• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Pada bagian ini, peneliti menuliskan teori yang mendukung berdasarkan penelitian kemudian peneliti akan mengambil kesimpulan dari setiap teori yang di tuliskan. Teori tersebut meliputi (1) Berpikir Tingkat Tinggi 4C, (2) Higher Order Thinking Skills atau berpikir tingkat tinggi, (3) Kurikulum 2013.

2.1.1 Teori-teori yang mendukung a. Berpikir tingkat tinggi

1) Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi (4C)

Menurut Saputra (dalam Dhinni, 2018:2) berpikir tingkat tinggi adalah suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran, dan penilaian dimana meliputi kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan beragrumen, dan kemampuan mengambil keputusan.

Menurut Jumiati (2016:2) berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat akan tetapi membutuhkan kemampuan lainnya yang lebih tinggi seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.

Menurut kementrian pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah direktorat pembinaan sekolah dasar (2016:3) berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan berfikir yang tidak sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).

Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa berpikir tingkat tinggi merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang tidak sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite) dimana siswa di tuntut untuk mampu memecahkan masalah, berpikir kritis, berpikir kreatif, kemampuan beragrumen, dan kemampuan mengambil keputusan.

2) Macam-macam Berpikir Tingkat Tinggi (4C)

Menurut BSNP (dalam Yuni, Agus, & Nyoto, 2016:4) dalam pembelajaran abad 21 pada learning and innovation skills -4CS atau kemampuan belajar dan berinovasi dalam 4C terdapat empat kemampuan yang harus di terapkan yaitu

critical thinking (berpikir kritis), collaborative (kolaborasi), creativity (kreatif), dan

communication (komunikasi).

a) Critical Thinking/Berpikir Kritis

Keterampilan fundamental pada pembelajaran abad ke 21. Keterampilan berpikir kritis mencangkup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai dimana siswa mampu berpikir jelas, rasional, terbuka dan mampu berargumen (Zubaidah, 2016:4).

b) Creativity / Berpikir Kreatif

Siswa di minta untuk mampu berpikir kreatif, bekerja secara kreatif dan menciptakan inovasi baru di luar kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru, mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba mengajukan dugaan, Triling & Fadel (dalam Yuni, Agus, & Nyoto, 2016:7).

c) Communication/Komunikasi

Kemampuan dalam berkomunikasi menekankan pada siswa untuk terampil dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Proses pembelajaran komunikasi ini dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi sekaligus kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi (Mufidah & Wijaya, 2017:2).

d) Collaborative/Kolaborasi

Kemampuan dalam kolaborasi menekankan pada siswa agar dapat bekerja secara efisien dalam tim yang beragam dimana kemampuan ini dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam tim saat berdiskusi ataupun bekerja kelompok sekaligus dapat meningkatkan kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi (Mufidah & Wijaya, 2017:2).

3) Karakteristik Soal Berpikir Tingkat Tinggi (4C)

Menurut Widana (dalam Aningsih, 2018:8) karakteristik soal-soal berpikir tingkat tinggi sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas. Berikut adalah karakteristik soal-soal berpikir tingkat tinggi. a) Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat tinggi

Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), kemampuan beragrumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik. Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familier, kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda, dan menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.

b) Berbasis Permasalahan Kontekstual

Soal-soal berpikir tingkat tinggi merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Soal harus terkait dengan konteks pengalaman kehidupan nyata

(relating), soal ditekankan kepada pengalian, penemuan, dan penciptaan (experience), soal juga menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang di peroleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah nyata (applying), soal menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu

mengkomunikasikan kesimpulan model pada konteks masalah (communicating), dan soal menentukan kemampuan peserta didik untuk mentransformasi konsep pengetahuan dalam kelas ke situasi atau konteks baru (transferring).

c) Membangun Bentuk Soal Beragam

Bentuk soal yang digunakan untuk menulis butir soal berpikir tingkat tinggi yaitu soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar atau salah dan ya atau tidak), isian singkat atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan menggunakan seluruh poin karakteristik sebagai bahan acuan dalam menganalisis soal penilaian tengah semester yang di buat oleh guru. Untuk berbasis permasalahan kontektual merupakan karakteristik sebagai acuan utama peneliti dalam menganalisis soal penilaian tengah semester. Maka soal penilaian tengah semester dapat ditentukan tingkat penerapan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

b. Higher Order Thinking Skills

1) Pengertian Higher order thinking skills

Menurut Saputra (2016:91) Higher Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir anak didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dapat dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif serta taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving Krulik dan Rudnick (1998), Taksonomi Bloom (1956), dan Taksonomi pembelajaran, pengajaran dan penilaian dari Andreson dan Krathwohl (2001). Selain itu Saputra (2016: 92)

Higher Order Thinking Skills adalah peningkatan kemampuan pemahaman dan penguasaan anak didik atas materi pembelajaran agar ia dapat berpikir kritis

(critical thinking), kreatif (creative thinking), mampu memecahkan masalah

(problem solving), dan mampu membuat putusan (making decision) dalam situasi-situasi sulit.

Menurut Heong dkk (dalam Mitri, 2016:27) Higher Order Thinking Skills

di definisikan sebagai penggunaan pikiran secara lebih luas untuk menemukan tantangan baru yang menghendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi baru.

Menurut Wardana (dalam Mitri, 2016:27) Higher Order Thinking Skills

merupakan proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam usaha mengeksplorasi pengalaman yang kompleks, reflektif dan kreatif yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan yang meliputi berpikir analitis, sintesis, dan evaluatif.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa

Higher Order Thinking Skills merupakan proses berpikir anak didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang melibatkan aktivitas mental untuk menemukan tantang baru dalam usaha mengekplorasi pengalaman yang komplek, reflektif, dan kreatif agar anak didik dapat berpikir kritis (critical thinking), kreatif

(creative thinking), mampu memecahkan masalah (problem solving), dan mampu membuat putusan (making decision) dalam situasi-situasi sulit untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh pegetahuan berpikir analitis, sintesis dan, evaluative.

2) Tujuan Higher order thinking skills

Menurut Saputra (2016:91-92) tujuan utama dari Higher Order Thinking Skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir anak didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi yang datang kepadanya, berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya serta membuat putusan dalam situasi-situasi yang kompleks. 3) Indikator Higher order thinking skills

Menurut Andreson dan Krthwohl (dalam Mulyasa, Iskandar, & Aryani, 2016:216-218) indikator Higher Order Thinking Skills yakni menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan ketiga proses kognitif dalam ranah yang sama yakni kemampuan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan atau menerapkan merupakan kemampuan berpikir yang berada pada tingkatan rendah. Masing-masing indikator akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut: a) Mengingat

Mengemukakan kembali apa yag sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya tanpa melakukan perubahan. Pengetahuan hafalan:

ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan, fakta, definisi konsep, prosedur hukum, teori dari apa yang sudah dipelajari dikelas tanpa diubah atau berubah. b) Memahami

Proses pengolahan dari bentuk aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah. Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan, menulis kembali, mengubah bentuk komunikasi, memberi tafsir, dan memperkirakan. c) Mengaplikasikan/Menerapkan

Menggunakan informasi, konsep, prosedur, prinsip, hukum, teori yang sudah dipelajari untuk sesuatu yang baru/belum dipelajari. Kemampuan menggunakan pengetahuan seperti konsep, massa, cahaya, membagi/mengali/ menambah/mengurangi/menjumlah/menerapkan dalam mempelajari sesuatu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

d) Menganalisis

Menggunakan keterampilan yang telah dipelajarinya terhadap suatu informasi yang belum diketahuinya dalam mengelompokkan informasi, menentukan keterhubungan antara satu kelompok/ informasi dengan kelompok/informasi lainnya, antara fakta dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya. Kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan persamaan dan perbedaan, menentukan apakah satu kelompok sejajar/lebih tinggi, menemukan keterkaitan fakta dengan kesimpulan, menentukan konsistensi antar apa yang dikemukakan, menemukan pikiran pokok dan menemukan kesamaan dalam alur berpikir.

e) Mengevaluasi

Menentukkan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu kriteria. Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu infomasi/ benda menarik atau menyenangkan bagi dirinya, adakah penyimpanan dari kriteria suatu pekerjaan/keputusan/peraturan, memberikan pertimbangan alternative mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai benar/salah/bagus/jelek dan sebagainya suatu hasil kerja berdasarkan kriteria.

f) Mencipta

Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada sehingga hasil tersebut merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang digunakan untuk membentuknya. Kemampuan membuat suatu cerita/tulisan dari berbagai sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang tersedia, mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan berbagai bentuk kreativitas lainnya.

Berdasarkan beberapa indikator yang dijabarkan peneliti di atas, peneliti memutuskan untuk menentukan suatu perencanaan pembelajaran dan soal evaluasi (Penilian Tengah Semester) yang terpaku pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan menggunakan kata kerja operasional menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

c. Kurikulum 2013

1) Pengertian Kurikulum 2013

Menurut Kurniansih & Sani (2014: 32) kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirilis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP).

Menurut Prastowo (2015:5) kurikulum 2013 merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang.

Menurut Surnati & Rahmawati (2014:1) kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya memperbaruhi setelah dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan generasi muda. Kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyimbangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui konsep itu, keseimbangan antara hardskill dan softskill

dimulai dari standar isi, standar proses, dan standar penilaian dapat di wujudkan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian dari penyempurnaan kurikulum yang telah di rilis tahun 2004 yang diteruskan dengan kurikulum 2006 dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan generasi muda untuk memadukan tiga konsep sikap, keterampilan,

dan pengetahuan di mulai dari standar isi, standar proses, dan standar penilaian yang dapat di wujudkan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang.

2) Komponen kurikulum 2013

Menurut Abdul & Chaerul (2014:14) kurikulum 2013 dilakukan pada tiga komponen, yaitu: 1) standar isi atau rencana pelaksanaan pembelajaran, 2) standar proses atau kegiatan pembelajaran, dan 3) standar penilaian atau penilaian kelas. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen: 1) Standar Isi (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

a) Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Majid (2014:87) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.

Menurut Mitri (2016:76) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang disusun oleh guru yang dikembangkan mengacu pada silabus.

Berdasarkan pengertian dari beberapa teori di atas. Maka dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh guru sesuai dengan materi pokok dan tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menurut Mitri (2016:76). secara teknis rencana pelaksanaan pembelajaran minimal mencangkup komponen-komponen sebagai berikut :

(1) Data Sekolah/Identitas Sekolah (2) Identitas mata pelajajran (3) Kelas/Semester

(4) Materi pokok (5) Alokasi waktu (6) Tujuan pembelajaran

(7) Kompetensi Dasar dan Indikator pencapaian (8) Materi Pembelajaran

(10) Media, alat, dan sumber belajar (11) Langkah-langkah pembelajaran (12) Penilaian hasil pembelajaran

Berdasarkan komponen yang sudah disebutkan di atas, peneliti akan menggunakan komponen pada poin 7 untuk menganalisis indikator pencapaian dan poin 11 untuk melihat langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan indikator pencapaian.

2) Standar Proses (Kegiatan Pembelajaran) a) Pengertian Kegiatan Pembelajaran

Menurut Rusman (dalam Prasetya, 2018:1) proses kegiatan pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru dan siswa serta komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Arikunto (dalam Mitri, 2016:42) kegiatan pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan membelajarkan siswa di kelas. Pandangan lain yang sejalan dengan hal tersebut dikemukakan oleh Arifin (dalam Mitri, 2016:42) pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana strategi, pendekatan, prinsip-prinsip dari metode pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Berdasarkan ketiga teori di atas, dapat di simpulkan bahwa proses kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru bersama siswa dengan menjalin komunikasi secara edukatif dengan menggunakan startegi, pendekatan, prinsip, dan metode tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

b) Tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran

Menurut Majid (2014:92) tahapan dalam kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

(1) Kegiatan pendahuluan guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari, mengantarkan peserta didik kepada suatu

permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai dan menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan dan tugas.

(2) Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat proserdur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan atau demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, serta latihan lanjutan kepada peserta didik. Contoh aplikasi lima kegiatan pembelajaran yang yaitu (1) mengamati dimana guru memberikan fasilitas peserta didik untuk melakukan pengamatan seperti melihat, membaca, dan mendengar, (2) menanya guru membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, (3) mengumpulkan informasi dan mengasosiasikan dimana tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui cara, (4) mencoba guru meminta siswa mencoba berbagai sumber media yang ada pada saat pembelajaran, (5) mengkomunikasikan menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan saat mencari informasi. (3) Kegiatan penutup guru bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri

membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran, melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pembelajaran, remidi, program pengayaan, layanan konseling, memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan dari tahap-tahap pada kegiatan pembelajaran di atas, peneliti akan mengobservasi kegiatan pembelajaran dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Untuk mengetahui bagaiamana cara guru menerapkan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (4C).

c) Prinsip kegiatan pembelajaran

Menurut Permendikbud No.103 tahun 2014 (dalam Mitri, 2016:47) untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut:

(1) Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu. (2) Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar. (3) Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. (4) Pembelajaran berbasis kompetensi.

(5) Pembelajaran terpadu.

(6) Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi.

(7) Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif.

(8) Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard skills dan soft-skills.

(9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.

(10)Pembelajar yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).

(11)Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat (12) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

(13) Pengakuan atas perbedaan individu dan latar belakang budaya peserta didik.

(14)Suasana belajar menyenangkan dan menantang.

Berdasarkan prinsip dari kegiatan pembelajaran di atas, peneliti akan menggunakan beberapa prinsip pada poin di atas sesuai dengan penelitian yaitu point no 1, 2, 3, 8, dan 14 yang akan peneliti gunakan saat melakukan observasi di dalam kelas.

3) Standar Penilaian (Pelaksanaan penilian kelas)

a) Pengertian Pelaksanaan Penilaian Kelas pada Kurikulum 2013

Menurut Sunarti & Rahmawati (2014:7) (dalam Permendikbud no 66 tahun 2013) tentang standar penilaian pendidikan, penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan manafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian adalah bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan pengetahuan.

Menurut Sunarti & Rahmawati (2014:3) penilaian pada kurikulum 2013 lebih menekankan pada penilian autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara menyeluruh untuk menilai masukan, proses, dan hasil pembelajaran. Kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang sesuai dengan karakteristik siswa yang sistemnya berdasarkan penilainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil peserta didik yang di lakukan secara sistematis pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

b) Prinsip Penilaian

Menurut lampiran Permendikbud no 66 tahun 2013 (dalam Sunarti & Rahmawati, 2014:12) tentang standar penilaian, prinsip penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai berikut:

(1) Obyektif: penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi oleh faktor subjektivitas penilaian.

(2) Terpadu: penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

(3) Ekonomis: penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporannya.

(4) Transparan: prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

(5) Akuntabel: penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun ekternal untuk aspek teknik prosedur dan hasilnya.

(6) Edukatif: mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. c) Cakupan Penilaian

Menurut lampiran Permendikbud no 66 tahun 2013 (dalam Sunarti & Rahmawati, 2014:13) mencangkup penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah yang diuraikan sebagai berikut:

(1) Penilaian autentik: penilaian yang dilakukan secara komperhensif untuk menilai masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. (2) Penilaian diri: penilaian yang dilakukan peserta didik secara reflektif

untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang diterapkan. (3) Penilaian berbasis portofolio: penilaian yang dilaksanakan untuk menilai

keseluruhan proses belajar peserta didik dalam penugasan perorangan atau perkelompok di dalam atau di luar kelas khususnya pada sikap atau perilaku dan keterampilan.

(4) Ulangan harian: penilaian yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik.

(5) Ulangan tengah semester: Penilaian semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 sampai 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

(6) Ulangan Akhir Semester: kegitan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

(7) Ujian Sekolah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, yang di lakukan oleh satuan pendidikan.

Berdasarkan cakupan nilai di atas yang sudah disebutkan, peneliti akan menganalisis penilaian kelas pada cakupan penilaian ulangan tengah semester atau yang sekarang sering di sebut sebagai penilaian tengah semester untuk mengetahui tentang kata kerja operasional yang terdapat pada taksonomi bloom untuk menentukan apakah soal-soal yang berada pada penilaian tengah semester termasuk berpikir tinggkat tinggi.

d) Ranah Penilian

Menurut Sunarti & Rahmawati (2014:15) tujuan penilaian hasil belajar, yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik sesuai rencana pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin di capai meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. (1) Ranah kognitif komponen meliputi tingkatan menghafal, memahami,

mengaplikasikan/menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan

Dokumen terkait