• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Kortisol Saliva Sebagai Penanda Derajat Sindroma Premenstruasi Pada Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kadar Kortisol Saliva Sebagai Penanda Derajat Sindroma Premenstruasi Pada Remaja"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Era globalisasi mempunyai dampak bagi pembangunan yang berlangsung dengan pesat di Indonesia dan telah memberi dampak yang luas pula dalam bidang pendidikan, pengetahuan, serta kesehatan sehingga terjadi peningkatan kebutuhan akan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2007a).

Masalah kesehatan memiliki ruang lingkup yang luas antara lain menyangkut perkembangan manusia yang harmonis dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Salah satunya adalah kesehatan perempuan yang dinilai sangat menentukan tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat, sehingga merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan (Supriyono, 2003).

Kesehatan perempuan meliputi juga kesehatan reproduksinya. Perempuan yang termasuk kategori usia remaja maupun usia reproduktif, selama kehidupannya terdapat suatu periode dimana saat itu organ'organ reproduksinya telah mencapai tingkat kematangan biologis. Periode ini pada perempuan khususnya pada remaja secara fisiologis disebut periode yaitu masa timbulnya menstruasi atau haid untuk pertama kalinya, dimana selanjutnya fase menstruasi ini akan terjadi secara siklik setiap bulannya (Lutan, 1999).

Namun pada beberapa perempuan, masa menstruasi dapat menjadi masa'masa yang menyiksa, dikarenakan adanya gangguan pada siklus menstruasi mereka. Gangguan menstruasi yang paling sering dikeluhkan oleh sebagian perempuan adalah sindroma premenstruasi (

(2)

Sindroma premenstruasi adalah kumpulan gejala fisik dan psikologis yang terkait dengan siklus menstruasi perempuan. Sekitar 80% ' 95% perempuan usia reproduktif mengalami gejala'gejala premenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara reguler kurang lebih dua minggu sebelum periode menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya menstruasi, namun dapat pula berlanjut setelahnya (Abraham & Head, 1997; Lutan & Pujiastuti, 2007). Penyebab munculnya sindroma ini memang belum jelas, diduga karena perubahan hormonal pada fase' fase dalam siklus menstruasi yang menghilang saat menstruasi terjadi sampai beberapa hari setelah menstruasi selesai. Ada teori yang menyebutkan sebagai akibat dari terjadinya ketidak'seimbangan antara hormon estrogen dan progesteron pada perempuan (Manuaba, 2004).

Teori lain juga banyak berkembang, diantaranya akibat defisiensi vitamin dan mineral kalsium dan magnesium (Khine et al, 2006; Thys' Jacobs, 2000). Penelitian Siregar, Abdillah, Adenin yang telah dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU tahun 2010 menyatakan bahwa kadar serum magnesium terkait dengan kejadian sindroma premenstruasi. Selain itu, ditemukan pula bahwa ibu dan saudara perempuan dari kelompok perempuan yang menderita sindroma premenstruasi juga mempunyai riwayat sindroma premenstruasi (Siregar, Adenin, Abdillah, 2010). Pada penelitian lain di Purwodadi tahun 2006 mengenai hubungan indeks massa tubuh sebagai penyebab terjadinya sindroma premenstruasi, ditemukan bahwa antara indeks massa tubuh dan sindroma premenstruasi tidak terdapat hubungan yang signifikan (Setyowati, 2006). Penelitian tahun 2010 di Massachusetts diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang linear antara indeks massa tubuh dengan derajat sindroma premenstruasi (Bertone'Johnson et al, 2010).

Berdasarkan aspek sosial, sindroma premenstruasi dapat

(3)

Utara menemukan bahwa sindroma premenstruasi sangat berpengaruh pada aktivitas sehari'hari. Hasil penelitian menemukan sebanyak 66,4% pekerja perempuan mengalami penurunan produktivitas yang disebabkan oleh banyaknya keluhan gejala sindroma premenstruasi (Lutan & Pujiastuti, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Borenstein et al tahun 2004 pada perempuan di Amerika Serikat menunjukkan hubungan antara sindroma premenstruasi dengan peningkatan ketidak'hadiran perempuan pada waktu bekerja, sehingga menurunkan efisiensi dan produktivitas pada waktu bekerja, sehingga akhirnya akan menjadi masalah dalam

pembayaran gaji para perempuan yang mengalami sindroma

premenstruasi et al, ).

Pada sebuah penelitian di Jepang juga menyebutkan bahwa 79% responden menyatakan bahwa sindroma premenstruasi mengganggu hubungan interpersonal dan 54% mempengaruhi penampilan kerja (Takeda et al 2006).

Produktivitas kerja yang menurun pada periode premenstruasi ini dapat dinilai dari peningkatan ketidakhadiran pada perempuan pekerja akibat sindroma premenstruasi. Sehingga, apabila seorang pekerja perempuan menurun produktivitasnya selama 7' 10 hari menjelang haid (Speroff & Fritz, 2010), dapat dipastikan terjadi penurunan produktivitas sebanyak 84'120 hari setiap tahunnya. Hal ini akan sangat besar dampaknya bagi perusahaan yang mempunyai tenaga kerja sebagian besar perempuan usia reproduktif (Baziad, 1997).

(4)

pekerja perempuan. Sehingga kadang'kadang peraturan ini dapat disalahgunakan dengan cara mengambil cuti haid namun pekerja perempuan tersebut tidak sedang haid dan belum tentu mengalami sindroma premenstruasi. Seharusnya pekerja perempuan yang tidak merasakan sakit pada waktu haidnya, wajib bekerja seperti biasa. Pada satu penelitian, ditemukan sebanyak 40% pekerja perempuan yang memanfaatkan cuti haid di luar siklus haid, bukan pada saat pekerja benar'benar harus beristirahat pada saat aktifitas terganggu karena sindroma premenstruasi (Lutan & Pujiastuti 2007).

Ditinjau dampak sindroma premenstruasi pada usia remaja, penelitian Llewellyn menemukan bahwa sebanyak 80% perempuan usia remaja dan usia reproduktif mengalami perubahan suasana hati dan masalah gangguan kondisi kesehatan menjelang periode menstruasi (Llewellyn, 2005). Studi epidemiologi menunjukkan sekitar 20% dari perempuan usia remaja mengalami sindroma premenstruasi sedang sampai berat

(Freeman, 2005). Cukup tingginya angka kejadian sindroma

premenstruasi pada remaja, dan banyaknya keluhan yang dialami seorang perempuan berusia remaja berupa timbulnya gejala'gejala

gangguan somatis dan afektif (emosional) menjelang periode

menstruasinya, menimbulkan dugaan bahwa seorang perempuan remaja yang menderita sindroma premenstruasi dikaitkan dengan rentang kehidupan remaja yang penuh dengan proses adaptasi terhadap masa

transisi kehidupannya. Proses (GAS) yang

(5)

Suatu penelitian menemukan bahwa faktor stres turut berperan terhadap terjadinya sindroma premenstruasi pada perempuan remaja. Hasil penelitian menemukan bahwa sindroma premenstruasi mengganggu aktivitas sehari'hari dari 60%'85% perempuan usia remaja, yang diperlihatkan dari ketidakhadiran di sekolah. Suatu penelitian yang menilai dampak sindroma premenstruasi pada usia remaja, juga dilakukan pada siswi Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta tahun 2008, hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian sindroma premenstruasi dengan gejala berat pada siswi adalah sebanyak 39,2%, sedangkan yang mengalami gejala ringan sebanyak 60,8%. Selain itu, diketahui juga bahwa sindroma premenstruasi mempengaruhi prestasi belajar para siswi, terlihat dari penurunan konsentrasi belajar, peningkatan ketidakhadiran di kelas, sampai ketidakhadiran dalam mengikuti ujian (Dasuki, Zaitun, 2008). Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Anggraini tahun 2007 di Solo tentang dampak sindroma premenstruasi pada mahasiswi akademi kebidanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi yang mengalami sindroma premenstruasi akan mengalami perubahan fisik dan psikologis berupa penurunan motivasi belajar (Anggraini, 2007).

Sampai saat ini, standar baku ( ) untuk menegakkan

diagnosis sindroma premenstruasi belum ditemukan. Karena etiologi dari

sindroma premenstruasi didukung oleh banyak teori ( ! "

), baik ditinjau sebagai penyakit ginekologi maupun sebagai

penyakit psikiatri ( ! ! ), sehingga terdapat

beberapa kriteria diagnosis yang disepakati oleh para ahli yang berkompeten, diantaranya kriteria diagnosis yang ditetapkan oleh

# $ " %& $ (ACOG) tahun 2006, dan

kriteria diagnosis yang ditetapkan oleh ! $

" ! (DSM IV) tahun 2000. Namun pada Bulan Oktober

tahun 2010, ' ! (ISPMD) yang

(6)

menyatakan bahwa terdapat suatu alat ukur yang dinyatakan valid dan reliabel selama kurun waktu dekade terakhir secara internasional yang meliputi kriteria sindroma premenstruasi pada DSM IV dan '

# " " ! (ICD'10) untuk menilai derajat keparahan

sindroma premenstruasi, yaitu $

(PSST) yang ditemukan oleh Steiner tahun 2003. (Steiner, Macdougall, Brown, 2003).

Pada Konsensus Montreal tersebut, PSST dianggap sebagai

" . Hasil penilaian derajat sindroma premenstruasi

dengan menggunakan PSST sejalan dengan tingkat prevalensi yang telah dilaporkan dari beberapa penelitian tentang sindroma premenstruasi. Penilaian sindroma premenstruasi dengan PSST berdasarkan derajat keparahan yaitu tidak ada gejala, ringan, sedang sampai berat dan

! ! /PMDD (' !

# ).

Telah diteliti bahwa sindroma premenstruasi berkaitan erat dengan tingkat stres seorang perempuan, dan telah dipostulasikan bahwa stres menginduksi sekresi hormon kortisol yang pada akhirnya menghasilkan suatu kaskade perubahan fisiologis akibat aktivasi dari pusat neuroendokrin di hipotalamus dalam aksis hipotalamus'hipofisis'adrenal (Facchinetti et al 1994; Demers, 1999; Ziegler & Herman, 2002; Halbreich 2003; Kalman& Grahn, 2004; Kurina et al, 2004; Matsumoto et al,2007; Taylor et al 2008; Rabin et al, 2011).

Suatu penelitian yang berkaitan dengan sindroma premenstruasi juga menyebutkan bahwa pada tingkat seluler terjadi perubahan pada sensitivitas reseptor hormonal dari sistem pembawa pesan/

$ yang menyampaikan sinyal interseluler pada penderita

sindroma premenstruasi. Sintesis $ c' /

(7)

ke dalam sel. Hormon berikatan dengan reseptor intraseluler, sehingga terjadi suatu kompleks hormon dan reseptor memasuki inti sel, kompleks hormon dan reseptor akan berikatan dengan reseptor pada DNA

( ), kemudian terjadi transkripsi DNA yang

mengubah mRNA, kemudian terjadi translasi oleh mRNA dan akan terbentuk suatu protein sehingga akan menyebabkan terjadinya aksi hormonal pada sel. (King, 2012)

Berdasarkan perubahan hormonal tersebut, sindroma premenstruasi ini diduga lebih mudah terjadi pada perempuan yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus menstruasinya (Abraham & Head, 1997), terutama terjadi pada perempuan usia remaja (Chau et al,1999),

karena ciri khas dari remaja adalah “ ”, yaitu sangat

peka dan sering berubah sikap (Mappiare, 1992; Hurlock, 2004). Hal ini terjadi karena pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan perkembangan psikologis yang sangat pesat, sehingga pada masa ini sering disertai permasalahan fisiologis tubuh maupun psikologis (Pudigjogyanti, 1995).

Berbagai teori menyatakan peran psikoneuroendokrin pada sindroma

premenstruasi. Keadaan stres berhubungan dengan sistem

neuroendokrin. Hormon kortisol sebagai produk dari mekanisme ini, sering

digunakan sebagai & ( untuk mempelajari stres. Secara fisiologis,

aksis HPA terkait dengan perubahan adaptasi tubuh terhadap pengaruh

lingkungan eksternal, sehingga sekresi $ " dari hipotalamus

yaitu ) $ (CRH) dapat diaktifkan oleh

peristiwa psikologis dengan tingkat aktivasi yang bervariasi. Hubungan

CRH dengan (ACTH), aktivasi

neurotransmiter dan saraf otonom sangat kompleks (Demers, 1999; Lathe, 2001; Cohen, 2003; Collins & Emeoth, 2005; Stewart, 2008).

Peran psikoneuroendokrin menjadi dasar patogenesis sindroma

premenstruasi. Pengaruh stresor psikososial dianggap sebagai * $$ +

(8)

HPA, perubahan kadar hormon kortisol, ketidak'seimbangan hormon

reproduksi perempuan, serta ketidak'seimbangan di

sistem saraf pusat. Sehingga hal ini menjadi dasar penatalaksanaan sindroma premenstruasi. Sampai saat Konsensus Montreal ditetapkan, belum ditemukan suatu pemeriksaan hematologis dan biokimiawi yang

obyektif untuk menilai sindroma premenstruasi (' !

# 2010).

Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh sindroma premenstruasi baik berupa dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi membuat klinisi berupaya memberikan terapi yang efektif. Terapi sindroma premenstruasi saat ini hanya meliputi terapi medisinal berupa suplementasi vitamin, mineral, hormonal, analgetik, dan anti depresan. Dimana seyogianya klinisi perlu melibatkan terapi psikologis, seperti terapi kognitif'behavioral ( $ ,

& , ) dan suportif psikologis lainnya, mengingat peran stres

dewasa ini dianggap sebagai * $$ + terjadinya sindroma premenstruasi

(Lusty et al, 2009).

Keadaan stres erat kaitannya dengan aksis HPA dan kelenjar adrenal sebagai organ yang menyekresikan hormon kortisol. Sejauh mana stres mempengaruhi kelenjar adrenal dalam mensekresikan kortisol dapat

dinilai dari derajat “ +yang diukur dengan kuesioner “

- +. Kuesioner ini disusun oleh Hompes, seorang ahli

ginekologi Inggris. Dimana validitas dan reliabilitasnya telah dibuktikan sebelumnya (Hompes, 2009).

(9)

bebas lebih mudah diperoleh. Selain itu banyak penelitian telah membuktikan bahwa kadar kortisol saliva mencerminkan kadar kortisol bebas di dalam darah dan merupakan alat yang sangat berguna untuk studi fisiologis dan untuk diagnosis pada anak'anak dan dewasa (Castro et al, 2000; Kalman & Grahn 2004). Pemeriksaan kortisol saliva ini tergolong mudah dan non'invasif (Lo et al, 1992; Kirschbaum ,2008; Hellhammer et al, 2009).

Sindroma premenstruasi paling sering terjadi pada perempuan usia remaja yang sangat peka dengan perubahan hormonal. Dampak dari sindroma premenstruasi akan mempengaruhi aktivitas sehari'hari dan menurunkan produktivitas serta kualitas hidup secara keseluruhan. Sindroma premenstruasi paling banyak muncul sebagai gejala subjektif yang diduga berhubungan dengan aspek psikoneuroendokrin. Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa pengaruh stres bermanifestasi terhadap aksis hipotalamus'hipofisis'adrenal. Sejauh mana stres mempengaruhi kelenjar adrenal dalam menyekresikan kortisol dapat

dinilai dari derajat pada perempuan remaja. Derajat

menggambarkan perubahan kadar kortisol sebagai

. Keadaan ini akan bermanifestasi terhadap perubahan endokrin

reproduksi seorang perempuan dan menjadi “ $$ + terjadinya sindroma

premenstruasi.

(10)

pemeriksaan kortisol saliva belum pernah diteliti sebelumnya untuk menilai derajat sindroma premenstruasi pada perempuan remaja, sehingga dari hasil penelitian ini dapat diperoleh suatu biomarker yang mudah,

, , , yang sensitif, dan spesifik untuk penanda derajat sindroma

premenstruasi.

Belum adanya penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan

stresor psikososial yang dinilai dari derajat terhadap kadar

kortisol saliva sebagai penanda derajat sindroma premenstruasi, maka peneliti berusaha merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah pemeriksaan kadar kortisol saliva ini dapat menjadi pemeriksaan non invasif yang sensitif dan spesifik sebagai penanda terjadinya sindroma premenstruasi pada perempuan remaja?” dan “Bagaimana pengaruh stresor psikososial yang dinilai dari derajat

terhadap perubahan kadar kortisol saliva pada perempuan remaja yang mengalami sindroma premenstruasi?”.

Untuk mengetahui kadar kortisol saliva dari perempuan remaja yang dapat dijadikan sebagai penanda derajat sindroma premenstruasi.

! "

Mengetahui karakteristik indeks massa tubuh (IMT), usia saat , lama menstruasi dari perempuan remaja yang mengalami sindroma premenstruasi.

# Mengetahui perbedaan tingkat stresor psikososial yang dinilai

berdasarkan derajat yang diukur dengan

- terhadap kadar kortisol saliva dari remaja

(11)

$ Mengetahui hubungan kadar kortisol saliva dari remaja terhadap derajat keparahan sindroma premenstruasi yang dinilai dengan

$ (PSST) yang

merupakan " .

% Penelitian ini juga akan mencari nilai titik potong ( "" , ), sensitivitas dan spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi

negatif, akurasi, serta , (AUC) dari kadar kortisol

saliva yang dapat dijadikan sebagai penanda derajat sindroma premenstruasi. Setelah hasil diperoleh, nilainya nanti akan dipakai sebagai standar diagnosis untuk menegakkan diagnosis sindroma premenstruasi yang terjadi pada remaja.

&

& '

Hasil penelitian diharapkan menambah teori bahwa tingkat stresor

psikososial yang dinilai dari derajat berhubungan

dengan kadar kortisol saliva yang dapat dijadikan sebagai penanda derajat sindroma premenstruasi.

! & ( &

& #

) Metode pemeriksaan kortisol saliva yang mudah dan non

invasif serta sensitif dan spesifik sebagai penanda derajat

sindroma premenstruasi dapat dijadikan standar

operasional prosedur sebagai penanda derajat sindroma premenstruasi pada remaja.

(12)

penanganan aspek psikologis pada perempuan remaja yang mengalami sindroma premenstruasi.

# & #

) Penanganan sindroma premenstruasi pada remaja dapat

dilakukan dalam bentuk suportif psikologis, salah satunya melakukan konseling, khususnya yang berkaitan dengan motivasi belajar.

!) Pemeriksaan kadar kortisol saliva pada sindroma

premenstruasi dapat digunakan untuk menilai secara obyektif perempuan usia remaja yang menderita sindroma premenstruasi dari kalangan siswi/mahasiswi terkait dengan ketidakhadiran, motivasi, dan prestasi belajar, juga bagi perempuan pekerja usia remaja yang menderita sindroma premenstruasi terkait produktivitas kerja, sehingga akan memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan yang mempunyai tenaga kerja perempuan usia remaja akhir dalam mengupayakan waktu kerja yang optimal di tempat mereka bekerja karena permintaan cuti haid diberikan secara obyektif.

* " + " )

Referensi

Dokumen terkait

Penulis juga melakukan pencarian data dengan wawancara mendalam secara terstruktur kepada Ketua Barongsai di Jakarta dari perguruan Ko Ha Kong, pengamat budaya Tionghoa, dan

The Influence of Baical Skullcap Root ( Scutellaria baicalensis radix ) in the Diet of Broiler Chickens on the Chemical Composition of the Muscles, Selected

Setelah batas akhir waktu upload dokumen penawaran secara elektronik melalui Lpse Polda Bali, penyedia yang mengupload dokumen penawaran tidak ada sehingga menyebabkan lelang

Karena beacon frame merupakan hal yang penting pada suatu router dalam penyebaran informasi termasuk melakukan probe request authentication and association pada

Karna kawan aku juga ga semua waria kan say, jadi kadang kalo aku buat status pake bahasa binan, banyak yang ga ngerti, banyak yang komen nanyain artinya.. Makanya kadang-kadang

menggunakan jasa rental mobil sangat besar karena Salatiga. berada tepat diantara jalur Yogyakarta, Solo dan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut: (1) media TIK tutorial dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru

Then, 3D structure lines are obtained from the 3D cloud points acquired with 3D cameras and projected onto the 2D images to generate 2D structure lines, which are combined with the