BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian akan dilakukan di rumah kaca Fakultas
Pertanian, Universitas Suamtera Utara, Medan pada ketinggian tempat ± 32 meter
di atas permukaan laut mulai bulan Januari sampai Mei 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman aglaonema
(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine dengan 5-6 helai daun/ tanaman, media tanam arang sekam, cocopeat, kompos, dan pupuk kandang sapi (1:1:1:1) sebagai media tanam, kolkhisin sebagai bahan mutagen, aquades sebagai
bahan pelarut kolkhisin dan digunakan sebagai bahan proses pengamatan
kromosom, tube (eppendorf) 2 ml sebagai wadah perendaman ujung akar, tips
untuk memindahkan larutan ke dalam tube 2 ml, NaOH sebagai bahan pelarut
kolkhisin, asam asetat 45% untuk memfiksasi sel akar, larutan HCl 1 N untuk
menghidrolisis sel akar, larutan aceto carmin 2% untuk pewarna sel akar, kertas
saring untuk menyaring larutan, label sebagai penanda perlakuan, cat kuku untuk
menyegel deckglass, insektisida berbahan aktif karbofuran konsentrasi 3%
sebagai bahan pengendali hama, bakterisida dan fungisida berbahan aktif
oksitetrasiklin 150 gr/ liter sebagai pengendali bakteri dan jamur, air untuk
menyiram tanaman dan bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan adalah penggaris untuk mengukur tinggi tanaman,
paranet 85% untuk menaungi tanaman dari terpaan cahaya matahari dan angin
kencang secara langsung, pot plastik diameter 13 cm, tinggi 10 cm dan tebal 0,4
bawah pot, gelas ukur atau erlenmeyer untuk melarutkan kolkhisin dan mengukur
volume aquades, hot plate dan magnetic stier untuk mencampurkan kolkhisin dan
aquades, kain flannel untuk mengeringkan bahan tanam dari larutan kolkhisin,
thermometer sebagai alat pengatur suhu, stopwatch sebagai alat pengatur waktu,
mikroskop untuk mengamati jumlah kromosom, kaca preparat dan deckglass
sebagai wadah pengamatan di bawah lensa mikroskop, gelas plastik 100 ml untuk
wadah menyiram tanaman, gunting tanaman untuk memotong daun, pisau silet
untuk memotong ujung akar, penghapus pensil untuk membantu pemencetan
(squashing) objek pengamatan, cangkul untuk mencampur komposisi media tanam, micro pipet sebagai alat memindahkan larutan ke dalam tube, kamera
untuk mendokumentasikan hasil pengamatan dan alat-alat lain yang mendukung
penelitian ini.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini merupakan percobaan dengan pot plastik secara
faktorial menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 2 faktor:
a. Faktor I waktu perendaman dalam larutan kolkhisin terdiri dari :
T0 = waktu perendaman 0 jam
T1 = waktu perendaman 3 jam
T2 = waktu perendaman 6 jam
b. Faktor II konsentrasi kolkhisin terdiri dari:
K0 = konsentrasi kolkhisin 0 ppm
K1 = konsentrasi kolkhisin 5 ppm
Sehingga didapat kombinasi :
T0K0 (Kontrol)
T1K1
T1K2
T2K1
T2K2
Jumlah blok (ulangan) : 4 ulangan
Jumlah tanaman per blok : 5 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 20 tanaman
Ukuran per blok : 20 cm x 125 cm
Jarak antar blok : 30 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linear berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + Κ + (αβ)jk + ɛijk
Dimana
Yijk : Hasil pengamatan untuk unit percobaan ke- i dengan perlakuan
konsentrasi kolkhisin ke-j dan lama waktu perendaman ke-k
µ : Nilai tengah perlakuan
ρi : Pengaruh blok pada taraf ke-i
αj : Pengaruh konsentrasi kolkhisin pada taraf ke-j
Κ : Pengaruh lama waktu perendaman pada taraf ke-k
(αβ)jk : Penagaruh interaksi antara konsentrasi kolkhisin pada taraf ke-j dan
ɛijk : Galat perlakuan pada blok ke-i yang mendapatkan perlakuan
konsentrasi kolkhisin pada taraf ke-j, perlakuan lama waktu
perendaman pada taraf ke-k.
Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, dilakukan
uji lanjutan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test
atau DMRT) pada taraf 5%. Untuk membandingkan antara perlakuan dan kontrol
digunakan Uji Kontras-Ortogonal (Steel dan Torrie, 1987).
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Penanaman
Areal penanaman dipersiapkan sebaik mungkin yaitu pilihan areal di
dalam rumah kaca. Areal dibersihkan dari sisa tanaman yang ada. Kemudian
dibuat empat ulangan dengan masing-masing ulangan memiliki panjang 20 cm
dan lebar 125 cm dengan jarak antar ulangan 30 cm.
Pembuatan Naungan
Di dalam rumah kaca dibuat naungan paranet 85% untuk semua ulangan
penelitian. Naungan berfungsi untuk mencegah atau mengurangi sinar matahari
dan terpaan angin kencang langsung ke bibit. Naungan ini dibuat dengan panjang
3 meter, lebar 3 meter, dan ketinggian 2 meter.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran arang sekam, cocopeat, kompos dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1:1:1. Pencampuran
dilakukan dengan menggunakan ember sebagai alat untuk perbandingan arang
Kemudian dicampur rata menggunakan cangkul lalu media tanam yang sudah
tercampur rata digongseng dengan menggunakan api besar di atas kuali selama
30 menit lalu didiamkan sampai dingin. Kemudian dimasukkan media tanam
tersebut ke dalam pot. Pot yang digunakan adalah pot plastik dengan ukuran
diameter 13 cm, tinggi 10 cm, dan tebal 0,4 cm.
Persiapan Larutan Kolkhisin
Kolkhisin dalam bentuk cairan bervolume 100 ml dengan konsentrasi 100
ppm dilarutkan ke dalam aquades. Untuk menghomogenkan larutan maka
digunakan wadah erlenmeyer lalu diletakkan di atas hot plate menggunakan
magnetic stier. Untuk konsentrasi 5 ppm dilakukan dengan cara melarutkan 50 ml
kolkhisin dalam 950 ml aquades dan 10 ppm melarutkan 100 ml kolkhisin dalam
900 ml aquades. Kemudian ditetesi NaOH 5-6 tetes untuk mempermudah
pelarutan dan tween-20 sebagai larutan perekat. Setelah 15 menit dilarutkan di atas hot plate maka dapat langsung dipindahkan ke dalam wadah lain dan diberi label penanda.
Persiapan Bahan Tanam
Bahan tanam yang digunakan adalah tanaman aglaonema varietas Lady
Valentine dengan 5-6 helai daun/ tanaman yang berasal dari Negara Thailand oleh
importir yang berlokasi di Jalan Eka Rasmi, Johor, Medan lalu dilakukan
pemotongan atau pembuangan daun sejati dari induknya. Hal ini dilakukan untuk
menghemat kebutuhan larutan kolkhisin.
Perendaman kolkhisin dilakukan dalam erlenmeyer dengan larutan
kolkhisin konsentrasi 5 ppm dan 10 ppm. Untuk setiap perlakuan konsentrasi
kolkhisin ditambahkan aquades sehingga larutan menjadi 1000 ml.
Tabel 1. Lama waktu perendaman dan perlakuan konsentrasi kolkhisin
Lama Perendaman Perlakuan Konsentrasi
T1= 3 jam K1 = 5 ppm = 50 ml kolkhisin + 950 ml aquades
T2= 6 jam K2 = 10 ppm = 100 ml kolkhisin + 900 ml aquades
Untuk T0K0 (kontrol) media tanam yang telah dibuang daun sejatinya
langsung ditanam atau tidak perlu dilakukan perendaman kolkhisin. Tanaman
kontrol hanya akan dijadikan pembanding pada parameter skoring.
Penanaman
Tanaman aglaonema yang telah direndam atau diberi perlakuan kolkhisin
kemudian akarnya dicelupkan ke dalam larutan dithane untuk mencegah busuk
tanaman dan munculnya jamur, lalu di lab kering menggunakan kain flanel.
Kemudian ditanam di dalam pot plastik. Satu tanaman untuk satu pot yang telah
diberi label sesuai dengan perlakuan sebelumnya lalu diatur sesuai dengan
perlakuan dan ulangan pada lay out rancangan penelitian di lapangan.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari dengan
menggunakan gelas plastik 100 ml. Penyiraman cukup dilakukan satu kali sehari
saja dan tergantung kondisi media tanam di dalam pot. Untuk penyiraman, air
hanya mengenai media tanam saja (tidak mengenai tanaman).
Pemupukan
cara ditanam menyebar di bawah akar atau dengan kedalaman 5 - 8 cm dari atas
permukaan tanah.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual atau dengan cara
mencabut gulma di pot dengan tangan. Interval penyiangan disesuaikan dengan
keadaan gulma di dalam pot.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimia. Insektisida
berbahan aktif karbofuran konsentrasi 3% yang dicampurkan ke media tanam
untuk mengendalikan hama. Fungisida berbahan aktif propineb konsentrasi
0,15-0,2% disemprotkan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan patogen
jamur. Bakterisida dan fungisida berbahan aktif oksitetrasiklin 150 gr/ liter
disemprotkan pada tanaman untuk mengendalikan bakteri dan jamur. Tindakan
pengendalian disesuaikan dengan kondisi tanaman.
Pembuatan Preparat Pengambilan Bahan
Pengambilan bahan dilakukan dengan memotong bagian ujung akar
tanaman yang muda atau baru tumbuh sepanjang ± 0,5 cm. Mitosis terjadi dalam
sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama yang
sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang), mitosis pada tumbuhan terjadi
selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu
proses yang berputar dan terus-menerus (Suminah et al., 2002).
Ujung akar yang telah dipotong kemudian dicuci dengan air bersih.
Pada umumnya tumbuhan melakukan pembelahan sel pada pagi hari dan setiap
tumbuhan memiliki jam biologi yang mengatur waktu optimum pembelahan
mitosis (Setyawan dan Sutikno, 2000).
Pra Perlakuan
Kegiatan pra perlakuan dilakukan dengan memasukkan ujung akar yang
telah dipotong ke dalam tube ukuran 2 ml yang berisi aquadest selama 24 jam
pada suhu 4oC. Kegiatan pra perlakuan dengan menggunakan aquadest
menyebabkan kontraksi dan penyebaran kromosom dengan hasil yang
memuaskan. Pra perlakuan dilakukan untuk mempertegas bentuk sel (kromosom),
pemisahan dan penguraian kepadatan kromosom, penjernihan sitoplasma serta
melunakkan jaringan (Simamora, 2016).
Fiksasi
Kromosom dapat dengan mudah diamati pada saat sel sedang aktif
membelah dengan maneggunakan metode fiksasi. Salah satu metode fiksasi yang
dapat dilakukan adalah metode termodifikasi yang menggunakan larutan fiksasi
asam asetat 45% (Schulz, 1980).
Fiksasi dilakukan untuk mematikan jaringan tanpa menyebabkan
terjadinya perubahan pada komponen sel. Fiksasi dilakukan dengan merendam
bahan tanam ke dalam asam asetat 45% selama 15 menit pada suhu 5 - 70
Hidrolisis dilakukan dengan cara merendam bahan yang telah difiksasi ke
dalam larutan HCl 1 N pada suhu kamar (dipanaskan di dalam water bath) selama C
(Gunarso, 1998).
± 10 menit. Setelah selesai, bahan direndam dalam aquadest selama 5 menit
(Simamora, 2016).
Setyawan dan Sutikno (2000) menyatakan bahwa hidrolisis dilakukan
untuk mendapatkan sel-sel yang menyebar dalam pengamatan kromosom.
Hidrolisis dapat menggunakan asam atau enzim hidrolase, salah satunya adalah
asam klorida (HCl).
Pewarnaan
Aseto carmin sangat cocok untuk pewarnaan ujung akar karena penetrasinya cepat serta tahan lama, namun dalam penyimpanan lama (misalnya
setahun) penetrasinya turun, timbul lapisan film di permukaan cairan dan
mengendap. Oleh karena itu dibutuhkan waktu lebih lama untuk penetrasi serta
harus digojog dan disaring sebelum digunakan lagi. Pewarnaan dilakukan dengan
merendam bahan ke dalam larutan aceto carmin dengan suhu kamar selama ± 2 jam (Setyawan dan Sutikno, 2000).
Pemencetan (Squashing)
Metode squash merupakan metode yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau kaca preparat dengan menggunakan karet
pensil. Metode squah biasanya digunakan untuk melihat proses mitosis pada akar
bawang. Mitosis merupakan pembelahan sel yang manasel anakannya memiliki
sifat yang sama dengan induk selnya. Tahapan dalam pembelahan mitosis ialah
profase, metafase, anafase dan telofase (Jai, 2011).
Squashing dilakukan dengan mengambil bagian potongan ujung akar
meristematis sepanjang ± 0,5 mm dari ujung akar dan diletakkan di atas gelas
penutup kemudian dipencet (squash) dengan ibu jari atau dengan menggunakan pensil yang diketuk-ketukkan secara perlahan (Simamora, 2016).
Squash yang baik menghasilkan preparat yang hanya terdiri dari selapis sel, terpisah-pisah, tidak tumpang tindih, dan tidak terpecah-pecah. Setelah proses
squash, tepi gelas penutup disegel dengan cat kuku bening. Penyegelan ini
bertujuan untuk membuat preparat lebih awet serta mencegah kekeringan preparat
(Setyawan dan Sutikno, 2000). Kemudian diamati di bawah lensa mikroskop
cahaya perbesaran 1000 kali, pemotretan preparat, dan penghitungan jumlah
kromosom secara manual (Abidin, 2014).
Pengamatan Parameter Persentase Hidup Tanaman
Tanaman yang hidup terlihat segar dan tidak menunjukkan gejala busuk
yang menyebabkan kematian pada tanaman. Pengamatan dilakukan pada akhir
penelitian (14 MST). Data diambil dengan rumus:
Jumlah Tanaman Hidup
% Tanaman Hidup = --- x 100% Total Jumlah Tanaman
Pertambahan Tinggi Tanaman
Pengamatan awal tinggi tanaman dalam satuan cm (centi meters) dilakukan saat tanaman baru ditanam dan saat pengamatan terakhir (tanaman
berumur 14 MST) menggunakan penggaris. Tinggi tanaman diukur dari pangkal
batang yang terlihat di atas permukaan media tanam hingga ujung daun yang
terpanjang. Nilai pertambahan tinggi tanaman merupakan selisih nilai awal tinggi
Jumlah Tunas Tanaman
Perhitungan jumlah tunas diamati di akhir penelitian (14 MST).
Perhitungan jumlah tunas yang dihitung adalah jumlah tunas yang tumbuh selama
waktu pengamatan.
Jumlah Daun Tanaman
Pengamatan jumlah daun dalam satuan helai dilakukan saat tanaman
berumur 14 MST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang
telah membuka sempurna pada setiap perlakuan.
Morfologi Helaian Daun Tanaman
Pengamatan morfologi helaian daun diamati saat tanaman berumur 14
MST dengan cara membandingkan perubahan bentuk dan warna yang terjadi antar
setiap perlakuan yang diberikan dengan kontrol. Sebagai panduan digunakan
Panduan Karakterisasi Tanaman Hias Aglaonema oleh Balai Penelitian Tanaman
Hias dan Panduan UPOV (Union for The Protection of New Varieties of Plants) (Lampiran 11).
Jumlah Kromosom
Pengamatan jumlah kromosom diamati saat tanaman berumur 14 MST.
Pengamatan jumlah kromosom dapat dilakukan secara langsung waktu
pengamatan, yaitu setelah kromosom tampak jelas pada mikroskop cahaya dengan
perbesaran 1000 kali kemudian dihitung jumlahnya atau dapat dilakukan secara
tidak langsung, yaitu dengan menghitung jumlah kromosom yang terdapat pada
hasil pemotretan yang telah dikontraskan warna inti selnya dengan software
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu
perendaman aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) di dalam larutan kolkhisin berpengaruh tidak nyata pada pertambahan tinggi tanaman, jumlah
tunas, dan jumlah daun tanaman pada 14 MST, sedangkan perlakuan berbagai
konsentrasi kolkhisin hanya berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi
tanaman 14 MST. Interaksi antara lama waktu perendaman dan berbagai
konsentrasi kolkhisin berpengaruh tidak nyata pada semua parameter pengamatan.
Persentase Hidup Tanaman (%)
Berdasarkan penelitian hasil persentase tanaman hidup keseluruhan pada
tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine
setelah dilakukan perendaman kolkhisin adalah 100%.
Tabel 2. Persentase hidup tanaman pada 14 MST
Perlakuan Tanaman Hidup %
T0K0
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu
perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertambahan tinggi
tanaman, tetapi pemberian berbagai konsentrasi kolkhisin berpengaruh nyata
terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman. Rataan pertambahan tinggi
kolkhisin 10 ppm (18.4 cm) dan rataan terendah pada perlakuan konsentrasi
kolkhisin 5 ppm (17.3 cm) (Tabel 3).
Tabel 3. Pertambahan tinggi tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense S.) varietas Lady Valentine terhadap berbagai lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkhisin pada umur 14 MST.
Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kelompok baris yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Perlakuan lama waktu perendaman selama 6 jam menunjukkan
pertambahan tinggi yang lebih besar (17.9 cm) dibandingkan lama waktu
perendaman selama 3 jam (17.8 cm) walaupun secara statistik tidak berpengaruh
nyata (Tabel 3).
Jumlah Tunas
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu
perendaman, pemberian konsentrasi kolkhisin, dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah tunas tanaman pada umur
14 MST. Perlakuan lama waktu perendaman selama 3 jam dan 6 jam serta
perlakuan konsentrasi kolkhisin 5 ppm dan 10 ppm menunjukkan rataan jumlah
tunas yang sama yaitu sebanyak 2 buah (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah tunas tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense S.) varietas Lady Valentine terhadap berbagai lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkhisin pada umur 14 MST.
MST Waktu Perendaman Konsentrasi Kolkhisin Rataan
K1 K2
MST Waktu Perendaman Konsentrasi Kolkhisin Rataan
K1 K2
14
……...buah…..……….
T1 2.0 2.0 2.0
Jumlah Daun Tanaman
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu
perendaman, pemberian konsentrasi kolkhisin, dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun tanaman pada umur
14 MST. Perlakuan lama waktu perendaman selama 3 jam dan 6 jam serta
perlakuan konsentrasi kolkhisin 5 ppm dan 10 ppm menunjukkan rataan jumlah
daun yang sama yaitu sebanyak 3 helai (Tabel 5).
Tabel 5. Jumlah daun tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense S.) varietas Lady Valentine terhadap berbagai lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkhisin pada umur 14 MST.
Skoring Helaian Daun Tanaman
Karakter morfologis tanaman aglaonema yang diamati adalah karakter
bentuk daun dan warna daun yang muncul. Pengamatan karakter morfologis
tanaman aglaonema dilakukan dengan menggunakan panduan pustaka
Karakterisasi Tanaman Hias Aglaonema oleh Balai Penelitian Tanaman Hias dan
menggunakan panduan pustaka UPOV (International Union for The Protection of New Varieties of Plants).
Berdasarkan panduan Karakterisasi Tanaman Hias Aglaonema oleh Balai
Penelitian Tanaman Hias karakter yang digunakan adalah karakter:
(1) Panjang daun
(2) Lebar daun
Rataan 2.0 2.0 2.0
MST Waktu Perendaman Konsentrasi Kolkhisin Rataan
(3) Bentuk daun
(4) Tepi daun
(5) Bentuk ujung daun
(6) Kilapan daun
(7) Flexibilitas daun
(8) Tipe variasi warna daun
(9) Jumlah warna tulang daun dari bagian atas
(10) Warna utama dari tulang daun bagian atas
(11) Warna dasar daun
(12) Keberadaan warna sekunder daun
(13) Keberadaan warna spot/ bulatan
(14) Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan
(15) Warna dominan spot/ bulatan
(16) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau keputihan
(17) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau kekuningan
(18) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau muda
(19) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau tua
(20) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau kemerahan
(21) Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot/ bulatan
(22) Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot/ bulatan yang paling dominan
(23) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna
putih pada bercak helaian daun
(24) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna
(25) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan
warna hijau muda pada bercak helaian daun
(26) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna
merah pada bercak helaian daun
(27) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan
warna hijau gelap pada bercak helaian daun
(28) Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, keberadaan warna sekunder pada bercak
(29) Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder pada bercak
(30) Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun
(31) Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan helaian daun yang
berlainan warna
(32) Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan helaian daun yang
berlainan warna
(33) Panjang tangkai daun
(34) Perbandingan panjang tangkai daun dengan panjang helaian daun
(35) Jumlah jenis warna tangkai daun
(36) Warna utama tangkai daun
(37) Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun
(38) Jumlah tunas dari tanaman
(39) Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring bertambahnya
umur daun. Sedangkan untuk panduan pustaka berdasarkan UPOV
(International Union for The Protection of New Varieties of Plants) yang
digunakan adalah karakter
(41) Bentuk pangkal daun
Data hasil pengamatan skoring setiap perlakuan pada tanaman aglaonema
Tabel 6. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Tanpa Perlakuan (T0K0)
No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4
Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2
1 Panjang daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3
2 Lebar daun (cm) 5 3 3 5 5 5 3 3
3 Posisi daun paling luas 2 1 2 1 2 1 2 2
4 Bentuk daun 2 1 2 1 1 2 1 2
5 Tepi daun 1 1 1 1 1 1 1 1
6 Bentuk ujung daun 1 1 2 2 2 2 2 2
7 Bentuk pangkal daun 5 5 5 5 5 5 5 5
8 Kilapan daun 1 1 1 1 1 1 1 1
9 Flexibilitas daun 5 3 3 3 3 3 3 3
10 Tipe variasi warna daun 5 5 5 5 5 5 5 5
11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 2 2 2 2 1 1 1 2
12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 4 4 4 3 4 4 3 3
13 Warna dasar daun 124 124 124 124 124 124 124 124
15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2
16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 3 2 2 2 2 2 2 2
17 Warna dominan spot/ bulatan 4 4 4 4 4 4 4 4
18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 1 1 1 1 1 1 1
19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan 2 1 1 1 1 1 1 1
20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 2 2
21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 2 2 2 2
22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 1 1 1 1 1 1 1 1
23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot - - - -
24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan - - - -
25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun
1 1 1 1 1 1 1 1
26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun
1 1 1 1 1 1 1 1
27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun
2 2 2 2 2 2 2 2
28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun
2 2 1 2 1 1 1 2
29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun
30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak 2 2 2 2 2 2 2 2
31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder
pada bercak
1 1 1 1 1 1 1 1
32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun 2 2 2 2 2 2 2 2
33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
3 5 3 3 5 5 3 3
34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
- - - -
35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3
36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 3 3 3 5 5 5 3
37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 4 4 4 4 4
39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring
bertambahnya umur daun
Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema
(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine tanpa perlakuan
(kontrol), diperoleh tanaman aglaonema dengan warna daun yaitu merah muda
(rose carmin) berspot hijau tua dan hijau muda. Tanaman aglaonema tanpa perlakuan memiliki distribusi yang lemah pada perubahan warna dari muda
sampai tua seiring bertambahnya umur tanaman. Hal ini tampak pada skoring
Tabel 7. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Perlakuan 3 Jam Perendaman dengan Konsentrasi Kolkhisin 5 ppm (T1K1)
No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4
Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2
1 Panjang daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3
2 Lebar daun (cm) 5 5 5 3 3 5 5 5
3 Posisi daun paling luas 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Bentuk daun 2 2 2 2 3 2 2 2
5 Tepi daun 1 1 1 1 1 1 1 1
6 Bentuk ujung daun 1 2 2 2 1 2 1 2
7 Bentuk pangkal daun 5 5 3 5 5 5 5 5
8 Kilapan daun 1 1 1 2 1 1 1 1
9 Flexibilitas daun 5 7 7 3 3 7 5 7
10 Tipe variasi warna daun 5 5 5 5 5 5 5 5
11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 2 1 2 2 2 1 2 1
12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 4 3 4 3 2 3 4 3
15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2
16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 3 2 3 2 3 2 2 2
17 Warna dominan spot/ bulatan 5 5 5 4 1 5 5 5
18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 2 1 1 1 2 2 2
19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan
2 1 1 2 1 1 1 1
20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 2 2
21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 2 2 2 2
22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 1 1 1 1 1 1 1 1
23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot - - - -
24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan - - - -
25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun
1 1 1 1 2 1 1 1
26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun
1 1 1 1 1 1 1 1
27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun
2 2 2 2 2 2 2 2
28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun
2 2 2 2 2 2 2 2
29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun
30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak 2 2 2 2 2 2 2 2
31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder
pada bercak
2 2 1 2 2 2 2 2
32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun 2 2 2 2 2 2 2 2
33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
5 5 5 3 5 5 5 5
34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
- - - -
35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3
36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 5 5 3 3 5 3 5
37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 4 4 4 4 4
39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring
bertambahnya umur daun
Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema
(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine perlakuan 3 jam
perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 5 ppm (T1K1), diperoleh tanaman
aglaonema dengan warna dasar daun hijau muda (leaf green) berspot hijau keputihan dan merah muda, hijau tua (jupiter green) berspot merah muda dan
hijau muda, hijau gelap (hooker’s green) berspot merah muda dan hijau muda, serta merah muda (rose carmine) berspot hijau tua. Tanaman aglaonema
pemberian kolkhisin perlakuan 3 jam perendaman dengan konsentrasi kolkhisin
5 ppm (T1K1) memiliki distribusi yang cukup kuat (sedang) pada perubahan
warna dari muda sampai tua seiring bertambahnya umur tanaman. Hal ini tampak
Tabel 8. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Perlakuan 3 Jam Perendaman dengan Konsentrasi Kolkhisin 10 ppm (T1K2)
No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4
Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2
1 Panjang daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3
2 Lebar daun (cm) 5 5 5 3 5 3 5 3
3 Posisi daun paling luas 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Bentuk daun 3 2 2 3 2 2 2 2
5 Tepi daun 2 1 1 1 1 2 2 2
6 Bentuk ujung daun 2 1 1 1 2 2 1 2
7 Bentuk pangkal daun 5 5 5 5 5 5 5 5
8 Kilapan daun 2 1 1 2 1 1 1 2
9 Flexibilitas daun 3 7 3 3 3 3 3 3
10 Tipe variasi warna daun 5 5 5 3 5 5 5 6
11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 2 1 1 2 2 1 1 2
12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 3 4 4 3 4 2 4 4
15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2
16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 2 2 3 2 1 2 1 2
17 Warna dominan spot/ bulatan 3 5 5 4 4 3 5 4
18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 2 2 2 1 2 1 1
19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan
1 1 1 1 1 1 1 1
20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 1 2
21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 - 2 2 2
22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 2 2 1 1 2 2 1 1
23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot 3 - - - 3 - - -
24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan - - - -
25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun
3 1 1 1 3 1 1 1
26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun
3 1 1 1 3 1 1 1
27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun
1 2 2 2 1 2 1 2
28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun
4 1 2 1 4 2 1 2
29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun
30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak 5 2 2 2 3 2 1 2
31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder
pada bercak
2 1 2 1 - 1 - 1
32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun 2 2 2 2 2 2 2 -
33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
3 5 3 3 3 7 5 -
34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
- - - 3
35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 -
36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 5 3 3 3 3 5 3
37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 4 4 4 4 4
39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring
bertambahnya umur daun
Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema
(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine perlakuan 3 jam
perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm (T1K2), diperoleh tanaman
aglaonema dengan warna dasar daun hijau tua (jupiter green) berspot merah muda dan hijau muda, hijau gelap (hooker’s green) berspot merah muda dan hijau
muda, merah muda (rose carmine) berspot hijau tua, merah muda keputihan (pink madder lake) berspot hijau tua, dan merah muda krem (light flesh) berspot
hijau tua. Tanaman aglaonema pemberian kolkhisin perlakuan 3 jam perendaman
dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm (T1K2) memiliki distribusi yang cukup kuat
(sedang) pada perubahan warna dari muda sampai tua seiring bertambahnya umur
tanaman. Hal ini tampak pada skoring daun karakter 54, rata-rata tanaman
Tabel 9. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Perlakuan 6 Jam Perendaman dengan Konsentrasi Kolkhisin 5 ppm (T2K1)
No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4
Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2
1 Panjang daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3
2 Lebar daun (cm) 5 3 3 3 5 3 5 3
3 Posisi daun paling luas 2 1 1 1 1 1 1 1
4 Bentuk daun 2 1 1 2 3 1 3 2
5 Tepi daun 2 1 1 1 2 1 2 1
6 Bentuk ujung daun 1 2 1 2 2 1 2 2
7 Bentuk pangkal daun 5 3 5 5 5 5 5 5
8 Kilapan daun 1 1 1 1 1 1 1 1
9 Flexibilitas daun 3 3 3 2 3 3 3 3
10 Tipe variasi warna daun 5 5 5 5 5 5 5 5
11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 2 2 2 2 2 2 2 2
12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 4 4 3 1 3 3 3 3
15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2
16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2
17 Warna dominan spot/ bulatan 4 4 3 3 4 3 4 3
18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 1 1 2 1 1 1 2
19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan 1 1 1 1 1 1 1 1
20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 2 2
21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 2 2 2 2
22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 2 1 1 1 1 1 1 1
23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot - - - -
24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan - - - -
25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun
1 1 2 2 1 2 1 1
26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun
1 1 1 1 1 1 1 1
27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun
1 2 2 2 2 2 2 2
28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun
2 1 1 1 2 1 2 2
29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun
30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak 2 2 2 2 2 2 2 2
31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder
pada bercak
1 1 1 1 1 1 1 1
32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun 2 2 2 2 2 2 2 2
33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
3 3 7 3 3 7 3 3
34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
- - - -
35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3
36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 3 3 5 3 3 3 3
37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 3 4 4 4 3
39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring
bertambahnya umur daun
Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema
(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine perlakuan 6 jam
perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 5 ppm (T2K1), diperoleh tanaman
aglaonema dengan warna dasar daun merah muda (rose carmine) berspot hijau tua dan merah muda keputihan (pink madder lake) berspot hijau tua dan hijau muda.
Tanaman aglaonema pemberian kolkhisin perlakuan 6 jam perendaman dengan
konsentrasi kolkhisin 5 ppm (T2K1) memiliki distribusi yang lemah pada
perubahan warna dari muda sampai tua seiring bertambahnya umur tanaman. Hal
ini tampak pada skoring daun karakter 54, rata-rata tanaman memiliki nilai
Tabel 10. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Perlakuan 6 Jam Perendaman dengan Konsentrasi Kolkhisin 10 ppm (T2K2)
No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4
Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2
1 Panjang daun (cm)
3 3 3 3 3 3 3 3
2 Lebar daun (cm) 3 3 5 5 3 3 3 3
3 Posisi daun paling luas 2 2 2 2 1 2 2 2
4 Bentuk daun 3 3 2 3 2 2 3 3
5 Tepi daun 2 1 1 1 2 1 1 2
6 Bentuk ujung daun 1 2 1 1 2 1 2 3
7 Bentuk pangkal daun 5 5 5 5 5 5 5 5
8 Kilapan daun 1 1 1 1 1 1 1 2
9 Flexibilitas daun 7 3 3 3 3 3 3 3
10 Tipe variasi warna daun 1 5 5 5 5 5 5 5
11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 1 2 2 2 1 2 2 2
12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 4 4 4 4 3 4 4 3
15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2
16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2
17 Warna dominan spot/ bulatan 3 4 5 5 1 5 4 3
18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 1 1 1 2 1 1 2
19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan 2 1 1 1 1 1 1 1
20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 2 2
21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 1 2 2 2
22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 2 1 1 1 1 1 1 1
23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot 7 - - - -
24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan 5 - - - -
25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun
- 1 1 1 2 1 1 1
26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun
- 1 2 2 1 2 1 1
27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun
- 2 2 2 2 2 2 2
28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun
- 2 2 2 2 2 2 2
29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun
30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak - 2 2 2 2 2 2 2
31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder
pada bercak
- 1 1 1 1 1 1 1
32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun - 2 2 2 2 2 2 2
33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
- 3 7 7 5 7 3 3
34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan
helaian daun yang berlainan warna
- - - -
35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3
36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 3 3 3 5 3 3 5
37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 4 4 4 4 4
39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1
40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring
bertambahnya umur daun
Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema
(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine perlakuan 6 jam
perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm (T2K2), diperoleh tanaman
dengan warna dasar daun hijau gelap (hooker’s green) berspot merah muda dan hijau muda, hijau muda (leaf green) berspot hijau keputihan dan merah muda,
serta merah muda keputihan (pink madder lake) berspot hijau tua dan hijau muda. Tanaman aglaonema T2K2 memiliki distribusi yang lemah pada perubahan warna
dari muda sampai tua seiring bertambahnya umur tanaman. Hal ini tampak pada
skoring daun karakter 54, rata-rata tanaman memiliki nilai skoring 3.
Berdasarkan hasil skoring tanaman yang diberi perlakuan
(Tabel 7 - Tabel 10) memiliki perbedaan dengan hasil skoring tanaman tanpa
perlakuan (Tabel 6). Dari hasil tabel skoring secara ringkas perbandingan antara
tanaman yang diberi perlakuan dengan tanpa perlakuan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 11. Perbandingan Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine kontrol dengan perlakuan pada penilaian scoring
No. Karakter Perlakuan
krem* ran*
keputi-Ket: * = berbeda dengan kontrol
Morfologi Helaian Daun
Hasil pengamatan secara visual pada tanaman berumur 14 MST, terlihat
adanya penampakan fenotip baru. Kolkhisin berpengaruh terhadap karakter
fenotip tanaman, salah satunya menghasilkan tanaman dengan ukuran daun yang
lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun normal lainnya.
Gambar 1. Perbandingan tanaman perlakuan 6 jam perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm (b) yang mengalami perubahan ukuran daun menjadi tumbuh dengan lamban, bentuk daun bulat dan berukuran lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun normal (a) pada umur 14 MST.
Berdasarkan Gambar 1 (b) diatas, dapat dilihat bahwa pemberian
perlakuan 6 jam perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm menghasilkan
tanaman dengan pertumbuhan yang lamban serta ukuran panjang dan lebar daun
yang lebih kecil dibanding dengan tanaman normal.
Pada umur 14 MST dari penampakan fenotip akibat pengaruh kolkhisin
adalah munculnya bentuk dan warna daun yang berbeda dengan tanaman kontrol.
Daun 1
Daun 2 Daun 2
Daun 1
Data pengamatan hasil morfologis tanaman aglaonema dengan bentuk dan warna
daun yang mengalami perubahan akibat pengaruh kolkhisin dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. (a) Tanaman aglaonema dengan daun normal, (b), (c), (d), (e), (f), (g), (h), (i), (j), (k) dan (l) tanaman aglaonema dengan daun abnormal, memiliki karakter bentuk dan warna daun yang berbeda umur 14 MST.
Pada Gambar 2 (a) Tanaman kontrol, tanpa perlakuan kolkhisin memiliki
karakteristik daun berbentuk elips memanjang, ujung daun meruncing, bentuk
(a) Kontrol (b) T1K1(1)1 (c) T1K1(2)1
(d) T1K2(3)1 (e) T1K2(4)1 (f) T1K2(4)2
(k) T2K2(4)1 (l) T2K2(4)2
(j) T2K2(3)1
(h) T2K1(2)1 (i) T2K2(1)1
pangkal daun cordate, helaian daun berwarna dominan merah muda (rose carmine) dengan sedikit bercak kecil berwarna hijau tua dan tulang daun
berwarna hijau tua.
Gambar 2 (b) T1K1, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm, ulangan 1, daun ke-1, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk elips, helaian daun berwarna dominan hijau muda
(leaf green) dengan persebaran sedikit bercak tidak beraturan berwarna merah
muda dan tulang daun berwarna hijau keputihan.
Gambar 2 (c) T1K1, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm, ulangan 2, daun ke-1, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk elips, ujung daun runcing, helaian daun berwarna
dominan hijau gelap (hooker’s green) dengan persebaran sedikit bercak
memanjang tidak beraturan merah muda dan tulang daun berwarna hijau tua.
Gambar 2 (d) T1K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 3, daun ke-1, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk elips, helaian daun berwarna dominan merah muda
(rose carmine) dengan sangat sedikit bercak memanjang berwarna hijau tua dan
tulang daun juga berwarna hijau tua.
Gambar 2 (e) T1K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 4, daun ke-1, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk elips, ujung daun runcing, helaian daun berwarna
dominan hijau tua (jupiter green) dengan bercak memanjang tidak beraturan
berwarna merah muda mengikuti anak tulang daun dan tulang daun berwarna
Gambar 2 (f) T1K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 4, daun ke-2, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk elips, helaian daun berwarna dominan merah muda
keputihan (pink madder lake) dengan bercak kecil berwarna hijau muda dipinggir daun dan tulang daun berwarna hijau terang.
Gambar 2 (g) T2K1, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm, ulangan 1, daun ke-2, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk elips, ujung daun runcing, bentuk pangkal daun
obtuse, helaian daun dominan berwarna merah muda keputihan (pink madder lake) di bagian atas dan putih (white) di bagian bawah dengan persebaran sangat
sedikit bercak memanjang berwarna hijau tua dan tulang daun juga berwarna hijau
tua.
Gambar 2 (h) T2K1, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm, ulangan 2, daun ke-1, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk elips, ujung daun runcing, bentuk pangkal daun
obtuse, helaian daun dominan berwarna transparan dengan persebaran bercak berwarna hijau muda dan tulang daun berwarna hijau muda.
Gambar 2 (i) T2K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 1, daun ke-1, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk bulat, ujung daun runcing, helaian daun dominan
berwarna hijau gelap (hooker’s green) dengan bercak daun berwarna hijau kekuningan dan sangat sedikit berwarna merah muda serta tulang daun berwarna
Gambar 2 (j) T2K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 3, daun ke-1, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk elips menggulung pada sisi kiri tepi daun pada
minggu 12-14 MST, ujung daun meruncing, helaian daun dominan berwarna hijau
muda (leaf green) dengan persebaran bercak berwarna merah muda dan putih
serta tulang daun berwarna hijau muda.
Gambar 2 (k) T2K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 4, daun ke-1, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk bulat, ujung daun meruncing, helaian daun dominan
berwarna merah muda keputihan (pink madder lake) dengan sangat sedikit
persebaran bercak kecil berwarna hijau muda di pinggir tepi daun dan tulang daun
berwarna hijau muda.
Gambar 2 (l) T2K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam
di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 4, daun ke-2, menghasilkan
karakteristik daun berbentuk bulat, ujung daun tumpul, dasar helaian daun
dominan berwarna merah muda keputihan (pink madder lake) dengan persebaran bercak berwarna hijau tua dan hijau muda serta tulang daun berwarna hijau terang.
Perubahan lainnya yang tampak pada pengaruh kolkhisin adalah
perbedaan karakteristik warna daun yang satu dengan daun lainnya dalam satu
tanaman. Pada kondisi ini warna helaian daun satu dengan daun lainnya dalam
satu tanaman berbeda-beda. Selain itu daun pertama yang muncul
pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan daun kedua yang muncul. Berikut
data pengamatan hasil morfologi Tanaman aglaonema
perbedaan pada karakteristik daun satu dengan daun yang lainnya dalam satu
tanaman.
Gambar 3. (a) Tanaman aglaonema normal, (b), (c), dan (d) Tanaman aglaonema yang memiliki karakteristik warna berbeda antara satu daun dengan daun lainnya dalam satu tanaman umur 14 MST.
Pada Gambar 3 (a) Tanaman kontrol, tanpa perlakuan kolkhisin memiliki
karakteristik warna daun yang sama antara satu daun dengan daun yang lainnya,
yaitu berwarna dominan merah muda dengan sedikit bercak berwarna hijau tua.
(a) Kontrol (b) T1K2
Pada Gambar 3 (b), (c), dan (d) T1K2, tanaman dengan perlakuan
perendaman selama 3 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, memiliki
karakteristik warna daun yang berbeda antara daun satu dengan daun lainnya
dalam satu tanaman. Terlihat bahwa salah satu daun dominan berwarna merah
muda dan daun lainnya dominan berwarna hijau.
Jumlah Kromosom
Penghitungan jumlah kromosom dilakukan pada tanaman kontrol (tanpa
perlakuan kolkhisin) dan semua perlakuan yang diambil secara acak. Setiap
perlakuan memiliki jumlah kromosom yang berbeda-beda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah kromosom tanaman aglaonema
(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine tanpa perlakuan (kontrol) adalah 2n = ± 24. Jumlah kromosom tanaman dengan perlakuan
perendaman tanaman selama 3 jam di dalam larutan kolkhisin konstrasi 5 ppm
(T0K1) adalah 2n = ± 28. Jumlah kromosom tanaman dengan perlakuan
perendaman tanaman selama 3 jam di dalam larutan kolkhisin konstrasi 10 ppm
(T0K2) adalah 2n = ± 30. Jumlah kromosom tanaman dengan perlakuan
perendaman tanaman selama 6 jam di dalam larutan kolkhisin konstrasi 5 ppm
(T1K1) adalah 2n = ± 34 dan jumlah kromosom tanaman dengan perlakuan
perendaman tanaman selama 6 jam di dalam larutan kolkhisin konstrasi 10 ppm
Gambar 5. Jumlah kromosom Aglaonema tanpa perlakuan kolkhisin (kontrol) 2n = ± 24
Gambar 7. Jumlah kromosom Aglaonema T1K1 (perlakuan perendaman selama 3 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm) 2n = ± 28
Gambar 8. Jumlah kromosom Aglaonema T1K2 (perlakuan perendaman selama 3 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm) 2n = ± 30
Gambar 8. Jumlah kromosom Aglaonema T2K2 (perlakuan perendaman selama 6 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm) 2n = ± 38
Hasil pengamatan terhadap kromosom aglaonema menunjukkan adanya
perbedaan dari setiap masing-masing perlakuan. Pada perlakuan T0K0 (kontrol)
kromosom aglaonema tersebar secara merata, sedangkan perlakuan T1K1, T1K2,
T2K1, dan T2K2, ada beberapa kromosom yang saling timpang tindih. Hal ini
disebabkan karena telah terjadi pelipatgandaan kromosom, yang menyebabkan
kromosom menjadi menumpuk dan saling tumpang tindih.
Pembahasan
Hasil persentase hidup tanaman keseluruhan adalah 100%. Meskipun
begitu ada beberapa tanaman yang mengalami pembusukan pada ujung batang di
minggu kesatu dan kedua, namun dapat diatasi dengan cara melakukan
pemotongan lalu pemberian bakterisida dan fungisida berbahan aktif
oksitetrasiklin 150 gr/ liter pada bagian yang telah dipotong. Hal ini terjadi diduga
bukan karena pengaruh perendaman larutan kolkhisin, melainkan ada faktor
lingkungan yang mempengaruhi persentase hidup tanaman, karena tanaman
kontrol juga terserang penyakit busuk yang diduga karena bakteri. Sesuai dengan
pendapat Suryo (1995) yang menyatakan bahwa sel-sel tumbuhan umumnya tahan
terhadap konsentrasi kolkhisin yang relatif kuat karena merupakan substansi yang
berasal dari bahan organik. Kolkhisin cepat mengadakan difusi ke dalam jaringan
tanaman dan disebarkan ke berbagai bagian tubuh tanaman melalui sel-sel
jaringan pengangkut.
Hasil pengamatan terhadap fenotip berupa karakter vegetatif tanaman
aglaonema dengan perlakuan kolkhisin meliputi pertambahan tinggi tanaman,
waktu perendaman pada tanaman aglaonema berpengaruh tidak nyata terdahap
pertambahan tinggi tanaman, jumlah tunas, dan jumlah daun. Sedangkan untuk
perlakuan konsentrasi kolkhisin berpengaruh berbeda nyata terhadap pertambahan
tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1995) yang menyatakan
bahwa larutan kolkhisin dengan konsentrasi yang kritis mencegah benang-benang
plasma dari gelendong inti sehingga pemisahan pada metafase tidak terjadi dan
mengakibatkan penggandaan kromosom serta dapat merubah tampilan dari suatu
individu.
Berdasarkan hasil statistik (Tabel 3) pertambahan tinggi tanaman,
didapatkan hasil uji rataan yang tertinggi adalah perlakuan lama waktu
perendaman selama 6 jam dalam konsentrasi larutan kolkhisin sebesar 10 ppm
(18.4 cm) dan rataan terendah adalah perlakuan lama waktu perendaman selama 6
jam dalam konsentrasi larutan kolkhisin sebesar 5 ppm (16.9 cm). Pemberian
konsentrasi kolkhisin dan lama waktu perendaman yang tepat dapat
mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sandra (2003) yang menyatakan bahwa pada tanaman aglaonema (Aglaonema sp.) dengan pemberian kolkhisin merupakan teknik membuat tanaman aglaonema
raksasa dan berukuran lebih kerdil dari keadaan normalnya. Tanaman menjadi
raksasa dikarenakan terjadinya penggandaan kromosom sedangkan tanaman kerdil
didapat karena kolkhisin dapat menurunkan tekanan osmotik sel-sel dan
pembelahan sel terhambat.
Perlakuan lama waktu perendaman dan berbagai konsentrasi kolkhisin
pada tanaman aglaonema berpengaruh tidak nyata terdahap jumlah tunas tanaman
Berdasarkan hasil statistik (Tabel 4) jumlah tunas tanaman, didapatkan hasil uji
rataan terhadap semua perlakuan jumlah tunas adalah sebanyak 2 buah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Afifah (2015) yang menyatakan bahwa pada tanaman
nilam, perlakuan kolkhisin juga menghasilkan tunas dengan jumlah daun yang
lebih sedikit dibandingkan dengan tunas kontrol dikarenakan senyawa alkaloid
yang mampu mencegah terbentuknya benang-benang spindle untuk proses pembelahan sel.
Perlakuan lama waktu perendaman dan berbagai konsentrasi kolkhisin
pada tanaman aglaonema berpengaruh tidak nyata terdahap jumlah daun tanaman
karena variasi lama waktu perendaman dan variasi konsentrasi kolkhisin yang
belum optimal. Berdasarkan hasil statistik (Tabel 5) jumlah daun tanaman,
didapatkan hasil uji rataan pada semua perlakuan adalah sebanyak 3 helai daun.
Hal ini sesuai dengan pendapat Adaniya dan Shira (2001) yang menyatakan
bahwa pada tanaman kebanyakan, poliploidi buatan (kolkhisin) sering digunakan
untuk memperbesar ukuran sel, mendorong ke arah pertumbuhan dan
perkembangan organ vegetatif dan reproduki. Jika konsentrasi larutan dan lama
waktu perlakuan kurang mencapai keadaan yang tepat, maka poliploidi belum
dapat diperoleh.
Selain karakter kuantitatif, juga dilakukan pengamatan karakter kualitatif,
antara lain terhadap morfologis vegetatif tanaman yang meliputi bentuk dan warna
daun. Keanehan karakter-karakter yang diamati ini menjadi indikator tanaman
mutan pada penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji skoring daun (Tabel 6 – Tabel 10) berdasarkan
Tanaman Hias dan Panduan UPOV (Union for The Protection of New Varieties of Plants) pada tanaman aglaonema, masing-masing perlakuan memiliki hasil yang
berbeda-beda. Pada tanaman tanpa perlakuan kolkhisin menghasilkan dua warna
yaitu pink dan hijau tua, sedangkan pada tanaman yang diberikan perlakuan
kolkhisin menghasilkan warna merah, putih, hijau muda, dan tanpa warna
(transparan) pada helaian daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1995) yang
menyatakan bahwa larutan kolkhisin dengan konsentrasi yang kritis mencegah
benang-benang plasma dari gelendong inti sehingga pemisahan pada metafase
tidak terjadi dan mengakibatkan penggandaan kromosom serta dapat merubah
tampilan dari suatu individu.
Berdasarkan Gambar 1, perlakuan pemberian perlakuan 6 jam perendaman
dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan
yang lamban serta ukuran panjang dan lebar daun yang lebih kecil dibanding
dengan tanaman normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1995) yang
menyatakan bahwa larutan kolkhisin dengan konsentrasi yang kritis mencegah
benang-benang plasma dari gelendong inti sehingga pemisahan pada metafase
tidak terjadi dan mengakibatkan penggandaan kromosom serta dapat merubah
tampilan dari suatu individu.
Berdasarkan hasil pengamatan kromosom yang dilakukan, kromosom
aglaonema yang diberikan perlakuan kolkhisin dan kontrol sangat berbeda. Pada
kromosom aglaonema perlakuan kontrol, kromosom terlihat lebih jelas
dibandingkan dengan kromosom aglaonema yang diberi perlakuan kolkhisin.
Jumlah kromosom pada tanaman T0K0 (kontrol) adalah 2n = 24. Jumlah
konsentrasi kolkhisin 5 ppm) 2n = ± 28. Jumlah kromosom aglaonema T1K2
(perlakuan perendaman selama 3 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm)
2n = ± 30. Jumlah kromosom aglaonema T2K1 (perlakuan perendaman selama
6 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm) 2n = ± 34. Jumlah kromosom
aglaonema T2K2 (perlakuan perendaman selama 6 jam di dalam konsentrasi
kolkhisin 10 ppm) 2n = ± 38. Dari hasil pengamatan kromosom yang dilakukan,
didapatkan bahwa kromosom mengalami penggandaan dan akibat penggandaan
kromosom ini mengakibatkan perubahan karakter fenotip pada tanaman
aglaonema. Hal ini sesuai dengan pendapat Ajijah dan Bermawie (2003) yang
menyatakan bahwa kolkhisin berpengaruh menghentikan aktivitas benang-benang
pengikat kromosom (spindle) sehingga kromosom yang telah membelah tidak memisahkan diri dalam anafase pada pembelahan sel. Dengan terhentinya proses
pemisahan kromosom pada metafase mengakibatkan penambahan jumlah
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine hasil perlakuan kolkhisin memiliki karakter morfologis dan kromosom yang
berbeda dibandingkan dengan kontrol.
Kesimpulan
2. Perlakuan berbagai konsentrasi kolkhisin yang diberikan menyebabkan
perubahan materi genetik di dalam tanaman aglaonema
(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine, sehingga ukuran dan warna daun yang dihasilkan mengalami kelainan.
3. Karakter fenotip tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) varietas
Lady Valentine dengan perlakuan perendaman selama 6 jam dalam larutan
kolkhisin 10 ppm memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
kontrol, karena lebih banyak menghasilkan keragaman fenotip yang baru.
Saran
Penelitian ini dianjurkan untuk dilakukan di rumah kaca dengan
lingkungan yang homogen agar dapat dibuktikan kebenaran yang lebih akurat
bahwa terjadi penyakit busuk pada beberapa tanaman aglaonema