• Tidak ada hasil yang ditemukan

MICE Convention and Leisure for businessman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MICE Convention and Leisure for businessman"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Terminologi Judul

2.1.1 M.I.C.E. Convention

Bisnis MICE merupakan bisnis jasa kepariwisataan yang bergerak di seputar Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pamerasn (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition, yang disingkat MICE). Keempat jenis kegiatan kepariwisataan ini merupakan usaha untuk memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang, khususnya para pelaku bisnis, cendekiawan, eksekutif pemerintah dan swasta, untuk membahas berbagai persoalan yang berkaitan dengan kepentingan bersama, termasuk memamerkan produk-produk bisnis.

Pertama, meeting merupakan rapat atau pertemuan sekelompok orang yang tergabung dalam sebuah asosiasi, di mana perusahaan yang mempunyai kesamaan minat dengan tujuan dan kepentingan membahas suatu permasalahan bersama.

(2)

Ketiga, convention, yaitu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan, profesional dan sebagainya) untuk mambahas masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama, biasanya dengan jumlah peserta banyak.

Keempat, exhibition, yaitu bentuk kegiatan mempertunjukkan, memperagakan, memperkenalkan, mempromosikan, dan menyebarluaskan informasi hasil produksi barang atau jasa maupun informasi visual di suatu tempat tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk disaksikan langsung oleh masyarakat dalam meningkatkan penjualan, memperluas pasar dan mencari hubungan dagang.

Usaha jasa MICE tidak dapat dipisahkan dari mata rantai usaha di bidang kepariwisataan dan berbagai sektor usaha lainnya. Penyelenggaraan MICE selalu melibatkan banyak sektor usaha atau industri dan banyak pihak, yang menimbulkan pengaruh ekonomi berlipat ganda (multiplier effect) yang menguntungkan dan dapat dirasakan oleh banyak pihak, khususnya karena daya-pengeluaran finansial (spending power) dari segmen MICE tinggi, sekitar 8-10 kali wisatawan biasa.

Di antara pihak yang potensial mendapatkan keuntungan besar bisnis

(3)

2.1.1.1 Perkembangan dunia MICE

Sejak tahun 1980-an kegiatan MICE di Indonesia menunjukan peningkatan jumlah peserta yang tinggi dengan jumlah pengeluaran ratarata perhari sebesar US$ 210 untuk setiap peserta konvensi. Dibandingkan dengan wisatawan yang sengaja datang ke Indonesia untuk berwisata, pengeluaran mereka hanya sebesar US$ 400 untuk 7-12 hari. Dengan demikian pengeluaran peserta wisata konvensi juga membawa serta spouse (istrinya), anak atau bahkan temannya yang berdampak pada pengeluaran peserta selama mengikuti kegiatan kovensi menjadi lebih besar (Pendit, 1999).

Saat ini, Indonesia sudah berkembang menjadi salah satu negara tujuan bisnis dan wisata. Hal itu dibuktikan dengan perolehan data dari Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia 2008–2010, yang menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara untuk pertemuan, insentif, konvensi dan pameran atau

Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) mencapai 40.09% sementara untuk wisatawan liburan 53,15% dan lainnya 6,76%.

(4)

Berawal dari suksesnya Indonesia menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, pada tahun 1955, mulai disadari pentingnya memiliki Sumber Daya Manusia yang handal dalam mengorganisir penyelenggaraan Konvensi, baik tingkat Nasional maupun Internasional. Namun demikian, baru pada tahun 1991 melalui KepMen Parpostel No. KM.108/HM.703/MPPT-91, dan Keputusan Dirjen Pariwisata No. Kep-06/U/IV/1992 pemerintah menerapkan tata laksana Ketentuan Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan Insentif dan Pameran atau dalam istilah lain disebut Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE).

2.1.1.2. Istilah-Istilah yang biasa dipakai dalam kegiatan MICE

1. Delegate (Delegasi) adalah peserta resmi atas undangan dan telah teregistrasi dapat bersifat perorangan atau mengatas namakan perwakilan perusahaan, asosiasi, pemerintah dari dalam maupun luar negeri yang turut serta secara aktif dalam penyelenggaraan konvensi.

2. Co-Delegate (Delegasi Pembantu) adalah peserta urutan kedua dari peserta utama (delegate) yang memiliki fungsi, tugas, hak dan kewajiban yang sama sebagai peserta aktif dalam penyelenggaraan konvensi.

3. Accompaniying P erson adalah pendamping peserta yang tidak memiliki hak dan kewajiban sebagai peserta aktif dan biasanya terdiri para isteri, anak, staf dari peserta aktif konvensi.

(5)

penyelenggaraan konvensi dan tidak memiliki hak dan kewajiban sebagaimana peserta aktif (biasanya berasal dari unsur perwakilan negara, asosiasi).

5. VVIP adalah pejabat penting dari pemerintah, asosiasi yang mempunyai hak previlage / kehormatan dalam penyelenggaraan konvensi.

6. Decision Maker adalah pejabat eksekutif yang mempunyai wewenang untuk mengambil suatu keputusan terhadap penetapan tempat penyelenggaran konvensi.

7. Professional Convention Organizer (PCO) adalah usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran yang telah mendapatkan lisensi untuk merencanakan, mengorganisir suatu kegiatan MICE serta dan memberikan jasa pelayanan bagi para pelaku dalam kegiatan tersebut.

8. Steering Committee (SC) adalah Komite / Panitia Pengarah yang terdiri dari sekelompok orang yang memiliki kredibilitas tertentu yang ditunjuk dan diangkat berdasarkan keputusan yang mempunyai tugas memberikan pengarahan tentang konsep/pola/bentuk penyelenggaraan konvensi.

(6)

10. Host Country adalah negara / daerah yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan konvensi.

11. Convention Bureau adalah suatu wadah / asosiasi dari kumpulan para pengusaha penyedia tempat / venue konvensi di suatu daerah atau negara dan secara resmi dapat menjadi anggota dari International Convention Bureau.

12. Supplier Wisata Konvensi adalah suatu badan hukum atau usaha konvensi perorangan atau sekelompok orang yang menyediakan sarana wisata konvensi maupun jasa berupa venue, akomodasi, fasilitas dan sarana hiburan, perjalanan, rekreasi dan souvenir.

13. Sponsor Ship adalah badan hukum, asosiasi, sekelompok orang atau organisasi, anggota masyarakat afiliasi, perusahaan, badan usaha swasta / pemerintah, instansi pemerintah atau dermawan perorangan yang memberikan kontribusinya berupa dukungan materiil budgetair atau non budgetair dalam masalah pendanaan penyelenggaraan konvensi (biasanya memuat suatu kompensasi imbalan dari penyelenggara).

14. Official Programme adalah susunan acara kegiatan resmi yang dapat diikuti oleh delegasi dan co delegasi secara keseluruhan sedangkan pendamping / pengikut / observer hanya dapat mengikuti sebagian acara dari official programme.

(7)

16. Social Event adalah acara kegiatan sosial yang diberikan kepada para delegasi konvensi beserta pendamping berupa pertemuan selamat datang

(welcome party), malam kesenian serta acara khusus bagi para wanita (ladies programme).

17. Technical Visit adalah acara resmi mengunjungi obyek yang bersifat tehnis yang ada hubungannya dengan tema pokok penyelenggaraan konvensi.

18. Bid atau invitasi adalah suatu usaha untuk mengajukan permohonan / penawaran mengundang calon pemrakarsa konvensi agar menyelenggarakan kegiatan konvensinya di negara / tempat pengundang.

19. Bid Document adalah dokumen yang berisi permohonan resmi untuk pengajuan suatu penyelenggaraan konvensi yang disusun secara lengkap.

20. Exhibitor adalah sekelompok orang yang memamerkan hasil karyanya baik berupa produk maupun jasa kepada para delegasi konvensi dengan tujuan komersiil.

21. Professional Exhibition Organizer (PEO) adalah badan usaha yang bertugas merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan penyelenggaraan suatu pameran secara profesional.

(8)

2.1.2 Leisure For Businessman

Akar kata leisure adalah kata Perancis kuno leisir yang berasal Latin licere, yang berarti " to be allowed or to be lawful." Kata itu merupakan akar kata yang sama untuk membentuk kata license. Dalam pengertian ini leisure berarti kebebasan untuk melakukan apa saja yang kita mau secara relatif tanpa rasa keterpaksaan.

Akar kata leisure yang lain adalah kata Yunani skole atau kata Latin schola, dari mana kata school (sekolah) berasal. Konteks pemakaian kata ini asalnya adalah dimana seseorang dibebaskan dari keharusan bekerja (yang dilakukan oleh budak), sehingga memiliki waktu luang yang bisa digunakan untuk hal-hal yang disukai/disenangi, untuk membangun diri pribadi.

Dalam bahasa Indonesia, leisure sering disebut waktu senggang atau waktu luang. Leisure atau waktu senggang dilaksanakan bukan dalam pengertian sebagai waktu tidur atau waktu yang hampa. Leisure bukanlah kerja, sehingga ia memiliki beberapa sifat-sifat sebagai non-work yaitu non-competitive dan non-utilitarian.

Selain itu, seharusnya leisure itu sendiri self rewarding dan intrinsically pleasurable. Stevens mengatakan "leisure is really a state of mind, a habit of the soul".

(9)

dan fisik yang bahan bakar lebih pembangunan ekonomi dan pertumbuhan. Seorang pengusaha adalah contoh pebisnis.

Meskipun istilah biasanya mengacu pada pendiri, pemilik, atau pemegang saham mayoritas bisnis, istilah ini kadang-kadang bergantian digunakan untuk menggambarkan seorang eksekutif tingkat tinggi yang melakukan sehari-hari berjalan dan manajemen usaha meskipun eksekutif tidak pemilik. Hal itu kadang-kadang berarti seseorang yang terlibat dalam peran manajemen tingkat atas dari sebuah perusahaan, perusahaan, perusahaan, perusahaan, organisasi, atau lembaga. Hal ini terutama dapat diterapkan pada pendiri, pemilik, manajer, eksekutif , atau administrator bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari suatu perusahaan, perusahaan, organisasi, atau lembaga

Jadi leisure for businessman adalah sebuah konsep tempat santai untuk para pebisnis.

2.2 Kriteria Pemilihan Lokasi

Karena karakter dari bangunan ini adalah untuk bisnis maka proyek yang di bangun lebih baik pada kawasan bisnis atau yang biasa disebut Central Business District. Central Business District yang selanjutnya disebut CBD adalah distrik pusat bisnis kota, biasanya ditandai dengan konsentrasi dan bangunan komersial ritel.Pada Kota Medan yaitu CBD polonia atau Kecamatan Medan Polonia.

(10)

Polonia) yang menjadi pusat kegiatan primer kota. CBD Polonia, mencakup kawasan bekas bandara Polonia dan kawasan sekitarnya.

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Medan Polonia

Tabel 2.1 Tabel Peruntukan Lahan Kecamatan

No. Kecamatan Jenis Kegiatan MICE/Pariwisata

Skors Rerata

1 Medan

Belawan Bahari 7,5

2 Medan

Marelan

Heritage, Eko

(11)

3 Medan

Labuhan Bahari, Heritage 7,2

4 Medan

Timur Sport 5,5

5 Medan

Helvetia MICE 6,7

6 Medan

Selayang Sport, Kuliner 8,0

(12)

Stake holder adalah Pemerintah Kota Medan, pelaku usaha dan masyarakat.

2.2.1 Ukuran Jalan

Dikarenakan aktivitas yang padat maka ukuran atau kelas jalan kalau bisa yang paling tinggi atau yang paling besar, karena selain jumlah mobil ukuran mobil yang masuk juga tergolong besar.

2.2.2. Aksesibilitas

Jalur masuk dan keluar site harus ada beberapa alternatif agar quantitas kendaraan yang keluar bisa terbagi menjadi beberapa jalur sehingga bisa menghindari terjadinya kemacetan.

2.2.3 Kenderaan Umum

Adanya kenderaan umum yang lewat agar para staff yang bekerja bisa lebih mudah mencapai site dan lebih menghemat biaya

2.2.4 Kebisingan

Tingkat kebisingan yang dihasilkan cukup tinggi sehingga tidak boleh diletakkan di tempat-tempat yang memang mengutamakan ketenangan seperti vihara, kantor gubernur dan lain sebagainya

2.2.5 Posisi

Posisi site tidak boleh terlalu jauh sampai ke pinggiran kota karena dari segi aksesibilitas lebih susah

2.2.6 Hotel

Kalau bisa dekat dengan hotel yang memiliki standar MICE

(13)

Kolam Renang, Health Center, Sport center, Parking area, TV Satelit, F and B Service, Bank, Telekomunikasi, Hairdresser, Mail and Post Facilities, Courier Service, Play Center, Shopping Area

2.2.7 Inti Kota

Kalau bisa site di sekitar inti kota karena menurut penyelenggara kebijakan (Bidang Ekonomi Bappeda Kota Medan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan) menegemukakan, bahka pengembangan MICE akan diarahkan dalam rangka pengembangan kawasan MICE di Kota Medan yang berpusat diinti kota

2.2.8. Keamanan

Daerah di sekitar site harus aman atau setidaknya tidak memiliki citra yang buruk.

2.2.9 Alternatif Transpotasi

Kalau bisa dekat dengan alternatif transportasi seperti stasiun kereta api atau stasiun bis

2.2.10 Asri ( Hijau )

Kalau bisa di sepanjang jalan terdapat pohon-pohon rindang agar cuaca tidak begitu panas dan pejalan kaki bisa lebih nayaman

2.2.11. Pedestrian

(14)

2.2.12 Utilitas Jalan

Keadaan utilitas harus bagus agar kenyamanan dari para pengunjung bisa terjaga seperti contoh lampu jalan harus teresdia karena bisa saja acara yang diadakan sampai malam hari

2.2.13 Tidak Boleh Banjir

Kawasan di sekitar site tidak boleh banjir karena selain mengganggu juga dapat merusak citra

2.2.14 Site berbentuk Memanjang

Diusahakan site berbentuk memanjang karena tipolohi bangunan convention adalah memanjang

2.3 Lokasi Site

2.3.1 Lokasi 1 : Tiara Convention Center

Lokasi : Jalan Imam Bonjol

Kecamatan : Medan Polonia

Luas : 1 ha

Kondisi Site : Bangunan Tiara Conventin Center

Utara : Bank ANZ

(15)

Barat : Hotel Tiara

Selatan : Perumahan

Gambar 2.2 Peta Lokasi dalam Skala Kota Medan

Gambar 2.3 Peta Lokasi dalam Skala Kecamatan Medan Polonia

(16)

Gambar 2.4 Google Maps Tiara Convention Center

Lokasi berada d Jalan Imam Bonjol di lahan Tiara Convention Center

Gambar 2.5 Google Maps Tiara Convention Center 2

(17)

2.3.2 Alternatif Lokasi 2

Gambar 2.6 Lokasi 2

Lokasi : Jalan Cut Meutia

Luas : 1 ha

Kondisi Site : Lahan Hijau

Utara : Perumahan

Timur : Bank ANZ

Barat : Perumahan

Selatan : Hotel Tiara

Kriteria Lokasi

(18)

Tingkatan Jalan Jalan Arteri Primer (3) Jalan Arteri Primer (3) Pencapaian Ke Lokasi Mudah karena dapat

diakses dari segala Fungsi Eksisting Tiara Convention Center

(3)

Lahan Kosong. (2)

Kontur Relatif Datar (3) Relatif Datar (3)

(19)

jalan.(3) 1 jalan saja.(1)

2.4 Alasan Pemilihan Tiara Convention Center

Bangunan ini termasuk sudah tua tapi tetap memilki potensi yang cukup besar. Sealin hadirnya hotel-hotel baru dan bangunan konvensi yang baru membuat bangunan ini sangat sulit untuk bersaing dan kapasitas yang sedikit membuat bangunan ini tidak memadai untuk acara-acara besar.

Alasan :

1. Luasan lahan mencukupi

2. Kriteria Hotel Tiara memenuhi syarat

3. Dengan merenovasi biaya lahan bisa digunakan untuk keperluan lainnya seperti meningkatkan kualitas material

(20)

2.4.1 Fasilitas Tiara Hotel

Gambar 2.7 Fasilitas Hotel Tiara

2.5 Data Site

2.5.1 Data Fisik Lingkungan

Kecamatan Medan Polonia merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan, dengan luas wilayah berdasarkan data administrasi adalah 901 Ha dan ketinggian 8 (delapan) meter diatas permukaan laut (mdpl), secara administrasi Kecamatan Medan Polonia ini terdiri dari 5 (lima) kelurahan, yaitu Kelurahan Sari Rejo, Kelurahan Suka Damai, Kelurahan Polonia, Kelurahan Anggrung dan Kelurahan Madras Hulu. Adapun Kecamatan Medan Polonia ini berbatasan dengan wilayah sekitarnya, yaitu:

(21)

Sebelah Selatan: Kecamatan Medan Johor Sebelah Barat : Kecamatan Medan Baru Sebelah Timur : Kecamatan Medan Maimun

2.5.2 Topografi dan Kemiringan Lahan

Berdasarkan pengamatan di lapangan, keadaan topografi, dan kemiringan lereng di wilayah perencanaan pada umumnya didominasi oleh lahan yang relatif datar pad pusat kecamatan dan cukup miring mendekati sungai, dengan kemiringan lereng antara 0-7%. Melihat dari topografi yang berkisar antara 15-27 meter dari permukaan laut, maka daerah cenderung landai (datar) dapat dikembangkan sebagai pengembangan kawasan permukiman dan pengembangan perkotaan.

2.5.3 Iklim/Klimatologi

(22)

rata-rata perbulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 226,0 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 299.5 mm.

2.5.4 Hidrologi

Di kawasan perencanaan yaitu Kecamatan Medan Polonia mengalir 2 (dua) sungai yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kawasan perencanaan tidak memanfaatkan air sungai tersebut sebagai air minum, mandi ataupun mencuci karena kondisi air yang tidak memungkinkan untuk dipergunakan. Dalam hal ini penduduk memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sampingan seperti memancing, dan lainnya, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari sudah sebagian mendapat pelayanan air bersih dari PDAM dan air sumur bawah tanah.

2.5.5 Peta Tata Guna Lahan

(23)

2.5.6. KETINGGIAN BANGUNAN

Ketinggian bangunan di Kecamatan Medan Polonia bervariasi, ketinggian bangunan yang ada melalui kegiatan yang ada di kawasan tersebut. banyak bangunan rumah tinggal sekaligus tempat usaha (ruko) yang memiliki bangunan 3 atau 4 lantai, kemudian untuk bangunan dengan kegiatan jasa komersil memiliki ketinggian 4 sampai 8 lantai.Untuk bangunan tempat tinggal berdasarkan pengamatan di lapangan, rata-rata terdiri 2-4 lantai atau 7 sampai 12 meter.

2.5.7 PRASARANA PERKOTAAN

2.5.7.1 Prasarana Irigasi/Pengairan dan Drainase

Prasarana Irigasi/Pengairan di Kecamatan Medan Polonia pada umumnya masih memanfaatkan saluran alamiah, seperti sungai dan saluran irigasi yang sifatnya semi permanen dan permanen. Sedangkan untuk saluran air buangan dan drainase di Kecamatan Medan Polonia terdiri dari jenis saluran terbuka dan tertutup. Jenis saluran air buangan yang terbuka dengan konstruksi beton terdapat pada kawasan permukiman penduduk, dan jenis salauran tertutup umumnya terdapat pada kawasan perdagangan, perumahan, sepanjang jalan utama.

2.5.7.2 Ketersediaan Air Bersih dan Saluran Air Limbah

Pengadaan air bersih kawasan perencanaan yaitu di Kecamatan Medan Polonia sebagian besar sudah terpenuhi hal ini tampak pada jaringan pipa primer

(24)

Dalam Angka Tahun 2008 bahwa dari 11.274 Rumah Tangga yang ada di Kecamatan Medan Polonia hanya 6.400

2.5.7.3 Prasarana Energi Listrik

Prasarana energi listrik yang dikelola oleh PLN sudah memberikan pelayanan bagi masyarakat di Kecamatan Medan Polonia, ini terlihat dari adanya jaringan listrik yang terdapat di setiap jalan utama sampai jalan lokal di Kecamatan Medan Polonia.

2.5.7.4 Prasarana Telekomunikasi

(25)

2.5.7.5 Persampahan

Sistem persampahan di Kecamatan Medan Polonia yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakat pada umumnya dikelola secara sistem pengumpulan, pengangkutan dan pengelolaan yang terpadu. Sampah yang dihasilkan dikelola oleh masyarakat secara individu dengan sistem tradisional yaitu dengan membakar dan menimbun sampah. Pelayanan pengangkutan sampah yang ada hanya di sebagian wilayah saja seperti di Jalan utama yaitu menggunakan sistem angkutan seperti truk sampah, becak pengakut sampah.

2.6 Aspek Teknis

2.6.1 Kriteria Desain Convention

2.6.1.1 Akses

 Mudah diidentifikasi pintu masuk dan keluar, dan signage eksternal yang jelas, yang mungkin perlu akan diterangi.

 Cukup ruang bongkar / muat untuk menampung beberapa acara.

 Area drop off yang cukup besar

 Pintu masuk yang mudah dikenali dan terlindungi dari hujan

 Jelas diidentifikasi akses penyandang cacat.

 Pada tempat-tempat yang lebih besar, sistem keamanan dan monitoring pada loading dock.

 Pintu masuk terpisah untuk staf.

 Ruang penyimpanan besar

2.6.1.2 Parkir

 Ruang parkir yang luas untuk mobil bongkar muat barang

 Parkir untuk truk dengan ketinggian yang cukup

 Parkir jangka panjang untuk truk yang digunakan untuk mengangkut peralatan produksi dan menampilkan display pameran

 Parkir yang terlindung bagi peserta.

(26)

 Parkir untuk penyandang cacat.

 Akses langsung ke tempat lobi.

 Arah yang jelas untuk keluar parkir mobil.

 Stasiun kasir cukup (semua orang cenderung untuk meninggalkan sekaligus).

 Jalan keluar yang cukup, dengan jalur antrian yang memadai.

2.6.1.3 Signage

 Signage yang jelas

 Signage eksternal di permukaan tanah yang cukup untuk arah pejalan kaki dan lalu lintas kendaraan.

 Signage Sementara mis dengan layar elektronik untuk pengumuman acara tertentu.

 Tiang-tiang bendera untuk bendera klien atau spanduk.

 Semua tanda-tanda eksternal menggunakan simbol-simbol yang universal

2.6.2 FLEKSIBILITAS RUANG

Fleksibilitas ruang adalah dimana suatu ruang dapat digunakan untuk beberapa aktivitas yang berbeda karakter dan dapat dilakukan pengubahan susunan ruang tanpa mengubah tatanan bangunan

Penggunaan partisi dapat dipertimbangkan untuk fleksibilitas ruang

Gambar 2.9 Contoh ruang assembly hallpada Jakarta Convention Center yang

(27)

Gambar 2.10 Contoh partisi lipat pada convention hall

2.6.3 PERALATAN TEKNIS YANG DIPERLUKAN UNTUK

CONVENTION

Untuk kenyamanan Anda semua area umum dilengkapi dengan fasilitas ini:

 Line untuk audio dan sinyal video feed atau broadcast  Koneksi internet yang mudah dan cepat

 Pengeras suara langit-langit untuk kepentingan umum dan latar belakang musik

 Pencahayaan Umum

 AC

 Cukup stop kontak pada dinding dan outlet telepon digital

 The Main Lobby memiliki 5 63 Ampere / 3-phase sumber tenaga listrik

Setiap kamar memiliki fungsi:

 Line untuk audio dan sinyal video feed atau broadcast

 Koneksi internet yang mudah dan cepat

 Pengeras suara langit-langit untuk kepentingan umum dan latar belakang musik

 Pencahayaan umum yang cukup untuk pameran

 Air conditioning

(28)

 Cukup stop kontak pada dinding dan outlet telepon digital

2.6.4 Peralatan portabel

 150 DIS mikrofon konferensi portabel, dapat digunakan sebagai 3 sistem yang terpisah

 1200 infra-red penerima untuk mendengarkan SIS

 72000 watt sistem loudspeaker dilengkapi konsol pencampuran audio dan elektronik

 Lebih dari 300000 watt tahap perlengkapan pencahayaan dengan berbagai jenis dan model

 Mikrofon, media player / recorder, prosesor sinyal

 Sistem Snake (kabel, kotak split, ekor)

 Hybrid sistem tele-conference melalui jaringan telepon umum

 Digital dan telepon analog perangkat dengan keypad dan suara pesan

 Modul Analog untuk memungkinkan penggunaan perangkat analog (seperti mesinfaks, EDC dan analog modem) dalam jaringan telepon bebas gangguan Uninterupted Power Supply ( UPS ).

 Penempatan generator di basemen.

 Penempatan Shaft Elektrikal pada Core.

2.7 Studi Banding Proyek Sejenis

2.7.1 Jakarta Convention Center

(29)

Beberapa fasilitas yang dimiliki JCC antara lain :

 Plennary Hall dengan kapasitas 5000 kursi

 Assembly Hall seluas 3.921 m2 yang dapat dibagi menjadi tiga ruang-ruang kecil

 Dua Exhibition Halls (Hall A seluas 3.060 m2, Hall B seluas 5.850 m2) dengan kapasitas 8000 orang.

 13 Flexible Meeting Rooms dengan ukuran yang berbeda-beda

 Main Lobby seluas 5.500m2 yang bersifat multifungsi.

Gambar 2.11 Denah JCC

Jakarta Convention Center terdiri atas beberapa hall besar dengan kapasitas yang cukup besar. Plenary Hall yang berbentuk lingkaran, dapat memuat sampai dengan 5000 tempat duduk, merupakan hall utama. Konsep ruang yang fleksibel, memungkinkan fungsi P lenary Hall untuk diubah sesuai dengan kebutuhan, baik untuk kegiatan konvensi maupun pameran. Selain itu terdapat Assembly Hall

(30)

Exhibition Hall A dan Exhibition Hall B, dengan luas total 9.585m2, beberapa ruang pertemuan sedang maupun kecil, dan lobby utama dengan luas 5.500m2, yang dapat digunakan untuk keperluan-keperluan tertentu sesuai dengan kebutuhan acara.

Gambar 2.12 Denah JCC 2

(31)

Gambar 2.13 Denah JCC 3

Ruang pameran utama terdiri dari dua bagian, A dan B. Kedua ruangan dihubungkan dengan koridor sehingga memungkinkan kedua ruangan untuk dipakai secara bersama-sama. Selain itu terdapat 13 ruang-ruang pertemuan sedang dan kecil, dengan kapasitas mulai dari 20 orang sampai dengan 1000 orang. Secara umum, penataan ruang-ruang utama tersebut diletakkan menyebar dengan orientasi utama pada lobby utama. Sirkulasi pengunjung dari lobby utama kemudian dipecah ke ruang-ruang sesuai dengan keperluannya. Hal ini memberi keuntungan jika salah satu ruang saja yang terpakai, pintu masuk tetap melalui lobby utama., sehingga sirkulasi menjadi lebih efisien. Jakarta Convention Center

(32)

Gambar 2.14 Denah JCC 4

Gambar 2.15 Interior JCC 5

(33)

Gambar 2.17 Interior JCC 7

Gambar 2.18 Interior JCC 8

(34)

Gambar 2.20 Interior JCC 10

Gambar 2.21 Interior JCC 11

2.7.2 Jogyakarta Expo Center

JEC terletak di bagian tenggara Yogyakarta, 10 menit dari Bandara Adisucipto, 15 menit dari pusat kota dan 20 menit dari Stasiun Kereta Api Tugu. Yogyakarta terletak di bagian tengah pulau Jawa, yang mana sangat strategis sebagai tujuan wisata di Indonesia.

(35)

transportasi darat seperti kereta api, bis, dan mobil pribadi dari beberapa kota di Jawa.

Luas bangunan persegi : 17,090 meter persegi , terdiri dari :

Bima Hall, dengan luas 8.640 meter persegi ( 144 x 60 )

Yudhistira Hall, dengan luas 882 meter persegi ( 42 x 21 )

Arjuna Hall, dengan luas 1.260 meter persegi ( 60x21 )

Nakula - Sadewa VIP Room , dengan luas 90 meter persegi ( 6x15 )

Hanoman Room , dengan luas 144 meter persegi ( 8x18 )

Prefunction room , dengan luas 1.404 meter persegi ( 156 x 9 ) Dan ruangan tambahan lainnya.

2.7.2.1. Listrik

Listrik 690 KVA dipasok oleh PLN ( Pemerintah Electric Power Company ) dan 1000 KVA dari genset .

2.7.2.2. Pasokan air

5 ltr / dtk kapasitas dipasok oleh PDAM ( Perusahaan Air Minum Daerah ) dan 20 ltr / detik kapasitas air dari sumur .

2.7.2.3. Line telepon

(36)

2.7.2.4. Area parkir

Tersedia untuk 300 mobil dan dapat dikembangkan sampai 600 mobil , 40 bus dan sepeda bermotor.

2.7.2.5. Outdoor exhibition

20 X 60 M ( 1.200 M2 ) lapangan outdoor tersedia untuk pameran ( event) dengan lantai paving blok .

2.7.2.6. Nakula & Sadewa Room

Luas: 90 meter persegi Panjang : 15 m

Lebar : 6 m

(37)

Ukuran : 5 (w) x 3.5(h) m

Pintu masuk & keluar : 7 set, masing-masing dari depan, belakang dan samping Kapasitas listrik : 17,6 kVA

Sumber air : 54 mm dia, dari PDAM dan sumur Penerangan langit-langit : 300 lux

Komunikasi : Telephone PABX 20, Internet 3 hub @ 128 connections, TV Cable Ventilasi : AC split duct

Pemadam api : Hydrant dan manual call point

Sound system : Tersedia untuk panggilan dan pengumuman 2.7.2.8. Dapur

Luas : 216 meter persegi Panjang : 36 m

Lebar : 6 m

Fasilitas : meja, meja cuci, air panas, lift barang, toilet 2.7.2.9. Lobi Atas

Luas : 432 meter persegi Panjang : 36 m

Lebar : 12 m

(38)

Gambar 2.23 JEC 2

2.7.2.11. Arjuna Hall

(39)

Gambar 2.25 JEC 4

2.7.2.12 Yudistira Hall

(40)

Gambar 2.27 JEC 6

2.7.2.13. Hanomen Room

(41)

Gambar 2.29 JEC 8

2.7.2.14. Nakula dan Sadewa

(42)

Gambar 2.31 JEC 10

2.7.3 Studi Banding Leisure For Businessman

fX Sudirman atau disingkat dengan fX adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di daerah Sudirman, Jakarta Selatan Mall ini memilki tema business and

entertainment center. Bagian yang paling khas dari mall ini adalah pada ruang pertemuan yang didesain unik yang disebut Fpod

(43)

Gambar 2.33 fpod 2

2.8 Studi Literatur Struktur Bentang Lebar

2.8.1 Pengertian Bangunan Bentang Lebar

(44)

bentang lebar kompleks. Bentang lebar sederhana berarti bahwa konstruksi bentang lebar yang ada dipergunakan langsung pada bangunan berdasarkan teori dasar dan tidak dilakukan modifikasi pada bentuk yang ada. Sedangkan bentang lebar kompleks merupakan bentuk struktur bentang lebar yang melakukan modifikasi dari bentuk dasar, bahkan kadang dilakukan penggabungan terhadap beberapa sistem struktur bentang lebar.

Guna dan fungsi bangunan bentang lebar dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan ruang bebas kolom yang cukup besar, seperti untuk kegiatan olah raga berupa gedung stadion, pertunjukan berupa gedung pertunjukan, audiotorium dan kegiatan pameran atau gedung exhibition.

Struktur bentang lebar, memiliki tingkat kerumitan yang berbeda satu dengan lainnya. Kerumitan yang timbul dipengaruhi oleh gaya yang terjadi pada struktur tersebut.

Dalam Schodek 1998, struktur bentang lebar dibagi ke dalam beberapa sistem struktur yaitu :

1. Struktur Rangka Batang dan Rangka Ruang. 2. Struktur Furnicular, yaitu kabel dan pelengkung 3. Struktur Plan dan Grid

4. Struktur Membran meliputi Pneumatik dan struktur tent (tenda) dan net (jarring)

(45)

Sedangkan Sutrisno 1989, membagi ke dalam 2 bagian yaitu :

Struktur ruang, yang terdiri atas :

 Konstruksi bangunan petak (Struktur rangka batang)

 Struktur rangka ruang

Struktur permukaan bidang, terdiri atas :

 Struktur Lipatan

 Struktur Cangkang

 Membran dan Struktur Membran

 Struktur Pneumatik

Struktur Kabel dan Jaringan

2.9 Studi Literatur Pengcahayaan

(46)

2.9.1 Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaanbuatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapatkeuntungan, yaitu:

 Variasi intensitas cahaya matahari

 Distribusi dari terangnya cahaya

 Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan

 Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

2.9.2. Pencahayaan buatan

(47)

 Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni

melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat

 Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara

mudah dan aman

 Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang

berlebihan pada tempat kerja

 Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap

menyebar secara merata, tidak berkedip, tidakmenyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.

 Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan

meningkatkan prestasi.

Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni :

1. Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan.

2. Sistem Pencahayaan Terarah

(48)

3. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yangmemerlukan tugas visual. Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.

Sistem pencahayaan diruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:

1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi.

2. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanyadipantulkan ke langit-langit dan dinding.

3. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangka sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dindng.

4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

(49)

5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem pengcahyaan :

1.Performa visual

Bagaimana pencahayaan dapat menunjang kegiatan manusia pada interior. Peran pencahayaan pada ruang antara lain fungsi secara fungsional dan estetika.

2. Kenyamanan Visual

Bagaimana cahaya dapat menunjang kegiatan manusia dengan memberikan kenyamanan tanpasilau. Teknik pencahayaan dan arah cahaya yang benar akan memberikan kenyamanan visualbagi pengguna ruang.

3. Pleasantness ( rasa senang )

Pencahayaan pada ruang selain berfungsi menunjang kegiatan juga memounyai efek psikologiskepada pengguna ruang.

4. Energi dan biaya yang efektif

(50)

2.10 Studi Literatur Sistem Akustik

2.10.1 Teknik Mendesain Ruang Akustik

Jika sebuah ruangan difungsikan untuk ruang percakapan, misalnya ruang konferensi, ruang drama, ruang kelas dan ruang pengadilan, parameter akustik utama yang harus diperhatikan adalah tingkat kejelasan suara ucapan (speech intelligibility). Apabila tingkat kejelasan suara ucapan yang baik dapat dicapai, maka informasi yang disampaikan oleh pembicara akan sampai dengan sempurna pada pendengar. Untuk mencapai kondisi tersebut, hal-hal berikut harus dipertimbangkan dalam desain akustik ruang percakapan:

1. Berapa tingkat bising yang diinginkan hadir dalam ruangan?

2. Berapa waktu dengung ruangan/Berapa ukuran ruangan/berapa banyak permukaan penyerap suara yang harus dipasang?

3. bagaimana geometri ruangan? (berkaitan dengan pantulan, flutter echoe, sound focusing dan difusi suara)

4. Apakah perlu dipasang sistem tata suara (sound reinforcement system)?

Point pertama berkaitan dengan beda level energi suara yang ingin didengarkan dengan level bising latar belakang, atau yang biasa disebut Signal to Noise Ratio

(51)

 Sumber bising eksternal (traffic noise, pesawat terbang, kereta api, dsb).

Hal ini harus dikendalikan dengan sistem insulasi pada dinding, lantai dan langit-langit.

 Sumber bising dari aktifitas di koridor, foyer atau toilet

 Sistem tata udara (AC) dan sistem mekanik lainnya (pompa misalnya)

Pada umumnya tingkat bising yang diijinkan adalah antara 30-35 dB (25-30 dB untuk ruang drama)

Point kedua berkaitan dengan berapa lama energi suara diharapkan bertahan dalam ruangan. Karena besaran speech intelligibility pada dasarnya adalah merupakan perbandingan antara energi suara yang datang ke pendengar pada awal 50-80 ms dengan energi total yang dirasakan pendengar dalam ruangan, maka waktu dengung ruangan menjadi sangat besar pengaruhnya. Waktu dengung yang disarankan berkisar antara 0.7 – 1 detik, bergantung dari ukuran ruangan. Untuk mencapai waktu dengung ruang yang disarankan inilah pemakaian bahan penyerap energi suara diperlukan. Luasan permukaan yang menyerap suara dan volume ruangan akan menentukan seberapa besar dengung dalam ruangan.

(52)

 Dinding samping dan langit-langit sebaiknya dibuat dari permukaan yang

memantulkan suara, untuk mengoptimumkan pantulan energi suara dari sumber sehingga memperkuat suara langsung.

 Bagian bidang pertemuan antara dinding dan langit-langit sebaiknya

dibuat absorptive (menyerap suara).

 Dinding belakang sebaiknya terbuat dari bahan penyerap suara atau

pendifuse suara (diffusor), untuk menghindarkan terjadinya pantulan dengan delay yang panjang (late refelctions).

 Jarak pembicara dan pendengar dibuat sedekat mungkin (bentuk lantai

teater lebih baik dari pada datar)

 Sebaiknya posisi pembicara lebih tinggi dari pendengar.

 Berikan porsi pantulan awal (dalam rentang 50-80 ms) yang merata pada

seluruh daerah pendengar. (sebagai acuan praktis: beda jarak tempuh suara langsung dan suara pantulan < 17 m)

 Perhatikan secara khusus permukaan-permukaan yang sejajar, karena bisa

menimbulkan flutter echoe (pantulan berulang)

 Hindari permukaan keras yang cekung (dome-like) karena akan

(53)

2.11 Kesimpulan

Target dari pengunjung M.I.C.E adalah para pebisnis maka lokasi yang dipilih adalah kawasan bisnis Kota Medan. Kondisi iklim di lokasi adalah tropis maka desain bangunan yang dirancang harus respon terhadap iklim tropis.

Jakarta Convention Center memilki variasi ruangan yang lebih banyak dari

Yogyakarta Expo Center. Dari mulai auditorium, ruang rapat kecil dan lain-lain. Dari segi tampak Yogyakarta Expo Center lebih mempunyai ciri khas tersendiri seperti bangunan-bangunan jogya pada umumnya. Selain itu pada bangunan ini terdapat ruang kota yang cukup besar yang tidak dimiliki JCC. Secara fleksibilitas ruang Yogyakarta Expo Center memilki fleksibiltas ruang yang jauh lebih besar.

Sistem Pengcahyaan alami memilki efek yang lebih bagus tetapi karena berada di negara tropis maka akan menimbulkan peningkatan suhu. Terdapat beberapa jenis sistem pengcahayaan buatan tergantung dari aktivitas yang dilakukan, jika kegiatannya adalah pameran maka yang paling tepat adalah sistem pengcahayaan terpusat. Sistem akustik merupakan faktor paling penting dalam mendesain konvensi. Dari mulai sistem akustik pada dinding sampai pemilihan material langit-langit akan sangat berpengaruh terhadap kualitas akustik ruangan. Suara dari mesin ac seperti AHU juga dapat berpengaruh jadi harus diletakkan jangan terlalu dekat dengan aktivitas utama. Faktor yang paling penting adalah pantulan dari sumber bunyi yang menghasilkan gema. Suara dari loudspeaker

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Peruntukan Lahan Kecamatan
Gambar 2.4 Google Maps Tiara Convention Center
Gambar 2.6 Lokasi 2
Gambar 2.7 Fasilitas Hotel Tiara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penulis mengambil judul mengenai Evaluasi Tata Letak Bangunan Terhadap Garis Sempadan Jalan di Kawasan Central Business District Kota Semarang.Penelitian

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk, (1) mengidentifikasi keberadaan satwa burung di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD);(2) menganalisis potensi dan kendala

viii Abbreviations ABC: Area Based Committees ABM: Area Based Management ANC: African National Congress BNG: Breaking New Ground CBD Central Business District CBO: Community Based