• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011064 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011064 Full text"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA

KAUM MALE TO FEMALE TRANSSEKSUAL (WARIA) DI KOTA SEMARANG

OLEH

MARISKA LIONTINA AUGUSTIEN 80 2011 064

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari PersyaratanUntuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENDAHULUAN

Di kalangan masyarakat saat ini fenomena transeksual (waria) dapat dijumpai di setiap sudut kota, mereka berbaur dengan masyarakat setempat. Banyak masyarakat yang menerima kehadiran mereka meskipun kaum transseksual masih dianggap sebagai suatu gangguan, tetapi tidak sedikit pula yang menolak kehadiran mereka.Kebanyakan orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih disayangkan lagi, ketidaktahuan mereka atas fenomena tersebut bukannya membuat mereka mencoba belajar tentang apa, bagaimana, mengapa dan siapa.Melainkan justru melakukan penghukuman dan penghakiman yang sering kali menjurus pada tindakan biadab dan mengesampingkan nilai- nilai kemanusiaan (Nadia, 2005).

Menurut diagnosis medis konvensional (dalam Yash, 2003) transseksualisme adalah salah satu bentuk gender dysphoria (kebingungan gender).Gender dysphoria adalah sebuah term general bagi mereka yang mengalami kebingungan atau ketidaknyamanan tentang gender–kelahiran mereka.Gender dysphoriadisebabkan oleh

adanya sebuah perkembangan khusus dari hubungan antara sekse dan gender seseorang. Lebih sederhana, seorang transseksual adalah sebuah “mind” yang secara fisik terperangkap dalam tubuh dengan jenis kelamin berkebalikkan dengan “mind” tersebut

(7)

Dunia waria belum banyak dikenal.Kurangnya pemahaman, tentu saja, mudah membangkitkan buruk sangka. Begitulah, sehingga “alih–alih“ menerimanya sebagai suatu takdir, justru banyak orang memandang waria itu menentang kodrat. Akibatnya, kaum waria kurang mendapat tempat di dalam masyarakat, kalau tidak kaum waria diperlakukan sebagai wabah yang “menjijikan”.

Predikat waria dipandang negatif oleh sebagian masyarakat dengan segala "cap" yang dialamatkan kepada mereka. Walaupun sesungguhnya menjadi waria belum tentu menjadi pilihan hidup mereka."Kami tak pernah minta dilahirkan sebagai waria"demikian (preelimenery research,2012).

Efek yang ditimbulkan dari kaummale to female transseksual (waria) berupa penolakan terhadap lingkungan, selalu menyendiri, merasa dikucilkan dan efek yang lainnya. Akibat dari ketunaan yang dialami oleh seseorang maka mereka juga mempunyai keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari hari. Menurut Frankl (2003), seseorang yang memiliki kebermaknaan hidup akan bertanggungjawab mengarahkan hidupnya, memiliki sikap optimis, tetap eksis, dan mampu mengenali potensi serta kekurangan yang dimiliki. Maka kaum male to female transseksual (waria) yang memiliki kebermaknaan hidup akan mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya secara bertanggungjawab dengan tetap eksis dan optimis serta mempunyai kesempatan untuk mewujudkan keinginan melalui kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan hidup dan bebas berbuat kreativitas sesuai dengan minat dan kemampuan individual.

(8)

sudut pandang dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa apabila seseorang berhasil dalam makna hidupnya, maka kehidupannya dirasakan penting dan berharga, dengan demikian akan menimbulkan penghayatan bahagia. Makna hidup yang dimaksud merupakan segala sesuatu yang dipandang penting dan berharga, memberikan nilai khusus dan dijadikan tujuan hidup seseorang (Bastaman, 2007).Dalam hal ini kaum male to female transseksual (waria), memiliki kebermaknaan hidup yang cukup baik, seperti yang diungkapkan oleh salah satu waria di semarang bahwa kebermaknaan hidup yang dimiliki yaitu dengan mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya secara bertanggungjawab selalu mencari kesempatan untuk mewujudkan keinginan melalui kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan hidup dan bebas berbuat kreativitas sesuai dengan minatnya. Walaupun mereka tidak selalu di terima oleh masyarakat akan tetapi mereka mengaggap hal tersebut sebagai resiko dari perbedaan yang ada dalam diri mereka sehingga mereka tetap berusaha bersikap baik kepada siapapun.

(9)

Berdasarkan wawancara dengan kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang mengungkapkan bahwa terkadang merasa takut akan pandangan orang lain terhadapnya, mereka juga bingung akan menyalurkan keahlian mereka yang mereka dapatkan untuk di salurkan diluar sana seperti keahlian dalam kecantikan, make up, mereka juga merasa nyaman dengan lingkungan sosial mereka yang rata-rata mengalami seperti mereka, jadi ketika mereka keluar untuk berinteraksi dengan dunia luar mereka terkadang kurang percaya diri akan fisik mereka yang termasuk kaum male to female transseksual (waria)yang terbatas dan takut akan pandangan oranglain tentang keadaan dirinya dan mereka merasa minder akan diri mereka. Terkadang ada pandangan bahwa melakukan sesuatu harus memiliki kondisi tubuh ataupun fisik yang normal dan terkadang hal ini yang menghambat kegiatan mereka.

(10)

TINJAUAN PUSTAKA Male to Female Transeksual (Waria)

Menurut Goh (dalam Yash, 2003) menyebutkan bahwa kata “transseksual”

pertama kali diketengahkan oleh Cauldwell pada tahun 1949 untuk menggambarkan kasus tentang seorang perempuan yang ingin menjadi laki-laki. Namun yang mempopulerkan istilah “transseksual” ini adalah Dr. Harry Benjamin. Menurutnya,

transseksual didefinisikan sebagai suatu gangguan identitas gender pada seseorang yang merupakan anggota dari sebuah sekse yang memiliki keinginan yang tetap dan terus menerus atas “perubahan” sekse secara medis, operatif dan sah sehingga

memungkinkan mereka untuk hidup sebagai anggota gender kebalikan dari gender yang mereka miliki.

Waria dalam konteks psikologis termasuk dalam transeksualisme, yakni seseorang yang secara jasmani jenis kelaminnya jelas dan sempurna, namun secara psikis cenderung menampilkan diri sebagai lawan jenis. DalamDiagnotic and Statistic Manual of Mental Disorder IV-TR(2004) ini sendiri transeksual dibagi menjadi dua, yaitu male-to-female transsexual(laki-laki yang meyakini bahwa dirinya sesungguhnya adalah seorang perempuan) dan female-to-male transsexual(perempuan yang meyakini bahwa dirinya sesungguhnya adalah seorang laki-laki). Yang dimaksudkan disini adalah

male-to-female yang disebut dengan waria.

(11)

dengan anatomi seksualnya dan pada akhirnya ada keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.

Selanjutnya Tjahjono (1995) menambahkan beberapa ciri untuk mengetahui adanya kelainan transseksual di antaranya adalah individu memiliki minat dan perilaku yang berlawanan dengan jenis kelaminnya, seringkali perilakunya menyebabkan individu tersebut di tolak oleh lingkungannya.

Menurut Puspitosari (2005) faktor-faktor terjadinya transseksual adalah faktor biologis dan faktor psikologis.Faktor biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan hormon dan kromosom genetik.Sedangkan faktor psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan sosial budaya, pola asuh, lingkungan sekitar, hingga adanya pengalaman yang sangat hebat dengan lawan jenis sehingga muncul khayalan dan sikap memuja lawan jenis sebagai idola dan ingin menjadi seperti lawan jenis.

Kebermaknaan Hidup

(12)

mengarahkan hidupnya, memiliki sikap optimis, tetap eksis, dan mampu mengenali potensi serta kekurangan yang dimiliki.

Hidup yang bermakna merupakan motivasi bagi individu untuk dapat berguna dan berharga dimata oranglain (Bastaman, 2007), termasuk pada remaja tuna daksa. Namun pada kenyataanya banyak penyandang tuna daksa merasa tidak puas dengan kehidupan yang dijalani karena merasa terhambat melakukan aktivitas atas kekurangan yang dimiliki, dan meskipun memiliki aktivitas perkerjaan yang sesuai dengan kemampuannya tapi tidak merasa bangga dengan yang dimiliki dikarenakan kurang percaya diri.

Menurut Frankl (2003) karakteristik makna hidup meliputi tiga sifat, yaitu: 1) Makna hidup sifatnya unik dan personal.

Artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti bagi oranglain. Bahkan mungkin apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini oleh seseorang. Belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat yang lain. Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang bermakna baginya bersifat khusus, berbeda dengan oranglain, dan mungkin dari waktu ke waktu berubah pula.

2) Makna hidup sifatnya spesifik dan konkrit.

Artinya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari dan tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealis, prestasi-prestasi akademis yang tinggi, atau hasil-hasil filosofis yang kreatif.

3) Makna hidup sifatnya memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

(13)

hidup ditentukan, maka seseorang akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya pun menjadi lebih rendah.

Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tinggi-rendahnya makna hidup tersebut, antara lain (Frank, 1959 dalam Crumbaugh, 1987):

1) Tujuan hidup, yaitu sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta dijadikan tujuan dalam hidupnya.

2) Kepuasan hidup, yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauh mana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang dijalaninya.

3) Kebebasan, yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggungjawab.

4) Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan kesiapannya menghadapi kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk menghadapinya.

5) Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang tentang masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah memikirkannya.

(14)

Penerimaan Diri

Hurlock (2008) mengemukakan bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan menerima segala hal yang ada pada diri sendiri baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki, sehingga apabila terjadi peristiwa yang kurang menyenangkan maka individu tersebut akan mampu berpikir logis tentang baik buruknya masalah yang terjadi tanpa menimbulkan perasaan rendah diri, malu, dan rasa tidak aman. Sheerer (Crumbaugh, 1987) mengemukakan bahwa penerimaan diri adalah sikap untuk menilai diri sendiri dan keadaanya secara objektif, menerima segala yang ada pada dirinya termasuk kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahannya.

Karena dengan memiliki penerimaan diri akan dapat mengembangkan diri ke arah gambaran yang sesuai dengan keinginan dan mampu melakukan komitmen dengan hal-hal seperti seperti nilai-nilai yang dianggap penting dan bermakna untuk dipenuhi, sebab setiap individu memiliki tanggungjawab mengembangkan dirinya dan menemukan makna hidupnya.

Skala penerimaan diri menurut Denmark, (1973) terdiri dari 9, yaitu: 1) Nilai-nilai dan standar diri tidak dipengaruhi lingkungan luar

2) Keyakinan dalam menjalani hidup

3) Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan

4) Mampu menerima kritikan dan saran seobjektif mungkin 5) Tidak menyalahkan diri atas perasaanya terhadap orang lain 6) Menganggap dirinya sama dengan orang lain

7) Tidak ingin orang lain menolaknya dalam kondisi apapun 8) Tidak menganggap dirinya berbeda dari orang lain

(15)

Hubungan Antara Penerimaan Diri Dan Kebermaknaan Hidup

Kebermaknaan hidup adalah bagian tertinggi dari hierarki kebutuhan yang dalam konsep Abraham Maslow disebut dengan aktualisasi diri. Pada level inilah manusia bekerja benar-benar menemukan keikhlasan dan komitmen. Kebermakanaan hidup dapat diwujudkan dalam sebuah keinginan untuk menjadi orang yang berguna bagi oranglainbaik itu anak, istri, keluarga dekat, komunitas, negara dan bahkan umat manusia (Frankl , dalam Sulistya,2005).

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life).Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan bahwa dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.Mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan, maka untuk keperluan praktis pengertian makna hidup dan tujuan hidup dapat disamakan.Makna hidup dan tujuan hidup dalam penggunaan sehari-hari sering disamakan artinya walaupun mengandung konotasi yang berlainan. Makna hidup lebih menunjuk apa yang seharusnya dicapai (Bastaman, 2007).

(16)

Apabila kaum male to female transseksual (waria) bisa melakukan komponen-komponen yang di jelaskan di atas maka mereka akan menemukan makna dan tujuan dalam hidupnya.

Sheerer (dalam Paramita, 2012), ini dapat mempengaruhi pandangan individu menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah tentang keberadaan dirinya, sehingga sikap dalam menilai diri dan keadaannya akan mempengaruhi penerimaan diri individu objektif, menerima kelebihandan kelemahannya. Sheerer (Cronbach 1963, dalam Wrastari, 2003) sosial sehingga mereka menjadi inferior. Seseorang yang dapat menerima inferioritas pada individu adalah jika seseorang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi kehidupan, mampu menerima pujian secara objektif, dan tidak menyalahkan diri sendiri.

Bentuk aktualisasi dari berbagai potensi kualitas insani yang langsung berkaitan dengan masalah penemuan makna hidup merupakan wujud penerimaan diri. Karena dengan memiliki penerimaan diri akan dapat mengembangkan diri ke arah gambaran yang sesuai dengan keinginan dan mampu melakukan komitmen dengan hal-hal seperti nilai-nilai yang dianggap penting dan bermakna untuk dipenuhi, sebab setiap individu memiliki tanggung jawab mengembangkan dirinya dan menemukan makna hidupnya.

Berdasarkan urain tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

(17)

METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yang digunakan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerimaan diri, sedangkan variabel terikat adalah kebermaknaan hidup.

Definisi Operasional

Kebermaknaan hidup adalah keadaan yang menunjukkan sejauhmana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri. Alat ukur yang digunakan adalah kebermaknaan hidup yang dikemukakan oleh Frank (1959) dalam Crumbaugh, (1987) adalah: tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri dan kepantasan hidup.

(18)

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah kaum male to female transseksual (waria) di Kota Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel atas beberapa kriteriaresponden kaum male to female transseksual (waria) yaitu:

1. Memiliki tingkah laku seperti lawan jenis

2. Telah menunjukkan keadaan fisik serupa lawan jenis kurang lebih 2 tahun 3. Telah melakukan beberapa perubahan pada fisik biologis asli, seperti suntik

silicon payudara

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai peneliti untuk memperoleh data yang diselidiki (Suryabrata, 1998). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan kuesioner kepada kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang.Kuesioner kebermaknaan hidup sebanyak 20 aiem dan kuesioner penerimaan diri sebanyak 36 aitem.

Analisis Aitem

(19)

correlation yang lebih kecil dari 0,3, dan sebanyak 28 item dinyatakan mempunyai daya diskriminasi karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih besar dari 0,3 Uji validitas untuk kebermaknaan hidup sebanyak 20 item, diperoleh hasil sebanyak 7 item gugur karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih kecil dari 0,3, dan sebanyak 13 item dinyatakan mempunyai daya diskriminasi karena memiliki nilai

pearson correlation yang lebih besar dari 0,3 (Ghozali, 2005).

Uji realibilitas digunakan untuk menunjuk sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten jika diulangi berapa kali. Instrumen dikatakan reliablebila memiliki Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.Hasil Jika dilihat dari uji reliabilitas, variabel penerimaan diri memiliki nilai alpha 0,882 dan kebermaknaan hidup memiliki nilai 0,893 yang keduanya lebih besar dari 0,600 yang artinya data reliable dan dapat dinyatakan ke uji selanjutnya (Ghozali, 2005). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Reliabilitas Penerimaan Diri Cronbach's

Alpha N of Items

0,882 28

Tabel 2

Reliabilitas Kebermaknaan Hidup

Cronbach's

Alpha N of Items

(20)

Teknik Analisa Data

Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan signifikan antara penerimaan diri dan kebermaknaan hidup pada kaum male to female transseksual

(waria) di kota Semarang. Analisis data dilakukan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Partisipan

Partisipan penelitian ini adalah kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang. Reponden dalam penelitian ini berjumlah 43 orang, dengan usia secara keseluruhan diatas 20 tahun dengan pendidikan terakhir seluruh partisipan adalah SMA.Kriteria responden kaum male to female transseksual (waria) yaitu:

1 Memiliki tingkah laku seperti lawan jenis

2 Telah menunjukkan keadaan fisik serupa lawan jenis kurang lebih 2 tahun 3 Telah melakukan beberapa perubahan pada fisik biologis asli, seperti suntik

silicon payudara Uji Normalitas

Penelitian ini menggunakan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada masing masing variabel.Data dari variabel penelitian diuji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov test

(21)

penerimaan diri dan kebermaknaan hidup memiliki distribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Penerimaan Diri

Kebermaknaan

Hidup

N 43 43

Normal Parametersa Mean 121.51 55.14

Std. Deviation 10.487 9.375

Most Extreme Differences Absolute .091 .104

Positive .087 .104

Negative -.091 -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .599 .679

Asymp. Sig. (2-tailed) .866 .745

Uji Linearitas

Untuk uji linearitas menunjukan bahwa ada hubungan penerimaan diri dan kebermaknaan hidup adalah linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh F beda = 1,604 dan nilai signifikansi 0,076 > 0,05. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan penerimaan diri dan kebermaknaan hidup ini menunjukan garis yang sejajar atau linear.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

(22)

Analisis Deskriptif 1. Penerimaan Diri

Variabel penerimaan diri akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori penerimaan diri mempunyai 28 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga secara hipotetik pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu :

Jumlah skor tertinggi 28 x 4 = 112 Jumlah skor terendah 28 x 1 = 28

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah 3 (tiga) kategori

= 112 - 28 3 = 28

Tabel 3

Kategorisasi Pengukuran Penerimaan Diri

Interval Ketegori Jumlah Persentase Rata-rata 28 – 56 Rendah 0 0.00% 95,255 > 56 - ≤ 84 Sedang 8 18.60% < 84 - ≤ 112 Tinggi 35 81.40%

43 100.00%

(23)

2. Kebermaknaan Hidup

Variabel kebermaknaan hidup akan dibuat sebanyak 3 (tiga) kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk menentukan kategori kebermaknaan hidup mempunyai 13 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga secara hipotetik pembagian skor tertinggi dan terendah yaitu :

Jumlah skor tertinggi 13 x 4 = 52 Jumlah skor terendah 13 x 1 = 13

Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah

3 (tiga) kategori = 52 - 13

3 = 13

Tabel 4

Kategorisasi Pengukuran Kebermaknaan Hidup

Interval Ketegori Jumlah Persentase Rata-rata 13 – 26 Rendah 10 23.26% > 26 - ≤ 39 Sedang 15 34.88% 33,186 < 39 - ≤ 52 Tinggi 18 41.86%

43 100.00%

(24)

Pengujian Hipotesis

Hasil korelasi product moment menunjukan bahwa penerimaan diri memiliki hubungan positif signifikan dengan kebermaknaan hidup pada kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Penerimaan Diri Kebermaknaan Hidup

Penerimaan Diri Pearson Correlation 1 .552

Sig. (1-tailed) .001

N 43 43

Kebermaknaan Hidup Pearson Correlation .552 1

Sig. (1-tailed) .001

N 43 43

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup pada kaum male to female transseksual

(waria) di kota Semarang yang ditunjukan dengan nilai signifikansi 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 (5 %) dengan nilai r = 0,552.Sumbangan efektif penerimaan diri terhadap kebermaknaan hidup sebesar (0,552)2x100% = 30,47 %

Pembahasan

Terdapat hubungan positif dan signifikan antara penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup pada kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang yang ditunjukan dengan nilai signifikansi 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 (5 %) dengan nilai r = 0,552. Sumbangan efektif penerimaan diri terhadap kebermaknaan hidup sebesar (0,552)2x100% = 30,47 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

(25)

diri dengan kebermaknaan hidup. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi penerimaan diri akan semakin tinggi pula kebermaknaan hidup.

Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan diri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup. Bastaman (1996) mengatakan bahwa penerimaan diri sebagai tahap awal agar individu dapat mengembangkan diri dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna merupakan tahap paling penting, maka penerimaan diri akan sulit bagi individu melakukan pengembangan diri.

Hal ini berarti bahwa kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang yang memiliki penerimaan diri akan dirinya tinggi maka kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang akan memiliki kebermaknaan hidup yang tinggi pula dalam menjalani hidup. Sejauhmana keberhasilan individu dalam membentuk tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai yang dilingkupi kehidupannya ditentukan dengan adanya penerimaan diri (Hurlock dalam Rohmah. 2004). Menurut Frankl (2003), kebermaknaan hidup adalah keadaan yang menunjukkan sejauhmana seseorang telah mengalami dan menghayati kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri.

(26)

Seseorang yang dapat menerima dirinya mempunyai penilaian yang realistik terhadap potensi-potensi yang ada pada dirinya disertai dengan penilaian yang positif akan harga dirinya (Hurlock dalam Rohmah, 2004). Sari (2002) mengatakan bahwa karakteristik yang dimiliki individu dengan penerimaan diri akan dihayati sebagai anugerah, segala yang ada pada diri individu dirasakan sebagai hal yang menyenangkan sehingga individu memiliki keinginan untuk terus dapat menikmati kehidupan. Hal ini sesuai pendapat Rubin (Rohmah, 2004), bahwa penerimaan diri merupakan sikap yang mencerminkan rasa senang sehubungan dengan kenyataan diri sendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(27)

Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah :

1. Bagi kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang disarankan bahwa penting memiliki penerimaan diri yang positif untuk dapat mengembangkan potensi-potensi kualitas insani masing-masing dengan cara mematuhi ajaran agama dan beribadah, melakukan aktivitas pekerjaan yang positif, dan bersosialisasi tanpa rasa minder agar tetap eksis meneruskan kehidupan untuk mencapai tujuan-tujuan yang akan datang di dalam hidupnya sehingga tetap yakin bahwa hidup ini sangat berarti.

2. Bagi lembaga yang aktif peduli untuk kesejahteraan kehidupan para kaum male to female transseksual (waria) di kota Semarang disarankan agar dapat

menyelenggarakan program atau kegiatan yang meningkatkan kesadaran para kaum

male to female transseksual (waria) di kota Semarang secara umum dan fisik pada khususnya untuk memiliki penerimaan diri yang positif supaya hidup kaum male to female transseksual (waria)tetap bermakna.

(28)

Daftar Pustaka

Bastaman. H. D. Logoterapi, (2007). Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup Dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Crumbaugh, (1987). An Experimental Study In Existentialism: The Psychomel Ric Approach To Frankl's Concept Of Noogenic Neurosis. Construct validity in psychological testa. Psychol. Bull., 1955, 6B, 281-302

Denmark, K. L. (1973). Self-Acceptance and leader Effectiveness. Journal Extensions. Texas A&M University

Frankl, Viktor E. Man (2003). Search For Meaning. Terjemahan Lala Hermawati Dharma. Bandung: Nuansa

Ghozali, I, (2014). Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program AMOS 22.0. Semarang : Universitas Diponegoro

Hurlock, E.B, (2008). Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima, Jakarta: Erlangga.

Maslim, R (2003). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta.

Paramita, R, (2012). Pengaruh Penerimaan Diri terhadap Penyesuaian Diri Penderita Lupus. Skripsi Sarjana. Universitas Airlangga Surabaya.

Puspitosari, H dan Pujileksono, S, (2003). Waria dan Tekanan Sosial. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Nadia, Z (2005). Waria : Laknat atau Kodrat? Yogyakarta: Pustaka Marwa.

Setyaningtyas, (2012). Penerimaan diri dan kebermaknaan hidup penyandang cacat fisik. Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana, Yogyakarta

Schultz, D. M, (1991). Psikologi pertumbuhan model-model kepribadian sehat. Yogyakarta : Kanisius

Sulistya, W. K. (2005). Hubungan antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi Interpersonal pada Perawat RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala

Suryabrata, S, (1998). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.

(29)

Wrastari, A.T. (2003). Pengaruh Pemberian Pelatihan Neuro Linguistik Programming (NLP) terhadap Peningkatan Penerimaan Diri Penyandang CacatTubuh padaRemaja Penyndang Cacat Tubuh di Pusat Rehabilitasi Panti Sosial Bina

Daksa ”Suryatama” Bangil Pasuruan. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan. UniversitasAirlangga

Gambar

tabel berikut.
Tabel 3 Kategorisasi Pengukuran Penerimaan Diri
Tabel 4 Kategorisasi Pengukuran Kebermaknaan Hidup
Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara

Referensi

Dokumen terkait

Tepung ubi kayu varietas Casessart tanpa penambahan starter mempunyai kadar serat kasar sebesar 1,37%, sedangkan tepung kasava dengan penambahan starter dari varietas

Setelah membuat blog langkah selanjutnya adalah mengisinya dengan materi yang sesuai dengan tema blog serta menghiasinya dengan pernak – pernik yang mendukung konten

Namun bahan ajar yang digunakan pada pembelajaran kimia belum sepenuhnya mengembangkan keterhubungan multipelrepresentasi (makroskopik, submikroskopik, dan simbolik). Penelitian

Peneliti menyimpulkan bahwa Koran Tempo melakukan pembingkaian berita berdasarkan ideologi yang dimiliki oleh Koran Tempo , sebagai media yang independen Koran Tempo

Dalam pra rancangan pabrik diperlukan analisa ekonomi untuk mendapatkan perkiraan ( estimation) tentang kelayakan investasi modal dalam suatu kegiatan produksi suatu pabrik,

Meskipun demikian, interval waktu yang singkat atau memberi jarak juru las dengan berhati-hati, seperti pada pengelasan pipa dengan SMAW, dapat memberi panas

Sifat jumlah buku subur, jumlah cabang produktif, berat kering tanaman, luas daun, berat kering akar dan nisbah berat kering akar : berat kering tanaman menunjukkan variasi genetik

Peningkatan produksi Padi disebabkan bertambahnya luas panen sebesar 39,74 ribu hektar (4,04 persen) dan juga meningkatnya produktivitas sebesar 1,95 kuintal per hektar