anatomi fisiologi panggul pelvis

 Definisi, tanda gejala dan patofisiologi infeksi panggul pelvis

(3)

3

BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Anatomi fisiologi tulang panggul

Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium.Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tl panggul)dan os koksigis(tl.tungging).

Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm.Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.

Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.

(4)

4

Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus koksigeus

MALE PELVIS

Perbedaan antara pelvis pria dan wanita

wanita pria

Ruangnya luas , dangkal Ruangnya sempit, dalam Inlet pelvis oval, outlet bulat Inlet lebih kecil dan outlet Tulang lebih ringan dan tipis Tulang lebih berat dan tebal Sudut pubis lebih besar Sudut pubis lebih akut Koksigis lebih fleksibel Koksigis kurang fleksibel Tuberum iskium lebih pendek Tuberum iskium lebih panjang

(5)

5

B. Definisi

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal. Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.

(6)

6

C. Etiologi penyakit radang panggul

Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

D. Faktor-Risiko penyakit radang panggul

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah: 1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya 2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari

3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS 4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan 5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.

(7)

7

E. Patofisiologi penyakit radang panggul

Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina (parametritis) dan

peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.

1. Interlumen

Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%) terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.

2. Limfatik

Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan denngan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma non purpuralis. 3. Hematogen

Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu (misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.

4. Intraperitoneum

Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia interna.

5. Kontak langsung

Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.

Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu:

1. Terganggunya barier fisiologik

Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami hambatan.

(8)

8

a. Diostium uteri internum b. Di kornu tuba

c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman – kuman pada endometrium turut terbuang.

Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik.

Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR):

1. Adanya organisme yang berperang sebagai vector.

Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba fallopi. Beberapa kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat tersebut. Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman – kuman N gonerea, ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman – kuman aerobik dan anaerobik lainnya.

2. Aktivitas seksual

Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi utrerus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman – kuman memasuki kanalis servikalis. 3. Peristiwa Haid

Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang panggul gonore.

Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman – kuman N gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.

F. Tanda dan gejala penyakit radang panggul

Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah

(9)

9

menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, dan sekret vagina yang purulen.

Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi. Tuba yang tersumbat biasa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta

menyebabkan nyeri menahun.

Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

NYERI PELVIS

Anamnesis

 Kejadian nyeri menahun / mendadak  Hubungan dengan menstruasi : berkurang , bertambah, atau berulang Pemeriksaan umum  Fisik  LAB  Pemeriksaan tes PAP, foto, USG

(10)

10 Mendadak  Disertai gangguan Kardiovaskuler  Gangguan kesadaran  Gangguuan fungsi Menahun  Tadak nyaman  Berulang  terkolisasi Pemeriksaan  Infeksi  Palpasi  Auskultasi  USG  Foto abdomen  laporascopi

Nyeri abdomen akut  Hamil ektopek  Perdarahan ovarium  Perdarhan folikel  Torse kista/ mioma  Abses toboovarial  Abses douglas Tumor genekologi  Kista ovarium  Moma uteri  Adenometriosis  Endometriosis  Kista coklat

 Hamil ektopik intak

Tampa kelainan  Psikosomatik  Neurologis  Gastrointestinal  Ganitourinaria  Dismenorea  menopause Pengobatan  Psikosomatik  Simtomatik  hormonal Pengobatan definitive

 Sesuai dengan sebab  Persiapan tindakan  Perawatan pascatindakan

(11)

11

BAB III

Asuhan Keparawatan infeksi pada panggul/pelvis

A. Pengkajian

a. Biodata

b. Riwayat penyakit dahulu : KET, Abortus Septikus, Endometriosis.

c. Riwayat penyakit sekarang : Metroragia, Menoragia.

d. Pemeriksaan fisik

1. Suhu tinggi disertai takikardia

2. Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas

abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit dirtegakkan.

3. Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi reburn tenderness”,

nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.

4. Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula

disertai gejala ileus paralitik.

5. Dapat disetai Manoragia, Metroragia.

e. Pemeriksaan penunjang

1. Periksa darah lengkap : Hb, Ht, dan jenisnya, LED.

2. Urinalisis

3. Tes kehamilan

4. USG panggul

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus,

perubahan pada reagulasi temperatur.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.

3. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.

4. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.

5. Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.

(12)

12 C. Intervensi

1. Diagnosa : Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada

hipotalamus, perubahan pada reagulasi temperatur.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.

Intervensi Rasional

- Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil/diaforesis Suhu

38,9° - 41,1° C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak suhu.

- Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol. Dapat membantu mengurangi demam.

- Kolaborasi

Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol). Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi. Berikan selimut pendingin Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5°–40° C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak.

2. Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.

Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital stabil, nadi perifer jelas, kulit hangat dan kering, tingkat kesadaran umum, haluaran urinarius individu yang sesuai dan bising usus aktif.

Intervensi Rasional

- Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan. Menurunkan beban

kerja miokard dan konsumsi O2, maksimalkan efektivitas dari perfusi jaringan. - Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan

hipotensi,dan perubahan pada tekanan denyut. Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah, menstimulasi pelepasan, atau aktivasi dari substansi hormonal maupun kimiawi yang umumnya menghasilkan vasodilatasi perifer, penurunan tahapan vaskuler sistemik dan hipovolemia relatif.

(13)

13

- Pantau frekuensi dan irama jantung. Bila terjadi takikardi, mengacu pada

stimulasi sekunder sistem saraf simpatis untuk menekankan respon dan untuk menggantikan kerusakan pada hipovolumia relatif dan hipertensi.

- Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut perifer Pada awal nadi cepat/kuat

karena peningkatan curah jantung. Nadi dapat menjadi lemah/lambat karena hipotensi terus menerus, penurunan curah jantung, vasokonstriksi perifer jika terjadi status syok.

- Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.

Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari endotoksin pada pusat pernafasan di dalam otak, dan juga perkembangan hipoksia, stres dan demam. Pernafasan dapat menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.

Catat haluaran urin setiap jam dan bertat jenisnya. Penurunan haluara urin dengan peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal yang dihubungkan dengan perpindahan cairan dan vasokonstriksi selektif.

- Evaluasi kaki dan tangan bagian bawah untuk pembengkakan jaringan lokal,

eritema. Stasis vena dan proses infeksi dapat menyebabkan perkembangan trombosis.

- Catat efek obat-obatan, dan pantau tanda-tanda keracunan Dosis antibiotik masif

sering dipesankan. Hal ini memiliki efek toksik berlebihan bila perfusi hepar/ ginjal terganggu.

- Kolaborasi

Berikan cairan parenteral Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.

- Pantau pemeriksaan laboratorium. Perkembangan asidosis respiratorik dan

metabolik merefleksikan kehilangan mekanisme kompensasi, misalnya penurunan perfusi ginjal dan akumulasi asam laktat.

3. Diagnosa : Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.

Kriteria hasil : Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual, mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual. Melaporkan keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual.

Intervensi Rasional

- Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual, kepuasan, pengetahuan seksual,

(14)

14

- Identifikasi masalah penghambat untuk memuaskan seksual. Menemukan

permasalahan seksual yang sebenarnya.

- Berikan dorongan bertanya tentang seksual atau fungsi seksual. Memberikan

konseling aktivitas seksual yang baik dan benar.

4. Diagnosa : Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.

Kriteria hasil : Mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan nyeri dapat mengidentifikasi dan menurunan sumber-sumber nyeri. Intervensi Rasiona

- Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal. Obat-obat analgesik untuk

mengurangi rasa nyeri.

- Ajarkan teknik relaksasi. Bisa untuk mengontrol rasa nyeri.

- Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi klien. Usaha terapeutik,

memotivasi semangat klien.

- Berikan privasi selama prosedur tindakan. Menjaga harga diri klien.

5. Diagnosa : Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontak dengan mikroorganisme.

Kriteria hasil : Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang benar, bebas dari proses infeksi nasokomial selama perawatan dan memperlihatkan pengetahuan tentang fakor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan melakukan pencegahan yang tepat.

Intervensi Rasional

- Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia. Mengurangi resiko infeksi.

- Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi Mengetahui tanda-tanda komplikasi

yang terjadi.

- Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai penyebab, resiko-resiko pada

kekuatan penularan dari infeksi. Mengurangi infeksi silang (nosokomial).

- Terafi antimikroba sesuai order dokter. Obat-obat antimikroba dengan dosis

yang sesuai dan sesuai dengan indikasi.

6. Diagnosa : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Kriteria hasil : Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis, mampu menunjukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan rasional dari tindakan dan pasien ikut serta dalam program pengobatan.

Intervensi Rasional

- Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan. Mengetahui

(15)

15

- Berikan informasi mengenai terafi obat-obatan, interaksi, efek samping dan

pentingnya pada program.

- Klien bisa mengerti dan mau melakukan sesuai dengan anjuran demi

keberhasilan pengobatan.

- Tinjau faktor-faktor resiko individual dan bentuk penularan/tempat masuk

infeksi. Mengurangi infeksi nosokomial.

- Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan. Mengurangi komplikasi

penyakit.

D. Implementasi

• Memanatau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi, dan perkembangan pada denyut.

• Memantau frekuensi & irama jantung perhatikan disritmia. • Memperhatikan kualias / kekuatan dari denyut perifer. • Memberikan isolasi / pantau pengnjung sesuai indikasi.

• Mencuci tangan dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunkan sarung tangan steril.

• Menginspeksi rongga mulut terhadap plak putih (sariawan) selidiki ras gatal / peradangan vaginal / perineal.

• Mengkaji proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang. • Mendiskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat.

E. Evaluasi

1. Klien dapat meningkatkan kesehatan di buktikan dengan bertambahnya kemampuan dan pemahaman klien dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. 2. klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.

3. Klien memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam menigkatkan kemampuannya dalam memelihara kesehatan.

(16)

16

BAB IV

Penutup

A. Kesimpulan

Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna, yang disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba, ovarium parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya, secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.

Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonare, mikroplasma, stafilokokous, streptokus).

Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual

atau muntah.

Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.

(17)

17

Daftar Pustaka

Bagian Obstetri dan Genekologi, 1981. Genekologi. Bandung: fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.

Bobak, 2005. Buku ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC. Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.

Glasier, Anna, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC, 2005. Rustam, 1976. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Scott, R. James, Danford, Buku Saku Obstetri dan Genetalia. Jkarta : Widya Medika, 2002

Referensi

Dokumen terkait

Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah

Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat

Anjurkan klien untuk mengekspresikan rasa nyeri yang dirasakan Beri tahu klien tentang penyebab rasa sakit pada luka bakar Kolaborasi dengan tinm medis untuik pemberian analgetik.

Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya.. Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan

Alat reproduksi pada perempuan terdiri atas sepasang ovarium (indung telur) yang terletak di rongga perut, saluran telur (oviduk/tuba Fallopii), uterus (rahim), vagina dan organ

Organ reproduksi pria mempunyai dua fungsi reproduksi, yaitu produksi sel kelamin dan pelepasan sel-sel ke saluran sel kelamin wanita. Organ reproduksi pria terdiri atas empat

Penyakit alat reproduksi adalah infeksi atau penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual atau bisa juga terjadi akibat jamur dan virus serta alat reprouksi yang

Kanker Pada Wilayah Genital Penyakit pada sistem reproduksi manusia ini banyak dijumpai biasanya pada wilayah ovarium, serviks dan juga vagina.. Kanker vagina ini belum