• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Labu Siam (Sechium edule Jacg. Swartz.) Terhadap Kadar Interleukin 6 Pada Mencit Hiperglikemia Yang Diinduksi Streptozotocyn (STZ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Labu Siam (Sechium edule Jacg. Swartz.) Terhadap Kadar Interleukin 6 Pada Mencit Hiperglikemia Yang Diinduksi Streptozotocyn (STZ)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Diabetes Mellitus

2.1.1Defenisi

Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa di atas 110 mg/dL dan kadar gula darah setelah 2 jam pp (post- porandial) di atas 140 mg/dL (Perkeni, 2006). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Sebagian besar kasus Penderita DM disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin sel-sel beta pankreas. Faktor herediter seringkali menyebabkan timbulnya diabetes melalui peningkatan kerentanan sel-sel beta pankreas terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel β pankreas

(Guyton, 2010). 2.1.2 Etiologi

Menurut Smeltzer and Bare (2002) DM tipe 2 disebabkan kegagalan relatif sel β dan resisten insulin. Resisten insulin merupakan penurunan kemampuan

(2)

resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin, yang berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.

2.1.3 Epidemiologi

Menurut data International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2012 prevalensi angka kejadian DM di dunia adalah 371 juta jiwa, proporsi kejadian DM tipe II adalah 95% dari populasi dunia yang menderita DM dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita DM tipe 1. Prevalensi diabetes di Amerika menurut National Diabetes Statistics Report (2014) pada tahun 2012 melaporkan penyandang DM sebanyak 29,1 juta orang (9,3%). Prevalensi ini menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2010 sebanyak 25,8 (8,3%) juta orang penderita DM.International Diabetes Federation (IDF)tahun 2013 juga memperkirakan sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara.

(3)

Indonesia menempati urutan ke-7 terbesar jumlah penderita DM, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden yang berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dengan kadar glukosa darah 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan setelah diberi glukosa oral 75 gram. Sebanyak 1,5% mengalami DM yang terdiagnosis dan 4,2% tidak terdiagnosis. Kasus DM maupun TGT umumnya lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan juga lebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial yang rendah. Daerah dimana angka penderita DM paling tinggi di Indonesia adalah di daerah Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu sebanyak 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah berkisar usia 55-64 tahun sebanyak 13,5%. Beberapa hal yang terkait dengan risiko terkena penyakit DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik serta konsumsi sayuran dan buah kurang dari 5 porsi setiap hari.

2.1.4 Faktor risiko Diabetes Mellitus

(4)

tidak dapat dimodifikasi seperti umur, terdapat riwayat keluarga menderita penyakit DM, riwayat DM pada masa kehamilan, jenis kelamin serta etnik.

Menurut Rofiah (2003) peningkatan kadar gula darah penderita DM pada usia lanjut disebabkan oleh gangguan toleransi glukosa. Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut diduga karena menurunnya sekresi insulin sel beta pankreas. Resistensi insulin pada usia lanjut disebabkan beberapa faktor : a) adanya perubahan komposisi tubuh yang mengakibatkan menurunnya jumlah serta sensitivitas reseptor insulin ; b) menurunnya aktivitas fisik yang dapat mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan translokasi GLUT-4 menjadi menurun. Kedua hal tersebut akan menurunkan kecepatan maupun jumlah ambilan glukosa; c) perubahan pola makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga persentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat serta d) perubahan neurohormonal, khususnya Insulin-Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan Dehydroepandrosteron (DHEAS) plasma. Konsentrasi IGF-1 serum turun sampai 50% pada usia lanjut. Penurunan hormon ini akan mengakibatkan penurunan ambilan glukosa karena menurunnya sensitivitas reseptor insulin serta menurunnya aksi insulin. Ke empat faktor tersebut menunjukkan bahwa kenaikan kadar glukosa darah pada usia lanjut disebabkan resistensi insulin.

2.1.5 Patogenesis

Patogenesis menurut Agung (2013) berdasarkan tipe adalah seperti yang akan diuraikan berikut ini :

(5)

Patogenesis DM tipe 1 adalah hasil interaksi genetik, lingkungan dan faktor imunologi yang menyebabkan kerusakan dari sel β pankreas sehingga kekurangan insulin. Individu yang mempunyai sifat mudah terserang kelainan genetik mempunyai massa sel beta yang normal pada saat lahir dan mulai kehilangan massa sel beta secara sekunder karena adanya proses autoimun yang terjadi dalam hitungan bulan sampai tahun. Proses autoimun ini dipicu oleh adanya infeksi atau stimulus lingkungan dan terjadi spesifik pada molekul sel β pankreas.

b. Patogenesis DM Tipe 2

(6)

2.1.6 Patofisiologi

Menurut Silverman (2002) patofisiologi DM Tipe 2 merupakan gangguan produksi dan sekresi insulin mengubah pengaturan glukosa dalam darah. Jika produksi isulin menurun, pemasukan glukosa kedalam sel di jaringan akan terhambat. Hal ini akan memicu terjadinya hiperglikemia. Efek yang sama akan terjadi pada saat menurunnya sensitivitas jaringan terhadap ransangan insulin. Apabila sekresi insulin mengalami peningkatan, kadar glukosa dalam darah akan menurun atau hipoglikemia. Hal ini dapat meminimalkan jumlah glukosa yang dapat masuk kedalam sel.

Karbohidrat yang masuk dibutuhkan oleh sel dalam bentuk glukosa. Glukosa yang berlebih akan disimpan didalam hati dalam bentuk glikogen, yang dapat digunakan sebagai cadangan energi. Ketika energi berkurang maka glikogen dalam hati akan diubah menjadi glukosa melalui reaksi glukogenolisis. Hati juga memproduksi glukosa yang berasal dari lemak dan protein melalui proses glukoneogenesis. Kedua proses tersebut menyebabkan penigkatan kadar glukosa dalam darah. Insulin adalah satu-satunya hormon yang berfungsi menurunkan kadar glukosa dalam darah. Pada penderita DM Tipe 2, terjadi gangguan dalam tiga hal, yaitu :

a. adanya resistensi jaringan terhadap ransangan hormone insulin, terutama terjadi pada sel otot.

(7)

Meningkatnya resistensi jaringan terhadap insulin secara umum akan diikuti dengan gangguan sekresi insulin. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan glukosa untuk masuk kedalam sel dan menyebabkan glukosa cenderung terakumulasi didalam darah dan akan menyebabkan keadaan hiperglikemia. Adanya akumulasi glukosa dalam darah akan meningkatkan sekresi insulin. Pada penderita DM Tipe 2 biasanya akan mengalami kondisi hiperinsulinemia (Silverman et al., 2002).

2.1.7Tanda dan Gejala

Menurut Bustan (2007) tanda dan gejala DM yang merupakangejala khasadalahpoliuria (sering berkemih), polifagia (cepat lapar), polidipsia (sering haus), lemas dan berat badan menurun,serta tanda dan gejala lain ditemukan seperti gatal-gatal, penglihatan kabur, gatal di sekitar kemaluan wanita, impotensia serta kesemutan. Pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar gula darah sewaktu≥ 200 mg/dl, kadar gula darah puasa berada di atas 120 mg/dl ( puasa = tidak ada masukan makanan/kalori sejak 10 jam terakhir), serta kadar glukosa plasma 2 jam> 200mg/dl.

2.1.8 Tipe Diabetes Mellitus

(8)

Tabel 2.1 Karakteristik DM Tipe1 dan Tipe2

Karakteriktik Tipe 1 Tipe 2

Usia Umumnya < 20 tahun Umumnya > 30 tahun Masa tubuh Normal atau Kurus Gemuk (obese)

Insulin Kurang Normal atau meningkat

Glukagon Tinggi Tinggi, resisten

Gula darah Meningkat Meningkat

Sensitivitas insulin Normal Berkurang

Pengobatan Insulin Menurunkan berat badan,

Thiazolidinediones, Metformin Sulfonylureas, Insulin

Sumber :Guyton, Arthur, C.and Hall, John, E : Textbook of Medical Physiology, 2010

2.1.9 Kriteria Diagnosis

Kriteria untuk menegakkan diagnosis menurut Guyton (2010) adalah : a.Pemeriksaan Glukosa Urin

(9)

b.Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa

Kadar glukosa darah sewaktu pagi hari normalnya adalah 80-90 mg/dl, dan 110 mg/dl dipertimbangkan sebagai batas atas kadar normal. Kadar glukosa darah di atas nilai ini, seringkali menunjukkan adanya penyakit diabetes mellitus, yang kurang umum mungkin diabetes hipofisis atau diabetes adrenal.

c.Uji Toleransi Glukosa (GTT)

Pada penderita DM, konsentrasi glukosa darah puasa biasanya di atas 110 mg/dl dan bahkan sering di atas 140 mg/dl, dan juga uji toleransi glukosa hampir selalu abnormal.

2.1.10 Pengobatan Diabetes Mellitus

(10)

diberikan untuk meningkatkan sensitivitasinsulinatau merangsang peningkatan produksi insulinoleh pankreas.

2.2 Insulin

Insulin adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel β pankreas yang

berfungsi sebagai regulator utama dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Mealey, 2007). Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5.700 terdiri atas 2 rantai polipeptida, A dan B yang saling berhubungan melalui dua jembatan disulfida. Insulin disekresi oleh sel β pankreas ke dalam darah

(11)

menyebabkan sekresi insulin menurun.Jumlah asupan karbohidrat akan mempengaruhi jumlah produksi dan sekresi insulin yang dihasilkan. insulin meregulasi proses transfer glukosa yang ada dalam darah untuk mencapai target jaringan dan digunakan sebagai sumber energi.

Insulin berperan dalam penyimpanan kelebihan karbohidrat dengan mengubahnya menjadi glikogen dan disimpan terutama di hati dan otot. Semua kelebihan karbohidrat yang tidak dapat disimpan sebagai glikogen akan diregulasi oleh insulin untuk diubah menjadi lemak dan disimpan kedalam jaringan adiposa. Sementara fungsi insulin dalam metabolisme protein adalah secara langsung meregulasi penggunaan asam amino oleh sel, mengubah asam amino menjadi protein, serta mencegah pemecahan protein yang sudah terdapat dalam sel-sel dijaringan (Guyton and Hall, 2010).

2.3 Streptozotocin (STZ)

(12)

Streptomyces achromogenes dan secara struktural merupakan turunan nitrosourea. Rakieten adalah untuk pertama kali menggunakan STZ sebagai diabetogenik pada anjing dan tikus yaitu pada tahun 1963 (Nugroho, 2006; Srinivasan dan Ramarao, 2007). Streptozotocin mempunyai mekanisme kerja melalui pembentukan radical Reactive Oxygen Species (ROS), Reactive Nitrongen Species(RNS) sehingga menyebabkan kerusakan sel β pankreas (Srinivasan dan Ramarao, 2007)

Injeksi streptozotocin dengan dosis 60 mg/kgbbmelalui intraperitonial pada mencit dapat menyebabkan kerusakan pada sel beta pancreas yang mengakibatkan timbulnya diabetes mellitus dalam waktu 2-4 hari (Akbarzadeh, et al., 2007). Streptozotocinmerupakan suatu senyawa glukosamine-nitrosouren berupa agen alkilatingmerupakan kelas nitrosoure, sehingga menimbulkan toksik yang dapat menyebabkan kerusakan pada deoxyribose-nucleic acid (DNA) sel. Streptozotocin menembus sel beta pankreas melalui gluokose transpotter 2(GLUT 2). Aksi Streptozotocin melalui intraselluer menghasilkan perubahan DNA sel beta pankreas yang didahului oleh pembatasan pembentukan adenosin trifosfat pada mitokondria akibat pembentukan radikal bebas, peningkatan enzim xanthine oxidase dan penghambatan siklus Krebs (Erwin et al., 2013).

2.4 Labu Siam

(13)

merambat ke para-para. Besar buahnya dua kali kepalan tangan dengan bentuk membulat ke bawah. Pada kulit luarnya ada alur yang mirip dengan pembagian ruang di dalam buah. Kulitnya yang tipis penuh tonjolan yang tidak beraturan. dan jika dikupas mengeluarkan getah. Labu Siam pertama kali ditemukan oleh Patrick Browne di Jamaika pada tahun 1756. dan di Indonesia pertama sekali dibawa oleh orang Belanda dari Siam (Thailand), sehingga disebut Labu Siam. Di Indonesia, labu ini memiliki banyak sebutan, ada yang menamakannya waluh siem, ada juga yang menyebutnya labu Jipang dan merupakan sayuran yang hampir selalu dapat dijumpai di pasar.

Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan yang bisa dijadikan makanan,

sekaligus berfungsi sebagai obat. Salah satu diantaranya adalah Labu Siam (Sechium

edule Jacq. Swartz). Penelitian menurut Jensen, et al., (1986) melaporkan bahwa Labu Siam merupakan sayuran yang tumbuh di daerah subtropis dimana spesies ini digunakan

sebagai makanan dan sekaligus sebagai obat . Harga labu siam relatif murah sehingga

terjangkau oleh masyarakat, dan ternyata memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Negara pengekspor utama Labu Siam adalah Costa Rica. Produksi serta perdagangan internasional melaporkan bahwa Labu Siam adalah termasuk 5 (lima) jenis

sayuran komersial yang penting di Brazil, hal ini merupakan informasi yang penting bagi

Indonesia karena di Indonesia labu siam sangat cocok tumbuh dan berproduksi terus

sepanjang tahun. Jenis tanaman ini banyak ditanam di berbagai negara seperti

(14)

Tanaman Labu Siam yang dimaksud ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1. Labu Siam

2.4.1 Taksonomi

a. Taksonomi labu siam (lopez, 2007; olivia, 2012) adalah sebagaiberikut : Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Cucurbitales Suku : Cucurbitaceae Marga : Sechium

Jenis : Sechium edule Jacq. Swartz. b.Nama labu siam di daerah & luar negeri

Nama umum: Labu siem

(15)

Jawa : Gambas, waluh siam (Sunda) Waluh jipang, labu jipang (Jawa Tengah), manisah (Jawa Timur)

Manado : Ketimun jepang. Inggris : Chayote.

2.4.2 Morfologi

Morfologi umum Labu Siam lebih lengkapnya adalah sebagai berikut: a. Habitus

Habitus labu siam berupa tanaman perdu yang merambat dan semusim. Setelah berbunga dan berbuah, tanaman labu siam ini akan mati. Perbungaannya berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan bunga hermaprodit. Labu siam ini dapat merambat hingga mencapai 3-5 meter.

b. Batang

Labu siam memiliki batang yang lunak, beralur, memiliki banyak cabang, serta mempunyai alat untuk membelit seperti berbentuk spiral atau per. Permukaan batang umumnya agak kasar, berwarna hijau, dan permukaan berbulu. Batang tanaman labu siam ini adalah berbentuk bulat dan melilit. c. Daun

(16)

d. Bunga

Bunga tanaman labu siam memiliki bunga majemuk yang keluar dari ketiak daun, dengan kelopak bertajuk lima, bermahkota beralur, lima benang sari, kepala sari jingga, satu putik yang berwarna kuning.

e. Buah

Biji buah labu siam setelah mengering berwarna hitam, putih, ataupun putih kecoklatan. Buahnya menggantung di tangkai dengan permukaan berlekuk berwarna hijau keputih-putihan. Buah labu siam berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan. Semakin matang, warna bagian luar dari buah ini berubah menjadi warna hijau pucat sampai putih. Dalam budidaya tanaman labu siam, jumlah buah harus dibatasi dengan maksud untuk menghasilkan buah dengan ukuran buah yang lebih besar.

f. Akar

Akar tanaman labu siam berwarna putih kecoklatan yang terdiri dari akar serabut, bercabang banyak, berbentuk bulat sampai agak persegi, dan berbatang lemah. Akar tanaman labu siam ini menyebar, tetapi dangkal. (Prahasta, 2009; Olivia, 2012).

2.4.3 Pengaruh Labu Siam (Sechium edule) terhadap penurunan KGD

Berdasarkan penelitian Marliana et al, (2005) telah melaporkan bahwa dalam 100 gram daging buah labu siam mengandung antaralain :

(17)

c. protein 0,9-1,1%; d. lemak 0,1-0,3%; e. karbohidrat 3,5 - 7,7%; f. serat 0,4-1%;

g. hemiselulosa 7,55mg;

h. selulosa 16,42 mg; lignin 0,23 mg; i. natrium 36 mg; kalium 3378,62 mg; j. magnesium 147 mg; kalsium 12-19 mg; k. fosfor 4-30 mg; seng 2,77 mg;

l. mangan 0,38 mg; besi 0,2-0,6 mg; m. tembaga 0,25 mg; vitamin A 5 mg; n. thiamin 0,03 mg;

o. riboflavin 0,04 mg; p. niasin 0,4-0,5 mg; q. asam askorbat 11-20 mg.

2.5 Flavonoid

(18)

dibagimenjadi beberapaturunanmenurutunsuryang berbeda sepertiflavanon, flavon, flavanoldanflavonol dan ditemukanhampir semua pada makananyang berasal darinabatiseperti apel, bawang, anggur, buah jeruk, teh, buahdanminyak zaitun. Quercetinpaling banyak di antaraflavonol, myricetin, dankaempferol (Manach et al., 2004).

Komponen yang terdapat dalam ekstrak etanol labu siam dianalisis golongan senyawanya dengan tes uji warna dengan beberapa pereaksi untuk golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan polifenol, saponin, kardenolin dan bufadienol, dan antrakuinon (Marliana., 2005). Flavonoid bermafaat sebagai antiinflamasi, dapat melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C, mencegah pengeroposan tulang, dan juga sebagai antibiotik. Selain itu, flavonoid perperan dalam perbaikan kerusakan jaringan pankreas yang diakibatkan oleh alkilasi DNA sebagai akibatnya dapat meningkatkan sekresi insulin dalam darah dan menurunkan kadar glukosa darah. (Mohan, 2013; Yuda, et al., 2013; Suryani, et al., 2013; Piparo, 2008).

Selain kandungan labu siam yang memiliki serat dan berguna, labu siam juga kaya

akan mineral yang berfungsi bagi tubuh setelah dikonsumsi dalam jumlah yang cukup.

Mineral merupakan salah satu gizi yang sangat diperlukan di dalam tubuh. Mineral

terdapat di dalam tubuh dan mempunyai peranan penting di dalam pemeliharaan fungsi

tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan.

Keseimbangan akan mineral di dalam tubuh sangat diperlukan untuk pengaturan kerja

enzim, memelihara keseimbangan asam basa, memelihara sensitivitas dari otot dan saraf

terhadap rangsangan.

(19)

Interleukin-6 (IL-6) adalah sitokin pleiotropikdengan berbagai aktivitasbiologis, diproduksi oleh sel baik limfoid dan non-limfoid yang mengatur reaktivitas imun, respon fase akut, peradangan, dan hematopoiesis onkogenesis.Interleukin merupakan kelompok sitokin (disekresi protein) yang pertama kali terlihat diekspresikan oleh leukosit.(Barthelmes, 2011).Interleukin diproduksi oleh berbagai sel tubuh, sebagian besar interleukin disintesis oleh helper CD4+ T lymphocytes, serta monosit, makrofag, dan sel endotel(Hirano, et al, 1986).Menurut penelitian Pickup, (2004) mengatakan peradangan yang lama menyebabkan ekspresi klinis diabetes.Mediator inflamasi yang berperan dalam peradangan sistemik salah satunya adalah interleukin-6, yang merupakan sitokin yang diproduksi oleh leukosit dan dilepas ke sirkulasi darah.Stimulasi dari mediator peradangan sistemik tersebut diantaranya adalah agen infeksius, paparan xenobiotik (bahan asing yang bersifat merusak/toksik), dan respon imun (Bratawijaya, 2010).Sitokin inflamasi tidak hanya berperan dalam resistensi insulin tetapi dapat mempengaruhi apoptosis sel beta pankreas dan kegagalan sel beta pankreas.Pemeriksaan secara histopatologis terlihat adanya penurunan jumlah sel β pankreas pada hewan hiperglikemia dimana pada hari ke-7 dan terus

menurun sampai hari ke-28. Peningkatan jumlah sel β pankreas disebabkan oleh mekanisme penyembuhan sendiri oleh tubuh melalui perbaikan sel-sel beta dan pembelahan sel yang baru (mitosis) yang terjadi secara bertahap (Erwin., 2013).

(20)

depresi, Alzheimer's Disease, systemic lupus erythematosus, kanker prostat, dan rheumatoid arthritis (Medical news, 2011). Seperti banyak sitokin lainnya, IL-6 memiliki kedua sifat, baik proinflamasi maupun anti-inflamasi. Meskipun IL-6 adalah penginduksi kuat dari respon protein fase akut, IL6 juga memiliki sifat anti-inflamasi (Yagami, et al., 2010). IL-6 menginduksi sintesis dari glukokortikoid dan meningkatkan sintesis IL-1ra dan mengeluarkan reseptor TNF pada manusia (Clogston, et al., 1989). Hasil efek imunologi ini menempatkan IL-6 diantara kelompok sitokin anti-inflamasi.

(21)

sistemik.Sitokin mempengaruhi peradangan dan imunitas melalui pengaturan pertumbuhan, mobilitas dan diferensiasi lekosit dan sel sel lainnya.

Berdasarkan penelitian Kristiansen (2005) proses inflamasi memegang peranan penting pada timbulnya DM. Kadar IL-6 sangat tinggi pada penderita DM dan diduga IL-6 merupakan pemicu munculnya DM melalui proses inflamasi. Berbagai penelitian yang telah dilakukan pada tanaman yang mengandung flavonoid seperti oleh Susanto (2010) melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun pare dapat menurunkan inflamasi melalui penurunan kadar interleukin 6 serum tikus diabetes yang diinduksi streptozotozin, penelitian Korkina (1997), Nijvelt(2001), Nur (2005) menambahkan bahwa flavonoid dapat menstabilkan Reaktif Oksigen Species (ROS) yang bereaksi dengan senyawa reaktif dan radikal menjadi inaktif. Menurut penelitian Reynertson (2007) menyatakan bahwa flavonoid yang terkandung pada daging labu siam memiliki potensi dalam menghambat enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin dapat terhambat. Efek flavonoid adalah sebagai anti inflamasi dan juga memiliki efek antioksidasi.

2.7 Histopatologi Pankreas

STZ digunakan untuk menginduksi diabetes pada hewan coba karena secara selektif merusak sel β di pulau langerhans (Ganong, 2003). Gambaran histopatologi pankreas dapat dilihat dari berkurangnya jumlah dan diameter sel β pankreas. Penurunan jumlah sel β pankreas pada hewan hiperglikemia mulai terlihat pada

(22)

sel β pankreas disebabkan oleh mekanisme penyembuhan sendiri oleh tubuh

melalui perbaikan sel-sel beta dan pembelahan sel yang baru (mitosis) yang terjadi secara bertahap (Erwin, 2012). Penurunan jumlah sel β pankreas berakibat

pada diameter sel β pankreas, diameter sel β pankreas normal 100-400 μm.

(Ridwan, 2012). Gambar diameter sel β pankreas yang normal dan mengalami hiperglikemia ditunjukan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2: Diameter sel β pankreas normal dan diabetes (Erwin, et al., 2012).

2.8Ekstraksi

(23)

yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.

Prinsip maserasi merupakan penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama 3 sampai 5 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah yaitu proses difusi. Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Mardatillah, 2013). 2.9 Kerangka konsep

(24)

protektif dari buah labu siam terhadap sel beta pankreas dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 2.3 Kerangka konsep

Reaksi Inflamasi Sel β pankreas rusak

Ekstrak buah

Labu Siam Mencit Hiperglikemia

Stress Oksidasi

Gambaran Histologi PA Pankreas

Kadar Gula Darah (KGD)

ROS ↑↑

Induksi STZ 60 mg/kgBB

Kadar

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik DM Tipe1 dan Tipe2
Gambar 2.1. Labu Siam (Saranaagri, 2011)
Gambar 2.2: Diameter sel β pankreas normal dan diabetes  (Erwin, et al., 2012).
Gambaran Histologi

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu pembuatan Website FC Barcelona Fans Club dalam penulisan ilmiah ini ditujukan selain untuk memberikan informasi tentang klub Barcelona juga ditunjukan untuk

Hari pertama masuk pada satuan pendidikan adalah waktu dimulainya kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPD) terutama bagi siswa kelas I sebagai

Dalam hal ini penulis mencoba membuat suatu program aplikasi yang berjudul âAplikasi Penjualan Toko Terra Dengan Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0â. Pada program aplikasi

[r]

Pada saat ini telah banyak tempat-tempat hiburan, hotel, kantor yang mempunyai tempat parkir, yang sebagian besar digunakan untuk pengunjung, karyawan yang menggunakan

Program aplikasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh pihak yang menggunakannya agar informasi yang dibutuhkan lebih cepat, akurat dan berkesinambungan agar

[r]

Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan