ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V
(STUDI KASUS DI SALAH SATU SD SWASTA DI
KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Sangsang Lusiani Supriyanti
NIM: 151134060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini kepada:
Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai segala usaha saya dalam
menyelesaikan tugas akhir ini dan menjadikan segala kehendaknya sesuai dengan
rencana-Nya.
Untuk kedua orang tuaku bapak Suparjo dan Ibu Mursinah yang selalu
memberikan doa, dukungan, motivasi, mencurahkan kasih sayang dan dukungan
serta kesabaran dalam membimbingku.
Kakak ku Supriyanti, Etin, Slamet, Agus, Yuri dan adikku Yoga, Tata dan Kinan
yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan.
Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., dan Ibu Brigitta Erlita Tri
Anggadewi, M.psi yang telah membimbing, mendampingi, dan memberikan
motivasi saya selama menyusun tugas akhir ini.
Sahabat saya Widya Widinia Ulfa yang telah membantu saya dalam melakukan
penelitian.
Sahabat saya seperjuangan payung Bernadeta Ika Meilianawati dan Putri
Nugraheni Wijayanti yang selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi
dalam kesulitan yang saya hadapi.
Keluarga besar civitas akademika Universitas Sanata Dharma khususnya PGSD
MOTTO
Waktumu terbatas. Jangan menyia-nyiakannya dengan menjalani hidup orang
lain.
- Steve Jobs –
Jadi yoga tidak selalu melakukan tapa, brata, dan semadhi, yoga dapat berarti pula
melakukan pekerjaan /kewajiban yang seimbang dalam menjalankan kehidupan
kita masing-masing, terlepas dari keberhasilan ataupun kegagalan, kita tetap harus
berusaha dan berjuang untuk melakukan kewajiban atau pekerjaan tersebut.
- Bagawa Gita2.48 –
Menjadi diri sendiri di dunia yang tanpa henti-hentinya berusaha akan mengubah
ku dalam pencapaian yang terhebat.
ABSTRAK
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V
(STUDI KASUS DI SALAH SATU SD SWASTA DI
KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA)
Sangsang Lusiani Supriyanti
Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah guru sudah menyusun
perencanaan pembelajaran tematik yang memuat indikator keterampilan berpikir
tingkat tinggi; (2) apakah guru sudah menerapkan kegiatan pembelajaran yang
mengarah pada keterampilan berpikir tingkat tinggi; dan (3) apakah pelaksanaan
penilaian kelas pada penilaian tengah semester telah mengarah pada pengukuran
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan desain penelitian studi kasus. Subyek penelitian ini adalah guru kelas V
yang menyusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran dan menerapakan
pelaksanaan pembelajaran. Data dikumpulkan menggunakan teknik kuesioner,
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) RPP yang dibuat oleh guru sudah
memuat indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi;(2) Guru mampu
menerapkan kegiatan pembelajaran yang memuat keterampilan berpikir tingkat
tinggi;(3) Penilaian kelas berupa PTS (Penilaian Tengah Semester) dinyatakan
sudah mengarah pada pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Kata kunci: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Pelaksanaan Pembelajaran
ABSTRACT
ANALYSIS OF HIGH LEVEL THINKING SKILLS ON
THEMATIC LEARNING IN CLASS V
(CASE STUDY IN ONE OF THE PRIVATE ELEMENTARY
SCHOOLS IN SLEMAN YOGYAKARTA DISTRICT)
Sangsang Lusiani Supriyanti
Sanata Dharma University
2019
This study aims to find out: (1) whether the teacher has compiled a thematic learning plan that contains indicators of high-level thinking skills; (2) whether the teacher has implemented learning activities that lead to high-level thinking skills; and (3) whether the implementation of class assessments at midterm assessments has led to the measurement of high-level thinking skills. This research is a qualitative research with case study research design. The subjects of this study were the fifth grade teachers who arranged the implementation of learning planning and applied the implementation of learning. Data were collected using questionnaire, observation, interview, and documentation techniques.
The results of the study show that: (1) the lesson plan prepared by the teacher already contains indicators of high-level thinking skills; (2) the teacher is able to apply learning activities that contain high-level thinking skills; (3) class assessment in the form of PTS (Mid Semester Assessment) leads to the measurement of high-level thinking skills.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul : “Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Pembelajaran
Tematik Kelas V (Studi Kasus di salah satu SD Swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta).
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Selama proses penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak yang
telah membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr.Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Sebagai Ketua Prodi PGSD.
3. Ibu Kintan Limiansih, M.Pd. Sebagai Wakaprodi PGSD.
4. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Sebagai dosen
pembimbing I skripsi yang telah memberikan waktunya untuk membimbing
dalam menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi. Sebagai dosen pembimbing II
skripsi yang telah memberikan waktunya untuk membimbing dalam
menyelesaikan skripsi.
6. Segenap Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata
Dharma.
7. Ibu C.Mari Istanti, S.Pd. Selaku Kepala Sekolah di salah satu SD Swasta di
Kabupaten Sleman Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
8. Bapak Robetus Supriyana, S.Pd. Selaku wali kelas V atas kerjasama,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv
ALAMAN MOTTO………... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… vii
ABSTRAK………... viii
ABSTRACT……… ix
KATA PENGANTAR……….. x
DAFTAR ISI………. xii
DAFTAR TABEL………. xv
DAFTAR GAMBAR……… xvi
DAFTAR LAMPIRAN………. xviii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
1.1Latar Belakang……… 1
1.2 Rumusan Masalah………... 5
1.3 Tujuan Penelitian……… 5
1.4Manfaat Penelitian……….. 5
1.5 Asumsi Penelitian………... 6
1.6Definisi Operasional………... 6
BAB II LANDASAN TEORI……… 8
2.1Kajian Pustaka……… 8
2.1.1 Teori yang Mendukung………... 8
a Berpikir Tingkat Tinggi………... 8
b Higher Order Thinking Skills……… 11
c Kurikulum 2013………... 14
2.1.3 Kerangka Berpikir………... 26
BAB III METODE PENELITIAN……….. 28
3.1Jenis Penelitian……… 28
3.2 Setting Penelitian……… 28
3.2.1 Tempat Penelitian………... 29
3.2.2 Waktu Penelitian………. 19
3.2.3 Subyek Penelitian……… 29
3.2.4 Obyek Penelitian………. 29
3.3 Desain Penelitian……… 29
3.4Teknik Pengumpulan Data……….. 30
3.4.1 Kuesioner………... 30
3.4.2 Observasi………. 31
3.4.3 Dokumentasi……… 31
3.4.4 Wawancara……….. 31
3.5Instrumen Penelitian……… 33
3.6Kredibilitas dan Transferbilitas………... 44
3.7Teknik Analisis Data………... 45
3.7.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……… 45
3.7.2 Implementasi Proses Pelaksanaan Pembelajaran…………. 45
3.7.3 Pelaksanaan Penilaian Kelas……… 46
3.7.4 Skala Likert……….. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 49
4.1Hasil Penelitian……… 49
4.1.1 Perencanaan Pembelajaran Berpikir Tingkat Tinggi di Salah Satu SD Swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta………... 49
4.2 Pembahasan………... 77
4.2.1 Perencanaan Pembelajaran Berpikir Tingkat Tinggi di Salah Satu SD Swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta… 77 4.2.2 Penerapan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pelaksanaan Pembelajaran di Salah Satu SD Swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta………... 80 4.2.3 Penilaian Berpikir Tingkat Tinggi di Salah Satu SD Swasta di Kabupaten Sleman Yogykarta………. 86
BAB V PENUTUP………. 91
5.1Kesimpulan……….. 91
5.2 Keterbatasan Penelitian………... 91
5.3 Saran……… 92
DAFTAR PUSTAKA……… 93
Lampiran……… 96
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator guru dan siswa dalam pelaksanaan Pembelajaran…… 33
Tabel 3.2 Instrumen kuesioner siswa………... 33
Tabel 3.3 Instrumen kuesioner guru……… 35
Tabel 3.4 Indikator pedoman wawancara……… 36
Tabel 3.5 Instrumen pedoman wawancara……….. 37
Tabel 3.6 Indikator analisis pelaksanaan pada langkah-langkah pembelajaran dalam RPP K13………... 39
Tabel 3.7 Instrumen pedoman observasi………. 40
Tabel 3.8 Indikator analisis soal evaluasi dan RPP K13……….. 42
Tabel 3.9 Instrumen KKO………... 42
Tabel 3.10 Hasil interval indeks persepsi Skala Likert……… 48
Tabel 4.1 Hasil analisis indikator aspek kognitif perencanaan pembelajaran tematik……… 50
Tabel 4.2 Hasil analisis kuesioner siswa……….. 53
Tabel 4.3 Hasil analisis kuesioner guru………... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta literature penelitian……….. 25
Gambar 2.2 Peta kerangka berpikir………. 27
Gambar 4.1 Diagram batang hasil kuesioner 19 siswa………. 52
Gambar 4.2 Diagram batang hasil kuesioner guru………... 54
Gambar 4.3 Diagram pie hasil analisis Penilaian Tengah Semester pelajaran PPKn………... 64
Gambar 4.4 Diagram pie hasil analisis soal pilihan ganda Penilaian Tengah Semester pada pelajaran PPKn……… 65
Gambar 4.5 Diagram pie hasil analisis soal uraian Penilaian Tengah Semester pada pelajaran PPKn ………... 65
Gambar 4.6 Diagram pie hasil analisis soal essay Penilaian Tengah Semester pada pelajaran PPKn……… 66
Gambar 4.7 Diagram pie hasil analisis Penilaian Tengah Semester pelajaran IPA………... 66
Gambar 4.8 Diagram pie hasil analisis soal pilihan ganda Penilaian Tengah Semester pada pelajaran IPA………... 67
Gambar 4.9 Diagram pie hasil analisis soal uraian Penilaian Tengah Semester pada pelajaran IPA………. 67
Gambar 4.10 Diagram pie hasil analisis soal essay Penilaian Tengah semester pada pelajaran IPA………. 68
Gambar 4.11 Diagram pie hasil analisis Penilaian Tengah Semester pada pelajaran Bahasa Indonesia……… 68
Gambar 4.12 Diagram pie hasil analisis soal Romawai I uraian Penilaian Tengah Semster pada pelajaran Bahasa Indonesia………. 69
Gambar 4.13 Diagram pie hasil analisis soal Romawa II pilihan ganda Penilaian Tengah Semester pada pelajaran Bahasa Indonesia………. 69
Gambar 4.15 Diagram pie hasil analisis soal Romawai IV essay Peniaian
Tengah Semester pada pelajaran Bahasa Indonesia………... 70
Gambar 4.16 Diagram pie hasil analisis soal Penilaian Tengah Semester pada pelajaran IPS………... 71
Gambar 4.17 Diagram pie hasil analisis soal pilihan ganda Penilaian Tengah Semester pada pelajaran IPS…... 72
Gambar 4.18 Diagram pie hasil analisis soal uraian Penilaian Tengah Semester pada pelajaran IPS………... 72
Gambar 4.19 Diagram pie hasil analisisi soal essay Penilaian Tengah Semester pada pelajaran IPS………... 73
Gambar 4.20 Diagram pie hasil analisis soal Penilaian Tengah Semster pada pelajaran Matematika………... 73
Gambar 4.21 Diagram pie hasil analisis soal pilihan ganda Penilaian Tengah Semester pada pelajaran Matematika……….. 74
Gambar 4.22 Diagram pie hasil analisis soal uraian Penilaian Tengah Semester pada pelajaran Matematika……….. 74
Gambar 4.23 Diagram pie hasil soal essay Penilaian Tengah Semester pada pelajaran Matematika………. 75
Gambar 4.24 Diagram pie hasil analisis soal Penilaian Tengah Semester pada 5 bidang mata pelajaran SD……… 76
Gambar 4.25 Indkator RPP………. 78
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat izin penelitian………... 97
Lampiran 2 Surat pernyataan telah melakukan penelitian………... 98
Lampiran 3A Hasil validasi instrumen kuesioner siswa……… 99
Lampiran 3B Hasil validasi instrumen kuesioner siswa……… 100
Lampiran 4A Hasil validasi instrumen kuesioner guru………. 101
Lampiran 4B Hasil validasi instrumen kuesioner guru………. 102
Lampiran 5A Hasil validasi instrumen pedoman wawancara guru………... 103
Lampiran 5B Hasil validasi instrumen pedoman wawancara guru……….. 104
Lampiran 6A Hasil validasi instrumen observasi pelaksanaan pembelajaran……… 105
Lampiran 6B Hasil validasi instrumen observasi pelaksanaan pembelajaran……… 106
Lampiran 7A Hasil validasi instrumen analisis indikator RPP……….. 107
Lampiran 7B Hasil validasi instrumen analisis indikator RPP……….. 108
Lampiran 8A Hasil validasi instrumen analisis soal evaluasi PTS……….... 109
Lampiran 8B Hasil validasi instrumen analisis soal evaluasi PTS……….... 110
Lampiran 9 Lembar pedoman analisis indikator RPP………... 111
Lampiran 10 Lembar pedoman analisis soal evaluasi PTS……… 116
Lampiran 11A Hasil kuesioner siswa……… 121
Lampiran 11B Hasil kuesioner siswa……… 122
Lampiran 11C Hasil kuesioner siswa……… 123
Lampiran 12 Hasil rekapitulasi data kuesioner siswa……… 124
Lampiran 13 Hasil analisis Skala Likert kuesioner siswa……….. 128
Lampiran 14 Hasil kuesioner guru……… 129
Lampiran 15 Hasil rekapitulasi data kuesioner guru………. 130
Lampiran 16 Hasil analisis Skala Likert kuesioner guru………... 132
Lampiran 17 Hasil wawancara guru………... 133
Lampiran 18 Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran……….. 138
Lampiran 19A Rencana pelaksanaan pembelajaran……….. 143
Lampiran 19C Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 145
Lampiran 19D Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 146
Lampiran 19E Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 147
Lampiran 19F Rencana pelaksanaan pembelajaran……….. 148
Lampiran 19G Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 149
Lampiran 19H Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 150
Lampiran 19I Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 151
Lampiran 19J Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 152
Lampiran 19K Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 153
Lampiran 19L Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 154
Lampiran 19M Rencana pelaksanaan pembelajaran………. 155
Lampiran 19N Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 156
Lampiran 19O Rencana pelaksanaan pembelajaran………... 157
Lampiran 19P Rencana pelaksanaan pembelajaran……….. 158
Lampiran 20 Hasil analisis indikator RPP………. 159
Lampiran 21A Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 160
Lampiran 21B Soal evaluasi penilaian tengah semester ………... 161
Lampiran 21C Soal evaluasi penilaian tengah semester……… 162
Lampiran 21D Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 163
Lampiran 21E Soal evaluasi penilaian tengah semester……… 164
Lampiran 21F Soal evaluasi penilaian tengah semester……… 165
Lampiran 21G Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 166
Lampiran 21H Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 167
Lampiran 21I Soal evaluasi penilaian tengah semester………. 168
Lampiran 21J Soal evaluasi penilaian tengah semester………. 169
Lampiran 21K Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 170
Lampiran 21L Soal evaluasi penilaian tengah semester……… 171
Lampiran 21M Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 172
Lampiran 21N Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 173
Lampiran 21O Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 174
Lampiran 21P Soal evaluasi penilaian tengah semester……… 175
Lampiran 21R Soal evaluasi penilaian tengah semester……… 177
Lampiran 21S Soal evaluasi penilaian tengah semester……… 178
Lampiran 21T Soal evaluasi penilaian tengah semester……… 179
Lampiran 21U Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 180
Lampiran 21V Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 181
Lampiran 21W Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 182
Lampiran 21X Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 183
Lampiran 21Y Soal evaluasi penilaian tengah semester………... 184
Lampiran 21Z Soal evaluasi penilaian tengah semester……… 185
Lampiran 21AA Soal evaluasi penilaian tengah semester………. 186
Lampiran 22 Hasil rekapitulasi analisis soal evaluasi PTS……… 187
Lampiran 23A Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 211
Lampiran 23B Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 212
Lampiran 23C Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 213
Lampiran 23D Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 214
Lampiran 23E Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS……….. 215
Lampiran 23F Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS……….. 216
Lampiran 23G Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 217
Lampiran 23H Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 218
Lampiran 23I Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………... 219
Lampiran 23J Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………... 220
Lampiran 23K Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 221
Lampiran 23L Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS……….. 222
Lampiran 23M Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS……… 223
Lampiran 23N Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 224
Lampiran 23O Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 225
Lampiran 23P Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS……….. 226
Lampiran 23Q Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 227
Lampiran 23R Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS………. 228
Lampiran 23S Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS……….. 229
Lampiran 23T Hasil hitung analisis soal evaluasi PTS……….. 230
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pembangunan dan peningkatan mutu pendidikan tentu bukan hal yang
mudah. Diperlukan kerja keras dan peran aktif dari berbagai pihak mulai dari
praktisi pendidikan, serta pemerintah itu sendiri. Meski demikian, kita tentu
menyadari bahwa semua persoalan tersebut tidak mungkin bisa diselesaikan
sekaligus. Persoalan-persoalan seperti pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan, pemerataan akses pendidikan, akan berhubungan dengan banyak
faktor lain, seperti prioritas kebijakan pemerintah, kondisi dan iklim ekonomi
suatu negara, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan lain sebagainya (Saputra,
2016:85).
Era globalisasi saat ini ditandai dengan persaingan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang telah merubah gaya hidup manusia, baik dalam
bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad 21 kemajuan
teknologi tersebut telah memasuki sendi kehidupan tidak terkecuali dalam
bidang pendidikan (Yana, 2013). Dimensi pendidikan abad 21, output student profile yang diharapkan yaitu memiliki kemampuan 4 C yaitu critical thinking, creative, collaborative, dan communicative. Dimana kemampuan berpikir kritis atau sering disebut critical thinking penting dalam keterampilan pemecahan masalah dan keputusan. Kreativitas atau sering di sebut creative
penting dalam keterampilan berpikir kritis dan membuat inovasi. Sementara itu
kolaborasi atau collaborative dan komunikasi atau communicative diperlukan dalam menjalin hubungan kerjasama dalam tim dan komunikasi efektif. Guru
dan peserta didik dituntut memiliki kompetensi masyarakat global yang dikenal
dengan sebutan “four Cs” atau 4C dalam belajar mengajar pada pendidikan
abad 21. (Julia, Isrok & Saferi, 2017:287).
Konteks para pelaku pendidikan, terutama bagi seorang guru, salah satu
tindakan yang bisa segera dilakukan adalah membenahi sistem pendidikan
pembelajaran atau meningkatkan kualitas praktik belajar yang ada di sekolah.
dasarnya adalah sebuah upaya untuk menciptakan transformasi kehidupan
yang mampu bersaing di tengah masyarakat global dan tuntutan perubahan itu
sendiri untuk membekali peserta didik dalam mengembangkan kecakapan
melek informasi seperti literasi dasar (membaca, matematika, dan sains), kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan
masalah, dan lain sebagainya sebagai modal untuk menghadapi tantangan dan
tuntutan kehidupan global untuk membekali peserta didik memiliki kecakapan
melek informasi yang bertujuan untuk mengembangkan berpikir tingkat tinggi siswa (Saputra, 2016:85-86).
Permasalahan secara umum capaian keterampilan berpikir tingkat tinggi
untuk siswa Indonesia yang dilihat pada data UNDP sebelumnya dapat dilihat
bahwa mutu pendidikan terkait literasi dasar (membaca, matematika, dan
sains). Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga dalam laporan
yang lebih rinci dari OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) tentang PISA (Programme for Internastional Assesment) menunjukkan bahwa Indonesia menempati rangking 64 dari 65 negara atau
kedua dari bawah di atas Peru. Hasil ini bahkan menunjukkan kesenjangan
yang signifikan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia (52) atau
Thailand (50) (Saputra, 2016:86).
Laporan OECD dan UNDP menunjukkan tingkat penguasaan literasi yang
rendah. Penguasaan literasi merupakan penanda umum dari mutu pembelajaran
yang di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya sekolah.
Sekolah-sekolah di Indonesia belum mampu menghadirkan generasi terdidik
yang memiliki modalitas literasi yang cukup untuk bersaing di era global.
Rendahnya tingkat literasi dasar memperlihatkan adanya persoalan dalam
praktik belajar-mengajar. Padahal sejatinya setiap anak didik memiliki peluang
dan kesempatan yang sama untuk memahami dan menguasai setiap mata
pelajaran yang diberikan
Dengan melihat kenyataan yang ada pada tes PISA, banyak tenaga
pendidik di lembaga pendidikan yang hanya berorientasi pada pencapaian nilai,
sebagai akibatnya mulai dari perencanaan pembelajaran, kegiatan
kemampuan menghafal guna mendapatkan nilai, sehingga sistem pendidikan
yang demikian akan membuat siswa memiliki pandangan bahwa apa yang ia
kerjakan dan ia kejar di bangku sekolah semata-mata hanyalah nilai. Akibatnya
sistem pendidikan yang ada pada isi kurikulum tidak dijalankan dengan baik,
Selain itu, sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan
pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut sekolah
untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik
(teacher-centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning).
Kurikulum 2013 menuntut perubahan zaman. Kurikulum menjadi hal
yang sangat penting dalam membangun kemajuan dunia pendidikan abad 21
dan solusi bagi masa depan peserta didik yang semakin kompetitif. Akhir dari
kurikulum 2013 adalah terlahirnya peserta didik yang kompeten sesuai dengan
standar kelulusan yang di tetapkan yang mengacu pada standar isi, standar
proses, dan standar penilaian. Kurikulum 2013 menekankan pada kecerdasan
tingkat tinggi yang dibingkai oleh sikap ketuhanan dan nilai-nilai sosial yang
terintegrasi dalam proses pembelajaran.
Para siswa digiring harus belajar berpikir tingkat tinggi. Guru
memberitahu siswa sudah tidak lazim lagi, melainkan siswa harus mencari
tahu. Siswa harus membelajarkan dirinya dengan stimulus guru sebagai “teman” belajar di ruang kelas dan luar kelas. Peserta didik harus memberdayakan potensi nalarnya. Guru harus menjadi mentor menggiring
siswa dari berpikir mengingat sampai memahami serta memecahkan
permasalahan. Kemampuan berpikir komplek akan menjadikan peserta didik
terbiasa menghadapi sesuatu yang sulit. Menghadapi sesuatu yang sulit
membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill). Peserta didik yang mampu berpikir tingkat tinggi akan dapat bersaing di dunia global. Di era global mampu berpikir saja tidak cukup melainkan harus
mampu berpikir tingkat tinggi.
Dalam menyelesaikan masalah berpikir diperlukan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Kemampuan berpikir menjadi salah satu kemampuan yang harus
meningkatkan kemampuan tersebut yaitu melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dikelas di fokuskan pada kemampuan 4C yaitu creativity siswa dapat menemukan solusi secara kreatif, critical thinking siswa menyelesaikan tantangan secara kritis, communication siswa terampil berkomunikasi secara lisan dan tulisan, collaboration siswa dapat bekerja secara efisien dalam tim (Mufidah & Wijaya, 2017).
Proses pembelajaran yang tepat dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan kemampuan sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Selain itu, guru memiliki peran untuk mewujudkan kegiatan
pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Proses kognitif dibagi menjadi dua yaitu kemampuan
berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking) yang meliputi mengingat, memahami, dan menerapkan, sedangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking) meliputi menganalisis, mengevaluasi dan mencipta, taksonomi Bloom (dalam Mufidah & Wijaya, 2007).
Tingkatan dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Dalam mencapai tingkatan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa harus terlebih dahulu menguasai awal
dalam berpikir yaitu mengingat, memahami, dan menerapkan. Pentingnya
berpikir tingkat tinggi siswa di sekolah dasar tidak hanya sekedar menguasai
tingkatan awal dalam berpikir, namun membutuhkan kemampuan lain yang
lebih tinggi seperti kemampuan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Persoalan yang terjadi di lapangan ditemukan bahwa penelitian ini belum
ada yang meneliti pada jenjang Sekolah Dasar yang membahas mengenai tiga
aspek yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Oleh karena itu, peneliti
tertarik ingin meneliti pembelajaran tematik di kelas V untuk memberikan
pengetahuan dan bekal baru di dunia pendidikan terutama bagi para pendidik
agar pembelajaran tidak hanya berorientasi pada keterampilan menghafal yang
harus diubah dan diarahkan agar mampu menerapkan pembelajaran yang
mampu mengarahkan pada proses kognitif yang mendorong dan meningkatkan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Pembelajaran Tematik Kelas V (Studi Kasus di
salah satu SD Swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta).
1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Perencanaan Pembelajaran Berpikir Tingkat Tinggi di salah
satu SD Swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta Kelas V?
1.2.2 Bagaimana Penerapan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam
Pelaksanaan Pembelajaran di salah satu SD Swasta di Kabupaten
Sleman Yogyakarta Kelas V?
1.2.3 Bagaimana Penilaian Berpikir Tingkat Tinggi di salah satu SD Swasta
di Kabupaten Sleman Yogyakarta Kelas V?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mendeskripsikan sejauh mana Perencanaan Pembelajaran
Berpikir Tingkat Tinggi di salah satu SD Swasta di Kabupaten Sleman
Yogyakarta kelas V.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan sejauh mana penerapan Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi dalam Pelaksanaan Pembelajaran di salah satu SD
Swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta kelas V.
1.3.3 Untuk mendeskripsikan sejauh mana Penilaian Berpikir Tingkat Tinggi
di salah satu SD Swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta kelas V.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Guru, dapat memberikan masukkan dan menambah informasi
bagi guru, agar dapat merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), melakukan kegiatan pembelajaran, dan proses penilaian yang
tidak hanya menanamkan keterampilan menghafal, melainkan dapat
membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi.
1.4.2 Untuk Siswa, dapat memberikan kemampuan berpikir tingkat tinggi
pada siswa agar siswa tidak hanya menghafal saja.
1.4.3 Untuk Peneliti, dapat memberikan masukan kepada peneliti agar nanti
tingkat tinggi baik saat membuat RPP, melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan proses penilaian.
1.4.4 Untuk Universitas, memberikan tambahan bacaan, referensi atau
masukkan bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
1.5 Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Keterampilan berpikir tingkat tinggi sudah diterapkan pada
perencanaan pelaksanaan pembelajaran tematik kelas V.
1.5.2 Berpikir Tingkat Tinggi sudah diterapkan pada proses pelakasanaan
pembelajaran tematik kelas V melalui penerapan kemampuan 4C
meliputi critical thinking, collaborative, creativity, dan
communication.
1.5.3 Kata kerja operasional yang terdapat pada Taksonomi Bloom
tingkatan C4, C5 dan C6 sudah diterapkan pada soal evaluasi
tematik kelas V.
1.6 Definisi Operasional.
1.6.1 Berpikir Tingat Tinggi merupakan peningkatan aktivitas
kemampuan dan pemahaman siswa dalam penguasaan materi
pembelajaran di kelas yang difokuskan pada kemampuan 4C yaitu
Critical Thinking siswa berpikir secara kritis, Creativity siswa dapat menyelesaikan tugas secara kreatif, Communication siswa dapat berkomunikasi secara lisan dan tulisan, dan Collaboration siswa dapat bekerja dalam tim yang beragam.
1.6.2 Higher Order Thinking Skills merupakan kemampuan berpikir yang mengacu pada proses kognitif siswa meliputi C4, C5, dan C6.
Tingkatan dalam kemampuan berpikir Higer Order Thinking Skills
meliputi proses menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
1.6.3 Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berlaku dalam sistem
pendidikan di Indonesia dimana konsep dalam pembelajaran
tiga komponen yaitu standar isi atau RPP, standar proses atau
kegiatan pembelajaran, dan standar penilaian atau penilaian kelas.
1.6.3.1Standar Isi (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) merupakan
rencana kegiatan menggambarkan prosedur pembuatan dan
perancangan yang di buat oleh guru berdasarkan pada silabus
yang terdapat pada standar isi demi mencapai tujuan
pembelajaran.
1.6.3.2Standar Proses (Kegiatan Pembelajaran) merupakan proses
serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
1.6.3.3Standar Penilaian (Penilaian Kelas) merupakan kegiatan guru
terkait dengan pengambilan keputusan mengenai pencapaian
kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama proses belajar
BAB II
LANDASAN TEORI
Uraian pada bab ini berisi mengenai landasan teori, penelitian yang relevan
dan kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka
Pada bagian ini, peneliti menuliskan teori yang mendukung berdasarkan
penelitian kemudian peneliti akan mengambil kesimpulan dari setiap teori yang di
tuliskan. Teori tersebut meliputi (1) Berpikir Tingkat Tinggi 4C, (2) Higher Order Thinking Skills atau berpikir tingkat tinggi, (3) Kurikulum 2013.
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
a. Berpikir tingkat tinggi
1) Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi (4C)
Menurut Saputra (dalam Dhinni, 2018:2) berpikir tingkat tinggi adalah suatu
proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang
dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi
pembelajaran, dan penilaian dimana meliputi kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan beragrumen,
dan kemampuan mengambil keputusan.
Menurut Jumiati (2016:2) berpikir tingkat tinggi merupakan suatu
kemampuan yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat akan tetapi
membutuhkan kemampuan lainnya yang lebih tinggi seperti kemampuan berpikir
kreatif dan kritis.
Menurut kementrian pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral
pendidikan dasar dan menengah direktorat pembinaan sekolah dasar (2016:3)
berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan berfikir yang tidak sekedar
Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa berpikir tingkat
tinggi merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih
tinggi yang tidak sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite) dimana siswa di tuntut untuk mampu memecahkan masalah, berpikir kritis, berpikir kreatif, kemampuan beragrumen,
dan kemampuan mengambil keputusan.
2) Macam-macam Berpikir Tingkat Tinggi (4C)
Menurut BSNP (dalam Yuni, Agus, & Nyoto, 2016:4) dalam pembelajaran
abad 21 pada learning and innovation skills -4CS atau kemampuan belajar dan berinovasi dalam 4C terdapat empat kemampuan yang harus di terapkan yaitu
critical thinking (berpikir kritis), collaborative (kolaborasi), creativity (kreatif), dan
communication (komunikasi).
a) Critical Thinking/Berpikir Kritis
Keterampilan fundamental pada pembelajaran abad ke 21. Keterampilan
berpikir kritis mencangkup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis
informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai dimana siswa mampu
berpikir jelas, rasional, terbuka dan mampu berargumen (Zubaidah, 2016:4).
b) Creativity / Berpikir Kreatif
Siswa di minta untuk mampu berpikir kreatif, bekerja secara kreatif dan
menciptakan inovasi baru di luar kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir yang
baru, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru,
mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba mengajukan dugaan,
Triling & Fadel (dalam Yuni, Agus, & Nyoto, 2016:7).
c) Communication/Komunikasi
Kemampuan dalam berkomunikasi menekankan pada siswa untuk terampil
dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Proses pembelajaran
komunikasi ini dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam
berkomunikasi sekaligus kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi (Mufidah &
d) Collaborative/Kolaborasi
Kemampuan dalam kolaborasi menekankan pada siswa agar dapat bekerja
secara efisien dalam tim yang beragam dimana kemampuan ini dapat mendorong
siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam tim saat berdiskusi ataupun
bekerja kelompok sekaligus dapat meningkatkan kemampuan dalam berpikir
tingkat tinggi (Mufidah & Wijaya, 2017:2).
3) Karakteristik Soal Berpikir Tingkat Tinggi (4C)
Menurut Widana (dalam Aningsih, 2018:8) karakteristik soal-soal berpikir
tingkat tinggi sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk
penilaian kelas. Berikut adalah karakteristik soal-soal berpikir tingkat tinggi.
a) Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), kemampuan beragrumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh
setiap peserta didik. Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam berpikir
tingkat tinggi yaitu kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak
familier, kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda, dan
menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara
sebelumnya.
b) Berbasis Permasalahan Kontekstual
Soal-soal berpikir tingkat tinggi merupakan asesmen yang berbasis situasi
nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat
menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
masalah. Soal harus terkait dengan konteks pengalaman kehidupan nyata
(relating), soal ditekankan kepada pengalian, penemuan, dan penciptaan (experience), soal juga menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang di peroleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah
mengkomunikasikan kesimpulan model pada konteks masalah
(communicating), dan soal menentukan kemampuan peserta didik untuk mentransformasi konsep pengetahuan dalam kelas ke situasi atau konteks baru
(transferring).
c) Membangun Bentuk Soal Beragam
Bentuk soal yang digunakan untuk menulis butir soal berpikir tingkat tinggi
yaitu soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar atau salah dan ya atau
tidak), isian singkat atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan menggunakan seluruh poin
karakteristik sebagai bahan acuan dalam menganalisis soal penilaian tengah
semester yang di buat oleh guru. Untuk berbasis permasalahan kontektual
merupakan karakteristik sebagai acuan utama peneliti dalam menganalisis soal
penilaian tengah semester. Maka soal penilaian tengah semester dapat ditentukan
tingkat penerapan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
b. Higher Order Thinking Skills
1) Pengertian Higher order thinking skills
Menurut Saputra (2016:91) Higher Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir anak didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dapat
dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif serta taksonomi
pembelajaran seperti metode problem solving Krulik dan Rudnick (1998), Taksonomi Bloom (1956), dan Taksonomi pembelajaran, pengajaran dan
penilaian dari Andreson dan Krathwohl (2001). Selain itu Saputra (2016: 92)
Higher Order Thinking Skills adalah peningkatan kemampuan pemahaman dan penguasaan anak didik atas materi pembelajaran agar ia dapat berpikir kritis
(critical thinking), kreatif (creative thinking), mampu memecahkan masalah
(problem solving), dan mampu membuat putusan (making decision) dalam situasi-situasi sulit.
Menurut Heong dkk (dalam Mitri, 2016:27) Higher Order Thinking Skills
di definisikan sebagai penggunaan pikiran secara lebih luas untuk menemukan
tantangan baru yang menghendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru
atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau
Menurut Wardana (dalam Mitri, 2016:27) Higher Order Thinking Skills
merupakan proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam usaha
mengeksplorasi pengalaman yang kompleks, reflektif dan kreatif yang dilakukan
secara sadar untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan yang
meliputi berpikir analitis, sintesis, dan evaluatif.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa
Higher Order Thinking Skills merupakan proses berpikir anak didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang melibatkan aktivitas mental untuk menemukan
tantang baru dalam usaha mengekplorasi pengalaman yang komplek, reflektif,
dan kreatif agar anak didik dapat berpikir kritis (critical thinking), kreatif
(creative thinking), mampu memecahkan masalah (problem solving), dan mampu membuat putusan (making decision) dalam situasi-situasi sulit untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh pegetahuan berpikir analitis, sintesis dan,
evaluative.
2) Tujuan Higher order thinking skills
Menurut Saputra (2016:91-92) tujuan utama dari Higher Order Thinking Skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir anak didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan kemampuan untuk berpikir
secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi yang datang kepadanya,
berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dengan pengetahuan yang
dimilikinya serta membuat putusan dalam situasi-situasi yang kompleks.
3) Indikator Higher order thinking skills
Menurut Andreson dan Krthwohl (dalam Mulyasa, Iskandar, & Aryani,
2016:216-218) indikator Higher Order Thinking Skills yakni menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan ketiga proses kognitif dalam ranah
yang sama yakni kemampuan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan atau
menerapkan merupakan kemampuan berpikir yang berada pada tingkatan
rendah. Masing-masing indikator akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut:
a) Mengingat
Mengemukakan kembali apa yag sudah dipelajari dari guru, buku, sumber
ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan, fakta, definisi konsep, prosedur
hukum, teori dari apa yang sudah dipelajari dikelas tanpa diubah atau berubah.
b) Memahami
Proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan,
grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah. Kemampuan mengolah pengetahuan
yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan, menulis
kembali, mengubah bentuk komunikasi, memberi tafsir, dan memperkirakan.
c) Mengaplikasikan/Menerapkan
Menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang
sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/belum dipelajari. Kemampuan
menggunakan pengetahuan seperti konsep, massa, cahaya, membagi/mengali/
menambah/mengurangi/menjumlah/menerapkan dalam mempelajari sesuatu
yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
d) Menganalisis
Menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu
informasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokkan informasi,
menentukan keterhubungan antara satu kelompok/ informasi dengan
kelompok/informasi lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi
dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya
lainnya. Kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan persamaan dan
perbedaan, menentukan apakah satu kelompok sejajar/lebih tinggi, menemukan
keterkaitan fakta dengan kesimpulan, menentukan konsistensi antar apa yang
dikemukakan, menemukan pikiran pokok dan menemukan kesamaan dalam alur
berpikir.
e) Mengevaluasi
Menentukkan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria.
Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu
infomasi/ benda menarik atau menyenangkan bagi dirinya, adakah penyimpanan
dari kriteria suatu pekerjaan/keputusan/peraturan, memberikan pertimbangan
alternative mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai
f) Mencipta
Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada sehingga hasil tersebut
merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang digunakan
untuk membentuknya. Kemampuan membuat suatu cerita/tulisan dari berbagai
sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang tersedia,
mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan berbagai
bentuk kreativitas lainnya.
Berdasarkan beberapa indikator yang dijabarkan peneliti di atas, peneliti
memutuskan untuk menentukan suatu perencanaan pembelajaran dan soal
evaluasi (Penilian Tengah Semester) yang terpaku pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi dengan menggunakan kata kerja operasional menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.
c. Kurikulum 2013
1) Pengertian Kurikulum 2013
Menurut Kurniansih & Sani (2014: 32) kurikulum 2013 merupakan
serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirilis
tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006
(KTSP).
Menurut Prastowo (2015:5) kurikulum 2013 merupakan upaya peningkatan
mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu
menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang.
Menurut Surnati & Rahmawati (2014:1) kurikulum 2013 merupakan salah
satu upaya memperbaruhi setelah dilakukannya penelitian untuk pengembangan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Kurikulum 2013
memadukan tiga konsep yang menyimbangkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Melalui konsep itu, keseimbangan antara hardskill dan softskill
dimulai dari standar isi, standar proses, dan standar penilaian dapat di wujudkan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa
kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian dari penyempurnaan
kurikulum yang telah di rilis tahun 2004 yang diteruskan dengan kurikulum 2006
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang disesuaikan dengan
dan pengetahuan di mulai dari standar isi, standar proses, dan standar penilaian
yang dapat di wujudkan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu
menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang.
2) Komponen kurikulum 2013
Menurut Abdul & Chaerul (2014:14) kurikulum 2013 dilakukan pada tiga
komponen, yaitu: 1) standar isi atau rencana pelaksanaan pembelajaran, 2)
standar proses atau kegiatan pembelajaran, dan 3) standar penilaian atau
penilaian kelas. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen:
1) Standar Isi (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
a) Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menurut Majid (2014:87) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah
rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok
atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.
Menurut Mitri (2016:76) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah
rencana pembelajaran yang disusun oleh guru yang dikembangkan mengacu
pada silabus.
Berdasarkan pengertian dari beberapa teori di atas. Maka dapat disimpulkan
bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pelaksanaan
pembelajaran yang disusun oleh guru sesuai dengan materi pokok dan tema
tertentu yang mengacu pada silabus untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menurut Mitri (2016:76).
secara teknis rencana pelaksanaan pembelajaran minimal mencangkup
komponen-komponen sebagai berikut :
(1) Data Sekolah/Identitas Sekolah
(2) Identitas mata pelajajran
(3) Kelas/Semester
(4) Materi pokok
(5) Alokasi waktu
(6) Tujuan pembelajaran
(7) Kompetensi Dasar dan Indikator pencapaian
(8) Materi Pembelajaran
(10) Media, alat, dan sumber belajar
(11) Langkah-langkah pembelajaran
(12) Penilaian hasil pembelajaran
Berdasarkan komponen yang sudah disebutkan di atas, peneliti akan
menggunakan komponen pada poin 7 untuk menganalisis indikator pencapaian
dan poin 11 untuk melihat langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
indikator pencapaian.
2) Standar Proses (Kegiatan Pembelajaran)
a) Pengertian Kegiatan Pembelajaran
Menurut Rusman (dalam Prasetya, 2018:1) proses kegiatan pembelajaran
adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru dan siswa
serta komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan belajar. Menurut Arikunto (dalam Mitri, 2016:42) kegiatan
pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan
membelajarkan siswa di kelas. Pandangan lain yang sejalan dengan hal tersebut
dikemukakan oleh Arifin (dalam Mitri, 2016:42) pelaksanaan pembelajaran
adalah pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan
pembelajaran dimana strategi, pendekatan, prinsip-prinsip dari metode
pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Berdasarkan ketiga teori di atas, dapat di simpulkan bahwa proses kegiatan
pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru bersama
siswa dengan menjalin komunikasi secara edukatif dengan menggunakan
startegi, pendekatan, prinsip, dan metode tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
b) Tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran
Menurut Majid (2014:92) tahapan dalam kegiatan pembelajaran meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
(1) Kegiatan pendahuluan guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi
permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu
materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai dan
menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan
yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan dan
tugas.
(2) Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk aktif menjadi pencari informasi, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta
didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses
observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi.
Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat proserdur
untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat
melakukan pengamatan terhadap pemodelan atau demonstrasi oleh guru
atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan
dan pemberian umpan balik, serta latihan lanjutan kepada peserta didik.
Contoh aplikasi lima kegiatan pembelajaran yang yaitu (1) mengamati
dimana guru memberikan fasilitas peserta didik untuk melakukan
pengamatan seperti melihat, membaca, dan mendengar, (2) menanya guru
membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, (3)
mengumpulkan informasi dan mengasosiasikan dimana tindak lanjut dari
bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui cara, (4) mencoba guru meminta siswa mencoba berbagai
sumber media yang ada pada saat pembelajaran, (5) mengkomunikasikan
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan saat mencari informasi.
(3) Kegiatan penutup guru bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri
membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran, melakukan penilaian dan
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran, remidi, program pengayaan, layanan konseling, memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
peserta didik dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Berdasarkan dari tahap-tahap pada kegiatan pembelajaran di atas,
peneliti akan mengobservasi kegiatan pembelajaran dari kegiatan pembuka,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Untuk mengetahui bagaiamana cara
guru menerapkan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi (4C).
c) Prinsip kegiatan pembelajaran
Menurut Permendikbud No.103 tahun 2014 (dalam Mitri, 2016:47)
untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum,
kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut:
(1) Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu.
(2) Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar.
(3) Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.
(4) Pembelajaran berbasis kompetensi.
(5) Pembelajaran terpadu.
(6) Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki
kebenaran multi dimensi.
(7) Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif.
(8) Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard skills dan soft-skills.
(9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
(10)Pembelajar yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
(11)Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
(12) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
(13) Pengakuan atas perbedaan individu dan latar belakang budaya peserta
didik.
(14)Suasana belajar menyenangkan dan menantang.
Berdasarkan prinsip dari kegiatan pembelajaran di atas, peneliti akan
menggunakan beberapa prinsip pada poin di atas sesuai dengan penelitian
yaitu point no 1, 2, 3, 8, dan 14 yang akan peneliti gunakan saat melakukan
observasi di dalam kelas.
3) Standar Penilaian (Pelaksanaan penilian kelas)
a) Pengertian Pelaksanaan Penilaian Kelas pada Kurikulum 2013
Menurut Sunarti & Rahmawati (2014:7) (dalam Permendikbud no 66
tahun 2013) tentang standar penilaian pendidikan, penilaian pendidikan
merupakan proses pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian merupakan rangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan manafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Penilaian adalah bagian dari kegiatan pembelajaran
yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan pengetahuan.
Menurut Sunarti & Rahmawati (2014:3) penilaian pada kurikulum 2013
lebih menekankan pada penilian autentik. Penilaian autentik merupakan
penilaian yang dilakukan secara menyeluruh untuk menilai masukan, proses,
dan hasil pembelajaran. Kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotor yang sesuai dengan karakteristik siswa yang
sistemnya berdasarkan penilainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian
merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil peserta didik yang di lakukan
b) Prinsip Penilaian
Menurut lampiran Permendikbud no 66 tahun 2013 (dalam Sunarti &
Rahmawati, 2014:12) tentang standar penilaian, prinsip penilaian dalam
kurikulum 2013 sebagai berikut:
(1) Obyektif: penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi oleh
faktor subjektivitas penilaian.
(2) Terpadu: penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu
dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
(3) Ekonomis: penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporannya.
(4) Transparan: prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
(5) Akuntabel: penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun ekternal untuk aspek teknik prosedur dan
hasilnya.
(6) Edukatif: mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
c) Cakupan Penilaian
Menurut lampiran Permendikbud no 66 tahun 2013 (dalam Sunarti &
Rahmawati, 2014:13) mencangkup penilaian autentik, penilaian diri,
penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah yang
diuraikan sebagai berikut:
(1) Penilaian autentik: penilaian yang dilakukan secara komperhensif untuk
menilai masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. (2) Penilaian diri: penilaian yang dilakukan peserta didik secara reflektif
untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang diterapkan.
(3) Penilaian berbasis portofolio: penilaian yang dilaksanakan untuk menilai
keseluruhan proses belajar peserta didik dalam penugasan perorangan
atau perkelompok di dalam atau di luar kelas khususnya pada sikap atau
(4) Ulangan harian: penilaian yang dilakukan secara periodik untuk menilai
kompetensi peserta didik.
(5) Ulangan tengah semester: Penilaian semester merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik setelah melaksanakan 8 sampai 9 minggu kegiatan pembelajaran.
Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
(6) Ulangan Akhir Semester: kegitan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
semua KD pada semester tersebut.
(7) Ujian Sekolah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar
kompetensi yang diujikan pada UN, yang di lakukan oleh satuan
pendidikan.
Berdasarkan cakupan nilai di atas yang sudah disebutkan, peneliti akan
menganalisis penilaian kelas pada cakupan penilaian ulangan tengah semester
atau yang sekarang sering di sebut sebagai penilaian tengah semester untuk
mengetahui tentang kata kerja operasional yang terdapat pada taksonomi
bloom untuk menentukan apakah soal-soal yang berada pada penilaian tengah
semester termasuk berpikir tinggkat tinggi.
d) Ranah Penilian
Menurut Sunarti & Rahmawati (2014:15) tujuan penilaian hasil belajar,
yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap peserta
didik sesuai rencana pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang
ingin di capai meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
(1) Ranah kognitif komponen meliputi tingkatan menghafal, memahami,
mengaplikasikan/menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta.
(2) Ranah afektif ada dua hal yang perlu dinilai, yaitu (1) kompetensi afektif
dan (2) sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran serta proses
belajar. Jenis tingkatan ranah afektif yaitu penerimaan, partisipasi,
(3) Ranah psikomotor penilaian terhadap pencapaian komptensi sebagai
berikut persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa,
gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.
Berdasarkan ranah penilaian yang sudah di sebutkan di atas, peneliti akan
menggunakan ranah penilaian kognitif ini dikarenakan peneliti hanya akan
melihat proses kogntif pada siswa yang dilakukan guru pada proses penilaian
tengah semester.
e) Konsep Penilaian Autentik
Menurut permendikbud no. 65 tahun 2013 tentang standar proses dan
Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian (dalam Sunarti &
Rahmawati, 2014: 28-36) penilaian kurikulum 2013 menggunakan penilaian
autentik pada proses dan hasil yang mencangkup 3 aspek penilaian, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian autentik harus di tekankan pada
rata-rata ketiga ranah tersebut secara menyeluruh sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Namun, peneliti hanya mengambil konsep penilaian autentik
pada aspek penilaian kognitif.
(1) Penilaian kognitif
Penilaian kognitif ada 6 tingkatan dalam ranah kognitif yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi sama hal
nya dengan menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Indikator-indikator penilaian ranah kognitif
berdasarkan pada 6 tingkatan Taksonomi Bloom yang dapat dijadikan
landasan sebagai pengembangan penilaian dalam ranah kognitif.
(a) Pengetahuan dapat menyebutkan atau menunjukkan lagi. Cara penilaian
pertanyaan/tugas dan tes
(b) Pemahaman dapat menjelasakan atau mendefinisikan. Cara penilaian
pertanyaan/tugas dan tes.
(c) Penerapan dapat memberi contoh atau memecahkan masalah. Cara
penilaian tugas/ permasalahan.
(d) Analisis dapat menguraikan atau mengklarifikasi. Cara penilaian
(e) Sintesis dapat menyimpulkan kembali atau menggeneralisasi. Cara
penilaian tugas atau perasalahan.
(f) Evaluasi dapat menginterpretasikan atau memberikan pertimbangan atau
penilaian.
f) Bentuk Penilaian Kognitif.
Penilaian kognitif dapat dilakukan dengan tes tertulis, tes lisan, dan
penugasan/proyek
(1) Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara
tertulis berupa pilihan ganda dan uraian.
a) Tes bentuk uraian soal bentuk uraian menuntut kemampuan siswa untuk
mengorganisasi dan merumuskan jawaban menggunakan kata-kata
sendiri. Soal bentuk uraian hendaknya mengukur berbagai kemampuan
(ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan kemampuan yang lebih
tinggi). Keuntungan soal bentuk uraian, antara lain (a) memberikan
kesempatan kepada murid untuk mengorganisasikan dan merumuskan
sendiri jawabannya, (b) mudah menyusunnya, (c) jawaban sukar di tebak.
Kelemahannya adalah (a) sukar dalam skoring dan (b) tidak dapat
mencangkup bahan yang luas. Soal-soal bentuk uraian terdiri dari atas
tiga ragam, yaitu bentuk uraian bebas, bentuk uraian terbatas, dan bentuk
uraian terstruktur.
b) Tes Pilihan Ganda terdiri atas sebuah pernyataan atau kalimat yang
belum lengkap, kemudian diikuti oleh sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat digunakan untuk melengkapinya. Dari sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat, yang lain merupakan pengecoh
2.1.2 Hasil penelitian yang relevan
Penelitian ini didasarkan pada hasil yang telah dilakukan oleh bebrapa
peneliti. Adapun hasil penelitian ini antara lain:
Mulyadi, Marzuki, & Andi Usman tahun 2013 dengan judul “Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Lingkungan Untuk Perolehan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Di SD”, adapun penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran tematik terpadu berbasis lingkungan
untuk memperoleh kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik di SD.
Sedangkan hasil penelitian ini adalah bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dikategorikan “baik” karena pembelajaran dengan tematik terpadu berbasis lingkungan sebagian besar peserta didik memperoleh
kemampuan berpikir tingkat tinggi berupa menganalisis, mengevaluasi, dan
mengkreasikan.
Maria Agustina Amelia (2016) dengan judul “Analisis Soal Tes Hasil Belajar High Order Thinking Skills (HOTS) Matematika Materi Pecahan Untuk Kelas 5 Sekolah Dasar”. Adapun tujuan untuk menganalisis kualitas tes hasil belajar matematika buatan guru mengenai materi pecahan untuk siswa kelas V.
Adapun hasil penelitian ini adalah uji analisis tingkat kesukaran soal yaitu 1
soal (5%) memiliki tingkat kesukaran kategori sedang dan 4 soal (20%) yang
memiliki tingkat kesukaran kategori sukar. Hasil uji pengecoh pada soal secara
keseluruhan ada 11 pengecoh tidak berfungsi.
Tia Agusti Annuru, Riche Cynthia Johan, Mohammad Ali tahun 2017 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran Pengetahuan Alam Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui Model
Pemebelajaran Treffinger”. Adapun penelitian ini bertujuan untuk melihat
seberapa besar pengaruh model Treffinger dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik Sekolah Dasar dalam mata pelajaran IPA.
Sedangkan hasil penelitian hasil uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada aspek mencipta (C6) pada peserta