xxxix
BAB II
KEBERADAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN N0. 648/1363 K
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
A. Izin ( vergunning )
1. Pengertian Izin ( vergunning )
Sjahchran Basah menyebutkan tidak mudah untuk memberikan defenisi apa yang
dimaksud dengan izin. Hal ini disebabkan antara para pakar tidak terdapat persesuaian
paham, masing-masing melihat dari sisi berlainan terhadap obyek yang
didefinisikannya.70Namun bukan berarti tidak terdapat arti izin, bahkan arti izin ditemukan beragam.
Menurut Sjahchran Basah, Izin adalah : “Perbuatan Hukum Administrasi Negara
bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkrit berdasarkan persyaratan
dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.”71 Menurut E.Utrecht mengatakan “bahwa bila mana pembuat peraturan umumnya
tidak melarang suatu perbuatan,tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan
secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka Keputusan Administrasi
Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning).”72
70
Adrian Sutedi, op, cit., hlm, 167. 71
Sjachran Basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrsi,(Surabaya : Fakultas Hukum Unair, 2003), hlm.3.
72
Menurut Bagir Manan, Izin “berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau
perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.”73
Menurut NM Spelt & JBJM Ten Berger membagi menjadi dua yaitu :74
a. “Dalam arti luas, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundang-undangan.
b. Dalam arti sempit izin adalah Pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin, pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat Undang- undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk.”
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengertian “Izin” artinya permisi atau
mengabulkan, pernyataan keabsahan dari pihak yang berwewenang.75 Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan, memperbolehkan, tidak melarang. Arti
yang sederhana yaitu pemberian izin terhadap sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas
atau kegiatan. Namun bila ditelusuri lebih jauh mengenai pengertian perizinan, perizinan
dikaitkan dengan Pemerintahan.
Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan
tingkah laku para warga. Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
Undang-undang atau peraturan Pemerintah. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan
orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya
73
Ibid., hlm, 170. 74Ibid.,
hlm. 171.
75
xli
dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan demi kepentingan umum
mengharuskan pengawasan khusus atas kegiatannya.76
Secara umum, perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan masyarakat
dengan negara dalam hal adanya masyarakat yang memohon izin. Melalui izin
masyarakat memiliki urusan/hubungan dengan Pemerintah setempat. Dalam Pasal1,
Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dijelaskan:77
“Ayat 8. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan syah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.
Ayat 9. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada sesorang atau pelaku usaha/ kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun daftar usaha.”
2. Izin Menurut Presfektif Hukum Administrasi Negara
Hukum Perizinan adalah bagian dari Hukum Administrasi Negara.78 Wewenang yang memberikan izin adalah Badan /Pejabat Administrasi Negara kepada pemohon.
Maka Izin adalah suatu Keputusan Administrasi Negara yang diberikan kepada pemohon
untuk memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi
diperkenankan dan bersifat konkrit.79 Izin berupa Keputusan Administrasi Negara secara tertulis, untuk mengarahkan suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi
diperkenankan.80
76
Mandiri Hadjon Pilipus , op. cit., hlm. 2. 77
Peraturan Mentri Dalam Negeri RI, Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
78
Adrian Sutedi, op. cit., hlm, 195 79
Juniarso Ridwan dan Ahmad Sodik Sudraja, op. cit.,hlm. 90. 80
Hukum Perizinan merupakan salah satu cakupan dari hukum Administrasi Negara
memiliki tiga fungsi, yaitu81; fungsi normatif, fungsi instrumental, dan fungsi jaminan. Fungsi normatif merupakan fungsi yang dilakukan Pemerintah dalam hal penormatifan
atau pembuat aturan (hukum perizinan) yang berkaitan erat dengan fungsi instrumental
merupakan fungsi Pemerintah dalam rangka pelaksana aturan hukum (hukum perizinan),
dan akhirnya norma memberi fungsi jaminan merupakan fungsi yang dilaksanakan
Pemerintah sebagai pelindung dan pengayom masyarakat (rakyat) dalam rangka
perlindungan hukum sehingga terwujudnya keadilan dan kesejahteraan sosial.
W.F. Prins menyebutkan Izin dalam Hukum Administrasi Negara disebut :82 1.“Dispensasi yaitu keputusan Administrasi Negara yang mengecualikan atau
membebaskan sutau perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut. W.F. Prins mengatakan bahwa dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang meyebabkan suatu peraturan perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa (hal khusus).
2. lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarkan suatu perusahaan, lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang memperkenankan atau membesarkan seseorang untuk menjalankan suatu perusahaan dengan izin khusus atau istimewa, misalnya keterkenalan suatu merek.
3.Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar dimana kepentingan umum dan kesejahteraan umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas dari pemerintah, tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah, karena pemerintah kurang mempunyai tenaga ahli untuk melaksanakan suatu proyek pembangunan.”
3. Tujuan Izin dan Fungsi Izin
a. Tujuan Izin
81
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994), hlm.97-98;
82
xliii
Tujuan Perizinan tergantung pada kenyataan konkrit yang dihadapinya, yaitu
aturan yang mengikat tindakan-tindakan izin pada suatu system perizinan. Oleh karena
itu penerbit izin dapat menciptakan berbagai tujuan sesuai izin dibutuhkan (contoh :
tujuan IMB, tujuan Izin Keramaian,dll). Artinya untuk apa izin itu dimohon, maka tujuan
izin akan diarahkan kepada peristiwa konkritnya. Dengan demikian keragaman peristiwa
konkrit menyebabkan keragaman tujuan izin. Namun secara umum dapat disebutkan
tujuan Izin adalah :83
a. Keinginan mengarahkan (sturen : mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu,
misalnya Izin Bangunan.
b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan, misalnya : izin-izin Bangunan Pabrik.
c. Keinginan untuk melindungi Obyek-obyek tertentu, misalnya : izin terbang, izin
membongkar pada monumen-monumen.
d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit, misalnya : izin penghuni di daerah
padat penduduk.
e. Izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang - orang dan
aktivitas-aktivitas, misalnya : izin berdasarkan “Drank en Horecawet“ dimana pengurus
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
Juarso Ridwan menjelaskan tujuan Pemerintah dalam menerbitkan izin yaitu
melalui izin Pemerintah mengarahkan aktivitas tertentu dari masyarakat, misalnya dalam
hal penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Memperoleh IMB, pemohon harus
memenuhi beberapa persayaratan antara lain gambar, bahan, model konstruksi dan
83
hal lain yang dianggap perlu guna menjadi batasan bagi pemohon akan bangunan yang
ingin dibuatnya. Hal ini menjadi penting agar bangunan yang dibuat oleh warga
memenuhi persyarat tertentu yang memungkinkan pemerintah mengetahui bahwa semua
bangunan memenuhi ketentuan antara lain keamanan, kesesuaian dengan peruntukan
lahan, ataupun membatasi ketinggian bangunan, misalnya untuk bangunan di sekitar
bandara disesuaikan dengan rencana Tata Kota.84
Menurut Ahmad Sobana; mekanisme perizinan dan izin yang diterbitkan
tujuannya untuk pengendalian dan pengawasan administratif bisa dipergunakan sebagai
alat untuk mengevaluasi keadaan dan tahapan perkembangan yang ingin dicapai, di
samping untuk mengendalikan arah perubahan dan mengevaluasi keadaan, potensi serta
kendala yang disentuh untuk berubah, maka tujuan perizinan dalam Administrasi Negara
adalah;85
1. Adanya suatu kepastian hukum
2. Perlindungan kepentingan umum
3. Pencegahan kerusakan atau pencemaran lingkungan
4. Pemerataan distribusi barang tertentu.
b. Fungsi Izin
Secara umum, tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk mengendalikan dari
aktivitas Pemerintah dalam hal-hal tertentu dimana ketentuannya berisi
84
Ridwan Juniarso dan Ahmad Sodik Sudraja, op. cit., hlm. 92 85
xlv
pedoman yang harus dilaksanakan oleh yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang
berwewenang.
Izin merupakan instrumen Yuridis yang digunakan oleh Pemerintah untuk
mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai
suatu tujuan ketentuan konkrit.86 Ketentuan-ketentuan itu memiliki fungsi yang diawasi oleh perundang-undangan. Perizinan pada dasarnya memiliki fungsi lain yang justru
sangat mendasar yakni menjadi instrument pembangunan.87
Dilihat dari sisi perkembangan pembangunan pemerintahan dan masyarakat,
fungsi perizinan bisa mempengaruhi terlaksananya program pembangunan tersebut:88 a. “Dari sisi Pemerintah, perizinan memberikan :
1. Membantu Pemerintah untuk melaksanakan peraturan atau ketentuan-ketentuan yang termuat dalam prakteknya untuk mengatur ketertiban seesuai dengan izin yang dimohon.
2. Sebagai sumber pendapatan Daerah, yakni dengan adanya permintaan permohonan izin maka secara langsung pendapatan Pemerintahan akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula pendapatan dibidang retribusi tujuan akhirnya yaitu untuk membiayai pembangunan
b. Dari sisi Masyarakat, tujuan pemberian izin adalah: 1. Untuk mendapat kepastian hukum
2. Untuk mendapat kepastian hak
3. Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas.”
Bangunan yang telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapat fasilitas,
termasuk menemukan perlindungan hukum oleh akibat hukum karena keputusan atau
ketetapan izin memiliki fungsi terhadap bangunan tersebut. Ketentuan-ketentuan yang
86
Ridwan HR, op. cit., hlm. 217.
87
Andrian Sutedi, Hukum Perizinan, hlm. 197
88
dikeluarkan oleh Pemerintah mempunyai fungsi masing-masing, begitu ketentuan tentang
perizinan mempunyai fungsi yaitu:89
1. “Sebagai fungsi penertib, dimaksudkan agar izin atau setiap tempat-tempat usaha , bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud 2. Sebagai fungsi pengatur, dimaksudkan agar perizinan yang ada dapat
dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat pengawasan penyalagunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain, fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.”
Menurut Prajudi Atmosudirdjo, berkenan dengan fungsi-fungsi hukum modern,
izin dapat diletakan dalam fungsi menertibkan masyarakat.90Artinya izin berfungsi sebagai polisi untuk menertibkan aktivitas-aktivitas masyarakat dan badan hukum.
Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai
pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan makmur. Artinya lewat izin
dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu dinyatakan. Maka
penataan dan pengaturan izin sudah semestinya harus dilakukan dengan sebaik-baiknya91 Fungsi Perizinan dalam Pasal 4 Keputusan Walikota Medan Nomor 34 Tahun
2002 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 9 Tahun 2002 Retribusi
Izin Mendirikan. berbunyi;92
a. “Setiap Orang pribadi atau Badan Hukum yang mendirikan Bangunan didalam Daerah Kota Medan harus memperoleh Izin Kepala Daerah dengan terlebih dahulu mengajukan surat permohonan.
b. Izin mendirikan Bangunan diberikan terhadap kawasan yang peruntukan tanahnya telah ditetapkan sesuai Rencana Tata Ruang Kota.
c. Bangunan yang didirikan harus sesuai dengan Izin mendirikan Bangunan yang diberikan.
89
Andrian Sutedi, Hukum Perizinan, hlm.193. 90
Lihat, Ridwan HR, loc.cit., hlm. 218. 91Ibid.
92
xlvii
d. Bangunan yang ditambah, diperbaiki/ Renovasi harus sesuai dengan Izin mendirikan Bangunan.”
4. Sifat Izin dan Subtansi Izin
a. Sifat Izin.
Pada dasarnya izin merupakan Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara yang
berwenang, isinya atau subtansinya mempunyai sifat sebagai berikut;93
1. Izin bersifat bebas, adalah izin sebagai Keputusan Tata Usaha Negara yang
penerbitanya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis serta berwenang dalam izin
memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan pemberian izin.
2. Izin bersifat terikat, adalah izin sebagai keputusan tata usaha Negara yang
penerbitannya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta
organ yang berwenang dalam izin kadar kebebasannya dan wewenangnya tergantung
pada kadar sejauh mana peraturan perundang-undangan mengaturnya.
3. Izin bersifat menguntungkan, merupakan izin yang isinya mempunyai sifat
menguntungkan pada bersangkutan. Dalam arti yang bersangkutan diberikan hak-hak
atau pemenuhan tuntutan yang tidak akan ada tanpa keputusan tersebut.
4. Izin bersifat memberatkan, merupakan izin yang isinya mengandung unsur-unsur
memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan kepadanya, juga
bersifat memberi beban kepada orang lain atau masyarakat sekitarnya.
5. Izin yang segera berakhir, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang
akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relative pendek, berakhir saat
kegiatan selesai.
93
6. Izin yang berlangsung lama, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan
yang berakhirnya atau masa berlakunya relative lama. Perbedaan antara izin yang
segera berakhir dengan izin yang berlangsung lama adalah dalam hal kemungkinan
penarikan kembali dan masa berlakunya izin.
7. Izin bersifat pribadi, merupakan izin yang isinya tergantung pada sifat atau kualitas
pribadi dan pemohon izin.
8. Izin bersifat kebendaan, merupakan izin yang isinya tergantung pada sifat dan objek
izin (misalnya: HO, (Hinder Ordonansi) : Hinder = Gangguan, Ordonansi =
peraturan, HO yaitu sebuah izin yang diberikan oleh masyarakat sekitar untuk usaha
yang ada disitu).
Mengetahui perbedaan antara izin yang bersifat pribadi dengan izin yang bersifat
kebendaan penting dalam hal kemungkinan mengalihkannya pada pihak-pihak lain.94 Izin yang bersifat pribadi tidak dapat dialihkan pada pihak lain, misalnya SIM tidak dapat
dialihkan pada pihak lain dan izin bersifat kebendaan, misalnya penjualan perusahaan
pada pihak lain, maka izin HO-nya secara otomatis beralih pada pihak lain dengan syarat
nama perusahaan (Nama PT) tidak berubah. Izin seperti ini harus ditaati oleh mereka
yang secara nyata mengeksploitasi lembaga tersebut.
b. Subtansi Izin
Subtansi suatu izin tergantung dari peraturan yang mendasarinya. Izin dilihat dari
sudut kepastian hukum diberikan dalam bentuk tertulis. Unsur-unsur tertentu ditemukan
dalam semua izin, misalnya sudah ketentuan dalam izin dinyatakan organ pemerintahan
94
xlix
mana yang memberikannya, dan siapa yang memperoleh izin itu, selanjutnya dinyatakan
untuk siapa izin diberikan, dan alasan-alasan apa yang mendasari pemberiannya.95Izin merupakan keputusan dibuat dalam bentuk tertulis, secara umum izin memuat subtansi
sebagai berikut :96
a. Organ yang berwenang. Tertera pada kepala surat dan penandatanganan izin akan
nyata organ mana yang memberikan izin.
b. Yang dialamatkan, artinya jelas data-data pemohon dan tempat objek yang
dimohon.97
c. Diktum merupakan inti keputusan, oleh alasan kepastian hukum harus memuat
uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan dan akibat hukumnya.
d. Persyaratan ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat. Ketiga
hal ini dibedakan sebagai beriku: 98
1. Ketentuan-ketentuan (voorschriften) atinya kewajiban-kewajiban yang dapat
dikaitkan pada keputusan yang menguntungkan, dan ini banyak terdapat dalam
praktek hukum administrasi. Misalnya dalam undang-undang izin gangguan,
ketentuan yang dikaitkan: ketentuan-ketentuan tujuan (mencegah pengotoran
tanah), ketentuan-ketentuan sarana (kewajiban mengunakan sarana tertentu),
ketentuan –ketentuan instruksi, ketentuan-ketentuan ukur dan pendaftaran
(pengukuran untuk menilai kadar bahaya atau gangguan)
95
Mandiri Hadjon Pilipus , op. cit., hlm.11 96
Ibid,.12-13; 97
Ridwan HR, op, cit., hlm. 220-221; 98
2. Pembatasan-pembatasan (beperkingen). Pembatasan-pembatasan dalam izin
memberi kemungkinan untuk secara praktis melingkari lebih lanjut tindakan yang
dibolehkan. Pembatasan dibentuk dengan menunjuk batas-batas waktu, tempat,
atau cara lain. Contoh, pada izin mendirikan bangunan dapat dimuat pembatasan
izin untuk periode tertentu satu tahun.
3. Syarat-syarat (voorwaarden), dengan menetapkan syarat-syarat, akibat-akibat
hukum tertentu digantungkan pada timbulnya suatu peristiwa di kemudiaan hari
yang belum pasti. Dalam keputusan yang berisikan izin dapat dimuat syarat
penghapusan dan syarat penangguhan.
e. Pemberian alasan, yaitu penyebutan ketentuan undang-undang yang diterapkan,
pertimbangan hukum dan penetapan fakta. Norma yang diterapkan merupakan titik
tolak disebut dengan tegas. Sebagai pegangan kepada semua yang bersangkutan, yaitu
organ penguasa dan yang berkepentingan dalam menilai keputusan itu.99
f. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan. Pemberitahuan tambahan dapat berisikan
bahwa kepada yang dialamatkan ditunjukan akibat-akibat dari pelanggaran ketentuan
dalam izin, seperti sanksi-sanksi yang mungkin diberikan pada ketidakpatuhan,
seperti paksaan pemerintahan atau sanksi hukum pidana.
Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan ini sejenis pertimbangan yang berlebihan, yang pada
dasarnya terlepas dari diktum selaku inti ketetapan.100
B. Izin Mendirikan Bangunan
99
Mandiri Hadjon Pilipus , op. cit., hlm.15 100
li
1. Pengertian Izin Mendirikan Bangunan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2010 Tentang Pedoman Izin
Mendirikan Bangunan, dalam ketentuan umum Pasal 1 angka (5)101 menyebutkan Izin Mendidikan Bangunan (IMB), adalah perizinan yang diberikan Pemerintahan Daerah
kepada pemohon untuk membangun baru, rehabilitas, renovasi, dan/atau memugar dalam
rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan
teknis yang berlaku.
Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No. 5 Tahun 2012, Pasal 1 angka (19)
menyebutkan, Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat IMB adalah
perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kecuali untuk bangunan fungsi khusus
oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperbaiki, rehabilitas, renovasi, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat
bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis berlaku.
Kusno Wijoyo menyebutkan pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah
izin untuk mendirikan, memperbaiki, mengubah, atau merenovasi bangunan termasuk
izin kelayakan mengunakan bangunan atau untuk bangunan yang sudah berdiri yang
dikeluarkan oleh Pemerintahan Daerah atau Pejabat yang berwenang.102 Izin Mendirikan Bangunan berlaku selama bangunan tersebut berdiri dan tidak terjadi perubahan bentuk
atau fungsi.103
101
Mentri Dalam Negeri, Peraturan No. 32 Tahun 2010 Tentang Pedoman Izin Mendirikan Bangunan
102
Kusno Wijoyo, Mengurus IMB dan Permasalahannya (Jakarta : Pemko Bekasi, 2002), hlm. 2.
103
Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan menyebutkan, setiap memulai
mendirikan bangunan, menjadi ketentuan agar lebih dahulu melakukan pengurusan IMB
upaya memiliki kepastian hukum atau kelayakan, kenyamanan, keamanan sesuai dengan
sesuai dengan fungsinya104. IMB tidak hanya diperlukan untuk mendirikan bangunan saja, tetapi juga untuk membongkar, merenovasi, menambah, mengubah, memperbaiki
yang mengubah bentuk atau struktur bangunan. Mendirikan bangunan sebagai
pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk menggali,
menimbun, meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan,
memperbaiki/renovasi dan menambah bangunan diatur oleh perturan dan menyebutkan
IMB diselenggarakan berdasarkan prinsip:105
a. Prosedur yang sederhana, mudah, dan aplikatif.
b. Pelayanan yang cepat, terjangkau, dan tepat waktu.
c. Keterbukaan informasi bagi masyarakat dan dunia usaha.
d. Aspek rencana tata ruang, kepastian status hukum pertanahan, keamanan dan
keselamatan, serta kenyamanan.
Prinsip hukum dari Izin Mendirikan Bangunan adalah agar terciptanya keserasian
antara lingkungan dan bangunan. Selain itu Izin Mendirikan Bangunan diharapkan
memberikan perlindungan, dimana bangunan yang dibangun aman bagi keselamatan jiwa
104
Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, syarat Izin, hal-izin-mendirikan-bangunan
http://pemkomedan.go.id/new/.html#ixzz3IJ9T6cXE, download tanggal 2 April 2015, Pukul 10.00.Medan
105
liii
penghuninya, sebab dalam pemberian IMB dilakukan analisis terhadap desain bangunan
tersebut apakah sudah memenuhi persyaratan bangunan dan aman lingkungan.106
Persyaratan lingkungan meliputi penentuan garis sempadan atau jarak maksimum
bangunan terhadap batas jalan, jarak bebas muka samping dan belakang bangunan,
batas-batas persil pembangunan dan jarak antar bangunan, keadaan tanah, tempat bangunan dan
lain-lain. Sedangkan persyaratan bangunan meliputi denah bangunan, tinggi bangunan,
ukuran-ukuran ruang, pencahayaan dan pengudaraan.107
Izin Mendirikan Bangunan dibuat berdasarkan rencana kota dan memuat
penjelasan mengenai: bentuk dan ukuran persil, alamat persil, jalan dan rencana jalan di
sekeliling persil, penggunaan bangunan dan jumlah lantai, peruntukan tanah di atas persil,
garis-garis sempadan, arah mata angin, skala gambar, tanah yang dikosongkan untuk
rencana jalan dan sarana pasilitas umum lainnya, biaya retribusi KRP.108
Melalui uraian di atas dapat disimpulkan Izin Mendirikan Bangunan adalah izin
untuk mendirikan bangunan yang meliputi kegiatan penelitian tata letak dan desain
bangunan, pengawasan pelaksanaan bangunannya agar tetap sesuai dengan rencana tata
ruang dan teknis bangunan dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), Koefisien Luar Banguan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB)
106
Kusno Wijoya, loc, cit., hlm. 2. 107
Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, Pengumumantentang Pengurusan IMB (Medan : Pemko Medan, 2014), hlm. 1.
108
meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang
menempati bangunan tersebut.109
2. Dasar Hukum Izin Mendirikan Bangunan
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945. Pembangunan tidak terpisah dengan pembangunan gedung, sebagai mana
melihat fungsinya yang sangat penting sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya
untuk mencapai berbagai sasaran yang menunjang terwujudnya tujuan pembagunan
nasional.110
Bangunan harus dilaksanakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya,
serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Agar bangunan
gedung tersebut dapat terselenggara secara tertib dan terwujud sesuai dengan fungsinya
diperlukan dasar hukum untuk pembangunan dan merenovasi bangunan gedung, adapun
dasar hukum pembangunan bangunan gedung adalah;111
a. Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum Indonesia
b. Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia.
c. Undang-undang RI No. 28 Tahun2002 Tentang Bangunan Gedung
d. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
109
Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruangan, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 67.
110
Lihat, Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Menimbang huruf (a).
111
lv
e. Peraturan Pemerintah N0. 36 Tahun 2005 tentang Pelaksana Undang-undang No. 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 32 Tahun 2010 tentang Pemberian Izin
Mendirikan Bangunan selanjutnya
Pelaksanaan pengembangan pembangunan diatur oleh otonomi daerah, karena
penata ruang kota adalah tanggung jawab daerah yang bersangkutan sebagai mana yang
diutarakan dalam Undang-undang RI No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Pasal 12 (1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi: a. pendidikan; b. kesehatan; c.
pekerjaan umum dan penataan ruang; d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman.
Salah satu kewajiban Pemerintahan Daerah adalah wajib mengatur perumahan rayat
(pembangunan rumah tempat tinggal). Dengan demikian setiap daerah memiliki
peraturan Izin Mendirikan Bangunan.112 Secara khusus daerah Kota Medan setelah urutan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah, Kota Medan memiliki Peraturan Daerah
dalam mengatur tentang Izin Mendirikan Bangunan adalah:113
a. Peraturan Daerah Kota Medan No. 35 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.
b. Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan.
112
Yunus Wahid, op. cit, hlm. 10.
113
Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, syarat Izin, hal-izin-mendirikan-bangunan
c. Pelaksanaan Perda tersebut diatur melalui Keputusan Walikota Medan No. 34 Tahun
2002 tentang Pelaksanaan Perda No. 9 Tahun 2002
d. Keputusan Walikota Medan No. 62 Tahun 2002 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kota Medan No. 9 Tahun 2002
e. Peraturan Daerah Kota Medan No. 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan.
3. Memperoleh Izin Mendirikan Bangunan
Berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
Pasal 12 (1) Urusan Pemerintahan Wajib berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi: a.
pendidikan; b. kesehatan; c. pekerjaan umum dan penataan ruang; d. perumahan rakyat
dan kawasan permukiman. Disebut Pemerintah mengurus perumahan rakyat sebagaimana
dalam Pasal 12 hal ini dilihat dari fungsi Pemerintah sebagai pemimpin dan pengayom
masyarakat. Fungsi Pemerintah Daerah wajib mengatur pembangunan perumahan rakyat
yaitu melalui memberikan SIMB yang sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku. Maka setiap Pemerintahan Daerah wajib memiliki ketentuan untuk
mengatur pembangunan daerah guna penata tata ruang yang rapi dan teratur. Untuk
memudahkan pengawasan Pemerintah terhadap bangunan yang berdiri menjadi suatu
kententuan daerah sebelum melaksanakan pembangunan mendirikan bangunan, lebih
lvii
kepastian hukum atau kelayakan, kenyamanan, keamanan sesuai dengan sesuai dengan
fungsinya.114
Pelaksana tugas pemberian Izin Mendirikan Bangunan dijabarkan oleh
masing-masing daerah karena menerbitkan IMB tidak sama, misalnya untuk satu satu daerah
namanya Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan, ada juga Dinas Bangunan, Dinas
Tata Ruang dan Tata Bangunan, Dinas Tata Kota dan lain sebagainya.115. Pemerintah
Daerah memberikan IMB kepada pemohon untuk membangun baru, rehabilitasi/renovasi,
dan/atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.116
Pemohon adalah setiap orang, badan hukum atau usaha, kelompok orang, dan
lembaga atau organisasi yang mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan kepada
Pemerintah Daerah, dan untuk bangunan gedung fungsi khusus kepada Pemerintah.117 Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur yang ditentukan oleh
Pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus menempuh prosedur tertentu,
pemohon izin harus memenuhi persyaratan-persyratan tertentu yang ditentukan secara
sepihak oleh Pemerintah atau pemberi izin.
Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan
izin, dan instansi pemberi izin (artinya proses dan persyaratan Izin mendirikan Bangunan
114
Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, syarat Izin, hal-izin-mendirikan-bangunan
http://pemkomedan.go.id/new/.html#ixzz3IJ9T6cXE, download tanggal 2 April 2015, Pukul 10.00.Medan
115
http://www.pt-sakura.com/2012/10/tentang-izin-mendirikan-bangunan-imb.html,
download tanggal 2 Juni 2015, Pukul 11.00.Medan 116
Peraturan Menteri Dalam Negeri, Peraturan Nomor 32 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan, Pasal 1 ayat 5.
117
Tempat tinggal berbeda dengan Izin Mendirikan Bangunan Hotel).118 Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin itu bersifat konsitutif dan kondisional. Bersifat konstitutif, karena
ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus (terlebih dahulu)
dipenuhi, artinya dalam hal pemberian izin itu ditentukan suatu perbuatan konkrit, dan
bila tidak dipenuhi dapat dikenai saksi. Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut
baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang
disyaratkan itu terjadi.119
Penentuan prosedur dan persyaratan perizinan ini dilakukan secara sepihak oleh
Pemerintah. Meskipun demikian Pemerintah tidak boleh membuat atau menentukan
prosedur dan persyaratan menurut kehendaknya sendiri secara
arbitrer(sewenang-wenang), tetapi harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
perizinan tersebut. Dengan kata lain, Pemerintah tidak boleh menentukan syarat yang
melampaui batas tujuan yang hendak dicapai oleh peraturan hukum yang menjadi dasar
perizinan bersangkutan.120
a. Persyaratan Izin Mendirikan Bangunan
Izin Mendirikan Bangunan diproses dan diterbitkan apabila sudah mengisi
formulir yang telah disediakan dan dengan melengkapi persyaratan. Secara umum
persyaratan memperoleh proses Izin Mendirikan Bangunan terdapat pada Pasal 9:121
118
Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruangna, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 17.
119
Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan,( Yokyakarta : Liberty, 1984), hlm. 97. 120Ibid
., hlm. 98 121
lix
1. Pemohon mengajukan permohonan IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 melengkapi persyaratan dokumen:
a. Administrasi; dan b. Rencana teknis
2. Persyaratan dokumen administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Huruf a meliputi:
a. Tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau perjanjian pemanfaatan tanah;
b. data kondisi/situasi tanah (letak/lokasi dan topografi); c. data pemilik bangunan;
d. surat pernyataan bahwa tanah tidak dalam status sengketa;
e. surat pemberitahuan pajak terhutang bumi dan bangunan (SPPT-PBB)tahun berkenaan; dan
f. dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan terhadap lingkungan, atau upaya pemantauan lingkungan (UPL)/upaya pengelolaan lingkungan (UKL) bagi yang terkena kewajiban.
3. Persyaratan dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Gambar rencana/arsitektur bangunan; b. gambar sistem struktur;
c. gambar sistem utilitas;
d. perhitungan struktur dan/atau bentang struktur bangunan disertai hasil penyelidikan tanah bagi bangunan 2 (dua) lantai atau lebih
e. perhitungan utilitas bagi bangunan gedung bukan hunian rumah tinggal; f. data penyedia jasa perencanaan.
4. Dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disesuaikan dengan klasifikasi bangunan.
b. Izin Mendirkan Bangunan ditolak, ditunda, dicabut.
Peraturan Daerah Kota Medan No. 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan, menyatakan :
1. Permohonan IMB ditolak :122
Permohonan IMB ditolak jika permohonan yang tidak memenuhi persyaratan
yang ditentukan. Pembangunan bertentangan dengan rencana Tata Ruang Kota serta
kelestarian, keserasian, dan keseimbangan lingkungan. Bertentangan dengan kepentingan
122
umum dan/atau ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menyimpang dari IMB yang telah diterbitkan.
2. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan ditunda;123
Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan ditunda apabila Pemerintah daerah masih
memerlukan waktu tambahan untuk menilai khususnya persyaratan permohonan serta
pertimbangan lingkungan yang direncanakan. Penerbitan IMB ditunda apabila ada
keberatan masyarakat dan sengketa tanah maupun adanya proses hukum yang sedang
berlangsung pada bangunan maupun tanah yang dimohonkan serta telah disampaikan
secara tertulis maupun lisan. Di lokasi tanah yang dimohon dilakukan proses perubahan
rencana tata ruang kota. Penundaan ini akan diberitahukan secara tertulis kepada
sipemohon disertai alasan yang jelas.
3. Walikota (Pimpinan Daerah) berwewenang mencabut dan membatalkan IMB
apabila pemegang izin melanggar ketentuan IMB.124 IMB Dibatalkan apabila pekerjaan mendirikan bangunan belum dimulai setelah 6 (enam) bulan sejak izin diterbitkan tanpa
alasan apapun dan apabila 4 (empat) bulan pekerja diberhentikan tanpa alasan yang dapat
diterima Walikota. IMB dicabut apabila diketahui ternyata secara hukum salah satu atau
beberapa syarat untuk memperoleh IMB tidak benar keabsahannya izin dapat dicabut,
dan dapat diajukan kembali permohonan IMB baru.
123
Walikota Kota Medan, Peraturan Daerah N0. 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, Pasal 13
124
lxi
C. Keberadaan Izin Mendirikan Bangunan No. 648/1363 K Dalam Presfektif
Hukum Administrasi Negara
Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan adalah salah satu bentuk kegiatan
Pemerintah dalam menjalankan peranannya (Perbuatan hukum Pemerintah:
Rechtshandelingen). IMB berupa keputusan (beschikking) pengertiannya adalah suatu
perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan
berdasarkan suatu kekuasaan istimewa,125atau suatu tindakan hukum sepihak dalam lapangan pemerintahan yang dilakukan oleh alat pemerintahan berdasarkan wewenang
yang ada pada organ tersebut. Sumber lain beschiking diartikan sebagai suatu keputusan
yang diterbitkan oleh Pejabat Administrasi yang bersifat konkrit dan khusus, atau
keputusan dalam bidang Administrasi Negara dilakukan oleh Pejabat atau Badan
Pemerintah yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu.126
Menurut Guru Besar Hukum Tata Negara UGM, Muchsan:127 “Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking) adalah penetapan tertulis yang diproduksi
oleh Pejabat Tata Usaha Negara, mendasarkan diri pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku, bersifat konkrit, individual dan final.” Dalam Keputusan memiliki unsur
Keputusan Tata Usaha Negara, yaitu:128 1. “Penetapan tertulis
2. Dibuat oleh Pejabat Tata Usaha Negara 3. Berisi tindakan TUN
4. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku 5. Memiliki 3 (tiga) sifat tertentu (konkrit, individual dan final)
6. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”
125
E, Utrecht, op.cit,. hlm. 36 126
http://www. kamus hukum.com, download, 23 April 2015, pukul 20.00 127
Muhmad Ikhwan, Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking), http://www.studihukum. blogspot.co.id, download tanggal 02 Maret 2015, Pukul 09.00.Medan
128
Dasar Pengertian (beschiking) atau Keputusan Tata Usaha Negara dikaji
berdasarkan Pasal 1 angka (3) Undang-undang N0. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara; Putusan Tata Usaha Negara adalah penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.129 Maka Izin Mendirikan Bangunan No. 684/1363 K dalam presfektif Hukum Administrasi Negara hal
ini disinkronkan dalam Pasal 1 angka (3), dinyatakan bahwa Surat Izin Mendirikan
Bangunan adalah sah berupa Keputusan Tertulis (Beschikking) yang diterbitkan Pejabat
Tata Usaha Negara yaitu Walikota Medan berdasarkan Hukum Administrasi Negara.
Dimana Walikota Medan kapasitasnya sebagai Pejabat Tata Usaha Negara130atau Walikota Kota Medan dimaksud sebagai alat Administrasi Negara.
Berdasarkan Hukum Administrasi Negara bahwa Surat Izin Mendirikan
Bangunan (SIMB) No.648/1363 K telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana dalam
peraturan yang ditentukan dalam UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Pasal 1 angka (3): Penetapan tertulis, dibuat oleh Pejabat Tata Usaha Negara,
berisi tindakan TUN, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
memiliki 3 (tiga) sifat tertentu (konkrit, individual dan final), menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum perdata. Sebagaimana secara konkrit menunjukan
129
Ibid., hlm 30.
130
lxiii
bentuk RTT/Pagar Jumlah Unit : 26 Unit, Jumlah Lantai 3 (tiga). Lokasi : Jalan Platina
(Sudut Platina VII) Kecamatan Medan Deli, dituju atas nama Charles Tigor
Silalahi.”131
Izin bersifat Individual tidak bersifat umum baik alamat tempat dimana
bangunan dimaksud didirikan maupun hal yang dituju. Menurut Pasal 1 angka (19)
Peraturan Daerah Kota Medan No. 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan:132 menjelaskan “Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat (IMB) adalah Izin yang diberikan oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung
untuk membangun.” Dalam kualifikasi Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) sesuai
Peraturan Daerah Kota Medan No. 5 Tahun 2012, maka SIMB No. 648/1363 diberikan
Pemerintah yaitu Walikota Medan yang merupakan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara Kota Medan kepada pemohon yaitu Tergugat II Intervensi. Unsur-unsur yang
telah tercakup dalam Izin Mendirikan Bangunan No. 648/1363 K, sebagai Keputusan
Tata Usaha Negara, berbentuk tertulis, konkrit, individual dan final, yang diterbitkan
Pejabat Tata Usaha Negara Kota Medan, maka IMB No. 648/1363 berupa Beschikking
(Keputusan) yang sah memiliki kekuatan hukum dan menimbulkan akibat hukum.
Istilah penetapan tertulis menunjuk kepada isi IMB No. 648/1363 K dan bukan
kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara.133 Pengertian Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (8)134 bahwa pada dasarnya Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara melakukan urusan Pemerintahan. Penjelasan Pasal 1 ayat (8) menyatakan urusan Pemerintahan
131
Sujadi. Subtansi objek gugatan, N0. 22/G/2012/ PTUN-Medan, hlm. 5. 132
Peraturan Daerah Kota Medan N0. 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 133
Kuntjoro Purbopranoto, op. cit., hlm. 56. 134
adalah kegiatan yang bersifat eksekutif.135 Dalam Pasal 1 ayat (8) dikemukakan bahwa suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara ukuran atau kriteria yang menentukan
Badan atau Pejabat tersebut adalah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku ditujukan kepada yang mempunyai wewenang dalam melaksanakan urusan
Pemerintahan dalam bidang tersebut.136Maka melihat unsur proses Izin Mendirikan Bangunan menurut presfektif Hukum Administrasi Negara dikatakan IMB No. 648/1363
K sah menjadi keputusan Pejabat Administrasi Negara dan memiliki kekuatan Hukum
Administrasi serta menjadi objek peradilan Tata Usaha Negara.
135
R.Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara,( Jakarta: Sinar Grafika, 2008),hlm. 17.
136