• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi Mycobacterium leprae dengan teknik Polymerase Chain Reaction dari Saliva Penderita Kusta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deteksi Mycobacterium leprae dengan teknik Polymerase Chain Reaction dari Saliva Penderita Kusta"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kusta atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi granulomatosa kronik beserta sekuelenya yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae terutama mengenai kulit dan saraf. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan dunia.1 Walaupun dugaan prevalensi kusta di dunia sudah menurun dengan program multidrug therapy (MDT) World Health Organization (WHO), tetapi jumlah kasus baru hanya sedikit berkurang.2

(2)

Pendidikan di Provinsi Sumatera Utara periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2012 didapatkan total penderita sebanyak 444 orang.7

Cara masuk M. leprae ke dalam tubuh sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan dari kontak erat dan lama dengan penderita kusta, melalui sekresi nasal, orofaringeal dan atau lesi kulit.8 Mukosa hidung merupakan jalur utama masuk dan keluarnya M. leprae meskipun lesi ditemukan di mukosa oral, namun keterlibatan mukosa oral dalam transmisi basil kusta sejauh ini jarang diteliti.9 Suhu memainkan peranan terhadap basil kusta untuk menghasilkan lesi terutama di bagian – bagian tubuh yang lebih dingin.10

Pada stadium awal penyakit kusta, tanda – tanda kardinal tampaknya kurang memuaskan untuk diagnosis kusta maka dari itu perlu adanya suatu pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan adalah histopatologi, inokulasi pada binatang percobaan, serologi, dan polymerase chain reaction (PCR).11

Identifikasi M. leprae sebagian sulit dilakukan karena sampai sekarang masih belum dapat dilakukan kultur secara in vitro.Saat ini diagnosis kusta berdasarkan deteksi adanya basil tahan asam (BTA), namun pewarnaan tahan asam membutuhkan minimal 104 organisme per gram jaringan untuk deteksi yang handal sehingga sensitivitasnya rendah, terutama untuk pasien kusta tuberkuloid dengan BTA yang jarang atau sulit ditemukan.12,13

(3)

bakteri sedikit.14 PCR mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang hampir sempurna dalam mendeteksi M. leprae yaitu dapat mendeteksi sampai pada batas 1 – 100 organisme, spesifitas mencapai 100 % dalam deteksi organisme dari spesimen klinis.15

PCR merupakan suatu teknik sintesis dan amplifikasi doexyribonucleic acid (DNA) secara in vitro.16,17 Pemeriksaan ini diperlukan adanya mesin PCR dan reagensia khusus untuk amplifikasi DNA, serta elektroforesa untuk melihat adanya pita dari protein tertentu.18

Beberapa studi menggunakan tes amplifikasi asam nukleat yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan basil dalam sampel biologis, termasuk dari rongga mulut. Pendekatan ini penting untuk deteksi M. leprae, terutama pada kasus – kasus yang sulit untuk didiagnosis.19

Penelitian oleh da Rosa dkk. (2013) menggunakan PCR untuk mendeteksi DNA M. leprae pada saliva penderita kusta baru didapatkan deteksi M. leprae sebanyak 16 (35,5 %) dari 45 penderita kusta.8 Martinez dkk. (2011) dengan PCR meneliti keberadaan DNA M. leprae dari saliva yang diambil dari apusan mukosa oral didapatkan kepositivan sebesar 18,26 % dari 334 penderita kusta dan 6,38 % dari 1288 narakontak serumah.9

(4)

selain bersifat tidak invasif juga ingin membuktikan bahwa mukosa oral mungkin berperan sebagai lokasi sekunder yang terlibat dalam transmisi dan infeksi M. leprae.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ditemukan M. leprae dengan pemeriksaan PCR dari saliva penderita kusta?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum:

Untuk menemukan M. leprae dengan pemeriksaan PCR dari saliva penderita kusta.

1.3.2 Tujuan khusus:

a. Untuk melihat data demografik penderita kusta yang didiagnosis dengan pemeriksaan PCR dari saliva.

b. Untuk melihat jumlah penderita kusta tipe pausibasiler (PB) dan multbasiler (MB) yang didiagnosis dengan pemeriksaan PCR dari saliva.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bidang akademik/ilmiah

(5)

1.4.2 Bidang pelayanan masyarakat

Sebagai pemeriksaan tambahan yang mudah dan tidak invasif untuk identifikasi M. leprae.

1.4.3 Bidang pengembangan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari 97 kultur yang diperoleh, hasil uji sensitivitas nya terhadap beberapa antibiotik dan penentuan profil plasmidnya, didapatkan basil bahwa v: parahaemolyticus basil isolasi

Skripsiberjudul “ Deteksi Isolat Patogen Hawar Bakteri pada Kedelai Asal Jember dengan Teknik Polymerase Chain Reaction ” telah diuji dan disahkan oleh FakultasPertanian

Perbandingan deteksi Plasmodium Spp antara cara pemeriksan mikroskopik sediaan darah tipis dengan teknik PCR menghasilkan hasil bahwa PCR lebih akurat dan lebih

Hasil PCR pada sampel yang telah diekstraksi dengan metode Boom dan Oragene DNA dengan primer tersebut kemudian dilakukan visualisasi dengan elektroforesis sehingga

sediaan darah tipis dengan teknik PCR menghasilkan hasil bahwa PCR lebih akurat dan lebih sedikit menghasilkan kesalahan diagnosis dari pemeriksaan mikroskopik yaitu

Deteksi CVPD dengan menggunakan primer OI1 dan primer OI2c yang selanjutnya di amplifikasi dalam mesin PCR (Biorad), yang divisualisasi dengan elektroforesis menggunakan larutan

Sampel saliva kemudian dipindahkan ke tabung effendorf sebanyak 1 mL, lalu disentrifus 13.000 rpm selama 5 menit. Setelah sentrifugasi, supernatan dari masing-masing tabung

Deteksi Isolat Patogen HawarBakteri pada Kedelai Asal Jember dengan Teknik Polymerase Chain Reaction.Moh.Miftah Farid 091510501141.Program StudiAgroteknologi;