• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sistem Multi Level Marketing Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Produk Tupperware Di Medan (Studi Pada Wanita Pekerja ) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sistem Multi Level Marketing Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Produk Tupperware Di Medan (Studi Pada Wanita Pekerja ) Chapter III V"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III Metode Penelitian

3.1 Bentuk Peneitian

Penelitian ini merupakan penelitian Asosiatif dengan pendekatan

kuantitatif. Metode Penelitian asosiatif adalah metode penelitian yang meneliti

hubungan di antara variabel-variabel yang ada. Penelitian asosiatif bertujuan

untuk meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat

dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2011:11).

Dalam pendekatan kuantitatif peneliti melakukakan suatu rangkaian

penelitian yang berawal dari sejumlah teori, kemudian teori itu didiskusikan

menjadi suatu hipotesis dan asumsi-sumsi suatu kerangka pemikiran yang

terjabarkan dalam sebuah metode analisis yang terdiri dari variabel-variabel yang

akan mengarah kepada operasionalissasi konsep.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara jalan Prof. Sofyan No. 1 Padang Bulan, Medan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalissasi yang terdiri dari obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristeik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011 : 61).Yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Administrasi

(2)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin

diteliti dan dimaksudkan untuk dapat mewakii populasi penelitian (Sugiyono,

2011:62).

Dalam penelitian ini , teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2012:122) teknik sampling jenuh adalah

teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Dengan kata lain, penarikan sampel secara jenuh yaitu 100% dari jumlah

populasi yaitu dimana responden berjumlah 53 responden.

3.4 Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan yang di duga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat di uji secara empiris. Hipotesis

merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.

Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat di percaya, di sangkal

atau diuji kebenaranya mengenai konsep atau yang menjelaskan atau memprediksi

fenomene-fenomena.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Tidak terdapat pengaruh antara sistem multi level marketing terhadap

proses keputusan pembelian konsumen produk tupperware Medan

�1: Terdapat pengaruh antara sistem multi level marketing terhadap proses

(3)

3.5 Defenisi Konsep

Definisi konsep yaitu suatu definisi yang masih berupa konsep dan maknanya

masih sangat abstrak walaupun secara intuitif masih bisa dipahami maksudnya.

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti,

maka dalam hal ini peneliti mengemukakan defenisi dari konsep yang

dipergunakan, yaitu :

1. Sistem multi level marketing (X) diartikan sebagai suatu cara atau metode

penjualan secara berjenjang kepada konsumen melalui jaringan pemasaran

yang dikembangkan oleh perorangan atau badan usaha yang

memperkenalkan barang dan jasa tertentu kepada sejumlah perorangan

atau badan usaha lainnya secara berturut-turut yang bekerja berdasarkan

komisi atau iuran keanggotaan yang wajar.

2. keputusan pembelian (Y)

Keputusan pembelian adalah suatu tindakan konsumen untuk membentuk

referensi diantara merek-merek dalam kelompok pilihan dan membeli

produk yang paling disukai.

3.6 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah sebagai suatu unsur penelitian yang merupakan

petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur dalam rangka memudahkan

pelaksanakan penelitian dilapangan, sehingga memerlukan operasionalisasi dari

masing-masing konsep yang digunakan dalam menggambarkan perilaku atau

gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui

kebenarannya. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai

(4)

Tabel 3.6 Definisi Operasional

No Variabel Variabel Definisi Indikator Skala

1 Variabel lapangn kerja 5. Mempercepat 5. Perilaku Pasca

Pembelian

Likert

(5)

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagikan menjadi dua jenis

berdasarkan pada pengelompokanya, yaitu:

1. Data Primer

Merupakan suatu teknik pengumpulan data terhadap objek penelitian

dengan cara melakukan pengamatan langsung (field research). Data

primer tersebut dipakai melalui Wawancara dan penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder

Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengumpulan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek

penelitian. Data sekunder tersebut diperoleh melalui studi kepustakaan dan

dokumentasi.

3.8 Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisis data, maka peneliti menggunakan

teknik penentuan skor yang digunakan adalah melalui penyebaran angket yang

berkaitan dengan beberapa pernyataan yang akan diajukan kepada responden, di

tentukan skor pada setiap pernyataan. Penentuan ini dihitung berdasarkan

alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju

(TS), Sangat Tidak Setuju (STS) dan diberi skor sebagai berikut:

Untuk alternatif jawaban SS Diberi skor 5

Untuk alternatif jawaban S diberi skor 4

Untuk alternatif jawaban N diberi skor 3

Untuk alternatif jawaban TS diberi skor 2

(6)

Untuk menentukan kategori jawaban apakah tergolong sangat kuat, kuat,

sedang, rendah dan sangat rendah terlebih dahulu ditentukan intervalnya sebagai

berikut:

�������� =������������� − �����������ℎ

�����������������

= 5−1

5

= 0,8

Sehingga dapat di kategorikan jawaban masing-masing responden variabel

tersebut adalah:

1. Skor untuk kategori sangat kuat = 4.21 – 5.00

2. Skor untuk kategori kuat = 3.41 – 4.20

3. Skor untuk kategori sedang = 2.61 – 3.40

4. Skor untuk kategori rendah = 1.18 – 2.60

5. Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80

Untuk menentukan jawaban responden tersebut tergolong sangat setuju,

setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju maka dari jumlah skor

variabel yang akan ditentukan rata-ratanya dengan membagi jumlah pertanyaan

dari hasil pembagian maka dapat diketahui jawaban responden termasuk kedalam

kategori yang mana.

3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Metode Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Kuesioner sebagai sumber data utama dalam penelitian ini harus dilakukan

(7)

dengan menggunakan bantuan paket program statistic SPSS (Statistic Product and

Service Solution) versi 21.0. Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk

mengukur kelayakan butir-butir dalam daftar pernyataan yang mendefenisikan

suatu variabel, kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai

berikut:

Jika r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut valid

Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tidak valid

2. Uji Reabilitas

Reabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrumen penelitian.

Reliabilitas yaitu suatu pengukuran yang menunjukkan sejauh mana pengukuran

tersebut tanpa bias (bebas kesalahan) dan karena itu menjamin pengukuran yang

konsistensi lintas waktu dan lintas beragan item dalam instrumen (Uma Sekaran

2006:40).

Adapun kriteria pengujian reliabilitas adalah:

1. Jika nilai koefisien reliabilitas > 0.6 maka instrumen memiliki reabilitas

yang baik atau dengan kata lain instrumen ialah reliabel atau terpercaya.

2. Jika nilai koefisien reliabilitas < 0.6 maka instrumen yang di uji tidak

reliabel.

3.9.2 Metode Analisis Data

1. Metode Regresi Linier Sederhana

Untuk mengetahui bagaimana variabel dependen (Y) dapat diprediksikan

(8)

variabel bebas terhadap variabel terikat maka setelah data di ubah ordinal ke

interval, maka dimasukkan kedalam rumus:

Y = a + bx

Dimana:

Y = subjek/nilai dalam variabel dependen yang di prediksi

a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = koefisien regresi yang menunjukkan peningkatan/penurunan variabel

dependen yang didasarkan pada variabel independen

X = subjek pada variabel independen mempunyai nilai tertentu maka nilai a dan b

dapat dicari dengan rumus:

� =(∑y) (∑x

2 )(x)(xy)

n∑x2 – (x)2

�= � ∑ �� −(∑ �)(∑ �

� ∑ �2 – (∑ � )2

3.10 Pengujian Hipotesis

a. Uji signifikan Individu/Uji Presial (Uji-t)

Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara

individual terhadap variabel terikat. Adapun uji-t menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

Ho : b1 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari

variabel independen yaitu Sistem MLM terhadap Keputusan Pembelian (Y).

Ho : b1 ≠ 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel

(9)

Kriteria Pengambilan Keputusan:

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada � = 5 %

Ho ditolak jika t hitung > t tabel pada � = 5%

b. Koefisien korelasi (�2)/ independent determinan (�2)

Identifikasi determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh

variabel-variabel indipenden terhadap variabel dependen. Identifikasi determinan

(�2) berfungsi untuk mengetahui signifikan variabel, maka harus dicari koefisien,

determinan menunjukkan besarnya kontibusi variabel indipenden (X) terhadap

variabel depanden (Y). Jika determinan (�2) semakin besar (mendekati 1) maka

dapat dikatakan bahwa pengaruh signivikan dari variabel indipenden yakni Sistem

Multi Level Marketing serta variabel dependen (Y) yaitu Proses Keputusan

Pembelian Konsumen semakin besar. Sebaliknya determinan (�2) semakin kecil

(mendekati 0) maka dapat dilakukan pengaruh yang signifikan dari variabel

independen yaitu Sisem Multi Level Marketing variabel dependen (Y) yaitu

Proses Keputusan Pembelian semakin kecil. Hal ini berarti model yang

digunakan tidak kuat untuk menerangkan variabel independen (X) yaitu Sistem

Multi Level Marketing serta variabel dependen (Y) yaitu Proses Keputusan

(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Produk Tupperware 4.1.1 Sejarah Singkat Produk Tupperware

Tupperware Corporation yang berpusat di Orlando Amerika Serikat adalah

perusahaan multinasional yang memproduksi serta memasarkan produk plastik

berkualitas untuk keperluan rumah tangga. Dengan sistem penjualan langsung

(direct selling), Tupperware berkembang dan berada di lebih dari 100 negara. Di

banyak Negara, di antara perusahaan direct selling lain Tupperware berhasil

menempati ranking atas. Berkat penemuannya yang gemilang tahun 1937 di

Amerika & dikembangkan tahun 1946, Earl Tupper

melahirkan berbagai produk innovatif bermerek Tupperware.

Kehadirannya mempermudah dan memperindah kehidupan para ibu rumah

tangga di Amerika. Home party Tupperware yang dikenal sebagai Tupperware

Party adalah cara penjualan yang unik, informatif dan menghibur. Cara ini

pertama kali diperkenalkan oleh Brownie Wise. Kejeliannya memanfaatkan

teknologi membuat Tupperware tanggap dengan berbagai perubahan yang terjadi

di masyarakat. Diperkirakan hampir setiap 2,3 detik diselenggarakan Tupperware

Party di salah satu sudut dunia. Tupperware selalu melahirkan produk baru

berkualitas yang innovatif, berdesain unik dengan warna warni yang khas, trendy

(11)

Bahan yang digunakanpun berkualitas terbaik, aman bagi kesehatan serta

ramahlingkungan bahkan telah memenuhi ketentuan FDA, EFSA dan FS

Sumber : www.Tupperwarebrands.com

Sesuai dengan komitmennya dalam memberi kepuasan maksimal kepada

semua pencinta dan penggunanya, Tupperware tak ragu untuk memberikan

garansi seumur hidup (sesuai pemakaian normal). Secara resmi Tupperware

dipasarkan di Indonesia tahun 1991. PT. Alif Rose di Jakarta merupakan

Distributor resmi pertama Tupperware, dan kini sudah lebih dari 74 Distributor

resmi yang tersebar di berbagai kota besar di seluruh Indonesia. Didukung lebih

dari 190.000 tenaga penjual independen, produk Tupperware berhasil menembus

berbagai kalangan. Pelatihan dan bimbingan yang diberikan merupakan bekal

untuk menjadi tenaga penjual yang tangguh. Meski terdiri dari berbagai latar

belakang ekonomi dan pendidikan, namun ada satu persamaannya yaitu bisa

menyisihkan waktu untuk keluarga, sekaligus memiliki karir dan penghasilan

yang sangat memuaskan.

4.1.2 Visi dan Misi Tupperware

Visi Tupperware Indonesia adalah “ menjadi Company of Choice dan

Brand of Choice”. Sedangkan Misinya adalah “ merubah hidup lebih banyak

(12)

4.1.3 Gambaran Umum Komunitas Single Ministry

Komunitas Single Ministry Medan telah berdiri sejak tahun1994 di kota

Medan oleh mission team yang dikirim dari Jakarta sebagai pusat komunitas

terbesar se- Indonesia. Komunitas Single Ministry saat ini sudah tersebar dari

sabang sampai merauke, dan kota medan sendiri pernah merupakan region pilar

di pulau sumatera yang menaungi beberapa kota antara lain Batam, Jambi,

Pekanbaru, Pematang siantar, Bandar Lampung, Bangka, Nias, Bengkulu dan

Palembang.

Keberadaan Komunitas ini berada di bawah naungan gereja yaitu GKDI

(Gereja Kristus Di Indonesia) SK. Dirjen Bimas Kristen Protestan Depag No.F /

Kep / HK. 00.5 / 45 / 1447/ 1999. Selain melayani dalam kerohanian dan

konseling keluarga, GKDI juga berkontribusi dan memberkati masyarakat

Kristiani, seperti mendukung HOPE Worldwide Indonesia dan Haggai Insitute.

HOPE Worldwide Indonesia adalah sebuah NGO (Non Governmental

Organization) atau LSM yang sudah terdaftar di badan PBB.

Anggota jemaat GKDI terlibat aktif bersama HOPE untuk melakukan

kegiatan-kegiatan sosial di seluruh Indonesia, seperti: mengadakan aksi donor

darah, Walkathon (jalan sehat massal), membantu korban bencana dan konseling

pemulihan bencana, dan masih banyak lagi. Mereka tidak hanya mendukung

secara finansial, tetapi juga mengambil waktu di luar jam kerja untuk melayani di

daerah terpencil dan menolong mereka yang membutuhkan.

Tidak hanya membentuk Komunitas Single Ministry tetapi juga

(13)

Kampus Ministry atau lebih dikenal dengan nama Medan Campus Ministry

(MCM), Merried Ministry, Medan Teens Ministry, Godly man an Godly woman

dan Kids Kingdom.

Komunitas Single Ministry merupakan bagian dari komunitas Campus

ministry yang diikuti oleh penulis sejak awal memulai perkuliahan ditahun 2013

hingga saat ini. Ini juga merupakan bentuk antusias penulis untuk melakukan

penelitian di komunitas tersebut.

4.1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah gambaran sekelompok orang yang bekerjasama

dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi atau komunitas

tidak akan cukup dengan fasilitas tapi harus dibekali dengan team organisasi yang

mau memberi hati dan bekerjasama, melaksanakan tanggungjawab dalam

memimpin dan menggerakkan aktifitas organisasi.

Dalam melaksanakan pelayanannya komunitas perlu memebentuk struktur

organisasi yang jelas, sistematis dan terstruktur agar pelaksaannya berjaan dengan

baik juga mencapai hasil yang maksimal. Berikut ini adalah struktur oragnisasi

atau komunitas Single Ministry Medan.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Komunitas Single Ministry

Sumber : Komunitas Single Ministy Medan, 2017

Full Time

Body

SGL

(14)

4.1.5 Logo Komunitas Single Ministry

Sumber: instagram komunitas Single Ministry medan

4.1.6 Deskripsi Kinerja

Berdasarkan pada struktur organisasi atau komunitas, maka akan

dijelaskan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian tersebut,

yaitu:

1. Full Time ( Pelayan ), adapun tugas dan tanggung jawab yaitu:

a. Merancang program dan menciptakan ide-ide

b. Mengayomi Small Grup Leader (SGL)

c. Mempersiapkan Training sesuai kebutuhan Pemimpin

d. Bertanggung jawab atas seluruh program yang akan

dilaksanakan.

e. Membuat rencana Pertumbuhan.

2. Body Builder, adapun tugas dan taggung jawab yaitu:

a. Membantu Full Time (Pelayan) dalam mempersiapkan program

(15)

b. Menjadi perpanjangan tangan Full Time masuk ke pemimpin

grup dan anggota

c. Mencari tau dan menampung saran dari anggota

3. Small Grup Leader (SGL), adapun tugas dan tanggung jawab yaitu

a. Mentoring, modelling, pemimpin dalam grup kecilnya

b. Mengarahkan anggota untuk mengikuti program yang ada dan

sudah ditetapkan

c. Memimpin pertemuan dan diskusi yang diselenggarakan

d. Rest-up Pemimpin baru

4. Leader ( Pemimpin ), adapun tugas dan tanggung jawab yaitu:

a. Memimpin setiap anggota atau anak bimbingannya

b. Menumbuhkan anggota baik secara kuantitas dan kualitas

c. Bertanggung jawab untuk memfungsikan setiap anggota

d. Mengajak tamu mengikuti setiap acara yang diadakan

e. Training anggotanya untuk melakukan fellowship.

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Sister Single Ministry atau wanita

pekerja dalam komunitas Single Ministry Medan. Penelitian ini menggunakan

sampel sebanyak 53 responden berdasarkan Karakteristik umur, jumlah

penghasilan perbulan, pekerjaan dan pendidikan. Pengelompokan ini bertujuan

(16)

objek penelitian. Adapun deskripsi dari responden sebagai objek penelitian

tersebut satu per satu dapat diuraikan sebagai berikut:

4.2.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur pada Komunitas Single

Ministry Medan dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah Presentase

1 < 22 tahun 77 13%

2 21 – 30 tahun 35 66%

3 31 – 39 tahun 9 17%

4 >40 tahun 2 3,8%

Total 53 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2017 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas usia 22- 30 tahun merupakan usia konsumen

terbanyak dalam komunitas Ministry Single Medan sebanyak 35 orang ( 66 %).

hal ini membuktikan bahwa konsumen Tupperware dominan adalah wanita

pekerja yang berusia relatif muda.

4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diluar dari Komunitas

(17)

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Presentase

1 PNS 0 0

Sumber : hasil penelitian, 2017 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas responden yang bekerja sebagai pegawai

swasta sebanyak 29 orang (55%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

dalam Komunitas Single ministry Khusus sister atau wanta bekerja dominan

bekerja sebagai pegawai di Perusahaan Swasta di Kota Medan. Hal ini

dikarenakan minat bekerja sebagai pegawai masih cukup tingi di dalam komunitas

tersebut.

4.2.1.3 Karakteristik Berdasarkan gaji per bulan

Adapun yang menjadi karakteristik responden berdasarkan gaji per bulan

dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Karakteristik Berdasarkan gaji

No. Jumlah gaji Jumlah Presentase

Sumber : hasil penelitian (2017) olahan data

Berdasarkan tabel 4.3 di atas , responden tertinggi dengan nominal gaji

perbulan Rp1.000.000. Hal itu membuktikan bahwa produk tupperware banyak

diminati oleh konsumen, harga produk Tupperware masih terjangkau dan dapat

(18)

4.2.1.4 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada Komunitas Single

Ministry Medan khusus sister atau wanita bekerja dapat dilihat pada tabel 4.4

sebagai berikut:

Tabel 4.4

Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Presentase

1 S1 9 17%

2 D3 15 28,3%

3 SLTA 27 51%

4 Lainnya 2 3,77%

Total 53 100%

Sumber : hasil penelitian (2017), olahan data

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, responden dengan pendidikan tertinggi

secara kuantitas adalah responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 27

responden (51%). Hal ini mengindikasikan bahwa Komunitas Single Ministry

Medan bersifat umum tidak dibatasi oleh pendidikan dan tidak berdasarkan

pengalaman berorganisasi.

4.3 Deskripsi Variabel Penelitian

Pada Komunitas Single Ministry Medan, Variabel bebas (Independent

Variable) yang diamati pada penelitian ini adalah sistem mullti level marketing

(X) sedangkan variabel terikat (dependent variable) proses keputusan pembelian

(Y) produk Tupperware. Berikut disajikan jawaban responden Terhadap

(19)

4.3.1 Distribusi Jawaban Responden Sistem Multi Level Marketing

Distribusi jawaban responden terhadap variabel X yaitu Sistem Multi

Level Marketing dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut

Tabel 4.5

Bentuk, ukuran, Diameter, pilihan warna pada katalog produk Tupperware sangat jelas dan mudah di mengerti

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 16 30,20%

2 Setuju 33 62,26%

3 Netral 4 7,54%

Total 53 100%

Sumber : Hasil Olahan Data Statistik, 2017

Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa 30,2% responden menyatakan

sangat setuju terhadap pernyataan “Bentuk, ukuran, Diameter, pilihan warna pada

katalog produk Tupperware sangat jelas dan mudah di mengerti ”, 62,3%

responden menyatakan setuju, 7,5% responden menyatakan Netral. Dengan

demikian responden setuju memilih tupperware karena informasi produk pada

katalog mudah dimengerti.

Tabel 4.6

Saya membeli produk Tupperware melalui katalog yang ditawarkan

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 9 17, %

2 Setuju 32 60,3%

3 Netral 9 17%

4 Tidak setuju 3 5,7%

Total 53 100%

(20)

Dari tabel 4.6 tersebut dapat dilihat bahwa 17% responden menyatakan

sangat setuju terhadap pernyataan “Saya membeli produk Tupperware melalui katalog

yang ditawarkan”, 60,4% responden menyatakan setuju, 15,1% responden menyatakan

netral, 7,5% responden menyatakan tidaka setuju. Responden setuju memilih bahwa

Tupperware dibeli melalui katalog yang ditawarkan.

Tabel 4.7

Produk Tupperware hanya dijual para member Tupperware

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 18 7,5%

2 Setuju 32 15,1%

3 Netral 10 60,4%

4 Tidak setuju 3 17%

Total 53 100%

Sumber : Hasil Olahan Data Statistik, 2017

Berdasarkan uraian tabel 4.7 diatas kita dapat melihat bahwa 15,1%

responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “Produk Tupperware

hanya dijual para member Tupperware”, 60,4% responden menyatakan setuju dan

20,8% menyatakan netral dan 3,8% responden menyatakan tidak setuju. Dengan

demikian responden setuju bahwa produk tupperware hanya dijual oleh member

atau distributor tupperware saja.

Tabel 4.8

Tupperware memiliki banyak agent distributor

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 11 20,75%

2 Setuju 23 43,40%

3 Netral 12 22,65%

4 Tidak setuju 7 13,20%

Total 53 100%

(21)

Dari tabel 4.8 diatas kita dapat melihat bahwa 20,8% responden

menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “Tupperware memiliki banyak agent

distributor”, 45,3% responden menyatakan setuju dan 20,8% menyatakan netral

dan 13,2% reponden menyatakkan tidak setuju. Responden setuju bahwa

tupperware memiiki banyak agent distributor.

Tabel 4.9

Konsumen mengenal produk Tupperware dari teman dan keluarga terdekat

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 9 17%

2 Setuju 32 60,37%

3 Netral 10 18,86%

4 Tidak setuju 2 3,77%

Total 53 100%

Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.9 diatas kita dapat melihat bahwa 17% responden menyatakan

sangat setuju dengan pernyataan “Saya mengenal produk Tupperware dari teman

dan keluarga terdekat”, 60,4% responden menyatakan setuju dan 18,9%

menyatakan netral dan 3,8% menyatakan tidak setuju. Dari data tersebut

menjelaskan bahwa konsumen tupperware mengenal produk tupperware dari

teman dan keluarga terdekat.

Tabel 4.10

Tupperware memiliki banyak anggota jaringan pemasaran

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 9 17%

2 Setuju 21 39,62%

3 Netral 17 32,07%

4 Tidak setuju 6 11,32%

Total 53 100%

Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)

(22)

jaringan pemasaran”, 39,6% responden menyatakan setuju dan 32,1% menyatakan

netral, dan 11,3% menyatakan tidak setuju. Responden memilih setuju bahwa

tupperware memiliki banyak anggota pemasaran.

Tabel 4.11

Dengan menjual Tupperware, member mendapat penghasilan tambahan

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 4 7,54%

Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.11 diatas kita dapat melihat bahwa 7,5% responden

menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “Dengan menjual Tupperware,

member mendapat penghasilan tambahan”, 47,2% responden menyatakan setuju

dan 20,8% menyatakan netral, 22,6% responden menyatakan tidak setuju dan

1,9% responden menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dinyatakan

responden memilih setuju bahwa menjual produk tupperware menambah

penghasilan member.

Tabel 4.12

Semua profesi bisa menjalankan bisnis penjualan Tupperware

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 6 11,32%

Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.12 di atas kita dapat melihat bahwa 11,3% responden

(23)

bisnis penjualan Tupperware”, 32,1% responden menyatakan setuju dan 24,5%

menyatakan netral, 22,6% menyatakan tidak setuju dan 9,4% menyatakan sangat

tidak settuju. Dengan demikian responden memilih setuju bahwa semua profesi

dapat menjalankan bisnis penjualan tupperware.

Tabel 4.13

Kerja Keras, penjualan besar, Komisi Besar

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 15 28,3%

2 Setuju 29 54,7%

3 Netral 6 11,3%

4 Tidak setuju 3 5,7%

Total 53 100%

Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.13 di atas kita dapat melihat bahwa 28,3% responden

menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “ Kerja Keras, penjualan besar,

Komisi Besar ”, 54,7% responden menyatakan setuju dan 11,3% menyatakan

netral dan 5,7% menyatakan tidak setuju. Dengan demikian responden memilih

setuju bahwa kerja keras, penjualan besar, komisi pun besar melalui sistem

penjualan tupperware.

Tabel 4.14

Tupperware Sering mengadakan diskon

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 18 34%

2 Setuju 21 39,6%

3 Netral 13 24,5%

4 Tidak setuju 1 1,9%

Total 53 100%

Sumber : data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.14 di atas kita dapat melihat bahwa 34% responden

menyatakan sangat setuju dengan pernyataan “ Tupperware Sering mengadakan

(24)

1,9% menyatakan tidak setuju. Dengan demikian responden memilih setuju

bahwa tupperware sering mengadakan diskon.

Tabel 4.15

(25)

5 Saya mengenal produk

Tupperware dari teman dan keluarga

(26)

4.3.2 Analisis Indeks Jawaban Responden Proses Keputusan Pembelian

Variabel keputusan pembelian terdiri atas sembilan item pernyataan.

Untuk mengetahui jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.16

Memakai tupperware karena karakteristik produknya memenuhi kebutuhan

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 16 30,2%

2 Setuju 34 64,2%

3 Netral 3 5,6%

Total 53 100%

Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa 30,2% responden menyatakan

sangat setuju terhadap pernyataan “Tupperware adalah produk perlengkapan

rumah tangga yang berkualitas”, 64,2% responden menyatakan setuju, 5,7%

responden menyatakan Netral. Dengan demikian responden setuju memilih

produk tupperware adalah produk berkuallitas.

Tabel 4.17

Tupperware adalah produk perlengkakapan rumah tangga yang berkualitas

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 9 17%

2 Setuju 32 60,4%

3 Netral 7 13,2%

4 Tidak setuju 5 9,4%

Total 53 100%

Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa 17% responden menyatakan

sangatsetuju terhadap pernyataan “Konsumen berusaha mencari informasi tentang

produk tupperware dari teman maupun media lain”, 60,4% responden menyatakan

(27)

setuju. Dengan demikian konsumen setuju bahwa konsumen akan mencari

infomasi tenntang tupperware sebelum melakukan proses pembelian.

Tabel 4.18

Konsumen berusaha mencari informasi produk dari rekan dan media

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 8 15,1%

2 Setuju 30 56,6%

3 Netral 13 24,5%

4 Tidak setuju 2 3,8%

Total 53 100%

Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa 15,1% responden menyatakan

sangat setuju terhadap pernyataan “Adanya kebutuhan mendorong konsumen

untuk mencari informasi tentang produk Tupperware”, 56,6% responden

menyatakan setuju, 24,5% responden menyatakan Netral, 3,8% responden

menyatakana tidak setuju. Dengan demikin responden setuju memilih bahwa

arena adanya kebutuhan mendorong mereka untuk mencari iinformasi tentang

produk tupperware.

Tabel 4.19

Adanya kebutuhan yang mendorong mencari informasi

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 11 20,8%

2 Setuju 27 50,9%

3 Netral 8 15,1%

4 Tidak setuju 7 13,2%

Total 53 100%

Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.19 di atas dapat dilihat bahwa 20,8% responden menyatakan

sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen akan melakukan seleksi tehadap

produk yang sesuai dengan kebutuhannya”, 50,9% responden menyatakan

(28)

tidak setuju. Dengan demikian responden setuju bahwa mereka akan melakukan

seleksi terhadap produk sesuai dengan kebutuhannya.

Tabel 4.20

Konsumen melakukan seleksi terhadap produk sesuai kebutuhan

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 8 15,1%

2 Setuju 34 64,1%

3 Netral 9 17%

4 Tidak setuju 2 3,8%

Total 53 100%

Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.20 di atas dapat dilihat bahwa 15,1% responden menyatakan

sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen berusaha mengevaluasi produk

lain yang ada di pasar”, 64,2% responden menyatakan setuju dan 17%

menyatakan netral dan 3,8% responden menyatakan tidak setuju. Dengan

demikian responden setuju bahwa knsumen akan mengevaluasi produk lain yang

ada di pasar.

Tabel 4.21

Konsumen memutuskan membeli produk berdasarkan pengalaman orang lain

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 9 17%

Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.21 di atas dapat dilihat bahwa 17% responden menyatakan

sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen memutuskan membeli produk

berdasarkan pengalaman orang lain”, 37,7% responden menyatakan setuju dan

(29)

demikian responden memilih setuju bahwa mereka akan membeli produk

berdasarkan pengalaman orang laian yang terlebih dulu membeli dan

menggunakan produk tupperware.

Tabel 4.22

Konsumen berusaha mengevaluasi produk lain yang ada di pasar

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 4 7,5%

Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.22 di atas dapat dilihat bahwa 7,5% responden menyatakan

sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen berusaha mengevaluasi produk

lain yang ada di pasar”, 45,3% responden menyatakan setuju dan 20,8%

menyatakan netral, 24,5% responden menyatakan tidak setuju dan 1,9%

responden menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian responden memilih

setuju bahwa mereka akan melakukan evaluasi produk yang ada di pasar.

Tabel 4.23

Setelah menggunakan produk Tupperware, konsumen tertarik untuk membelinya kembali

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 6 11,3%

Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.23 di atas dapat dilihat bahwa 11,3% responden menyatakan

(30)

setuju dan 24,5% menyatakan netral, 26,4% responden menyatakan tidak setuju.

Dengan demikian responden memilih setuju untuk membeli kembali produk

tupperware setelah melakukan pembelian ( pembelian ulang).

Tabel 4.24

Konsumen akan merekomendasikan produk Tupperware kepada yang lain

No. Kategori Jumlah Presentase

1 Sangat setuju 20 37,7%

Sumber: data diolah menggunakan spss 21 (2017)

Dari tabel 4.24 di atas dapat dilihat bahwa 37,7% responden menyatakan

sangat setuju terhadap pernyataan “Konsumen akan merekomendasikan produk

Tupperware kepada yang lain”, 52,8% responden menyatakan setuju dan 3,8%

menyatakan netral, 5,7% responden menyatakan tidak setuju. Dengan demikian

responden setuju memilih bahwa mereka akan merekomendasikan produk

tupperware kepada orang lain.

Tabel 4.25

(31)
(32)

8 Setelah

Sumber: diolah oleh peneliti (2017)

4.4 Pengujian Instrumen Penelitian

Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan variabel penelitian

sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut.

Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data, maka instrumen yang baik

adalah instrumen yang sesuai dengan sifat data yang akan dikumpulkan dan dapat

menjamin bahwa data yang dikumpulkan tersebut sah (valid) dan dapat dipercaya

(reliabel).

4.4.1 Metode Analisis Data 4.4.2 Uji Instrumen

1 Uji Validitas

Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner

mampu untuk mengungkap suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

(33)

pada � = 0,05 dengan derajat bebas df = n-2 = 53 pada uji satu arah adalah

0,2284.

Tabel 4.26

Hasil Uji validitas Variabel Sistem Multi Level Marketing (X)

Pernyataan Koefisien Korelasi ������ Keterangan

Pernyataan 1 0, ,504

0,2284

Valid

Pernyataan 2 0, ,481 Valid

Pernyataan 3 0, 706 Valid

Pernyataan 4 0, 671 Valid

Pernyataan 5 0, 648 Valid

Pernyataan 6 0, 658 Valid

Pernyataan 7 0,615 Valid

Pernyataan 8 0, 633 Valid

Pernyataan 9 0,454 Valid

Pernyataan 10 0, ,567 Valid

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.26 di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan yang

digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini mempunyai nilai

koefisien korelasi >0,2284 Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua item

pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid sehingga instrumen

atau kuesioner yang digunakan dalam peneitian ini sudah tepat sebagai alat ukur

(34)

Tabel 4.27

Hasil Uji Validitas Variabel Proses Keputusan Pembelian

Pernyataan Koefisien Korelasi ������ Keterangan

Pernyataan 1 0, 478

0,2284

Valid

Pernyataan 2 0,458 Valid

Pernyataan 3 0, 748 Valid

Pernyataan 4 0,641 Valid

Pernyataan 5 0, 689 Valid

Pernyataan 6 0,698 Valid

Pernyataan 7 0, 637 Valid

Pernyataan 8 0,664 Valid

Pernyataan 9 0, 589 Valid

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.27 di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan yang

digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini mempunyai nilai

koefisien korelasi >0,2284 Hasil tersebut menunujukkan bahwa semua item

pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid sehingga instrumen

atau kuesioner yang digunakan dalam peneitian ini sudah tepat sebagai alat ukur

penelitian.

2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha dengan ketentuan

apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka instrumen penelitian yang digunakan

(35)

Tabel 4.28

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sistem Multi Level Marketing (X)

Cronbach's

Alpha

N of

Items

,790 10

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.28 di atas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha

sebesar 0,790 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih

besar dari 0,6 (0,790 > 0,6) maka item dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.

Tabel 4.29

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Proses Keputusan Pembelian (Y)

Cronbach's

Alpha

N of

Items

,795 9

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.29 di atas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha

sebesar 0,795 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih

besar dari 0,6 (0,795 > 0,6) maka item dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.

4.5 Uji Asumsi Klasik

Salah satu yang merupakan uji asumsi klasik adalah Uji Normalitas. Ada

dua cara yang dapat digunakan untuk melihat apakah data residual terdistribusi

normal atau tidak. Pertama yaitu pedoman pengambilan keputusan rentang data

distribusi normal berdasarkan uji statistik dengan menggunakan pendekatan

(36)

1. Jika nilai Asymp.sig (2 tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal.

2. Jika nilai Kolmogrov – Smirnov Z < 1,97 data dikatakan normal.

Tabel 4.30

Hasil Uji Normalitas Kolmogrov – Smirnov Z

Unstandardi

Std. Deviation 1,05563921

Most Extreme

Differences

Absolute ,105

Positive ,069

Negative -,105

Kolmogorov-Smirnov Z ,767

Asymp. Sig. (2-tailed) ,599

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2017

Pada tabel hasil pengolahan data primer di atas dapat dilihat besarnya

perolehan nilai Asymp.sig (2-tailed) adalah 0,622. Artinya, perolehan ini lebih

besar dari 0,05 dan untuk nilai Kolmogrov-Smirnov Z adalah 0,753 dimana angka

ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai ketetapan (0,05). dengan demikian, uji

statistik telah memenuhi kedua kriteria yang dipersyaratkan dan ddapat dikatakan

berdistribusi normal serta memenuhi asumsi normalitas.

Cara kedua untuk uji normalitas dapat dilakukan melalui perhitungan

regresi melalui Software statistik yang dideteksi melalui dua pndekatan grafik

yaitu analisa grafik histogram, dan analisa grafik normal p.plot yang

membandingkan antara dua observasi dengan distribusi yang mendekati ditribusi

(37)

1. Grafik Histogram

Gambar 4.31 Histogram Uji Normalitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017

Pada grafik histogram di atas dapat dilihat bahwa grafik histogram

berbentuk lonceng, tidak miring ke kiri dan ke kanan. Oleh karena itu, data dapat

dikatakan berdistribusi normal.

2. Grafik Normal P-Plot

Grafik normal p-p plot untuk pengujian normalitas regresi linear antara

desain produk terhadap keputusan pembelian dapat dilihat hasilnya sebagai

berikut:

Gambar 4.16 Hasil uji Normalitas P-Plot

(38)

Pada grafik normal p-plot di atas dapat dilihat bahwa gambar

menunjukkan data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal. Oleh karena itu, data dikatakan berdistribusi normal.

4.6 Metode Analisis Data

4.6.1 Uji Analisis Regresi Linear Sederhana

Dalam menganalisa pengaruh desain produk terhadap keputusan

pembelian Tupperware dilakukan dengan menggunakan analisis regresi.

Berdasarkan dari hasil analisa dengan menggunakan software statistik maka

diperoleh hasil regresi desain produk terhadap keputusan pembelian sebagai

berikut:

Tabel 4.32

Hasil Uji Regresi Linier Sederhana

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -1,042 1,121 -,930 ,357

Total.X ,922 ,029 ,975 31,390 ,000

a Dependent Variable: Total.Y

(39)

Berdasarkan hasil pengolahan regresi linear sederhana yang ditunjukkan pada

tabel 4.27 maka diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut:

Y = -1,042 + 0,922 X

Persamaan Regresi tersebut memiliki arti sebagai berikut:

1. Konstanta (a) = -1,042 nilai konstanta negatif menunjukkan pengaruh negatif

variabel independen, dimana jika variabel bebas yang terdiri dari Sistem MLM

(X) = 0, maka keputusan pembelian pada tupperware akan sebesar -1,042.

2. Y= -1,042 + 0,922X artinya terdapat pengaruh antara sistem multi level

marketing terhadap proses keputusan pembelian, pengaruhnya jika X naik satu

maka nilai akan naik juga sebesar 0,922

4.7 Uji Hipotesis

4.7.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk menguji apakah Sistem Multi Level Marketing (X)

secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Proses keputusan

pembelian (Y) pada tupperware. Berdasarkan hasil yang diolah melalui software

statistik maka uji-t yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.30

Hasil Uji Singnifikan parsial (Uji t)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) -1,042 1,121 -,930 ,357

Total.X ,922 ,029 ,975 31,390 ,000

a Dependent Variable: Total.Y

(40)

Nilai t hitung untuk variabel sistem multi level marketing sebesar 31,390

dengan signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan t tabel pada signifikansi 5% (0,5)

adalah 2,00758. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung (31,390) > t tabel (2,00758)

dan nilai probabilitas 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak sehingga Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mutasi secara parsial berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap proses keputusan pembelian produk

tupperware. Artinya peningkatan variabel sistem multi level marketing akan

mengakibatkan penurunan terhadap proses kuputusan pembelian konsumen dan

berbanding terbalik jika dilakukan penurunan sistem multi level martketing

maka, proses keputusan pembelian konsumen akan meningkat pada produk

tupperware.

4.7.2 Uji Koefisien Determinasi (R2

Koefisien determinasi (�2) digunakan untuk mengukur seberapa besar

kontrobusi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Jika koefisien

determinasi (�2) semakin besar (mendekati satu) maka menunjukkan semakin

baik atau kuat kemampuan X menerangkan Y (0 < �2 < 1). Sebaliknya, jika �2

semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel

bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Berikut ini adalah tabel yang

menjelaskan tipe hubungan antar variabel :

(41)

Tabel 4.34

Hubungan antar Variabel

Nilai Interpretasi

0.0 – 0.19 Sangat Tidak Erat 0.2 – 0.39 Tidak Erat

0.4 – 0.59 Cukup Erat 0.6 – 0.79 Erat

0.8 – 0.99 Sangat Erat Sumber : Situmorang dan Luthfi (2015:163)

Hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.35

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

1 ,975(a) ,951 ,950 1,066

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017

Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1. R = 0,975 menunjukkan hubungan antara Sistem Multi Level Marketing (X)

terhadap proses keputusan pembelian (Y) adalah sebesar 95%. Hal ini

berarti bahwa desain produk (X) dan keputusan pembelian (Y) memiliki

hubungan yang erat.

2. Angka R Square (R2) sebesar 0, 951 menunjukkan bahwa Sistem Multi Level

Marketing (X) mampu menjelaskan keputusan pembelian (Y) sebesar 95,1%.

Sedangkan sisanya sebesar 4,9% dipengaruhi oleh faktor lain seperti: desain

(42)

4.8 Pembahasan

Variabel Sistem Multi Level Marketing dinyatakan signifikan dengan

nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berati bahwa sistem multi level

marketing yang dimiliki tiap produk ramah lingkungan Tupperware memiliki

peranan penting terhadap keputusan pembelian. Koefisien regresi sebesar 0,922

menunjukkan bahwa variabel desain produk berpengaruh positif

terhadap keputusan pembelian.

menurut Purnomo et al. (2011 : 22) sistem MLM (Penjualan berjenjang)

diartikan sebagai suatu cara atau metode penjualan secara berjenjang kepada

konsumen melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh perorangan atau

badan usaha yang memperkenalkan barang dan jasa tertentu kepada sejumlah

perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut yang bekerja

berdasarkan komisi atau iuran keanggotaan yang wajar.

”. Dengan sistem penjualan multi level marketing atau sistem penjualan

berjenjang, penjualan terlihat mudah karena dapat kontak langusng dengan

konsumen. Produk yang ditawarkan dikenal luas oleh konsumen melalui jaringan

distributor atau agent tupperware. Katalog yang ditawarkan juga sangat

membantu konsumen untuk mengerti detail bentuk, warna, ukuran, dan varian

yang disediakan Tupperware Hal ini penampilan dan fungsi suatu produk dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan.

Keputusan pembelian dipengaruhi oleh sistem multi level marketing. Hal

tersebut didasari karena sebelum konsumen tertarik terhadap suatu produk,

konsumen mempertimbangkan atau menilai hal-hal yang menonjol

(43)

konsumen dengan pihak distributor MlM tentunya memudahkan pengenalan

produk-produk MLM yang dipasarkan, sehingga sasaran lebih lanjut konsumen

tertarik dan memutuskan setiamenggunakan produk-produk Tupperware.

Pada sisi lainnya, terjadi penyampaian informasi produk kepada konsumen

yang diharapkan dapatmembentuk jaringan (network) baru dari satu konsumen ke

konsumen lain, minimal pihak keluarga terdekat. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian terdahulu oleh Nur Azmi dkk dalam penelitian yang berjudul

“Pengaruh Multi Level Marketing Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk

Kopi Radix HPAI Bangkinang” 1 Alumni pada Prodi Manajemen STIE

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan variabel Sistem Multi Level Marketing terhadap keputusan

pembelian konsumen pada Produk Tupperware Medan. Dan Untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh sitem multi level marketing

terhadap proses keputusan pembelian konsumen produk Tupperware .

2. Secara Parsial, variabel sistem multi level marketing (X) memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian pada Produk Tupperware

Medan.

3. Hasil uji koefisien determinasi yaitu sebesar 95,1% berarti sistem penjualan yang diterapkan tupperware sudah tepat untuk menjalankan

(45)

Saran

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan Multi Level ( Tupperware)

Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan pendapat konsumen yang

tergolong positif terhadap strategi Multi Level Marketing yang diterapkan oleh

perusahaan produk tupperware. Luasnya jaringan distributor membuat produk

tupperware dapat dikenal luas oleh konsumen dan jaringaan terbentuk dimulai

dari teman dan keluarga terdekat. Diharapkan perusahaan tupperware terus

menambah tenaga penjual atau distributor agar kelangsungan perusahaan tercapai

sesuai visi dan misi perusahaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang keputusan pembelian,

disarankan untuk menambah variabel-variabel lain yang mempengaruhi keputusan

pembelian selain dari Sistem Multi Level Marketing, sehingga dapat lebih

memperkaya pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.3 Karakteristik Berdasarkan gaji
Tabel 4.4 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) mempunyai wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan statistik melalui sensus,

Penelitian ini termasuk penelitian PTK dengan responden penelitian adalah siswa SMA Negeri 10 Semarang kelas X-3 yang berjumlah 31 siswa dan seorang guru.

Pertama, eksistensi/pemertahanan kesantunan pada bahasa Jawa dan Bali, yang sudah menjadi lembaga sosial bagi kedua masyarakat penuturnya. Kedua, fakta penggunaan bahasa

Tujuan dari pembuatan proyek ini adalah menganalisis jaringan yang sudah ada pada kampus UKSW ini apakah sudah sesuai dengan standar QoS (Quality of Service)5.

n dengan menggunakan NAO Tide untuk pasang surut da HHWL tertinggi yaitu terjadi pada bulan Januari 2013 s a dapat memprediksikan kenaikan muka air laut yang

Etiology and prognostic significance of severe uremic pruritus in chronic hemodialysis patients.. Resic H, Alendar F, Kukavica N, Masnic F,

Script Progam Aktor Saat Ketemu Item Angka dan Huruf... Script Progam Saat

Kalsium dan fosfor adalah zat yang terdapat dalam darah, yang dapat diperiksa kadarnya atau nilainya, sedangkan produk kalsium fosfor adalah hasil dari penghitungan