BAB III Metode Penelitian
3.1 Bentuk Peneitian
Penelitian ini merupakan penelitian Asosiatif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode Penelitian asosiatif adalah metode penelitian yang meneliti
hubungan di antara variabel-variabel yang ada. Penelitian asosiatif bertujuan
untuk meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat
dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2011:11).
Dalam pendekatan kuantitatif peneliti melakukakan suatu rangkaian
penelitian yang berawal dari sejumlah teori, kemudian teori itu didiskusikan
menjadi suatu hipotesis dan asumsi-sumsi suatu kerangka pemikiran yang
terjabarkan dalam sebuah metode analisis yang terdiri dari variabel-variabel yang
akan mengarah kepada operasionalissasi konsep.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara jalan Prof. Sofyan No. 1 Padang Bulan, Medan.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalissasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristeik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011 : 61).Yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Administrasi
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin
diteliti dan dimaksudkan untuk dapat mewakii populasi penelitian (Sugiyono,
2011:62).
Dalam penelitian ini , teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012:122) teknik sampling jenuh adalah
teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Dengan kata lain, penarikan sampel secara jenuh yaitu 100% dari jumlah
populasi yaitu dimana responden berjumlah 53 responden.
3.4 Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan yang di duga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat di uji secara empiris. Hipotesis
merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.
Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat di percaya, di sangkal
atau diuji kebenaranya mengenai konsep atau yang menjelaskan atau memprediksi
fenomene-fenomena.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0: Tidak terdapat pengaruh antara sistem multi level marketing terhadap
proses keputusan pembelian konsumen produk tupperware Medan
�1: Terdapat pengaruh antara sistem multi level marketing terhadap proses
3.5 Defenisi Konsep
Definisi konsep yaitu suatu definisi yang masih berupa konsep dan maknanya
masih sangat abstrak walaupun secara intuitif masih bisa dipahami maksudnya.
Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti,
maka dalam hal ini peneliti mengemukakan defenisi dari konsep yang
dipergunakan, yaitu :
1. Sistem multi level marketing (X) diartikan sebagai suatu cara atau metode
penjualan secara berjenjang kepada konsumen melalui jaringan pemasaran
yang dikembangkan oleh perorangan atau badan usaha yang
memperkenalkan barang dan jasa tertentu kepada sejumlah perorangan
atau badan usaha lainnya secara berturut-turut yang bekerja berdasarkan
komisi atau iuran keanggotaan yang wajar.
2. keputusan pembelian (Y)
Keputusan pembelian adalah suatu tindakan konsumen untuk membentuk
referensi diantara merek-merek dalam kelompok pilihan dan membeli
produk yang paling disukai.
3.6 Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah sebagai suatu unsur penelitian yang merupakan
petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur dalam rangka memudahkan
pelaksanakan penelitian dilapangan, sehingga memerlukan operasionalisasi dari
masing-masing konsep yang digunakan dalam menggambarkan perilaku atau
gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui
kebenarannya. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
Tabel 3.6 Definisi Operasional
No Variabel Variabel Definisi Indikator Skala
1 Variabel lapangn kerja 5. Mempercepat 5. Perilaku Pasca
Pembelian
Likert
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagikan menjadi dua jenis
berdasarkan pada pengelompokanya, yaitu:
1. Data Primer
Merupakan suatu teknik pengumpulan data terhadap objek penelitian
dengan cara melakukan pengamatan langsung (field research). Data
primer tersebut dipakai melalui Wawancara dan penyebaran kuesioner.
2. Data Sekunder
Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengumpulan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian. Data sekunder tersebut diperoleh melalui studi kepustakaan dan
dokumentasi.
3.8 Teknik Penentuan Skor
Untuk membantu dalam menganalisis data, maka peneliti menggunakan
teknik penentuan skor yang digunakan adalah melalui penyebaran angket yang
berkaitan dengan beberapa pernyataan yang akan diajukan kepada responden, di
tentukan skor pada setiap pernyataan. Penentuan ini dihitung berdasarkan
alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS) dan diberi skor sebagai berikut:
Untuk alternatif jawaban SS Diberi skor 5
Untuk alternatif jawaban S diberi skor 4
Untuk alternatif jawaban N diberi skor 3
Untuk alternatif jawaban TS diberi skor 2
Untuk menentukan kategori jawaban apakah tergolong sangat kuat, kuat,
sedang, rendah dan sangat rendah terlebih dahulu ditentukan intervalnya sebagai
berikut:
�������� =������������� − �����������ℎ
�����������������
= 5−1
5
= 0,8
Sehingga dapat di kategorikan jawaban masing-masing responden variabel
tersebut adalah:
1. Skor untuk kategori sangat kuat = 4.21 – 5.00
2. Skor untuk kategori kuat = 3.41 – 4.20
3. Skor untuk kategori sedang = 2.61 – 3.40
4. Skor untuk kategori rendah = 1.18 – 2.60
5. Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80
Untuk menentukan jawaban responden tersebut tergolong sangat setuju,
setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju maka dari jumlah skor
variabel yang akan ditentukan rata-ratanya dengan membagi jumlah pertanyaan
dari hasil pembagian maka dapat diketahui jawaban responden termasuk kedalam
kategori yang mana.
3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Metode Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Kuesioner sebagai sumber data utama dalam penelitian ini harus dilakukan
dengan menggunakan bantuan paket program statistic SPSS (Statistic Product and
Service Solution) versi 21.0. Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk
mengukur kelayakan butir-butir dalam daftar pernyataan yang mendefenisikan
suatu variabel, kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai
berikut:
Jika r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut valid
Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tidak valid
2. Uji Reabilitas
Reabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrumen penelitian.
Reliabilitas yaitu suatu pengukuran yang menunjukkan sejauh mana pengukuran
tersebut tanpa bias (bebas kesalahan) dan karena itu menjamin pengukuran yang
konsistensi lintas waktu dan lintas beragan item dalam instrumen (Uma Sekaran
2006:40).
Adapun kriteria pengujian reliabilitas adalah:
1. Jika nilai koefisien reliabilitas > 0.6 maka instrumen memiliki reabilitas
yang baik atau dengan kata lain instrumen ialah reliabel atau terpercaya.
2. Jika nilai koefisien reliabilitas < 0.6 maka instrumen yang di uji tidak
reliabel.
3.9.2 Metode Analisis Data
1. Metode Regresi Linier Sederhana
Untuk mengetahui bagaimana variabel dependen (Y) dapat diprediksikan
variabel bebas terhadap variabel terikat maka setelah data di ubah ordinal ke
interval, maka dimasukkan kedalam rumus:
Y = a + bx
Dimana:
Y = subjek/nilai dalam variabel dependen yang di prediksi
a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = koefisien regresi yang menunjukkan peningkatan/penurunan variabel
dependen yang didasarkan pada variabel independen
X = subjek pada variabel independen mempunyai nilai tertentu maka nilai a dan b
dapat dicari dengan rumus:
� =(∑y) (∑x
2 )−(∑x)(∑xy)
n∑x2 – (∑x)2
�= � ∑ �� −(∑ �)(∑ �
� ∑ �2 – (∑ � )2
3.10 Pengujian Hipotesis
a. Uji signifikan Individu/Uji Presial (Uji-t)
Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara
individual terhadap variabel terikat. Adapun uji-t menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
Ho : b1 0
Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari
variabel independen yaitu Sistem MLM terhadap Keputusan Pembelian (Y).
Ho : b1 ≠ 0
Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel
Kriteria Pengambilan Keputusan:
Ho diterima jika t hitung < t tabel pada � = 5 %
Ho ditolak jika t hitung > t tabel pada � = 5%
b. Koefisien korelasi (�2)/ independent determinan (�2)
Identifikasi determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh
variabel-variabel indipenden terhadap variabel dependen. Identifikasi determinan
(�2) berfungsi untuk mengetahui signifikan variabel, maka harus dicari koefisien,
determinan menunjukkan besarnya kontibusi variabel indipenden (X) terhadap
variabel depanden (Y). Jika determinan (�2) semakin besar (mendekati 1) maka
dapat dikatakan bahwa pengaruh signivikan dari variabel indipenden yakni Sistem
Multi Level Marketing serta variabel dependen (Y) yaitu Proses Keputusan
Pembelian Konsumen semakin besar. Sebaliknya determinan (�2) semakin kecil
(mendekati 0) maka dapat dilakukan pengaruh yang signifikan dari variabel
independen yaitu Sisem Multi Level Marketing variabel dependen (Y) yaitu
Proses Keputusan Pembelian semakin kecil. Hal ini berarti model yang
digunakan tidak kuat untuk menerangkan variabel independen (X) yaitu Sistem
Multi Level Marketing serta variabel dependen (Y) yaitu Proses Keputusan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Produk Tupperware 4.1.1 Sejarah Singkat Produk Tupperware
Tupperware Corporation yang berpusat di Orlando Amerika Serikat adalah
perusahaan multinasional yang memproduksi serta memasarkan produk plastik
berkualitas untuk keperluan rumah tangga. Dengan sistem penjualan langsung
(direct selling), Tupperware berkembang dan berada di lebih dari 100 negara. Di
banyak Negara, di antara perusahaan direct selling lain Tupperware berhasil
menempati ranking atas. Berkat penemuannya yang gemilang tahun 1937 di
Amerika & dikembangkan tahun 1946, Earl Tupper
melahirkan berbagai produk innovatif bermerek Tupperware.
Kehadirannya mempermudah dan memperindah kehidupan para ibu rumah
tangga di Amerika. Home party Tupperware yang dikenal sebagai Tupperware
Party adalah cara penjualan yang unik, informatif dan menghibur. Cara ini
pertama kali diperkenalkan oleh Brownie Wise. Kejeliannya memanfaatkan
teknologi membuat Tupperware tanggap dengan berbagai perubahan yang terjadi
di masyarakat. Diperkirakan hampir setiap 2,3 detik diselenggarakan Tupperware
Party di salah satu sudut dunia. Tupperware selalu melahirkan produk baru
berkualitas yang innovatif, berdesain unik dengan warna warni yang khas, trendy
Bahan yang digunakanpun berkualitas terbaik, aman bagi kesehatan serta
ramahlingkungan bahkan telah memenuhi ketentuan FDA, EFSA dan FS
Sumber : www.Tupperwarebrands.com
Sesuai dengan komitmennya dalam memberi kepuasan maksimal kepada
semua pencinta dan penggunanya, Tupperware tak ragu untuk memberikan
garansi seumur hidup (sesuai pemakaian normal). Secara resmi Tupperware
dipasarkan di Indonesia tahun 1991. PT. Alif Rose di Jakarta merupakan
Distributor resmi pertama Tupperware, dan kini sudah lebih dari 74 Distributor
resmi yang tersebar di berbagai kota besar di seluruh Indonesia. Didukung lebih
dari 190.000 tenaga penjual independen, produk Tupperware berhasil menembus
berbagai kalangan. Pelatihan dan bimbingan yang diberikan merupakan bekal
untuk menjadi tenaga penjual yang tangguh. Meski terdiri dari berbagai latar
belakang ekonomi dan pendidikan, namun ada satu persamaannya yaitu bisa
menyisihkan waktu untuk keluarga, sekaligus memiliki karir dan penghasilan
yang sangat memuaskan.
4.1.2 Visi dan Misi Tupperware
Visi Tupperware Indonesia adalah “ menjadi Company of Choice dan
Brand of Choice”. Sedangkan Misinya adalah “ merubah hidup lebih banyak
4.1.3 Gambaran Umum Komunitas Single Ministry
Komunitas Single Ministry Medan telah berdiri sejak tahun1994 di kota
Medan oleh mission team yang dikirim dari Jakarta sebagai pusat komunitas
terbesar se- Indonesia. Komunitas Single Ministry saat ini sudah tersebar dari
sabang sampai merauke, dan kota medan sendiri pernah merupakan region pilar
di pulau sumatera yang menaungi beberapa kota antara lain Batam, Jambi,
Pekanbaru, Pematang siantar, Bandar Lampung, Bangka, Nias, Bengkulu dan
Palembang.
Keberadaan Komunitas ini berada di bawah naungan gereja yaitu GKDI
(Gereja Kristus Di Indonesia) SK. Dirjen Bimas Kristen Protestan Depag No.F /
Kep / HK. 00.5 / 45 / 1447/ 1999. Selain melayani dalam kerohanian dan
konseling keluarga, GKDI juga berkontribusi dan memberkati masyarakat
Kristiani, seperti mendukung HOPE Worldwide Indonesia dan Haggai Insitute.
HOPE Worldwide Indonesia adalah sebuah NGO (Non Governmental
Organization) atau LSM yang sudah terdaftar di badan PBB.
Anggota jemaat GKDI terlibat aktif bersama HOPE untuk melakukan
kegiatan-kegiatan sosial di seluruh Indonesia, seperti: mengadakan aksi donor
darah, Walkathon (jalan sehat massal), membantu korban bencana dan konseling
pemulihan bencana, dan masih banyak lagi. Mereka tidak hanya mendukung
secara finansial, tetapi juga mengambil waktu di luar jam kerja untuk melayani di
daerah terpencil dan menolong mereka yang membutuhkan.
Tidak hanya membentuk Komunitas Single Ministry tetapi juga
Kampus Ministry atau lebih dikenal dengan nama Medan Campus Ministry
(MCM), Merried Ministry, Medan Teens Ministry, Godly man an Godly woman
dan Kids Kingdom.
Komunitas Single Ministry merupakan bagian dari komunitas Campus
ministry yang diikuti oleh penulis sejak awal memulai perkuliahan ditahun 2013
hingga saat ini. Ini juga merupakan bentuk antusias penulis untuk melakukan
penelitian di komunitas tersebut.
4.1.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah gambaran sekelompok orang yang bekerjasama
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi atau komunitas
tidak akan cukup dengan fasilitas tapi harus dibekali dengan team organisasi yang
mau memberi hati dan bekerjasama, melaksanakan tanggungjawab dalam
memimpin dan menggerakkan aktifitas organisasi.
Dalam melaksanakan pelayanannya komunitas perlu memebentuk struktur
organisasi yang jelas, sistematis dan terstruktur agar pelaksaannya berjaan dengan
baik juga mencapai hasil yang maksimal. Berikut ini adalah struktur oragnisasi
atau komunitas Single Ministry Medan.
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Komunitas Single Ministry
Sumber : Komunitas Single Ministy Medan, 2017
Full Time
Body
SGL
4.1.5 Logo Komunitas Single Ministry
Sumber: instagram komunitas Single Ministry medan
4.1.6 Deskripsi Kinerja
Berdasarkan pada struktur organisasi atau komunitas, maka akan
dijelaskan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian tersebut,
yaitu:
1. Full Time ( Pelayan ), adapun tugas dan tanggung jawab yaitu:
a. Merancang program dan menciptakan ide-ide
b. Mengayomi Small Grup Leader (SGL)
c. Mempersiapkan Training sesuai kebutuhan Pemimpin
d. Bertanggung jawab atas seluruh program yang akan
dilaksanakan.
e. Membuat rencana Pertumbuhan.
2. Body Builder, adapun tugas dan taggung jawab yaitu:
a. Membantu Full Time (Pelayan) dalam mempersiapkan program
b. Menjadi perpanjangan tangan Full Time masuk ke pemimpin
grup dan anggota
c. Mencari tau dan menampung saran dari anggota
3. Small Grup Leader (SGL), adapun tugas dan tanggung jawab yaitu
a. Mentoring, modelling, pemimpin dalam grup kecilnya
b. Mengarahkan anggota untuk mengikuti program yang ada dan
sudah ditetapkan
c. Memimpin pertemuan dan diskusi yang diselenggarakan
d. Rest-up Pemimpin baru
4. Leader ( Pemimpin ), adapun tugas dan tanggung jawab yaitu:
a. Memimpin setiap anggota atau anak bimbingannya
b. Menumbuhkan anggota baik secara kuantitas dan kualitas
c. Bertanggung jawab untuk memfungsikan setiap anggota
d. Mengajak tamu mengikuti setiap acara yang diadakan
e. Training anggotanya untuk melakukan fellowship.
4.2 Analisis Deskriptif
4.2.1 Analisis Deskriptif Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Sister Single Ministry atau wanita
pekerja dalam komunitas Single Ministry Medan. Penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 53 responden berdasarkan Karakteristik umur, jumlah
penghasilan perbulan, pekerjaan dan pendidikan. Pengelompokan ini bertujuan
objek penelitian. Adapun deskripsi dari responden sebagai objek penelitian
tersebut satu per satu dapat diuraikan sebagai berikut:
4.2.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur pada Komunitas Single
Ministry Medan dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No. Umur Jumlah Presentase
1 < 22 tahun 77 13%
2 21 – 30 tahun 35 66%
3 31 – 39 tahun 9 17%
4 >40 tahun 2 3,8%
Total 53 100%
Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas usia 22- 30 tahun merupakan usia konsumen
terbanyak dalam komunitas Ministry Single Medan sebanyak 35 orang ( 66 %).
hal ini membuktikan bahwa konsumen Tupperware dominan adalah wanita
pekerja yang berusia relatif muda.
4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diluar dari Komunitas
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah Presentase
1 PNS 0 0
Sumber : hasil penelitian, 2017 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas responden yang bekerja sebagai pegawai
swasta sebanyak 29 orang (55%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dalam Komunitas Single ministry Khusus sister atau wanta bekerja dominan
bekerja sebagai pegawai di Perusahaan Swasta di Kota Medan. Hal ini
dikarenakan minat bekerja sebagai pegawai masih cukup tingi di dalam komunitas
tersebut.
4.2.1.3 Karakteristik Berdasarkan gaji per bulan
Adapun yang menjadi karakteristik responden berdasarkan gaji per bulan
dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3
Karakteristik Berdasarkan gaji
No. Jumlah gaji Jumlah Presentase
Sumber : hasil penelitian (2017) olahan data
Berdasarkan tabel 4.3 di atas , responden tertinggi dengan nominal gaji
perbulan Rp1.000.000. Hal itu membuktikan bahwa produk tupperware banyak
diminati oleh konsumen, harga produk Tupperware masih terjangkau dan dapat
4.2.1.4 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada Komunitas Single
Ministry Medan khusus sister atau wanita bekerja dapat dilihat pada tabel 4.4
sebagai berikut:
Tabel 4.4
Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Presentase
1 S1 9 17%
2 D3 15 28,3%
3 SLTA 27 51%
4 Lainnya 2 3,77%
Total 53 100%
Sumber : hasil penelitian (2017), olahan data
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, responden dengan pendidikan tertinggi
secara kuantitas adalah responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 27
responden (51%). Hal ini mengindikasikan bahwa Komunitas Single Ministry
Medan bersifat umum tidak dibatasi oleh pendidikan dan tidak berdasarkan
pengalaman berorganisasi.
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian
Pada Komunitas Single Ministry Medan, Variabel bebas (Independent
Variable) yang diamati pada penelitian ini adalah sistem mullti level marketing
(X) sedangkan variabel terikat (dependent variable) proses keputusan pembelian
(Y) produk Tupperware. Berikut disajikan jawaban responden Terhadap
4.3.1 Distribusi Jawaban Responden Sistem Multi Level Marketing
Distribusi jawaban responden terhadap variabel X yaitu Sistem Multi
Level Marketing dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut
Tabel 4.5
Bentuk, ukuran, Diameter, pilihan warna pada katalog produk Tupperware sangat jelas dan mudah di mengerti
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 16 30,20%
2 Setuju 33 62,26%
3 Netral 4 7,54%
Total 53 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Statistik, 2017
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa 30,2% responden menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan “Bentuk, ukuran, Diameter, pilihan warna pada
katalog produk Tupperware sangat jelas dan mudah di mengerti ”, 62,3%
responden menyatakan setuju, 7,5% responden menyatakan Netral. Dengan
demikian responden setuju memilih tupperware karena informasi produk pada
katalog mudah dimengerti.
Tabel 4.6
Saya membeli produk Tupperware melalui katalog yang ditawarkan
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 9 17, %
2 Setuju 32 60,3%
3 Netral 9 17%
4 Tidak setuju 3 5,7%
Total 53 100%
Dari tabel 4.6 tersebut dapat dilihat bahwa 17% responden menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan “Saya membeli produk Tupperware melalui katalog
yang ditawarkan”, 60,4% responden menyatakan setuju, 15,1% responden menyatakan
netral, 7,5% responden menyatakan tidaka setuju. Responden setuju memilih bahwa
Tupperware dibeli melalui katalog yang ditawarkan.
Tabel 4.7
Produk Tupperware hanya dijual para member Tupperware
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 18 7,5%
2 Setuju 32 15,1%
3 Netral 10 60,4%
4 Tidak setuju 3 17%
Total 53 100%
Sumber : Hasil Olahan Data Statistik, 2017
Berdasarkan uraian tabel 4.7 diatas kita dapat melihat bahwa 15,1%
responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “Produk Tupperware
hanya dijual para member Tupperware”, 60,4% responden menyatakan setuju dan
20,8% menyatakan netral dan 3,8% responden menyatakan tidak setuju. Dengan
demikian responden setuju bahwa produk tupperware hanya dijual oleh member
atau distributor tupperware saja.
Tabel 4.8
Tupperware memiliki banyak agent distributor
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 11 20,75%
2 Setuju 23 43,40%
3 Netral 12 22,65%
4 Tidak setuju 7 13,20%
Total 53 100%
Dari tabel 4.8 diatas kita dapat melihat bahwa 20,8% responden
menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “Tupperware memiliki banyak agent
distributor”, 45,3% responden menyatakan setuju dan 20,8% menyatakan netral
dan 13,2% reponden menyatakkan tidak setuju. Responden setuju bahwa
tupperware memiiki banyak agent distributor.
Tabel 4.9
Konsumen mengenal produk Tupperware dari teman dan keluarga terdekat
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 9 17%
2 Setuju 32 60,37%
3 Netral 10 18,86%
4 Tidak setuju 2 3,77%
Total 53 100%
Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.9 diatas kita dapat melihat bahwa 17% responden menyatakan
sangat setuju dengan pernyataan “Saya mengenal produk Tupperware dari teman
dan keluarga terdekat”, 60,4% responden menyatakan setuju dan 18,9%
menyatakan netral dan 3,8% menyatakan tidak setuju. Dari data tersebut
menjelaskan bahwa konsumen tupperware mengenal produk tupperware dari
teman dan keluarga terdekat.
Tabel 4.10
Tupperware memiliki banyak anggota jaringan pemasaran
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 9 17%
2 Setuju 21 39,62%
3 Netral 17 32,07%
4 Tidak setuju 6 11,32%
Total 53 100%
Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)
jaringan pemasaran”, 39,6% responden menyatakan setuju dan 32,1% menyatakan
netral, dan 11,3% menyatakan tidak setuju. Responden memilih setuju bahwa
tupperware memiliki banyak anggota pemasaran.
Tabel 4.11
Dengan menjual Tupperware, member mendapat penghasilan tambahan
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 4 7,54%
Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.11 diatas kita dapat melihat bahwa 7,5% responden
menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “Dengan menjual Tupperware,
member mendapat penghasilan tambahan”, 47,2% responden menyatakan setuju
dan 20,8% menyatakan netral, 22,6% responden menyatakan tidak setuju dan
1,9% responden menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dinyatakan
responden memilih setuju bahwa menjual produk tupperware menambah
penghasilan member.
Tabel 4.12
Semua profesi bisa menjalankan bisnis penjualan Tupperware
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 6 11,32%
Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.12 di atas kita dapat melihat bahwa 11,3% responden
bisnis penjualan Tupperware”, 32,1% responden menyatakan setuju dan 24,5%
menyatakan netral, 22,6% menyatakan tidak setuju dan 9,4% menyatakan sangat
tidak settuju. Dengan demikian responden memilih setuju bahwa semua profesi
dapat menjalankan bisnis penjualan tupperware.
Tabel 4.13
Kerja Keras, penjualan besar, Komisi Besar
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 15 28,3%
2 Setuju 29 54,7%
3 Netral 6 11,3%
4 Tidak setuju 3 5,7%
Total 53 100%
Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.13 di atas kita dapat melihat bahwa 28,3% responden
menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “ Kerja Keras, penjualan besar,
Komisi Besar ”, 54,7% responden menyatakan setuju dan 11,3% menyatakan
netral dan 5,7% menyatakan tidak setuju. Dengan demikian responden memilih
setuju bahwa kerja keras, penjualan besar, komisi pun besar melalui sistem
penjualan tupperware.
Tabel 4.14
Tupperware Sering mengadakan diskon
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 18 34%
2 Setuju 21 39,6%
3 Netral 13 24,5%
4 Tidak setuju 1 1,9%
Total 53 100%
Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.14 di atas kita dapat melihat bahwa 34% responden
menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “ Tupperware Sering mengadakan
1,9% menyatakan tidak setuju. Dengan demikian responden memilih setuju
bahwa tupperware sering mengadakan diskon.
Tabel 4.15
5 Saya mengenal produk
Tupperware dari teman dan keluarga
4.3.2 Analisis Indeks Jawaban Responden Proses Keputusan Pembelian
Variabel keputusan pembelian terdiri atas sembilan item pernyataan.
Untuk mengetahui jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.16
Memakai tupperware karena karakteristik produknya memenuhi kebutuhan
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 16 30,2%
2 Setuju 34 64,2%
3 Netral 3 5,6%
Total 53 100%
Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa 30,2% responden menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan “Tupperware adalah produk perlengkapan
rumah tangga yang berkualitas”, 64,2% responden menyatakan setuju, 5,7%
responden menyatakan Netral. Dengan demikian responden setuju memilih
produk tupperware adalah produk berkuallitas.
Tabel 4.17
Tupperware adalah produk perlengkakapan rumah tangga yang berkualitas
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 9 17%
2 Setuju 32 60,4%
3 Netral 7 13,2%
4 Tidak setuju 5 9,4%
Total 53 100%
Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa 17% responden menyatakan
sangatsetuju terhadap pernyataan “Konsumen berusaha mencari informasi tentang
produk tupperware dari teman maupun media lain”, 60,4% responden menyatakan
setuju. Dengan demikian konsumen setuju bahwa konsumen akan mencari
infomasi tenntang tupperware sebelum melakukan proses pembelian.
Tabel 4.18
Konsumen berusaha mencari informasi produk dari rekan dan media
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 8 15,1%
2 Setuju 30 56,6%
3 Netral 13 24,5%
4 Tidak setuju 2 3,8%
Total 53 100%
Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa 15,1% responden menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan “Adanya kebutuhan mendorong konsumen
untuk mencari informasi tentang produk Tupperware”, 56,6% responden
menyatakan setuju, 24,5% responden menyatakan Netral, 3,8% responden
menyatakana tidak setuju. Dengan demikin responden setuju memilih bahwa
arena adanya kebutuhan mendorong mereka untuk mencari iinformasi tentang
produk tupperware.
Tabel 4.19
Adanya kebutuhan yang mendorong mencari informasi
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 11 20,8%
2 Setuju 27 50,9%
3 Netral 8 15,1%
4 Tidak setuju 7 13,2%
Total 53 100%
Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.19 di atas dapat dilihat bahwa 20,8% responden menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen akan melakukan seleksi tehadap
produk yang sesuai dengan kebutuhannya”, 50,9% responden menyatakan
tidak setuju. Dengan demikian responden setuju bahwa mereka akan melakukan
seleksi terhadap produk sesuai dengan kebutuhannya.
Tabel 4.20
Konsumen melakukan seleksi terhadap produk sesuai kebutuhan
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 8 15,1%
2 Setuju 34 64,1%
3 Netral 9 17%
4 Tidak setuju 2 3,8%
Total 53 100%
Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.20 di atas dapat dilihat bahwa 15,1% responden menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen berusaha mengevaluasi produk
lain yang ada di pasar”, 64,2% responden menyatakan setuju dan 17%
menyatakan netral dan 3,8% responden menyatakan tidak setuju. Dengan
demikian responden setuju bahwa knsumen akan mengevaluasi produk lain yang
ada di pasar.
Tabel 4.21
Konsumen memutuskan membeli produk berdasarkan pengalaman orang lain
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 9 17%
Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.21 di atas dapat dilihat bahwa 17% responden menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen memutuskan membeli produk
berdasarkan pengalaman orang lain”, 37,7% responden menyatakan setuju dan
demikian responden memilih setuju bahwa mereka akan membeli produk
berdasarkan pengalaman orang laian yang terlebih dulu membeli dan
menggunakan produk tupperware.
Tabel 4.22
Konsumen berusaha mengevaluasi produk lain yang ada di pasar
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 4 7,5%
Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.22 di atas dapat dilihat bahwa 7,5% responden menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen berusaha mengevaluasi produk
lain yang ada di pasar”, 45,3% responden menyatakan setuju dan 20,8%
menyatakan netral, 24,5% responden menyatakan tidak setuju dan 1,9%
responden menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian responden memilih
setuju bahwa mereka akan melakukan evaluasi produk yang ada di pasar.
Tabel 4.23
Setelah menggunakan produk Tupperware, konsumen tertarik untuk membelinya kembali
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 6 11,3%
Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.23 di atas dapat dilihat bahwa 11,3% responden menyatakan
setuju dan 24,5% menyatakan netral, 26,4% responden menyatakan tidak setuju.
Dengan demikian responden memilih setuju untuk membeli kembali produk
tupperware setelah melakukan pembelian ( pembelian ulang).
Tabel 4.24
Konsumen akan merekomendasikan produk Tupperware kepada yang lain
No. Kategori Jumlah Presentase
1 Sangat setuju 20 37,7%
Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)
Dari tabel 4.24 di atas dapat dilihat bahwa 37,7% responden menyatakan
sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen akan merekomendasikan produk
Tupperware kepada yang lain”, 52,8% responden menyatakan setuju dan 3,8%
menyatakan netral, 5,7% responden menyatakan tidak setuju. Dengan demikian
responden setuju memilih bahwa mereka akan merekomendasikan produk
tupperware kepada orang lain.
Tabel 4.25
8 Setelah
Sumber: diolah oleh peneliti (2017)
4.4 Pengujian Instrumen Penelitian
Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan variabel penelitian
sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut.
Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data, maka instrumen yang baik
adalah instrumen yang sesuai dengan sifat data yang akan dikumpulkan dan dapat
menjamin bahwa data yang dikumpulkan tersebut sah (valid) dan dapat dipercaya
(reliabel).
4.4.1 Metode Analisis Data 4.4.2 Uji Instrumen
1 Uji Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner
mampu untuk mengungkap suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
pada � = 0,05 dengan derajat bebas df = n-2 = 53 pada uji satu arah adalah
0,2284.
Tabel 4.26
Hasil Uji validitas Variabel Sistem Multi Level Marketing (X)
Pernyataan Koefisien Korelasi ������ Keterangan
Pernyataan 1 0, ,504
0,2284
Valid
Pernyataan 2 0, ,481 Valid
Pernyataan 3 0, 706 Valid
Pernyataan 4 0, 671 Valid
Pernyataan 5 0, 648 Valid
Pernyataan 6 0, 658 Valid
Pernyataan 7 0,615 Valid
Pernyataan 8 0, 633 Valid
Pernyataan 9 0,454 Valid
Pernyataan 10 0, ,567 Valid
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.26 di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan yang
digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini mempunyai nilai
koefisien korelasi >0,2284 Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua item
pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid sehingga instrumen
atau kuesioner yang digunakan dalam peneitian ini sudah tepat sebagai alat ukur
Tabel 4.27
Hasil Uji Validitas Variabel Proses Keputusan Pembelian
Pernyataan Koefisien Korelasi ������ Keterangan
Pernyataan 1 0, 478
0,2284
Valid
Pernyataan 2 0,458 Valid
Pernyataan 3 0, 748 Valid
Pernyataan 4 0,641 Valid
Pernyataan 5 0, 689 Valid
Pernyataan 6 0,698 Valid
Pernyataan 7 0, 637 Valid
Pernyataan 8 0,664 Valid
Pernyataan 9 0, 589 Valid
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.27 di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan yang
digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini mempunyai nilai
koefisien korelasi >0,2284 Hasil tersebut menunujukkan bahwa semua item
pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid sehingga instrumen
atau kuesioner yang digunakan dalam peneitian ini sudah tepat sebagai alat ukur
penelitian.
2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha dengan ketentuan
apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka instrumen penelitian yang digunakan
Tabel 4.28
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sistem Multi Level Marketing (X)
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,790 10
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.28 di atas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0,790 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih
besar dari 0,6 (0,790 > 0,6) maka item dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.
Tabel 4.29
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Proses Keputusan Pembelian (Y)
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,795 9
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017
Berdasarkan tabel 4.29 di atas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha
sebesar 0,795 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih
besar dari 0,6 (0,795 > 0,6) maka item dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.
4.5 Uji Asumsi Klasik
Salah satu yang merupakan uji asumsi klasik adalah Uji Normalitas. Ada
dua cara yang dapat digunakan untuk melihat apakah data residual terdistribusi
normal atau tidak. Pertama yaitu pedoman pengambilan keputusan rentang data
distribusi normal berdasarkan uji statistik dengan menggunakan pendekatan
1. Jika nilai Asymp.sig (2 tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
2. Jika nilai Kolmogrov – Smirnov Z < 1,97 data dikatakan normal.
Tabel 4.30
Hasil Uji Normalitas Kolmogrov – Smirnov Z
Unstandardi
Std. Deviation 1,05563921
Most Extreme
Differences
Absolute ,105
Positive ,069
Negative -,105
Kolmogorov-Smirnov Z ,767
Asymp. Sig. (2-tailed) ,599
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017
Pada tabel hasil pengolahan data primer di atas dapat dilihat besarnya
perolehan nilai Asymp.sig (2-tailed) adalah 0,622. Artinya, perolehan ini lebih
besar dari 0,05 dan untuk nilai Kolmogrov-Smirnov Z adalah 0,753 dimana angka
ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai ketetapan (0,05). dengan demikian, uji
statistik telah memenuhi kedua kriteria yang dipersyaratkan dan ddapat dikatakan
berdistribusi normal serta memenuhi asumsi normalitas.
Cara kedua untuk uji normalitas dapat dilakukan melalui perhitungan
regresi melalui Software statistik yang dideteksi melalui dua pndekatan grafik
yaitu analisa grafik histogram, dan analisa grafik normal p.plot yang
membandingkan antara dua observasi dengan distribusi yang mendekati ditribusi
1. Grafik Histogram
Gambar 4.31 Histogram Uji Normalitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017
Pada grafik histogram di atas dapat dilihat bahwa grafik histogram
berbentuk lonceng, tidak miring ke kiri dan ke kanan. Oleh karena itu, data dapat
dikatakan berdistribusi normal.
2. Grafik Normal P-Plot
Grafik normal p-p plot untuk pengujian normalitas regresi linear antara
desain produk terhadap keputusan pembelian dapat dilihat hasilnya sebagai
berikut:
Gambar 4.16 Hasil uji Normalitas P-Plot
Pada grafik normal p-plot di atas dapat dilihat bahwa gambar
menunjukkan data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal. Oleh karena itu, data dikatakan berdistribusi normal.
4.6 Metode Analisis Data
4.6.1 Uji Analisis Regresi Linear Sederhana
Dalam menganalisa pengaruh desain produk terhadap keputusan
pembelian Tupperware dilakukan dengan menggunakan analisis regresi.
Berdasarkan dari hasil analisa dengan menggunakan software statistik maka
diperoleh hasil regresi desain produk terhadap keputusan pembelian sebagai
berikut:
Tabel 4.32
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -1,042 1,121 -,930 ,357
Total.X ,922 ,029 ,975 31,390 ,000
a Dependent Variable: Total.Y
Berdasarkan hasil pengolahan regresi linear sederhana yang ditunjukkan pada
tabel 4.27 maka diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut:
Y = -1,042 + 0,922 X
Persamaan Regresi tersebut memiliki arti sebagai berikut:
1. Konstanta (a) = -1,042 nilai konstanta negatif menunjukkan pengaruh negatif
variabel independen, dimana jika variabel bebas yang terdiri dari Sistem MLM
(X) = 0, maka keputusan pembelian pada tupperware akan sebesar -1,042.
2. Y= -1,042 + 0,922X artinya terdapat pengaruh antara sistem multi level
marketing terhadap proses keputusan pembelian, pengaruhnya jika X naik satu
maka nilai akan naik juga sebesar 0,922
4.7 Uji Hipotesis
4.7.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk menguji apakah Sistem Multi Level Marketing (X)
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Proses keputusan
pembelian (Y) pada tupperware. Berdasarkan hasil yang diolah melalui software
statistik maka uji-t yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.30
Hasil Uji Singnifikan parsial (Uji t)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -1,042 1,121 -,930 ,357
Total.X ,922 ,029 ,975 31,390 ,000
a Dependent Variable: Total.Y
Nilai t hitung untuk variabel sistem multi level marketing sebesar 31,390
dengan signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan t tabel pada signifikansi 5% (0,5)
adalah 2,00758. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung (31,390) > t tabel (2,00758)
dan nilai probabilitas 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga Ha diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mutasi secara parsial berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap proses keputusan pembelian produk
tupperware. Artinya peningkatan variabel sistem multi level marketing akan
mengakibatkan penurunan terhadap proses kuputusan pembelian konsumen dan
berbanding terbalik jika dilakukan penurunan sistem multi level martketing
maka, proses keputusan pembelian konsumen akan meningkat pada produk
tupperware.
4.7.2 Uji Koefisien Determinasi (R2
Koefisien determinasi (�2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
kontrobusi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Jika koefisien
determinasi (�2) semakin besar (mendekati satu) maka menunjukkan semakin
baik atau kuat kemampuan X menerangkan Y (0 < �2 < 1). Sebaliknya, jika �2
semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel
bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Berikut ini adalah tabel yang
menjelaskan tipe hubungan antar variabel :
Tabel 4.34
Hubungan antar Variabel
Nilai Interpretasi
0.0 – 0.19 Sangat Tidak Erat 0.2 – 0.39 Tidak Erat
0.4 – 0.59 Cukup Erat 0.6 – 0.79 Erat
0.8 – 0.99 Sangat Erat Sumber : Situmorang dan Luthfi (2015:163)
Hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.35
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
1 ,975(a) ,951 ,950 1,066
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
1. R = 0,975 menunjukkan hubungan antara Sistem Multi Level Marketing (X)
terhadap proses keputusan pembelian (Y) adalah sebesar 95%. Hal ini
berarti bahwa desain produk (X) dan keputusan pembelian (Y) memiliki
hubungan yang erat.
2. Angka R Square (R2) sebesar 0, 951 menunjukkan bahwa Sistem Multi Level
Marketing (X) mampu menjelaskan keputusan pembelian (Y) sebesar 95,1%.
Sedangkan sisanya sebesar 4,9% dipengaruhi oleh faktor lain seperti: desain
4.8 Pembahasan
Variabel Sistem Multi Level Marketing dinyatakan signifikan dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berati bahwa sistem multi level
marketing yang dimiliki tiap produk ramah lingkungan Tupperware memiliki
peranan penting terhadap keputusan pembelian. Koefisien regresi sebesar 0,922
menunjukkan bahwa variabel desain produk berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian.
menurut Purnomo et al. (2011 : 22) sistem MLM (Penjualan berjenjang)
diartikan sebagai suatu cara atau metode penjualan secara berjenjang kepada
konsumen melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh perorangan atau
badan usaha yang memperkenalkan barang dan jasa tertentu kepada sejumlah
perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut yang bekerja
berdasarkan komisi atau iuran keanggotaan yang wajar.
”. Dengan sistem penjualan multi level marketing atau sistem penjualan
berjenjang, penjualan terlihat mudah karena dapat kontak langusng dengan
konsumen. Produk yang ditawarkan dikenal luas oleh konsumen melalui jaringan
distributor atau agent tupperware. Katalog yang ditawarkan juga sangat
membantu konsumen untuk mengerti detail bentuk, warna, ukuran, dan varian
yang disediakan Tupperware Hal ini penampilan dan fungsi suatu produk dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Keputusan pembelian dipengaruhi oleh sistem multi level marketing. Hal
tersebut didasari karena sebelum konsumen tertarik terhadap suatu produk,
konsumen mempertimbangkan atau menilai hal-hal yang menonjol
konsumen dengan pihak distributor MlM tentunya memudahkan pengenalan
produk-produk MLM yang dipasarkan, sehingga sasaran lebih lanjut konsumen
tertarik dan memutuskan setiamenggunakan produk-produk Tupperware.
Pada sisi lainnya, terjadi penyampaian informasi produk kepada konsumen
yang diharapkan dapatmembentuk jaringan (network) baru dari satu konsumen ke
konsumen lain, minimal pihak keluarga terdekat. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian terdahulu oleh Nur Azmi dkk dalam penelitian yang berjudul
“Pengaruh Multi Level Marketing Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk
Kopi Radix HPAI Bangkinang” 1 Alumni pada Prodi Manajemen STIE
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan variabel Sistem Multi Level Marketing terhadap keputusan
pembelian konsumen pada Produk Tupperware Medan. Dan Untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh sitem multi level marketing
terhadap proses keputusan pembelian konsumen produk Tupperware .
2. Secara Parsial, variabel sistem multi level marketing (X) memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian pada Produk Tupperware
Medan.
3. Hasil uji koefisien determinasi yaitu sebesar 95,1% berarti sistem penjualan yang diterapkan tupperware sudah tepat untuk menjalankan
Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan Multi Level ( Tupperware)
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan pendapat konsumen yang
tergolong positif terhadap strategi Multi Level Marketing yang diterapkan oleh
perusahaan produk tupperware. Luasnya jaringan distributor membuat produk
tupperware dapat dikenal luas oleh konsumen dan jaringaan terbentuk dimulai
dari teman dan keluarga terdekat. Diharapkan perusahaan tupperware terus
menambah tenaga penjual atau distributor agar kelangsungan perusahaan tercapai
sesuai visi dan misi perusahaan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang keputusan pembelian,
disarankan untuk menambah variabel-variabel lain yang mempengaruhi keputusan
pembelian selain dari Sistem Multi Level Marketing, sehingga dapat lebih
memperkaya pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan