• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN

BANGUNAN GEDUNG NEGARA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

No. 45/PRT/M/2007 Tanggal 27 Desember 2007

DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

D I R E K T O R A T A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A

(2)

PEDOMAN TEKNIS

BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Landasan Hukum

2. UU No. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung 1. UU No. 18 Tahun 1999

Tentang Jasa Konstruksi

3. UU No. 1 tahun 2004

Tentang Perbendaharaan Negara

4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi 5. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005

Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

(3)

PEDOMAN TEKNIS

BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Landasan Hukum

1. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan

2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung 3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006

Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/MI2007

Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan 5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007

(4)

A. PENGERTIAN

B. ASAS PEMBANGUNAN BGN C. MAKSUD DAN TUJUAN

I. UMUM

D. LlNGKUP MATERI PEDOMAN

II. PERSYARATAN BGN

A. KLASIFIKASI

B. TIPE BANGUNAN RUMAH NEGARA C. STANDAR LUAS

MATERI BANGUNAN GEDUNG NEGARA

D. PERSYARATAN ADMINISTRATIF E. PERSYARATAN TEKNIS

III. TAHAPAN

PEMBANGUNAN BGN

A. PERSIAPAN

B. PERENCANAAN TEKNIS KONSTRUKSI C. PELAKSANAAN KONSTRUKSI

IV. PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN BGN

A. UMUM

B. STANDAR HARGA SATUAN TERTINGGI C. KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN D. PEMBIAYAAN KOMPONEN BANGUNAN E. BIAYA PEKERJAAN NON-STANDAR

(5)

MATERI BANGUNAN GEDUNG NEGARA

A. PENYELENGGARA PEMBANGUNAN B. ORGANISASI DAN TATA LAKSANA

C. PENYELENGGARAAN PEMB. TERTENTU

V. TATA CARA

PEMBANGUNAN BGN

D PEMELIHARAAN/PERAWATAN BANGUNAN

A. TUJUAN PENDAFTARAN

B. SASARAN DAN METODE PENDAFTARAN C. PELAKSANAAN PENDAFTARAN

VI. PENDAFTARAN BGN

D. PRODUK PENDAFTARAN

VII. PEMBINAAN DAN

PENGAWASAN TEKNIS

PEMBINAAN TEKNIS PENGAWASAN TEKNIS

(6)

PENGERTIAN

BANGUNAN GEDUNG

adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dan kedudukannya sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya

BANGUNAN GEDUNG NEGARA

adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber

pembiayaan yang berasal dari dana APBN dan/atau perolehan lainnya yang sah

PENGADAAN

adalah kegiatan pengadaan bangunan gedung baik melalui proses pembangunan pembelian hibah tukar menukar maupun kerjasama pemanfaatan bangun guna serah dan bangun serah guna

(7)

PEMBANGUNAN

adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang diselenggarakan

melalui tahap persiapan perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK) baik merupakan

pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan

pembangunan bangunan gedung yang belum selesai, dan/atau

perawatan (rehabilitasi renovasi restorasi)

PENGERTIAN

INSTANSI TEKNIS SETEMPAT

Instansi Teknis setempat dimaksud adalah:

a. Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan,

Ditjen. Cipta Karya Dep. PU untuk tingkat nasional dan wilayah DKI Jakarta.

b. Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Teknis Provinsi

yang bertanggung jawab dalam pembinaan bangunan gedung untuk wilayah provinsi di luar DKI Jakarta.

(8)
(9)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

A. KLASIFIKASI BANGUNAN TINGKAT KOMPLEKSITAS

BANGUNAN SEDERHANA

adalah bangunan gedung negara dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun

• gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya,

atau gedung sd. 2 lantai dengan luas sd. 500 m2;

• bangunan rumah dinas tipe C, D, E yang tidak bertingkat;

• puskesmas;

• gedung pendidikan tingkat dasar

(10)

BG Kantor belum ada prototipe BG diatas 2 lantai/ >500 m2 Rumah Dinas Tipe A & B, atauC,D,&E bertingkat Rumah Sakit kelas A & B Universitas/Akademi

adalah bangunan gedung negara dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak sederhana Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun

BANGUNAN TIDAK SEDERHANA

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

(11)

BANGUNAN KHUSUS

BGN yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus

Jaminan kegagalan paling singkat 10 (sepuluh) tahun •Istana Negara/Wisma Negara

•Instalasi Nuklir •Laboratorium

•Bangunan Monumental

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

(12)

B. TIPE BANGUNAN RUMAH NEGARA

Tipe Untuk Keperluan Pejabat/Golongan

Khusus 1) Menteri Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Kepala Lembaga Tinggi/Tertinggi Negara,

2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1) A 1) Sekjen, Dirjen, Irjen, Kepala Badan, Deputi.

2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

B 1) Direktur, Kepala Biro, Inspektur, Kakanwil, Asisten Deputi 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

3) pegawai Negeri Sipil yang golongannya IV /d dan IV/e. C 1) Kepala Sub Direktorat, Kepala Bagian, Kepala Bidang 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1) 3) pegawai Negeri Sipil yang golongannya IV /a s/d. IV /e. D 1) Kepala Seksi Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1) 3) pegawai Negeri Sipil yang golongannya 111/0 s/d. Ili/d. E 1) Kepala Sub Seksi

2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1) 3) Pegawai Negeri Sipil yang golongannya II/d ke bawah.

(13)

C. STANDAR LUAS BANGUNAN GEDUNG NEGARA 1. GEDUNG KANTOR

a. klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per -personil;

b. klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per-personil; c. ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat,

kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi kebutuhan ruang) diluar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung

2. RUMAH NEGARA

Tipe Luas Bangunan Luas lahan Khusus 400 m2 1 000 m2 A 250 m2 600 m2 B 120 m2 350 m2 C 70 m2 200 m2 D 50 m2 120 m2 E 36 m2 100 m2

(14)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

D. PERSYARATAN ADMINISTRATIF

1. DOKUMEN PEMBIAYAAN

tersedianya anggaran untuk pembiayaan kegiatan dapat berupa DIPA atau dokumen lainnya yang dipersamakan

dokumen pembiayaan sudah termasuk: a. biaya perencanaan teknis

b. biaya pelaksanaan konstruksi fisik

c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi d. biaya pengelolaan kegiatan

(15)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

D. PERSYARATAN ADMINISTRATIF

1. DOKUMEN PEMBIAYAAN 2. STATUS HAK ATAS TANAH

Status hak atas tanah ini dapat berupa sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah

hak milik

hak guna bangunan

hak guna usaha

kepemilikannya dikuasai oleh pihak lain, harus disertai perjanjian tertulis antara

pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung, sebelum mendirikan bangunan gedung

(16)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

D. PERSYARATAN ADMINISTRATIF

1. DOKUMEN PEMBIAYAAN 2. STATUS HAK ATAS TANAH 3. PERIZINAN

bangunan harus dilengkapi dengan dokumen perizinan

Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB),

Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau keterangan kelaikan fungsi sejenis bagi daerah yang belum melakukan penyesuaian

(17)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

D. PERSYARATAN ADMINISTRATIF

1. DOKUMEN PEMBIAYAAN 2. STATUS HAK ATAS TANAH 3. PERIZINAN

4. DOKUMEN PERENCANAAN

adalah hasil dari proses perencanaan teknis, dibuat oleh

Penyedia Jasa Perencana Konstruksi

Tim Swakelola Perencanaan, atau yang berupa Disain Prototipe

(18)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

D. PERSYARATAN ADMINISTRATIF

1. DOKUMEN PEMBIAYAAN 2. STATUS HAK ATAS TANAH 3. PERIZINAN

4. DOKUMEN PERENCANAAN 5. DOKUMEN PEMBANGUNAN

yang terdiri atas:

Dokumen Perencanaan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Dokumen Pelelangan

Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan

As Built Drawings

hasil uji coba/test run operational

Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia jasa konstruksi)

(19)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

E. PERSYARATAN TEKNIS

1. PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Peruntukan lokasi

Koefisien dasar bangunan (KDB)

Koefisien lantai bangunan (KLB)

Ketinggian bangunan

Ketinggian langit-Iangit

Jarak antar blok/massa bangunan

Koefisien daerah hijau (KDH)

Garis sempadan bangunan

Wujud arsitektur

Kelengkapan Sarana dan Prasarana Bangunan

(20)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

E. PERSYARATAN TEKNIS

1. PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 2. PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN

Bahan penutup lantai

Bahan dinding

Bahan langit-Iangit

Bahan penutup atap

Bahan kosen dan daun pintu/jendela

(21)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

E. PERSYARATAN TEKNIS

1. PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 2. PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN

3. PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN

Struktur pondasi

Struktur lantai

Struktur Kolom

Struktur Atap

Struktur Beton Pracetak

(22)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

E. PERSYARATAN TEKNIS

1. PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 2. PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN

3. PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN 4. PERSYARATAN UTILITAS BANGUNAN

Air minum

Pembuangan air kotor

Pembuangan Iimbah

Pembuangan sampah

Saluran air hujan

Sarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran

Instalasi listrik

Penerangan dan pencahayaan

Penghawaan dan pengkondisian udara

Sarana transportasi dalam bangunan gedung

Sarana komunikasi

Sistem Penangkal/proteksi petir

Instalasi gas

Kebisingan dan getaran

Aksesibilitas dan fasilitas bagi penyandang cacat dan yang berkebutuhan khusus

(23)

II. PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

E. PERSYARATAN TEKNIS

1. PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 2. PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN

3. PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN 4. PERSYARATAN UTILITAS BANGUNAN

5. PERSYARATAN SARANA PENYELAMATAN

Tangga Darurat

Pintu darurat

Pencahayaan darurat dan tanda penunjuk arah EXIT/KELUAR

Koridor/selasar

Sistem Peringatan Bahaya

(24)
(25)

PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMANFAATAN

PELELANGAN PENDAFTARAN

PERSIAPAN PENGHAPUSAN

IMB SLF IH

PERATURAN, PEDOMAN, STANDAR TEKNIS

PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN

Tahapan Pembangunan BGN

(26)

A. PERSIAPAN

1. PENYUSUNAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN

Penyusunan program kebutuhan ruang dan fasilitas bangunan

kebutuhan luas ruang bangunan

prasarana dan sarana bangunan gedung

kebutuhan lahan bangunan

menyusun jadwal pelaksanaan pembangunan

kebutuhan pembiayaan pembangunan

TAHAPAN PEMBANGUNAN

1) biaya pelaksanaan konstruksi fisik: 2) biaya perencanaan teknis konstruksi:

3) biaya manajemen konstruksi atau pengawasan konstruksi;

(27)

A. PERSIAPAN

TAHAPAN PEMBANGUNAN

1. PENYUSUNAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN 2. PERSIAPAN KEGIATAN

Pembentukan Organisasi Pengelola Kegiatan dan

Pembentukan Panitia Pengadaan Barang dan Jasa

Penyusunan Kerangka Acuan Kerja

(28)

Konsultan Perencana dapat merangkap Konsultan

Pengawas, untuk :

pekerjaan dengan klasifikasi penyedia

jasa kelas

kecil

;

pekerjaan dengan klasifikasi konsultan

(29)

Penggunaan Konsultan

Manajemen Konstruksi:

 Bangunan bertingkat diatas 4(empat) lantai, dan

atau

 bangunan dengan luas total diatas 5.000 m2,

dan atau

 bangunan khusus, dan atau

 pembangunan yang melibatkan lebih dari satu

konsultan perencana atau kontraktor, dan atau

 pembangunan yang dilaksanakan secara

bertahap, tidak dapat selesai dalam 1(satu)

(30)

B. PERENCANAAN TEKNIS KONSTRUKSI

Dokumen rencana teknis bangunan

Gambar Rencana Teknis

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

Rencana Anggaran Biaya (Engineering Estimate)

Daftar Volume Pekerjaan (Bill of Quantity)

TAHAPAN PEMBANGUNAN

Laporan akhir tahap perencanaan, meliputi:

laporan arsitektur;

laporan perhitungan struktur

laporan penyelidikan tanah (soil test);

laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal;

laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi);

laporan tata Iingkungan.

(31)

C. PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Dokumen hasil Pelaksanaan Konstruksi, meliputi

Gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built drawings).

Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik,

pekerjaan pengawasan beserta perubahan/addendum.

laporan harian, mingguan, bulanan

selama pelaksanaan konstruksi fisik,

laporan akhir manajemen konstruksi/ pengawasan laporan akhir pengawasan berkala.

berita acara

perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang serah terima I dan II,

pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain foto-foto dokumentasi pada setiap tahapan

kemajuan pelaksanaan konstruksi fisik

manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, petunjuk pengoperasian dan perawatan peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan

(32)
(33)

Pembiayaan

Pembangunan BGN:

Biaya Pembangunan BGN:

 Biaya Pekerjaan Standar

 Biaya Pekerjaan Non Standar

Standar Harga Satuan Tertinggi per M2:

 Standar Harga BGN Klasifikasi Sederhana dan Tidak Sederhana  Standar Harga Bangunan Rumah Negara

 Ditetapkan oleh Bupati/Walikota secara berkala/tahun berdasarkan

spesifikasi teknis dan klasifikasi BGN

Komponen Biaya Pembangunan:

 Biaya Konstruksi Fisik  Biaya Perancangan

 Biaya Pengawasan/Manajemen Konstruksi  Biaya Pengelolaan Proyek

(34)

Pembiayaan

Pembangunan BGN:

Pembiayaan Bangunan tertentu:

Pembangunan > 1 tahun anggaran Bangunan dengan Desain Prototipe Bangunan dengan Desain Berulang

Prosentase Komponen Biaya Pembangunan:

Diperhitungkan dari

Bangunan Sederhana

Bangunan Tidak sederhana Bangunan Khusus

Biaya Pekerjaan Non-Standar

Dihitung berdasarkan rincian volume kebutuhan nyata dan harga

pasar yang wajar, dengan terlebih dahulu berkonsultasi kepada instansi Teknis PU;

Besarnya biaya perencanaan, manajemen konstruksi/pengawasan,

dihitung berdasarkan billing-rate

(35)

Pembiayaan Pekerjaan Non-Standar

Besarnya biaya tertinggi pekerjaan non-standar maksimum sebesar

150% dari biaya pekerjaan standar, dan dapat berpedoman pada :

Jenis pekerjaan Prosentase Alat Pengkondisian Udara 10-20% dari X Elevator/Escalator 8-12% dari X Tata Suara (Sound System) 3-6% dari X Telepon dan PABX 3-6% dari X Instalasi IT (Informasi & Teknologi) 6-11 % dari X Elektrikal (termasuk genset) 7-12% dari X Sistem Proteksi Kebakaran 7-12% dari X Sistem Penangkal Petir Khusus 2-5% dari X Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 2-4% dari X Interior (termasuk furniture) 15-25% dari X Gas Pembakaran 1-2% dari X

Gas Medis 2-4% dari X

Pencegahan Bahaya Rayap 1-3% dari X Pondasi dalam 7-12% dari X Fasilitas penyandang cacat & kebutuhan khusus 3-8% dari X Sarana/Prasarana Lingkungan 3-8% dari X Basement (per m2) 120% dari Y Peningkatan Mutu *) 15-30% dari Z

(36)
(37)

V. TATA CARA PENYELENGGARAAN

A. PENYELENGGARA PEMBANGUNAN BGN 1. PENGUNA ANGGARAN

adalah Kementerian/lembaga atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dapat melimpahkan pelaksanaan penyelenggaraan pembangunannya kepada Instansi Teknis setempat

2. PEMBINA TEKNIS

Pembina Teknis penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung adalah Menteri Pekerjaan Umum

(38)

V. TATA CARA PENYELENGGARAAN

B. ORGANISASI DAN TATA LAKSANA 1. PENGELOLA KEGIATAN

2. PENYEDIA JASA KONSTRUKSI

a. Penyedia Jasa Manajemen Konstruksi b. Penyedia Jasa Perencanaan Konstruksi c. Penyedia Jasa Pengawasan Konstruksi d. Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi

3. HUBUNGAN KERJA PENYEDIA JASA KONSTRUKSI DENGAN KEPALA SATUAN KERJA/PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

a. hubungan kerja diwujudkan dalam bentuk kontrak

b. bentuk Kontrak Lumpsum/Lumpsum Fixed Price Contract; c. Kontrak Lumpsum, daftar volume dan harga

(39)

V. TATA CARA PENYELENGGARAAN

C. PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN TERTENTU 1. PEMBANGUNAN LEBIH DARI SATU TAHUN ANGGARAN

a. Tahun pertama penyusunan seluruh dokumen perencanaan b. Untuk efektivitas dan efisiensi pelaksanaan, kegiatan

multiyear’s project diusulkan mendapatkan persetujuan multi-years contract sebelum pelaksanaan kegiatan

2. PEMBANGUNAN DENGAN DISAIN BERULANG

adalah penggunaan secara berulang terhadap disain yang sudah ada yang dibuat oleh penyedia jasa perencanaan yang sama

Biaya perencanaan untuk disain berulang : 1) Pengulangan pertama 100%

2) Pengulangan kedua 65%

3) Pengulangan ketiga, dan seterusnya sebesar 50% terhadap komponen biaya perencanaan.

Penyedia jasa perencanaan dapat ditunjuk langsung.

Biaya perencanaan yang dihemat dapat langsung ditambahkan kedalam biaya konstruksi fisik

(40)

V. TATA CARA PENYELENGGARAAN

D. PEMELIHARAAN/PERAWATAN BGN 1. UMUR BANGUNAN DAN PENYUSUTAN

Umur bangunan permanen diperhitungkan 50 tahun penyusutan adalah sebesar 2% per tahun

nilai sisa (salvage value) sebesar 20%

2. KERUSAKAN BANGUNAN a. Kerusakan ringan

b. Kerusakan sedang c. Kerusakan berat

3. PERAWATAN BANGUNAN

penyusutan bangunan semi permanen sebesar 4% per tahun penyusutan bangunan Darurat sebesar 10% per tahun

a. Perawatan kerusakan ringan maximum 30% b. Perawatan kerusakan sedang maximum 45% c. Perawatan kerusakan berat maximum 65% 4. PEMELIHARAAN BANGUNAN

Pemeliharaan per-m2/tahun BGN sebesar 2% dari harga standar per-m2 tertinggi yang berlaku

(41)

VI. PENDAFTARAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

A. TUJUAN PENDAFTARAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

1. Terwujudnya tertib pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

2. Mengetahui status kepemilikan dan penggunaan gedung dan rumah negara; 3. Mengetahui secara tepat dan rinci jumlah aset negara yang berupa gedung

dan rumah negara;

4. Menyusun program kebutuhan pembangunan, pemeliharaan, dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara;

5. Menyusun perhitungan kebutuhan biaya pemeliharaan dan perawatan;

6. Mengetahui besarnya pemasukan keuangan kepada negara dari hasil sewa, penjualan, dan penghapusan gedung dan rumah negara.

(42)

VI. PENDAFTARAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

B. SASARAN DAN METODE PENDAFTARAN BGN

1. SASARAN PENDAFTARAN

Sasaran pendaftaran bangunan gedung negara adalah semua bangunan gedung yang dikelola oleh setiap Kementerian/Lembaga yang diadakan

dengan sumber pembiayaan yang berasal dari APBN, BUMN dan/atau APBD, BUMD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah (bantuan luar negeri tukar menukar atau hibah) yang menjadi aset negara.

2. METODE PENDAFTARAN

Pendaftaran bangunan gedung negara diselenggarakan dengan cara pendaftaran oleh Kementerian / Lembaga cq. kepala kantor/satuan kerja

kepada Departemen Pekerjaan Umum cq. Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

(43)

VI. PENDAFTARAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

C. PELAKSANAAN PENDAFTARAN BGN

Kelengkapan Pendaftaran Bangunan Gedung Negara:

a. Surat permohonan pendaftaran bangunan gedung dan rumah negara; b. Daftar inventaris bangunan gedung dan rumah negara;

c. Kartu legger bangunan gedung dan rumah negara; d. Gambar legger dan situasi;

e. Photo bangunan (tampak depan, samping, belakang, dan persfektif); f. Lampiran *):

1) Foto kopi Dokumen Pembiayaan/DIPA (otorisasi pembiayaan); 2) Foto kopi sertifikat atau bukti kepemilikan/ hak atas tanah; 3) Kontrak atau Perjanjian Pemborongan;

4) Berita Acara Serah Terima I da n II;

5) As built drawings (gambar sesuai yang dilaksa nakan);

6) Foto kopi Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

(44)

VI. PENDAFTARAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

D. PRODUK PENDAFTARAN BGN

Produk pendaftaran bangunan gedung dan rumah negara bagi pemilik bangunan berupa

Surat Keterangan Bukti Pendaftaran Bangunan Gedung Negara (SKBPBGN) dengan penetapan Huruf Daftar Nomor (HDNo);

selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam

(45)

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

D I R E K T O R A T A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Referensi

Dokumen terkait

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil

 Standar Harga Satuan Tertinggi adalah biaya paling banyak per meter persegi pelaksanaan konstruksi pekerjaan standar untuk pembangunan bangunan gedung

bahwa sesuai dengan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara,Pembiayaan Pembangunan Bangunan

Pada dasarnya, dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai kewajiban: (a) menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi

Pedoman teknis ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi kegiatan pembangunan, yang meliputi perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi serta pemanfaatan bangunan gedung

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.. Jakarta: Kementerian Pekerjaan

Pedoman-Pedoman Pedoman Teknis Dibidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit | 9 BAB III ANALISIS KONDISI UMUM Analisis Kondisi Umum dalam Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk/ Master Plan

Kebutuhan Biaya Pekerjaan Standar = Luas Lantai x Biaya Satuan Pekerjaan Standar Biaya Pekerjaan Standar = 20,000.00 x Rp 3,360,000 = FUNGSI BANGUNAN/ RUANG KANTOR Peraturan