• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kolkhisin Terhadap Keragaman Genotip dan Fenotip Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kolkhisin Terhadap Keragaman Genotip dan Fenotip Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Chapter III VI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat penelitian akan dilakukan di rumah kaca Fakultas

Pertanian, Universitas Suamtera Utara, Medan pada ketinggian tempat ± 32 meter

di atas permukaan laut mulai bulan Januari sampai Mei 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman aglaonema

(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine dengan 5-6 helai daun/ tanaman, media tanam arang sekam, cocopeat, kompos, dan pupuk kandang sapi (1:1:1:1) sebagai media tanam, kolkhisin sebagai bahan mutagen, aquades sebagai

bahan pelarut kolkhisin dan digunakan sebagai bahan proses pengamatan

kromosom, tube (eppendorf) 2 ml sebagai wadah perendaman ujung akar, tips

untuk memindahkan larutan ke dalam tube 2 ml, NaOH sebagai bahan pelarut

kolkhisin, asam asetat 45% untuk memfiksasi sel akar, larutan HCl 1 N untuk

menghidrolisis sel akar, larutan aceto carmin 2% untuk pewarna sel akar, kertas

saring untuk menyaring larutan, label sebagai penanda perlakuan, cat kuku untuk

menyegel deckglass, insektisida berbahan aktif karbofuran konsentrasi 3%

sebagai bahan pengendali hama, bakterisida dan fungisida berbahan aktif

oksitetrasiklin 150 gr/ liter sebagai pengendali bakteri dan jamur, air untuk

menyiram tanaman dan bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan adalah penggaris untuk mengukur tinggi tanaman,

paranet 85% untuk menaungi tanaman dari terpaan cahaya matahari dan angin

kencang secara langsung, pot plastik diameter 13 cm, tinggi 10 cm dan tebal 0,4

(2)

bawah pot, gelas ukur atau erlenmeyer untuk melarutkan kolkhisin dan mengukur

volume aquades, hot plate dan magnetic stier untuk mencampurkan kolkhisin dan

aquades, kain flannel untuk mengeringkan bahan tanam dari larutan kolkhisin,

thermometer sebagai alat pengatur suhu, stopwatch sebagai alat pengatur waktu,

mikroskop untuk mengamati jumlah kromosom, kaca preparat dan deckglass

sebagai wadah pengamatan di bawah lensa mikroskop, gelas plastik 100 ml untuk

wadah menyiram tanaman, gunting tanaman untuk memotong daun, pisau silet

untuk memotong ujung akar, penghapus pensil untuk membantu pemencetan

(squashing) objek pengamatan, cangkul untuk mencampur komposisi media tanam, micro pipet sebagai alat memindahkan larutan ke dalam tube, kamera

untuk mendokumentasikan hasil pengamatan dan alat-alat lain yang mendukung

penelitian ini.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan percobaan dengan pot plastik secara

faktorial menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 2 faktor:

a. Faktor I waktu perendaman dalam larutan kolkhisin terdiri dari :

T0 = waktu perendaman 0 jam

T1 = waktu perendaman 3 jam

T2 = waktu perendaman 6 jam

b. Faktor II konsentrasi kolkhisin terdiri dari:

K0 = konsentrasi kolkhisin 0 ppm

K1 = konsentrasi kolkhisin 5 ppm

(3)

Sehingga didapat kombinasi :

T0K0 (Kontrol)

T1K1

T1K2

T2K1

T2K2

Jumlah blok (ulangan) : 4 ulangan

Jumlah tanaman per blok : 5 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 20 tanaman

Ukuran per blok : 20 cm x 125 cm

Jarak antar blok : 30 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linear berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + Κ + (αβ)jk + ɛijk

Dimana

Yijk : Hasil pengamatan untuk unit percobaan ke- i dengan perlakuan

konsentrasi kolkhisin ke-j dan lama waktu perendaman ke-k

µ : Nilai tengah perlakuan

ρi : Pengaruh blok pada taraf ke-i

αj : Pengaruh konsentrasi kolkhisin pada taraf ke-j

Κ : Pengaruh lama waktu perendaman pada taraf ke-k

(αβ)jk : Penagaruh interaksi antara konsentrasi kolkhisin pada taraf ke-j dan

(4)

ɛijk : Galat perlakuan pada blok ke-i yang mendapatkan perlakuan

konsentrasi kolkhisin pada taraf ke-j, perlakuan lama waktu

perendaman pada taraf ke-k.

Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, dilakukan

uji lanjutan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test

atau DMRT) pada taraf 5%. Untuk membandingkan antara perlakuan dan kontrol

digunakan Uji Kontras-Ortogonal (Steel dan Torrie, 1987).

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Penanaman

Areal penanaman dipersiapkan sebaik mungkin yaitu pilihan areal di

dalam rumah kaca. Areal dibersihkan dari sisa tanaman yang ada. Kemudian

dibuat empat ulangan dengan masing-masing ulangan memiliki panjang 20 cm

dan lebar 125 cm dengan jarak antar ulangan 30 cm.

Pembuatan Naungan

Di dalam rumah kaca dibuat naungan paranet 85% untuk semua ulangan

penelitian. Naungan berfungsi untuk mencegah atau mengurangi sinar matahari

dan terpaan angin kencang langsung ke bibit. Naungan ini dibuat dengan panjang

3 meter, lebar 3 meter, dan ketinggian 2 meter.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran arang sekam, cocopeat, kompos dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1:1:1. Pencampuran

dilakukan dengan menggunakan ember sebagai alat untuk perbandingan arang

(5)

Kemudian dicampur rata menggunakan cangkul lalu media tanam yang sudah

tercampur rata digongseng dengan menggunakan api besar di atas kuali selama

30 menit lalu didiamkan sampai dingin. Kemudian dimasukkan media tanam

tersebut ke dalam pot. Pot yang digunakan adalah pot plastik dengan ukuran

diameter 13 cm, tinggi 10 cm, dan tebal 0,4 cm.

Persiapan Larutan Kolkhisin

Kolkhisin dalam bentuk cairan bervolume 100 ml dengan konsentrasi 100

ppm dilarutkan ke dalam aquades. Untuk menghomogenkan larutan maka

digunakan wadah erlenmeyer lalu diletakkan di atas hot plate menggunakan

magnetic stier. Untuk konsentrasi 5 ppm dilakukan dengan cara melarutkan 50 ml

kolkhisin dalam 950 ml aquades dan 10 ppm melarutkan 100 ml kolkhisin dalam

900 ml aquades. Kemudian ditetesi NaOH 5-6 tetes untuk mempermudah

pelarutan dan tween-20 sebagai larutan perekat. Setelah 15 menit dilarutkan di atas hot plate maka dapat langsung dipindahkan ke dalam wadah lain dan diberi label penanda.

Persiapan Bahan Tanam

Bahan tanam yang digunakan adalah tanaman aglaonema varietas Lady

Valentine dengan 5-6 helai daun/ tanaman yang berasal dari Negara Thailand oleh

importir yang berlokasi di Jalan Eka Rasmi, Johor, Medan lalu dilakukan

pemotongan atau pembuangan daun sejati dari induknya. Hal ini dilakukan untuk

menghemat kebutuhan larutan kolkhisin.

(6)

Perendaman kolkhisin dilakukan dalam erlenmeyer dengan larutan

kolkhisin konsentrasi 5 ppm dan 10 ppm. Untuk setiap perlakuan konsentrasi

kolkhisin ditambahkan aquades sehingga larutan menjadi 1000 ml.

Tabel 1. Lama waktu perendaman dan perlakuan konsentrasi kolkhisin

Lama Perendaman Perlakuan Konsentrasi

T1= 3 jam K1 = 5 ppm = 50 ml kolkhisin + 950 ml aquades

T2= 6 jam K2 = 10 ppm = 100 ml kolkhisin + 900 ml aquades

Untuk T0K0 (kontrol) media tanam yang telah dibuang daun sejatinya

langsung ditanam atau tidak perlu dilakukan perendaman kolkhisin. Tanaman

kontrol hanya akan dijadikan pembanding pada parameter skoring.

Penanaman

Tanaman aglaonema yang telah direndam atau diberi perlakuan kolkhisin

kemudian akarnya dicelupkan ke dalam larutan dithane untuk mencegah busuk

tanaman dan munculnya jamur, lalu di lab kering menggunakan kain flanel.

Kemudian ditanam di dalam pot plastik. Satu tanaman untuk satu pot yang telah

diberi label sesuai dengan perlakuan sebelumnya lalu diatur sesuai dengan

perlakuan dan ulangan pada lay out rancangan penelitian di lapangan.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari dengan

menggunakan gelas plastik 100 ml. Penyiraman cukup dilakukan satu kali sehari

saja dan tergantung kondisi media tanam di dalam pot. Untuk penyiraman, air

hanya mengenai media tanam saja (tidak mengenai tanaman).

Pemupukan

(7)

cara ditanam menyebar di bawah akar atau dengan kedalaman 5 - 8 cm dari atas

permukaan tanah.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual atau dengan cara

mencabut gulma di pot dengan tangan. Interval penyiangan disesuaikan dengan

keadaan gulma di dalam pot.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimia. Insektisida

berbahan aktif karbofuran konsentrasi 3% yang dicampurkan ke media tanam

untuk mengendalikan hama. Fungisida berbahan aktif propineb konsentrasi

0,15-0,2% disemprotkan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan patogen

jamur. Bakterisida dan fungisida berbahan aktif oksitetrasiklin 150 gr/ liter

disemprotkan pada tanaman untuk mengendalikan bakteri dan jamur. Tindakan

pengendalian disesuaikan dengan kondisi tanaman.

Pembuatan Preparat Pengambilan Bahan

Pengambilan bahan dilakukan dengan memotong bagian ujung akar

tanaman yang muda atau baru tumbuh sepanjang ± 0,5 cm. Mitosis terjadi dalam

sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama yang

sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang), mitosis pada tumbuhan terjadi

selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu

proses yang berputar dan terus-menerus (Suminah et al., 2002).

Ujung akar yang telah dipotong kemudian dicuci dengan air bersih.

(8)

Pada umumnya tumbuhan melakukan pembelahan sel pada pagi hari dan setiap

tumbuhan memiliki jam biologi yang mengatur waktu optimum pembelahan

mitosis (Setyawan dan Sutikno, 2000).

Pra Perlakuan

Kegiatan pra perlakuan dilakukan dengan memasukkan ujung akar yang

telah dipotong ke dalam tube ukuran 2 ml yang berisi aquadest selama 24 jam

pada suhu 4oC. Kegiatan pra perlakuan dengan menggunakan aquadest

menyebabkan kontraksi dan penyebaran kromosom dengan hasil yang

memuaskan. Pra perlakuan dilakukan untuk mempertegas bentuk sel (kromosom),

pemisahan dan penguraian kepadatan kromosom, penjernihan sitoplasma serta

melunakkan jaringan (Simamora, 2016).

Fiksasi

Kromosom dapat dengan mudah diamati pada saat sel sedang aktif

membelah dengan maneggunakan metode fiksasi. Salah satu metode fiksasi yang

dapat dilakukan adalah metode termodifikasi yang menggunakan larutan fiksasi

asam asetat 45% (Schulz, 1980).

Fiksasi dilakukan untuk mematikan jaringan tanpa menyebabkan

terjadinya perubahan pada komponen sel. Fiksasi dilakukan dengan merendam

bahan tanam ke dalam asam asetat 45% selama 15 menit pada suhu 5 - 70

Hidrolisis dilakukan dengan cara merendam bahan yang telah difiksasi ke

dalam larutan HCl 1 N pada suhu kamar (dipanaskan di dalam water bath) selama C

(Gunarso, 1998).

(9)

± 10 menit. Setelah selesai, bahan direndam dalam aquadest selama 5 menit

(Simamora, 2016).

Setyawan dan Sutikno (2000) menyatakan bahwa hidrolisis dilakukan

untuk mendapatkan sel-sel yang menyebar dalam pengamatan kromosom.

Hidrolisis dapat menggunakan asam atau enzim hidrolase, salah satunya adalah

asam klorida (HCl).

Pewarnaan

Aseto carmin sangat cocok untuk pewarnaan ujung akar karena penetrasinya cepat serta tahan lama, namun dalam penyimpanan lama (misalnya

setahun) penetrasinya turun, timbul lapisan film di permukaan cairan dan

mengendap. Oleh karena itu dibutuhkan waktu lebih lama untuk penetrasi serta

harus digojog dan disaring sebelum digunakan lagi. Pewarnaan dilakukan dengan

merendam bahan ke dalam larutan aceto carmin dengan suhu kamar selama ± 2 jam (Setyawan dan Sutikno, 2000).

Pemencetan (Squashing)

Metode squash merupakan metode yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau kaca preparat dengan menggunakan karet

pensil. Metode squah biasanya digunakan untuk melihat proses mitosis pada akar

bawang. Mitosis merupakan pembelahan sel yang manasel anakannya memiliki

sifat yang sama dengan induk selnya. Tahapan dalam pembelahan mitosis ialah

profase, metafase, anafase dan telofase (Jai, 2011).

Squashing dilakukan dengan mengambil bagian potongan ujung akar

meristematis sepanjang ± 0,5 mm dari ujung akar dan diletakkan di atas gelas

(10)

penutup kemudian dipencet (squash) dengan ibu jari atau dengan menggunakan pensil yang diketuk-ketukkan secara perlahan (Simamora, 2016).

Squash yang baik menghasilkan preparat yang hanya terdiri dari selapis sel, terpisah-pisah, tidak tumpang tindih, dan tidak terpecah-pecah. Setelah proses

squash, tepi gelas penutup disegel dengan cat kuku bening. Penyegelan ini

bertujuan untuk membuat preparat lebih awet serta mencegah kekeringan preparat

(Setyawan dan Sutikno, 2000). Kemudian diamati di bawah lensa mikroskop

cahaya perbesaran 1000 kali, pemotretan preparat, dan penghitungan jumlah

kromosom secara manual (Abidin, 2014).

Pengamatan Parameter Persentase Hidup Tanaman

Tanaman yang hidup terlihat segar dan tidak menunjukkan gejala busuk

yang menyebabkan kematian pada tanaman. Pengamatan dilakukan pada akhir

penelitian (14 MST). Data diambil dengan rumus:

Jumlah Tanaman Hidup

% Tanaman Hidup = --- x 100% Total Jumlah Tanaman

Pertambahan Tinggi Tanaman

Pengamatan awal tinggi tanaman dalam satuan cm (centi meters) dilakukan saat tanaman baru ditanam dan saat pengamatan terakhir (tanaman

berumur 14 MST) menggunakan penggaris. Tinggi tanaman diukur dari pangkal

batang yang terlihat di atas permukaan media tanam hingga ujung daun yang

terpanjang. Nilai pertambahan tinggi tanaman merupakan selisih nilai awal tinggi

(11)

Jumlah Tunas Tanaman

Perhitungan jumlah tunas diamati di akhir penelitian (14 MST).

Perhitungan jumlah tunas yang dihitung adalah jumlah tunas yang tumbuh selama

waktu pengamatan.

Jumlah Daun Tanaman

Pengamatan jumlah daun dalam satuan helai dilakukan saat tanaman

berumur 14 MST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang

telah membuka sempurna pada setiap perlakuan.

Morfologi Helaian Daun Tanaman

Pengamatan morfologi helaian daun diamati saat tanaman berumur 14

MST dengan cara membandingkan perubahan bentuk dan warna yang terjadi antar

setiap perlakuan yang diberikan dengan kontrol. Sebagai panduan digunakan

Panduan Karakterisasi Tanaman Hias Aglaonema oleh Balai Penelitian Tanaman

Hias dan Panduan UPOV (Union for The Protection of New Varieties of Plants) (Lampiran 11).

Jumlah Kromosom

Pengamatan jumlah kromosom diamati saat tanaman berumur 14 MST.

Pengamatan jumlah kromosom dapat dilakukan secara langsung waktu

pengamatan, yaitu setelah kromosom tampak jelas pada mikroskop cahaya dengan

perbesaran 1000 kali kemudian dihitung jumlahnya atau dapat dilakukan secara

tidak langsung, yaitu dengan menghitung jumlah kromosom yang terdapat pada

hasil pemotretan yang telah dikontraskan warna inti selnya dengan software

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu

perendaman aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) di dalam larutan kolkhisin berpengaruh tidak nyata pada pertambahan tinggi tanaman, jumlah

tunas, dan jumlah daun tanaman pada 14 MST, sedangkan perlakuan berbagai

konsentrasi kolkhisin hanya berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi

tanaman 14 MST. Interaksi antara lama waktu perendaman dan berbagai

konsentrasi kolkhisin berpengaruh tidak nyata pada semua parameter pengamatan.

Persentase Hidup Tanaman (%)

Berdasarkan penelitian hasil persentase tanaman hidup keseluruhan pada

tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine

setelah dilakukan perendaman kolkhisin adalah 100%.

Tabel 2. Persentase hidup tanaman pada 14 MST

Perlakuan Tanaman Hidup %

T0K0

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu

perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertambahan tinggi

tanaman, tetapi pemberian berbagai konsentrasi kolkhisin berpengaruh nyata

terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman. Rataan pertambahan tinggi

(13)

kolkhisin 10 ppm (18.4 cm) dan rataan terendah pada perlakuan konsentrasi

kolkhisin 5 ppm (17.3 cm) (Tabel 3).

Tabel 3. Pertambahan tinggi tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense S.) varietas Lady Valentine terhadap berbagai lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkhisin pada umur 14 MST.

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kelompok baris yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Perlakuan lama waktu perendaman selama 6 jam menunjukkan

pertambahan tinggi yang lebih besar (17.9 cm) dibandingkan lama waktu

perendaman selama 3 jam (17.8 cm) walaupun secara statistik tidak berpengaruh

nyata (Tabel 3).

Jumlah Tunas

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu

perendaman, pemberian konsentrasi kolkhisin, dan interaksi keduanya

berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah tunas tanaman pada umur

14 MST. Perlakuan lama waktu perendaman selama 3 jam dan 6 jam serta

perlakuan konsentrasi kolkhisin 5 ppm dan 10 ppm menunjukkan rataan jumlah

tunas yang sama yaitu sebanyak 2 buah (Tabel 4).

Tabel 4. Jumlah tunas tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense S.) varietas Lady Valentine terhadap berbagai lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkhisin pada umur 14 MST.

MST Waktu Perendaman Konsentrasi Kolkhisin Rataan

K1 K2

MST Waktu Perendaman Konsentrasi Kolkhisin Rataan

K1 K2

14

……...buah…..……….

T1 2.0 2.0 2.0

(14)

Jumlah Daun Tanaman

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama waktu

perendaman, pemberian konsentrasi kolkhisin, dan interaksi keduanya

berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun tanaman pada umur

14 MST. Perlakuan lama waktu perendaman selama 3 jam dan 6 jam serta

perlakuan konsentrasi kolkhisin 5 ppm dan 10 ppm menunjukkan rataan jumlah

daun yang sama yaitu sebanyak 3 helai (Tabel 5).

Tabel 5. Jumlah daun tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense S.) varietas Lady Valentine terhadap berbagai lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkhisin pada umur 14 MST.

Skoring Helaian Daun Tanaman

Karakter morfologis tanaman aglaonema yang diamati adalah karakter

bentuk daun dan warna daun yang muncul. Pengamatan karakter morfologis

tanaman aglaonema dilakukan dengan menggunakan panduan pustaka

Karakterisasi Tanaman Hias Aglaonema oleh Balai Penelitian Tanaman Hias dan

menggunakan panduan pustaka UPOV (International Union for The Protection of New Varieties of Plants).

Berdasarkan panduan Karakterisasi Tanaman Hias Aglaonema oleh Balai

Penelitian Tanaman Hias karakter yang digunakan adalah karakter:

(1) Panjang daun

(2) Lebar daun

Rataan 2.0 2.0 2.0

MST Waktu Perendaman Konsentrasi Kolkhisin Rataan

(15)

(3) Bentuk daun

(4) Tepi daun

(5) Bentuk ujung daun

(6) Kilapan daun

(7) Flexibilitas daun

(8) Tipe variasi warna daun

(9) Jumlah warna tulang daun dari bagian atas

(10) Warna utama dari tulang daun bagian atas

(11) Warna dasar daun

(12) Keberadaan warna sekunder daun

(13) Keberadaan warna spot/ bulatan

(14) Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan

(15) Warna dominan spot/ bulatan

(16) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau keputihan

(17) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau kekuningan

(18) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau muda

(19) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau tua

(20) Warna spot/ bulatan sekunder yang berwarna hijau kemerahan

(21) Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot/ bulatan

(22) Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot/ bulatan yang paling dominan

(23) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna

putih pada bercak helaian daun

(24) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna

(16)

(25) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan

warna hijau muda pada bercak helaian daun

(26) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna

merah pada bercak helaian daun

(27) Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan

warna hijau gelap pada bercak helaian daun

(28) Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, keberadaan warna sekunder pada bercak

(29) Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder pada bercak

(30) Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun

(31) Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan helaian daun yang

berlainan warna

(32) Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan helaian daun yang

berlainan warna

(33) Panjang tangkai daun

(34) Perbandingan panjang tangkai daun dengan panjang helaian daun

(35) Jumlah jenis warna tangkai daun

(36) Warna utama tangkai daun

(37) Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun

(38) Jumlah tunas dari tanaman

(39) Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring bertambahnya

umur daun. Sedangkan untuk panduan pustaka berdasarkan UPOV

(International Union for The Protection of New Varieties of Plants) yang

digunakan adalah karakter

(17)

(41) Bentuk pangkal daun

Data hasil pengamatan skoring setiap perlakuan pada tanaman aglaonema

(18)

Tabel 6. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Tanpa Perlakuan (T0K0)

No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2

1 Panjang daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3

2 Lebar daun (cm) 5 3 3 5 5 5 3 3

3 Posisi daun paling luas 2 1 2 1 2 1 2 2

4 Bentuk daun 2 1 2 1 1 2 1 2

5 Tepi daun 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Bentuk ujung daun 1 1 2 2 2 2 2 2

7 Bentuk pangkal daun 5 5 5 5 5 5 5 5

8 Kilapan daun 1 1 1 1 1 1 1 1

9 Flexibilitas daun 5 3 3 3 3 3 3 3

10 Tipe variasi warna daun 5 5 5 5 5 5 5 5

11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 2 2 2 2 1 1 1 2

12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 4 4 4 3 4 4 3 3

13 Warna dasar daun 124 124 124 124 124 124 124 124

(19)

15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2

16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 3 2 2 2 2 2 2 2

17 Warna dominan spot/ bulatan 4 4 4 4 4 4 4 4

18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 1 1 1 1 1 1 1

19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan 2 1 1 1 1 1 1 1

20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 2 2

21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 2 2 2 2

22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 1 1 1 1 1 1 1 1

23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot - - - -

24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan - - - -

25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun

1 1 1 1 1 1 1 1

26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun

1 1 1 1 1 1 1 1

27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun

2 2 2 2 2 2 2 2

28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun

2 2 1 2 1 1 1 2

29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun

(20)

30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak 2 2 2 2 2 2 2 2

31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder

pada bercak

1 1 1 1 1 1 1 1

32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun 2 2 2 2 2 2 2 2

33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

3 5 3 3 5 5 3 3

34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

- - - -

35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3

36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 3 3 3 5 5 5 3

37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 4 4 4 4 4

39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring

bertambahnya umur daun

(21)

Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema

(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine tanpa perlakuan

(kontrol), diperoleh tanaman aglaonema dengan warna daun yaitu merah muda

(rose carmin) berspot hijau tua dan hijau muda. Tanaman aglaonema tanpa perlakuan memiliki distribusi yang lemah pada perubahan warna dari muda

sampai tua seiring bertambahnya umur tanaman. Hal ini tampak pada skoring

(22)

Tabel 7. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Perlakuan 3 Jam Perendaman dengan Konsentrasi Kolkhisin 5 ppm (T1K1)

No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2

1 Panjang daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3

2 Lebar daun (cm) 5 5 5 3 3 5 5 5

3 Posisi daun paling luas 2 2 2 2 2 2 2 2

4 Bentuk daun 2 2 2 2 3 2 2 2

5 Tepi daun 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Bentuk ujung daun 1 2 2 2 1 2 1 2

7 Bentuk pangkal daun 5 5 3 5 5 5 5 5

8 Kilapan daun 1 1 1 2 1 1 1 1

9 Flexibilitas daun 5 7 7 3 3 7 5 7

10 Tipe variasi warna daun 5 5 5 5 5 5 5 5

11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 2 1 2 2 2 1 2 1

12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 4 3 4 3 2 3 4 3

(23)

15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2

16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 3 2 3 2 3 2 2 2

17 Warna dominan spot/ bulatan 5 5 5 4 1 5 5 5

18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 2 1 1 1 2 2 2

19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan

2 1 1 2 1 1 1 1

20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 2 2

21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 2 2 2 2

22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 1 1 1 1 1 1 1 1

23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot - - - -

24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan - - - -

25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun

1 1 1 1 2 1 1 1

26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun

1 1 1 1 1 1 1 1

27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun

2 2 2 2 2 2 2 2

28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun

2 2 2 2 2 2 2 2

29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun

(24)

30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak 2 2 2 2 2 2 2 2

31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder

pada bercak

2 2 1 2 2 2 2 2

32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun 2 2 2 2 2 2 2 2

33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

5 5 5 3 5 5 5 5

34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

- - - -

35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3

36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 5 5 3 3 5 3 5

37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 4 4 4 4 4

39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring

bertambahnya umur daun

(25)

Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema

(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine perlakuan 3 jam

perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 5 ppm (T1K1), diperoleh tanaman

aglaonema dengan warna dasar daun hijau muda (leaf green) berspot hijau keputihan dan merah muda, hijau tua (jupiter green) berspot merah muda dan

hijau muda, hijau gelap (hooker’s green) berspot merah muda dan hijau muda, serta merah muda (rose carmine) berspot hijau tua. Tanaman aglaonema

pemberian kolkhisin perlakuan 3 jam perendaman dengan konsentrasi kolkhisin

5 ppm (T1K1) memiliki distribusi yang cukup kuat (sedang) pada perubahan

warna dari muda sampai tua seiring bertambahnya umur tanaman. Hal ini tampak

(26)

Tabel 8. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Perlakuan 3 Jam Perendaman dengan Konsentrasi Kolkhisin 10 ppm (T1K2)

No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2

1 Panjang daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3

2 Lebar daun (cm) 5 5 5 3 5 3 5 3

3 Posisi daun paling luas 2 2 2 2 2 2 2 2

4 Bentuk daun 3 2 2 3 2 2 2 2

5 Tepi daun 2 1 1 1 1 2 2 2

6 Bentuk ujung daun 2 1 1 1 2 2 1 2

7 Bentuk pangkal daun 5 5 5 5 5 5 5 5

8 Kilapan daun 2 1 1 2 1 1 1 2

9 Flexibilitas daun 3 7 3 3 3 3 3 3

10 Tipe variasi warna daun 5 5 5 3 5 5 5 6

11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 2 1 1 2 2 1 1 2

12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 3 4 4 3 4 2 4 4

(27)

15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2

16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 2 2 3 2 1 2 1 2

17 Warna dominan spot/ bulatan 3 5 5 4 4 3 5 4

18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 2 2 2 1 2 1 1

19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan

1 1 1 1 1 1 1 1

20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 1 2

21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 - 2 2 2

22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 2 2 1 1 2 2 1 1

23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot 3 - - - 3 - - -

24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan - - - -

25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun

3 1 1 1 3 1 1 1

26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun

3 1 1 1 3 1 1 1

27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun

1 2 2 2 1 2 1 2

28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun

4 1 2 1 4 2 1 2

29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun

(28)

30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak 5 2 2 2 3 2 1 2

31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder

pada bercak

2 1 2 1 - 1 - 1

32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun 2 2 2 2 2 2 2 -

33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

3 5 3 3 3 7 5 -

34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

- - - 3

35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 -

36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 5 3 3 3 3 5 3

37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 4 4 4 4 4

39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring

bertambahnya umur daun

(29)

Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema

(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine perlakuan 3 jam

perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm (T1K2), diperoleh tanaman

aglaonema dengan warna dasar daun hijau tua (jupiter green) berspot merah muda dan hijau muda, hijau gelap (hooker’s green) berspot merah muda dan hijau

muda, merah muda (rose carmine) berspot hijau tua, merah muda keputihan (pink madder lake) berspot hijau tua, dan merah muda krem (light flesh) berspot

hijau tua. Tanaman aglaonema pemberian kolkhisin perlakuan 3 jam perendaman

dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm (T1K2) memiliki distribusi yang cukup kuat

(sedang) pada perubahan warna dari muda sampai tua seiring bertambahnya umur

tanaman. Hal ini tampak pada skoring daun karakter 54, rata-rata tanaman

(30)

Tabel 9. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Perlakuan 6 Jam Perendaman dengan Konsentrasi Kolkhisin 5 ppm (T2K1)

No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2

1 Panjang daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3

2 Lebar daun (cm) 5 3 3 3 5 3 5 3

3 Posisi daun paling luas 2 1 1 1 1 1 1 1

4 Bentuk daun 2 1 1 2 3 1 3 2

5 Tepi daun 2 1 1 1 2 1 2 1

6 Bentuk ujung daun 1 2 1 2 2 1 2 2

7 Bentuk pangkal daun 5 3 5 5 5 5 5 5

8 Kilapan daun 1 1 1 1 1 1 1 1

9 Flexibilitas daun 3 3 3 2 3 3 3 3

10 Tipe variasi warna daun 5 5 5 5 5 5 5 5

11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 2 2 2 2 2 2 2 2

12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 4 4 3 1 3 3 3 3

(31)

15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2

16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2

17 Warna dominan spot/ bulatan 4 4 3 3 4 3 4 3

18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 1 1 2 1 1 1 2

19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan 1 1 1 1 1 1 1 1

20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 2 2

21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 2 2 2 2

22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 2 1 1 1 1 1 1 1

23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot - - - -

24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan - - - -

25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun

1 1 2 2 1 2 1 1

26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun

1 1 1 1 1 1 1 1

27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun

1 2 2 2 2 2 2 2

28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun

2 1 1 1 2 1 2 2

29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun

(32)

30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak 2 2 2 2 2 2 2 2

31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder

pada bercak

1 1 1 1 1 1 1 1

32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun 2 2 2 2 2 2 2 2

33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

3 3 7 3 3 7 3 3

34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

- - - -

35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3

36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 3 3 5 3 3 3 3

37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 3 4 4 4 3

39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring

bertambahnya umur daun

(33)

Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema

(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine perlakuan 6 jam

perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 5 ppm (T2K1), diperoleh tanaman

aglaonema dengan warna dasar daun merah muda (rose carmine) berspot hijau tua dan merah muda keputihan (pink madder lake) berspot hijau tua dan hijau muda.

Tanaman aglaonema pemberian kolkhisin perlakuan 6 jam perendaman dengan

konsentrasi kolkhisin 5 ppm (T2K1) memiliki distribusi yang lemah pada

perubahan warna dari muda sampai tua seiring bertambahnya umur tanaman. Hal

ini tampak pada skoring daun karakter 54, rata-rata tanaman memiliki nilai

(34)

Tabel 10. Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Perlakuan 6 Jam Perendaman dengan Konsentrasi Kolkhisin 10 ppm (T2K2)

No Karakteristik Helaian Daun Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4

Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2 Daun 1 Daun 2

1 Panjang daun (cm)

3 3 3 3 3 3 3 3

2 Lebar daun (cm) 3 3 5 5 3 3 3 3

3 Posisi daun paling luas 2 2 2 2 1 2 2 2

4 Bentuk daun 3 3 2 3 2 2 3 3

5 Tepi daun 2 1 1 1 2 1 1 2

6 Bentuk ujung daun 1 2 1 1 2 1 2 3

7 Bentuk pangkal daun 5 5 5 5 5 5 5 5

8 Kilapan daun 1 1 1 1 1 1 1 2

9 Flexibilitas daun 7 3 3 3 3 3 3 3

10 Tipe variasi warna daun 1 5 5 5 5 5 5 5

11 Jumlah warna tulang daun dari bagian atas 1 2 2 2 1 2 2 2

12 Warna utama dari tulang daun bagian atas 4 4 4 4 3 4 4 3

(35)

15 Keberadaan warna spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2

16 Jumlah warna yang terdapat di spot/ bulatan 2 2 2 2 2 2 2 2

17 Warna dominan spot/ bulatan 3 4 5 5 1 5 4 3

18 Warna spot sekunder yang berwarna hijau keputihan 1 1 1 1 2 1 1 2

19 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kekuningan 2 1 1 1 1 1 1 1

20 Warna spot sekunder yang berwarna hijau muda 2 2 2 2 2 2 2 2

21 Warna spot sekunder yang berwarna hijau tua 2 2 2 2 1 2 2 2

22 Warna spot sekunder yang berwarna hijau kemerahan 2 1 1 1 1 1 1 1

23 Untuk aksesi tipe 1, kerapatan spot 7 - - - -

24 Untuk aksesi tipe 1, ukuran spot yang paling dominan 5 - - - -

25 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna putih pada bercak helaian daun

- 1 1 1 2 1 1 1

26 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna kuning pada bercak helaian daun

- 1 2 2 1 2 1 1

27 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau tua ada tambahan warna hijau muda pada bercak helaian daun

- 2 2 2 2 2 2 2

28 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau ada tambahan warna merah pada bercak helaian daun

- 2 2 2 2 2 2 2

29 Untuk aksesi tipe 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 selain warna hijau muda ada tambahan warna hijau gelap pada bercak helaian daun

(36)

30 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, warna sekunder pada bercak - 2 2 2 2 2 2 2

31 Untuk aksesi 4, 5, 6, dan 7, jumlah jenis warna sekunder

pada bercak

- 1 1 1 1 1 1 1

32 Untuk aksesi 4 dan 5, batas bercak dengan warna dasar daun - 2 2 2 2 2 2 2

33 Untuk aksesi 4 dan 5, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

- 3 7 7 5 7 3 3

34 Untuk aksesi 6 dan 7, perbandingan luas bercak dengan

helaian daun yang berlainan warna

- - - -

35 Panjang tangkai daun (cm) 3 3 3 3 3 3 3 3

36 Perbandingan panjang tangkai dengan panjang helaian (cm) 3 3 3 3 5 3 3 5

37 Jumlah jenis warna tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

38 Warna utama tangkai daun 4 4 4 4 4 4 4 4

39 Keberadaan warna sekunder pada tangkai daun 1 1 1 1 1 1 1 1

40 Perubahan distribusi warna dari muda sampai tua seiring

bertambahnya umur daun

(37)

Berdasarkan hasil uji skoring helaian daun pada tanaman aglaonema

(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine perlakuan 6 jam

perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm (T2K2), diperoleh tanaman

dengan warna dasar daun hijau gelap (hooker’s green) berspot merah muda dan hijau muda, hijau muda (leaf green) berspot hijau keputihan dan merah muda,

serta merah muda keputihan (pink madder lake) berspot hijau tua dan hijau muda. Tanaman aglaonema T2K2 memiliki distribusi yang lemah pada perubahan warna

dari muda sampai tua seiring bertambahnya umur tanaman. Hal ini tampak pada

skoring daun karakter 54, rata-rata tanaman memiliki nilai skoring 3.

Berdasarkan hasil skoring tanaman yang diberi perlakuan

(Tabel 7 - Tabel 10) memiliki perbedaan dengan hasil skoring tanaman tanpa

perlakuan (Tabel 6). Dari hasil tabel skoring secara ringkas perbandingan antara

tanaman yang diberi perlakuan dengan tanpa perlakuan dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 11. Perbandingan Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine kontrol dengan perlakuan pada penilaian scoring

No. Karakter Perlakuan

(38)

krem* ran*

keputi-Ket: * = berbeda dengan kontrol

Morfologi Helaian Daun

Hasil pengamatan secara visual pada tanaman berumur 14 MST, terlihat

adanya penampakan fenotip baru. Kolkhisin berpengaruh terhadap karakter

fenotip tanaman, salah satunya menghasilkan tanaman dengan ukuran daun yang

lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun normal lainnya.

Gambar 1. Perbandingan tanaman perlakuan 6 jam perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm (b) yang mengalami perubahan ukuran daun menjadi tumbuh dengan lamban, bentuk daun bulat dan berukuran lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun normal (a) pada umur 14 MST.

Berdasarkan Gambar 1 (b) diatas, dapat dilihat bahwa pemberian

perlakuan 6 jam perendaman dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm menghasilkan

tanaman dengan pertumbuhan yang lamban serta ukuran panjang dan lebar daun

yang lebih kecil dibanding dengan tanaman normal.

Pada umur 14 MST dari penampakan fenotip akibat pengaruh kolkhisin

adalah munculnya bentuk dan warna daun yang berbeda dengan tanaman kontrol.

Daun 1

Daun 2 Daun 2

Daun 1

(39)

Data pengamatan hasil morfologis tanaman aglaonema dengan bentuk dan warna

daun yang mengalami perubahan akibat pengaruh kolkhisin dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. (a) Tanaman aglaonema dengan daun normal, (b), (c), (d), (e), (f), (g), (h), (i), (j), (k) dan (l) tanaman aglaonema dengan daun abnormal, memiliki karakter bentuk dan warna daun yang berbeda umur 14 MST.

Pada Gambar 2 (a) Tanaman kontrol, tanpa perlakuan kolkhisin memiliki

karakteristik daun berbentuk elips memanjang, ujung daun meruncing, bentuk

(a) Kontrol (b) T1K1(1)1 (c) T1K1(2)1

(d) T1K2(3)1 (e) T1K2(4)1 (f) T1K2(4)2

(k) T2K2(4)1 (l) T2K2(4)2

(j) T2K2(3)1

(h) T2K1(2)1 (i) T2K2(1)1

(40)

pangkal daun cordate, helaian daun berwarna dominan merah muda (rose carmine) dengan sedikit bercak kecil berwarna hijau tua dan tulang daun

berwarna hijau tua.

Gambar 2 (b) T1K1, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm, ulangan 1, daun ke-1, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk elips, helaian daun berwarna dominan hijau muda

(leaf green) dengan persebaran sedikit bercak tidak beraturan berwarna merah

muda dan tulang daun berwarna hijau keputihan.

Gambar 2 (c) T1K1, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm, ulangan 2, daun ke-1, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk elips, ujung daun runcing, helaian daun berwarna

dominan hijau gelap (hooker’s green) dengan persebaran sedikit bercak

memanjang tidak beraturan merah muda dan tulang daun berwarna hijau tua.

Gambar 2 (d) T1K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 3, daun ke-1, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk elips, helaian daun berwarna dominan merah muda

(rose carmine) dengan sangat sedikit bercak memanjang berwarna hijau tua dan

tulang daun juga berwarna hijau tua.

Gambar 2 (e) T1K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 4, daun ke-1, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk elips, ujung daun runcing, helaian daun berwarna

dominan hijau tua (jupiter green) dengan bercak memanjang tidak beraturan

berwarna merah muda mengikuti anak tulang daun dan tulang daun berwarna

(41)

Gambar 2 (f) T1K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 3 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 4, daun ke-2, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk elips, helaian daun berwarna dominan merah muda

keputihan (pink madder lake) dengan bercak kecil berwarna hijau muda dipinggir daun dan tulang daun berwarna hijau terang.

Gambar 2 (g) T2K1, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm, ulangan 1, daun ke-2, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk elips, ujung daun runcing, bentuk pangkal daun

obtuse, helaian daun dominan berwarna merah muda keputihan (pink madder lake) di bagian atas dan putih (white) di bagian bawah dengan persebaran sangat

sedikit bercak memanjang berwarna hijau tua dan tulang daun juga berwarna hijau

tua.

Gambar 2 (h) T2K1, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm, ulangan 2, daun ke-1, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk elips, ujung daun runcing, bentuk pangkal daun

obtuse, helaian daun dominan berwarna transparan dengan persebaran bercak berwarna hijau muda dan tulang daun berwarna hijau muda.

Gambar 2 (i) T2K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 1, daun ke-1, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk bulat, ujung daun runcing, helaian daun dominan

berwarna hijau gelap (hooker’s green) dengan bercak daun berwarna hijau kekuningan dan sangat sedikit berwarna merah muda serta tulang daun berwarna

(42)

Gambar 2 (j) T2K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 3, daun ke-1, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk elips menggulung pada sisi kiri tepi daun pada

minggu 12-14 MST, ujung daun meruncing, helaian daun dominan berwarna hijau

muda (leaf green) dengan persebaran bercak berwarna merah muda dan putih

serta tulang daun berwarna hijau muda.

Gambar 2 (k) T2K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 4, daun ke-1, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk bulat, ujung daun meruncing, helaian daun dominan

berwarna merah muda keputihan (pink madder lake) dengan sangat sedikit

persebaran bercak kecil berwarna hijau muda di pinggir tepi daun dan tulang daun

berwarna hijau muda.

Gambar 2 (l) T2K2, tanaman dengan perlakuan perendaman selama 6 jam

di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, ulangan 4, daun ke-2, menghasilkan

karakteristik daun berbentuk bulat, ujung daun tumpul, dasar helaian daun

dominan berwarna merah muda keputihan (pink madder lake) dengan persebaran bercak berwarna hijau tua dan hijau muda serta tulang daun berwarna hijau terang.

Perubahan lainnya yang tampak pada pengaruh kolkhisin adalah

perbedaan karakteristik warna daun yang satu dengan daun lainnya dalam satu

tanaman. Pada kondisi ini warna helaian daun satu dengan daun lainnya dalam

satu tanaman berbeda-beda. Selain itu daun pertama yang muncul

pertumbuhannya sangat lambat dibandingkan daun kedua yang muncul. Berikut

data pengamatan hasil morfologi Tanaman aglaonema

(43)

perbedaan pada karakteristik daun satu dengan daun yang lainnya dalam satu

tanaman.

Gambar 3. (a) Tanaman aglaonema normal, (b), (c), dan (d) Tanaman aglaonema yang memiliki karakteristik warna berbeda antara satu daun dengan daun lainnya dalam satu tanaman umur 14 MST.

Pada Gambar 3 (a) Tanaman kontrol, tanpa perlakuan kolkhisin memiliki

karakteristik warna daun yang sama antara satu daun dengan daun yang lainnya,

yaitu berwarna dominan merah muda dengan sedikit bercak berwarna hijau tua.

(a) Kontrol (b) T1K2

(44)

Pada Gambar 3 (b), (c), dan (d) T1K2, tanaman dengan perlakuan

perendaman selama 3 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm, memiliki

karakteristik warna daun yang berbeda antara daun satu dengan daun lainnya

dalam satu tanaman. Terlihat bahwa salah satu daun dominan berwarna merah

muda dan daun lainnya dominan berwarna hijau.

Jumlah Kromosom

Penghitungan jumlah kromosom dilakukan pada tanaman kontrol (tanpa

perlakuan kolkhisin) dan semua perlakuan yang diambil secara acak. Setiap

perlakuan memiliki jumlah kromosom yang berbeda-beda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa jumlah kromosom tanaman aglaonema

(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine tanpa perlakuan (kontrol) adalah 2n = ± 24. Jumlah kromosom tanaman dengan perlakuan

perendaman tanaman selama 3 jam di dalam larutan kolkhisin konstrasi 5 ppm

(T0K1) adalah 2n = ± 28. Jumlah kromosom tanaman dengan perlakuan

perendaman tanaman selama 3 jam di dalam larutan kolkhisin konstrasi 10 ppm

(T0K2) adalah 2n = ± 30. Jumlah kromosom tanaman dengan perlakuan

perendaman tanaman selama 6 jam di dalam larutan kolkhisin konstrasi 5 ppm

(T1K1) adalah 2n = ± 34 dan jumlah kromosom tanaman dengan perlakuan

perendaman tanaman selama 6 jam di dalam larutan kolkhisin konstrasi 10 ppm

(45)

Gambar 5. Jumlah kromosom Aglaonema tanpa perlakuan kolkhisin (kontrol) 2n = ± 24

Gambar 7. Jumlah kromosom Aglaonema T1K1 (perlakuan perendaman selama 3 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm) 2n = ± 28

Gambar 8. Jumlah kromosom Aglaonema T1K2 (perlakuan perendaman selama 3 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm) 2n = ± 30

(46)

Gambar 8. Jumlah kromosom Aglaonema T2K2 (perlakuan perendaman selama 6 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm) 2n = ± 38

Hasil pengamatan terhadap kromosom aglaonema menunjukkan adanya

perbedaan dari setiap masing-masing perlakuan. Pada perlakuan T0K0 (kontrol)

kromosom aglaonema tersebar secara merata, sedangkan perlakuan T1K1, T1K2,

T2K1, dan T2K2, ada beberapa kromosom yang saling timpang tindih. Hal ini

disebabkan karena telah terjadi pelipatgandaan kromosom, yang menyebabkan

kromosom menjadi menumpuk dan saling tumpang tindih.

Pembahasan

Hasil persentase hidup tanaman keseluruhan adalah 100%. Meskipun

begitu ada beberapa tanaman yang mengalami pembusukan pada ujung batang di

minggu kesatu dan kedua, namun dapat diatasi dengan cara melakukan

pemotongan lalu pemberian bakterisida dan fungisida berbahan aktif

oksitetrasiklin 150 gr/ liter pada bagian yang telah dipotong. Hal ini terjadi diduga

bukan karena pengaruh perendaman larutan kolkhisin, melainkan ada faktor

lingkungan yang mempengaruhi persentase hidup tanaman, karena tanaman

kontrol juga terserang penyakit busuk yang diduga karena bakteri. Sesuai dengan

pendapat Suryo (1995) yang menyatakan bahwa sel-sel tumbuhan umumnya tahan

terhadap konsentrasi kolkhisin yang relatif kuat karena merupakan substansi yang

berasal dari bahan organik. Kolkhisin cepat mengadakan difusi ke dalam jaringan

tanaman dan disebarkan ke berbagai bagian tubuh tanaman melalui sel-sel

jaringan pengangkut.

Hasil pengamatan terhadap fenotip berupa karakter vegetatif tanaman

aglaonema dengan perlakuan kolkhisin meliputi pertambahan tinggi tanaman,

(47)

waktu perendaman pada tanaman aglaonema berpengaruh tidak nyata terdahap

pertambahan tinggi tanaman, jumlah tunas, dan jumlah daun. Sedangkan untuk

perlakuan konsentrasi kolkhisin berpengaruh berbeda nyata terhadap pertambahan

tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1995) yang menyatakan

bahwa larutan kolkhisin dengan konsentrasi yang kritis mencegah benang-benang

plasma dari gelendong inti sehingga pemisahan pada metafase tidak terjadi dan

mengakibatkan penggandaan kromosom serta dapat merubah tampilan dari suatu

individu.

Berdasarkan hasil statistik (Tabel 3) pertambahan tinggi tanaman,

didapatkan hasil uji rataan yang tertinggi adalah perlakuan lama waktu

perendaman selama 6 jam dalam konsentrasi larutan kolkhisin sebesar 10 ppm

(18.4 cm) dan rataan terendah adalah perlakuan lama waktu perendaman selama 6

jam dalam konsentrasi larutan kolkhisin sebesar 5 ppm (16.9 cm). Pemberian

konsentrasi kolkhisin dan lama waktu perendaman yang tepat dapat

mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sandra (2003) yang menyatakan bahwa pada tanaman aglaonema (Aglaonema sp.) dengan pemberian kolkhisin merupakan teknik membuat tanaman aglaonema

raksasa dan berukuran lebih kerdil dari keadaan normalnya. Tanaman menjadi

raksasa dikarenakan terjadinya penggandaan kromosom sedangkan tanaman kerdil

didapat karena kolkhisin dapat menurunkan tekanan osmotik sel-sel dan

pembelahan sel terhambat.

Perlakuan lama waktu perendaman dan berbagai konsentrasi kolkhisin

pada tanaman aglaonema berpengaruh tidak nyata terdahap jumlah tunas tanaman

(48)

Berdasarkan hasil statistik (Tabel 4) jumlah tunas tanaman, didapatkan hasil uji

rataan terhadap semua perlakuan jumlah tunas adalah sebanyak 2 buah. Hal ini

sesuai dengan pendapat Afifah (2015) yang menyatakan bahwa pada tanaman

nilam, perlakuan kolkhisin juga menghasilkan tunas dengan jumlah daun yang

lebih sedikit dibandingkan dengan tunas kontrol dikarenakan senyawa alkaloid

yang mampu mencegah terbentuknya benang-benang spindle untuk proses pembelahan sel.

Perlakuan lama waktu perendaman dan berbagai konsentrasi kolkhisin

pada tanaman aglaonema berpengaruh tidak nyata terdahap jumlah daun tanaman

karena variasi lama waktu perendaman dan variasi konsentrasi kolkhisin yang

belum optimal. Berdasarkan hasil statistik (Tabel 5) jumlah daun tanaman,

didapatkan hasil uji rataan pada semua perlakuan adalah sebanyak 3 helai daun.

Hal ini sesuai dengan pendapat Adaniya dan Shira (2001) yang menyatakan

bahwa pada tanaman kebanyakan, poliploidi buatan (kolkhisin) sering digunakan

untuk memperbesar ukuran sel, mendorong ke arah pertumbuhan dan

perkembangan organ vegetatif dan reproduki. Jika konsentrasi larutan dan lama

waktu perlakuan kurang mencapai keadaan yang tepat, maka poliploidi belum

dapat diperoleh.

Selain karakter kuantitatif, juga dilakukan pengamatan karakter kualitatif,

antara lain terhadap morfologis vegetatif tanaman yang meliputi bentuk dan warna

daun. Keanehan karakter-karakter yang diamati ini menjadi indikator tanaman

mutan pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil uji skoring daun (Tabel 6 – Tabel 10) berdasarkan

(49)

Tanaman Hias dan Panduan UPOV (Union for The Protection of New Varieties of Plants) pada tanaman aglaonema, masing-masing perlakuan memiliki hasil yang

berbeda-beda. Pada tanaman tanpa perlakuan kolkhisin menghasilkan dua warna

yaitu pink dan hijau tua, sedangkan pada tanaman yang diberikan perlakuan

kolkhisin menghasilkan warna merah, putih, hijau muda, dan tanpa warna

(transparan) pada helaian daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1995) yang

menyatakan bahwa larutan kolkhisin dengan konsentrasi yang kritis mencegah

benang-benang plasma dari gelendong inti sehingga pemisahan pada metafase

tidak terjadi dan mengakibatkan penggandaan kromosom serta dapat merubah

tampilan dari suatu individu.

Berdasarkan Gambar 1, perlakuan pemberian perlakuan 6 jam perendaman

dengan konsentrasi kolkhisin 10 ppm menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan

yang lamban serta ukuran panjang dan lebar daun yang lebih kecil dibanding

dengan tanaman normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryo (1995) yang

menyatakan bahwa larutan kolkhisin dengan konsentrasi yang kritis mencegah

benang-benang plasma dari gelendong inti sehingga pemisahan pada metafase

tidak terjadi dan mengakibatkan penggandaan kromosom serta dapat merubah

tampilan dari suatu individu.

Berdasarkan hasil pengamatan kromosom yang dilakukan, kromosom

aglaonema yang diberikan perlakuan kolkhisin dan kontrol sangat berbeda. Pada

kromosom aglaonema perlakuan kontrol, kromosom terlihat lebih jelas

dibandingkan dengan kromosom aglaonema yang diberi perlakuan kolkhisin.

Jumlah kromosom pada tanaman T0K0 (kontrol) adalah 2n = 24. Jumlah

(50)

konsentrasi kolkhisin 5 ppm) 2n = ± 28. Jumlah kromosom aglaonema T1K2

(perlakuan perendaman selama 3 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 10 ppm)

2n = ± 30. Jumlah kromosom aglaonema T2K1 (perlakuan perendaman selama

6 jam di dalam konsentrasi kolkhisin 5 ppm) 2n = ± 34. Jumlah kromosom

aglaonema T2K2 (perlakuan perendaman selama 6 jam di dalam konsentrasi

kolkhisin 10 ppm) 2n = ± 38. Dari hasil pengamatan kromosom yang dilakukan,

didapatkan bahwa kromosom mengalami penggandaan dan akibat penggandaan

kromosom ini mengakibatkan perubahan karakter fenotip pada tanaman

aglaonema. Hal ini sesuai dengan pendapat Ajijah dan Bermawie (2003) yang

menyatakan bahwa kolkhisin berpengaruh menghentikan aktivitas benang-benang

pengikat kromosom (spindle) sehingga kromosom yang telah membelah tidak memisahkan diri dalam anafase pada pembelahan sel. Dengan terhentinya proses

pemisahan kromosom pada metafase mengakibatkan penambahan jumlah

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine hasil perlakuan kolkhisin memiliki karakter morfologis dan kromosom yang

berbeda dibandingkan dengan kontrol.

Kesimpulan

2. Perlakuan berbagai konsentrasi kolkhisin yang diberikan menyebabkan

perubahan materi genetik di dalam tanaman aglaonema

(Aglaonema cochinense Schott.) varietas Lady Valentine, sehingga ukuran dan warna daun yang dihasilkan mengalami kelainan.

3. Karakter fenotip tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) varietas

Lady Valentine dengan perlakuan perendaman selama 6 jam dalam larutan

kolkhisin 10 ppm memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan

kontrol, karena lebih banyak menghasilkan keragaman fenotip yang baru.

Saran

Penelitian ini dianjurkan untuk dilakukan di rumah kaca dengan

lingkungan yang homogen agar dapat dibuktikan kebenaran yang lebih akurat

bahwa terjadi penyakit busuk pada beberapa tanaman aglaonema

Gambar

Tabel 2. Persentase hidup tanaman pada 14 MST
Tabel 3.  Pertambahan tinggi tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense S.) varietas Lady Valentine terhadap berbagai lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkhisin pada umur 14 MST
Tabel 5.  Jumlah daun tanaman aglaonema (Aglaonema cochinense S.) varietas Lady Valentine terhadap berbagai lama waktu perendaman dan konsentrasi kolkhisin pada umur 14 MST
Tabel 6.  Hasil Skoring Tanaman Aglaonema (Aglaonema cochinense Schott.) Varietas Lady Valentine Tanpa Perlakuan (T0K0)
+7

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

8) Peserta didik menyampaikan tanggapan terhadap kakawihan yang ada pada kaulinan barudak yang dinyanyikan oleh peserta didik lain, menggunakan bahasa Sunda yang baik

bahwa pengobatan yang diberikan oleh Puskesmas Sidorejo Lor adalah.. pengobatan atau perawatan substitusi (pengganti) khusus putaw

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data diskriptif, yaitu menguraikan gambaran pelaksaaan CSR yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Staf Departemen

7) Peserta didik menyampaikan tanggapan terhadap pembacaan wawaran jeung iklan layanan masyarakat oleh peserta didik lain, menggunakan bahasa Sunda yang

obat yang dibawa pulang harus ditambah dengan air karena Tn.C ingin mengganti campuran pemanis sesuai dengan selera Tn.C dan petugas di Puskesmas Sidorejo Lor

Strategi pemasaran online food yang dijalankan oleh kedai mie bajak difokuskan menggunakan delivery order yang bekerja sama dengan Go Food, Grab Food, yang sering

Dengan demikian, keluaran yang diharapkan dalam forum Rakorbang Pusat ini akan sangat tergantung dari komitmen dan kesepakatan dari seluruh instansi di tingkat Pusat,