• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Zul Amirul Haq. S. H. Abstrak:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Zul Amirul Haq. S. H. Abstrak:"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HAKI

KAT

KEDAULATAN

RAKYAT

DALAM

MENCAPAI

TUJUAN

PEMBANGUNAN

NASI

ONAL

BERLANDASKAN

NI

LAI

-

NI

LAI

PANCASI

LA

DAN

UUD

1945

(2)

1

Oleh: Zul Amirul Haq. S. H. Email: zulamirulhaq@gmail.com

Abstrak:

Terbentuknya suatu negara haruslah mencapai beberapa unsur yang telah di tentukan, ahli kenegaraan oppenheimer dan lauterpacth berpendapat bahwa syarat berdirinya nsutu negara harus memenuhi beberapa unsur di antaranya, pertama, adanya rakyat yang bersatu. Kedua, adanya daerah atau wilayah. Ketiga, adanya pemerintah yang berdaulat. Keempat, adanya pengakuan dari

negara lain.1 Melalui beberapa unsur di atas maka terbentuklah suatu negara

yang komponen utama di dalamnya adalah mayarakat. Melalui konsep sosial yang berlaku dan berkembang di masyarakat merekapun menata diri dan menentukan jalan kehidupan mereka untuk mencapai tujuan univeral mereka sebagai mayarakat yang aman dan sejahtera. kemudian Terbentuklah beberapa kelompok tertentu yang di sebut sebagai pejabat publik dan pejabat pemerintahan untuk menjalankan sistem ketatanegaraan serta merancang

konsep pembangunan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.2 Dalam hal

ini masyarakat dapat melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja pemerintah dalam menata sistem ketata negaraan berdasarkan nilai-nilai hukum yang berlaku dan berlandas pada pacasila dan UUD 1945.

1 Budiyanto, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara Untuk SMU Kelas 3 (Jakarta: Penerbit Erlangga,

2003), 19.

(3)

2

HAKIKAT KEDAULATAN RAKYAT DALAM MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL BERLANDASKAN NILAI-NILAI

PANCASILA DAN UUD 1945. A. Pendahuluan

Pancasila sebagai Dasar Negara yang merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat.3 Menjadi dasar pijakan penyelenggaraan negara dalam hal pembangunan nasional dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.4

Tujuan yang hendak di capai dari lahirnya ketentuan-ketentuan di atas salah satunya di jadikan sebagai pedoman Pembangunan nasional. Karena pada dasarnya Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Sebelum amandemen UUD 1945 pedoman pembangunan nasional berlandaskan pada garis-garis besar haluan negara (GBHN), namun setelah adanya amandemen UUD 1945 pedoman pembangunan nasional berlandaskan pada sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN), yang di atur dalam UU No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.

Dalam menjalankan tanggung jawabnya menjalankan program-program yang berorientasi pada pembangunan yang berkeadilan dan kesejahteraan sosial, negara sudah memiliki mekanisme dan program pembangunan yang sudah di susun secara baik dan sistematis untuk mengikat dan mengatur tata kelola pemerintahannya agar konsep pembangunan yang di harapkan dapat berjalan dengan suatu sinergi dan koordinasi yang baik antara instansi dan juga

3 Van Apeldom Lj, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Pradnya Paramita, 1983), 22.

4 Kaelan, Pendidikan Pancasila Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-Nilai Pancasila Raa

Kebangaan Dan Cinta Tanah Air Sesuaidengan SK Dirjen Dikti No 43/Dikti/Kep/2006 Proses Reformasi UUD 1945 Pancasila Sebagai Sistem Falsafat Pancasila Sebagai Etika Politik Paradigma Bermasyarakat Berbangsa Dan Bernegara (Jyogyakarta: Penerbit Paradigma, 2010), 56.

(4)

3

masyarakat agar tidak terjadi tumpang tindih dan ketimpangan program pembangunan, serta meminimalisir timbulnya protes terhadap pembangunan yang di lakukan. Negarapun melahirkan beberapa peraturan perundang-undangan yang dapat di jadikan sebagai pedoman pembangunan nasional di antaranya, Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tata cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tata cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Tujuan dari pada di hadirkannya SPPN dan juga RPJPN dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Dalam hal ini publikpun diberikan ruang untuk dapat menyuarakan keinginannya serta menuangkan aspirasinya dalam proses pembangunan nasional maka pemerintah melahirkan salah satu sistem musyawarah yang dapat memfasilitasi suara dan aspirasi pembangunan tersebut, sistem tersebut di kenal dengan Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang juga di atur jelas dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pemabangunan Nasional dan peraturan pemerintah maka tahapan-tahapan yang harus di tempuh dalam musrembang tersebut mulai dari Musrenbang Kelurahan/Desa, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kota/Kabupaten, Musrenbang Provinsi, Musrenbang Nasional. Yang melibatkan masyarakat, semua pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan berasal dari semua aparat penyelenggara negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), masyarakat, kaum rohaniwan, pemilik usaha, kelompok profesional, organisasi non pemerintah,

(5)

4

dan lain-lain. Karna Hukum di tegakan berdasarkan asas-asas yang sudah di susun secara sistematis dan kompleks oleh para penegak hukum, untuk semua pihak agar hukum dapat berjalan berdasarkan ranah yang sudah di tentukan, sehingga hukum hadir memberikan dampak perubahan bagi kehidupan masyarakat.5

Dewasa ini masih banyak masyarakat yang memiliki pengetahuan yang minim terkait dengan implementasi dan urgensi kedaulatan rakyat untuk membantu penataan bangsa baik dalam segi pembangunan dan konsep ketatanegaran, perbenturan peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah pembangunan nasional, terdapat kepentingan kelompok-kelompok tertentu yang masih mendominasi sehingga menghambat proses pembangunan nasional, tumpang tindih konsep pembangunan serta suara masyarakat bawah yang jarang tersampaikan ke atas menjadi polemik tersendiri di republik ini. Padahal jika kita lihat peran demokrasi sebagai pintu bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Dengan berbagai produk hukum yang di lahirkan sebagai penjamin pelembagaaan atas hak-hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan informasi yang lebih lengkap dari sumber yang benar dan terpercaya tentang perkembangan bangsa ini.

B. Negara Hukum dan Kedaulatan Rakyat

Hukum di banguan dan di bentuk di telah dikaji dan digali dari berbagai aspek agar tidak terjadi suatu perbenturan antara sumber hukum yang satu dengan sumber hukum lainnya.6 Terlebih Indonesia di kenal sebagai negara demokrasi, yang mana makna demokrasi yang sesungguhnya ialah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.7 Oleh karena itu, di era reformasi seperti ini partisipasi publik dan kedaulatan rakyat dimaknai sebagai keterlibatan masyarakat dalam proses sosial, politik, dan budaya bangsa yang seluas-luasnya baik dalam proses pengambilan keputusan dan monitoring kebijakan dalam

5Salman Maggalatung, Prinsip-Prinsip, Spremasi Hukum, Keadilan Dan Hak Asasi Manusia

Dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Anggota IKAPI Fokus Grahamedia, 2006), 9.

6 R. Wirjono Prodjodigoro, Asas-Asas Hukum Tatanegara Di Indonesia, Cetakan Ke Tiga

(Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1977), 13.

7 Mochtar Kusumatmadja, Fungsi Dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional

(6)

5

pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi kehidupan mereka sendiri. 8

Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Oleh karena itu, sesungguhnya pembangunan nasional merupakan cerminan kehendak untuk terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Prioritas untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan membangun landasan pembangunan berkelanjutan dalam rangka mengurangi pengangguran dan kemiskinan dilakukan melalui pembangunan bidang ekonomi, sarana dan prasarana, serta sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Hasil uraian sederhana di atas dapat di tarik benang merah bahwa terlibatnya masyarakat dalam poros pergerakan dan pembangunan bangsa bukanlah hal yang dapat di kesampingkan. Jika kita tarik dari sudut pandang Pancasila bahwa nilai-nilai filosofis dari butir-butir pancasila merupakan nilai-nilai yang dapat mengantarakan bangsa dan masyarakat ke tujuan berbangsa dan bernegara yang sesungguhnya. Begitupun dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan cita-cita luhur bangsa tertulis jelas dalam alinea ke-empat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni membentuk pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa tersebut maka pasca amandemen UUD 1945 rakyat di tempatkan sebagai pemegang kedaulatan tertinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga berjalannya roda pemerintahan dalam hal menentukan kebijakan pembangunan nasional tidak terlepes dari dukungan dan pengawasan masyarakat Republik Indonesia. Karena hukum yang dibangun

8 Tjipto Atmoko, Partisipasi Publik Dan Birokratisme Pembangunan, Jurnal Negarawan Di

(7)

6

haruslah sesuai dan wajib memperhatikan nilai-nilai hukum yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.9

Sejauh ini negarapun sudah di bangun dengan berbagai macam konsep dan gagasan serta sistem ketatanegraan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Terkadang perjalanan dan implementasi dari gagasan-gagasan pokok kenegaraan tersebut memperlihatkan bahwa dasein tak seindah dassolent.10 Apa yang di cita-citakan tidak sejalan dengan apa yang di implementasikan, dalam artian apa yang di tertuang dalam Undang-undang tidak sejalan dengan apa yang diimplementasikan dimasyarakat. Jika kita kembali melihat dari pandangan yuridis bahwa jelas pasal 1 ayat 2 UUD 1945 menyatakan kedaulatan berada di tangan rakyat dan di jalankakan berdasarkan UUD 1945. Dalam artian rakyat memiliki kekuasaan teringgi dalam sebuah negara di mana pemerintah mendapatkan mandataris dari rakyat untuk menata, mengatur dan mengelola negara.

Era reformasi dan demokratisasipun semakin berkembang seiring dengan berkembangnya zaman, disini terlihat bahwa hukum mengikuti dimanika perkembangan zaman yang ada.11 Begitupun dengan konsep pembangunan,

dimana bangsa harus mampu menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Jika kita tarik dari historikal konteks bahwa sistem hukum nasional terbentuk dan di pengaruhi oleh sistem hukum, yang berlaku.12 sistem hukum tersebut dalam operasionalnya memiliki konsep kedaulatan yang sama dengan satu arahan yakni mewujudkan masyarakat yang aman dan sejahtera dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang di bangun bersama antara penguasa dan masyarakat.

9 R. Otje Salman, Ikhtisar Filsafat Hukum (Bandung: Armico, Cetakan Ke 3, 1998), 52.

10 Jurnal Sekretariat Negara RI Negarawan, Berpikir Bertindak Untuk Kepentingan Negara,

Edisi Ke 3 Terbitan Tahun 2007, 70.

11 Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2005), 22.

12 Muchsin, Ikhtisar Hukum Ndonesia Setelah Perubahan Ke Empet UUD 1945 Dan Pemiliha

(8)

7

Hukum di bangun dan di bentuk haruslah mampu berorientasi pada kebaikan yang akan hadir dimasa depan (for word looking).13 Oleh karena itu hukum harus bisa menjadi pendorong sekaligus pelopor bagi kebaikan yang akan di capai di masa yang akan datang. Dalam menjalankan tanggung jawabnya menjalankan program-program yang berorientasi pada pembangunan yang berkeadilan dan kesejahteraan sosial, negara wajib memiliki mekanisme dan program pembnguanan yang sudah di susun secara baik dan sistematis.14

C. Pentignya Partisipasi Mayarakat dalam Pembangunan Nasional

Partisipasi masyarakat menekankan pada partisipasi langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan dan pembangunan.15 Konsep ini menegaskan bahwa partisipasi masyarakat telah mengalihkan konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan di berbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Pengembangan konsep dan asumsi dasar untuk meluangkan gagasan dan praktik tentang partisipasi masyarakat meliputi, Partisipasi merupakan hak politik yang melekat pada warga sebagaimana hak politik lainnya, Partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan publik di lembaga-lembaga formal dapat untuk menutupi kegagalan demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan masih menyisakan beberapa kelemahan yang ditandai dengan keraguan sejauh mana orang yang dipilih dapat merepresentasikan kehendak masyarakat, Partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengambilan keputusan publik dapat mendorong partisipasi lebih bermakna, Partisipasi dilakukan secara sistematik, bukan hal yang insidental, berkaitan dengan diterimanya desentralisasi sebagai instrumen yang mendorong tata pemerintahan yang baik (good governance).16 kemudian Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan

13 Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum ... 7.

14 Piotr Staompka, Sosiologi Perubahan Sosial (The Sociology Of Social Change), Di

Terjemahkan Oleh Alinandan (Jakarta: Prenada Media, 2004), 23.

15 Soetrisno Lukman, Menuju Masyarakat Partisiptif (Jyogyakarta: 1995), 66.

16 T Ndraha, Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinnggal Landas,

(9)

8

dan lembaga pemerintahan. Demokratisasi dan desentralisasi di negara berkembang termasuk Indonesia terjadi dalam situasi rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan dan lembaga pemerintah.

Paham yang mendasar bagi negara hukum ialah adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi yang mengatur kehidupan antara masyarakat dan pemerintah ataupun antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.17 Dalam paham negara hukum, hukumlah yang memegang komando teringgi dalam penyelenggaraan negara. Hukum di bangun sesuai dengan prinsip the rule of law, and not of Man, yang sejalan dengan pengertian

nomocratie, yaitu kehidupan bernegara di atur oleh hukum yang berlaku.18

Dalam paham negara hukum yang demikian, harus diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada pokonya berasal dari kedaulatan rakyat. Prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat (democratische rechtsstaat). 19 Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan, dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat) melainkan hukum ditegakanan dan dijalankan bersama masyarakat. Prinsip Negara Hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalam Undang-Undang Dasar (constitutional democracy) yang diimbangi dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis (democratische rechtsstaat).

Plato mengemukakan bahwa penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik ntara pemerintah dan masyarakt.20 Gagasan Plato kemudian didukung oleh pendapat Aritoteles.

17 Paulus Lotulung Effendi, Hukum Tata Negara Usaha Negara Dan Kekuasaan, (Jakarta:

Salemba Humanika,, 2013), 78.

18Satjipto Rahardjo, Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya (Jakarta: Genta

Publishing, 2009), 88.

19 Satjipto Rahardjo, Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya.... 89.

20 Abdul Mukthie Fadjar, Hukum Konstitusi Dan Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jenderal Dan

(10)

9

Aritoteles berpendapat bahwa, suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Terdapat tiga unsur pemerintahan yang berkonstitusi, yaitu suatu pemerintahan yang dilaksanakan :

a. Untuk kepentingan umum.

b. Menurut hukum berdasarkan ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum yang dibuat secara sewenang-wenang yang mengesampingkan konvensi dan konstitusi.

c. Atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan atau tekanan yang dilaksanakan oleh pemerintahan despotik.

Jimly Asshiddiqie menyebutkan bahwa terdapat beberapa prinsip pokok yang terkandung dalam negara hukum yang demokratis, yang salah satunya mengakui jaminan terbukanya ruang aspirasi bagi publik untuk menata dan membenahi sistem ketatanegaran. persamaan dan kesetaraan dalam kehidupan bersama.21 Yang kemudian di atur lebih lanjut dalam tata hukum nasional untuk melegalkan suara rakyat yang akan berpartisipasi pada proses pembangunan nasional.

Hukum administrasi sudah berperan dalam negara hukum ini di mana Negara dipandang bukan semata-mata menjaga keamanan, tetapi aktif turut serta dalam urusan kemasyarakatan demi kesejahteraan rakyat. Dalam tipe negara ini, hukum administrasi negara sangat berperan aktif atau dominan.22 Pada masa sekarang ini hampir semua negara di dunia menganut negara hukum, yakni yang menempatkan hukum sebagai aturan main penyelenggaraan kekuasaan negara dan pemerintahan. Indonesia sendiri menerapkan konsep negara hukum Pancasila, dengan adanya pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia dalam negara hukum Indonesia, secara intristik melekat pada pancasila dan bersumber pada pancasila.” Bertitik tolak dari falsafah negara pancasila tersebut, Hadjon kemudian merumuskan elemen atau unsur-unsur negara hukum pancasila sebagai berikut :

21 Jimly Asshidiqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi (Jakarta. :

Konstitusi Press, 2005) 299-300.

(11)

10

a. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas kerukunan.

b. Hubungan fungsional yang proposional antara kekuasaan negara.

c. Prinsip penyelesaian sengketa secara secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir.

d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Teori ini dipelopori oleh Jean Jacques Rousseau, yang mengemukakan bahwa kedaaulatan atau kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Raja atau kepala negara itu hanya merupakan pelaksana dari apa yang telah diputuskan atau dikekendaki oleh rakyat. Teori kedaulatan rakyat ini antara lain juga diikuuti oleh Immanuel Kant yang mengatakan bahwa tujuan negara itu adalah untuk menegakan hukum dan menjamin kebebasan dari pada warga negaranya. Dalam pengertian kebebasan disini adalah kebebasan dalam batas-batas perundangan-undangan, sedangkan undang- undang disini yang berhak membuat adalah rakyat itu sendiri. Dengan demikian undang-undang merupakan penjelmaan daripada kemauan atau kehendak rakyat. Jadi rakyatlah yang mewakili kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. 23

Sejauh inipun hukum di nilai sudah sejauh mana dapat mengakomodir keberadaan rakyat sebagai pemegang kedaulatan di negri ini. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa efektif adalah taraf sejauh mana suatu kelompok dapat mencapai tujuannya. Hukum dapat dikatakan efektif jika terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai sasarannya dalam membimbing ataupun merubah perilaku manusia sehingga menjadi perilaku hukum. Sehubungan dengan persoalan efektivitas hukum, pengidentikkan hukum tidak hanya dengan unsur paksaan eksternal namun juga dengan proses pengadilan. Ancaman paksaan pun merupakan unsur yang mutlak ada agar suatu kaidah dapat dikategorikan sebagai hukum, maka tentu saja unsur paksaan inipun erat kaitannya dengan efektif atau tidaknya suatu ketentuan atau aturan hukum.24 Membicarakan tentang efektivitas hukum berarti membicarakan daya

23 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta; Rajawali Pers 2011), 87-88. 24 Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum Dan Penerapan Sanksi (Bandung : CV. Ramadja

(12)

11

kerja hukum itu dalam mengatur dan atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap hukum. Hukum dapat efektif jika faktor-faktor yang mempengaruhi hukum tersebut dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya. Ukuran efektif atau tidaknya suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat dilihat dari perilaku masyarakat. Suatu hukum atau peraturan perundang-undangan akan efektif apabila warga masyarakat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan atau dikehendaki oleh atau peraturan perundang-undangan tersebut mencapai tujuan yang dikehendaki, maka efektivitas hukum atau peraturan perundang-undangan tersebut telah dicapai. 25

Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu :

1) Faktor hukumnya sendiri (undang-undang).

1) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

2) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. 3) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

atau diterapkan.

4) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor di atas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum. Pada elemen pertama, yang menentukan dapat berfungsinya hukum tertulis tersebut dengan baik atau tidak adalah tergantung dari aturan hukum itu sendiri.

Teori efektivitas hukum yang dikemukakan Soerjono Soekanto tersebut relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Romli Atmasasmita yaitu bahwa faktor-faktor yang menghambat efektivitas penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikap mental aparatur penegak hukum (hakim,

25 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta : PT.

(13)

12

jaksa, polisi dan penasihat hukum) akan tetapi juga terletak pada faktor sosialisasi hukum yang sering diabaikan.26

D. Penutup

Dengan melibatkan rakyat dalam proses pembangunan nasional maka diharapkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dapat terus ditingkatkan, dan meningkatnya kepercayaan warga dipercaya sebagai indikator penting bagi menguatnya dukungan dan keabsahan pemerintah yang berkuasa. Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan dan pelaksanaan (implementasi) program atau proyek pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat lokal. Partisipasi masyarakat memiliki ciri-ciri bersifat proaktif dan bahkan reaktif (artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak), ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat, ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut, ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Rustandi Dan Zul Afdi Ardian, Tata Negara, Jilid 1-2 Bandung: Armico, 1986.

Budiyanto, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara Untuk SMU Kelas 3 Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003.

Kaelan, Pendidikan Pancasila Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-Nilai Pancasila Raa Kebangaan Dan Cinta Tanah Air Sesuaidengan SK Dirjen Dikti No 43/Dikti/Kep/2006 Proses Reformasi UUD 1945 Pancasila Sebagai Sistem Falsafat Pancasila Sebagai Etika Politik Paradigma Bermasyarakat Berbangsa Dan Bernegara, Jyogyakarta: Penerbit Paradigma, 2010.

Lj, Van Apeldom, Pengantar Ilmu Hukum Jakarta: Pradnya Paramita, 1983.

26 Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia &Penegakan Hukum (Bandung :

(14)

13

Maggalatung, Salman, Prinsip-Prinsip, Spremasi Hukum, Keadilan Dan Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Anggota IKAPI Fokus Grahamedia, 2006.

Atmoko, Tjipto, Partisipasi Publik Dan Birokratisme Pembangunan, Jurnal Negarawan Di Terbitkan Tahun 2010.

Kusumatmadja, Mochtar, Fungsi Dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional, Bandung: Bina Cipta, 1976.

Prodjodigoro, R.Wirjono, Asas-Asas Hukum Tatanegara Di Indonesia, Cetakan Ke Tiga, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1977.

Salman, R. Otje, Ikhtisar Filsafat Hukum (Bandung: Armico, Cetakan Ke 3, 1998.

Jurnal Sekretariat Negara RI Negarawan, Berpikir Bertindak Untuk Kepentingan Negara, Edisi Ke 3 Terbitan Tahun 2007.

Lukman, Soetrisno Menuju Masyarakat Partisiptif, Jyogyakarta: 1995.

Manan, Abdul, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta:Putra Grafika, Cet, Ke Empat, 2013.

Muchsin, Ikhtisar Hukum Ndonesia Setelah Perubahan Ke Empet UUD 1945 Dan Pemiliha Presiden Secara Langsung, Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2005.

Piotr Staompka, Sosiologi Perubahan Sosial (The Sociology Of Social Change), Di Terjemahkan Oleh Alinandan, Jakarta: Prenada Media, 2004.

Ndraha, T, Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinnggal Landas, Jakarta: Rinaka Cipta, 2003.

Rahardjo, Satjipto, Negara Hukum Yang Membahagiakan Rakyatnya, Jakarta: Genta Publishing, 2009.

Effendi, Paulus Lotulung, Hukum Tata Negara Usaha Negara Dan Kekuasaan, Jakarta: Salemba Humanika,, 2013.

Fadjar, Abdul Mukthie, Hukum Konstitusi Dan Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jenderal Dan Kepaniteraan MK RI, Jakarta. 2006.

(15)

14

Asshidiqie, Jimly, Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: Konstitusi Press, 2005.

Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara,Jakarta; Rajawali Pers 2011.

SF, Marbun, Dan Moh. Mahfud MD. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Liberty, 2000.

Soekanto, Soerjono Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Soekanto, Soerjono Efektivitas Hukum Dan Penerapan Sanksi, Bandung : CV. Ramadja Karya, 1988.

Atmasasmita, Romli, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia &Penegakan Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2001.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan analisis stabilitas lereng dengan menggunakan program Plaxis V.8.2 di lokasi penelitian STA.263+650 untuk mendapatkan nilai faktor aman, deformasi, perpindahan,

Aspek-aspek yang dinilai dalam menyunting karangan meliputi empat aspek, yaitu (1) ejaan dan tanda baca, (2) diksi atau pilihan kata, (3) keefektifan kalimat, dan

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai kelimpahan zooplankton tertinggi pada pengukuran pagi hari ada pada stasiun satu ( 2391.67 ind/l ), hal ini terjadi karena

Perbedaan tentang definisi wali yang penulis uraikan di atas sebenarnya hanya disebabkan oleh konteks pemaknaan yang berbeda, bahwa antara satu ulama’ dengan yang

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala berkah, rahmat, dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis

Tunas-tunas yang terbentuk tersebut berwarna hijau dengan pertumbuhan sempurna (Gambar 3), sedangkan pada eksplan kalus embrionik hasil persilangan antara jeruk siem x

SMK Pertanian Pendukung Ketahanan Pangan disimpan sesuai dengan ketentuan pada penerima bantuan untuk kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat

Selain cadangan minyak yang dimiliki oleh Irak, ada juga kepentingan ekonomi lainnya yang mendasari invasi Amerika terhadap Irak seperti minyak dapat mengganggu pertumbuhan