• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab4 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " bab4 2015"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pelayanan Kesehatan Dasar

Pelayanan kesehatan dasar merupakan hal yang paling pokok dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan dasar harus dilakukan secara cepat dan tepat serta menyeluruh untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan yang ada. Berikut ini diuraikan beberapa indikator yang termasuk dalam pelayanan kesehatan dasar.

Kesehatan Ibu dan anak merupakan salah satu isu penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan menjadi focusing program pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat. Indikator untuk menilai kinerja program ini adalah dengan melihat K1 (kontak pertama ibu hamil pada trimester I dengan petugas kesehatan), K4 (kontak ke 4 ibu hamil yang dilakukan pada trimester ke 3 dengan petugas kesehatan), Linakes (persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan), KN (kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 0 – 28 hari), Kunjungan Bayi (kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 29 hari s.d 1 tahun), Kunjungan Balita dan lain sebagainya. Kesehatan ibu dan anak pada tahun 2015 menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan disebabkan adanya penyeragaman pemahaman tentang definisi operasional kunjungan balita itu sendiri. Penurunan disini bisa disebabkan oleh beberapa hal salah satunya pencatatan oleh petugas yang belum optimal, namun pada Tahun 2014 semua indicator mengalami peningkatan. Berikut gambaran cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak khusus untuk pelayanan ibu hamil.

BAB IV

(2)

Grafik 9. Capaian Cakupan Program KIA (ibu) Tahun 2012 s.d 2015 di Kab.Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2015

Grafik 10. Capaian Cakupan Program KIA (anak) Tahun 2012 s.d 2015 di Kab.Lombok Barat

(3)

Cakupan K1 dan K4 adalah indikator kunci pelayanan kesehatan ibu hamil. Kunjungan ini sangat penting untuk memantau kesehatan ibu hamil dan pertumbuhan janin. Pengertian K1 kehamilan adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Standar pelayanan K1 yang tepat adalah pemeriksaan ibu hamil pada usia kehamilan trimester pertama dengan menerapkan prinsip 10 T standar pemeriksaan ANC. Namun pada pelaksanaannya cakupan K1 masih menggunakan konsep PWS, dimana semua ibu hamil terdata, mempunyai buku KIA (atau KMS ibu hamil) dan dilakukan pemeriksaan sesuai standar untuk pertama kalinya tanpa melihat usia kehamilan, kemudian dicatat ini yang disebut dengan istilah K1 akses. Cakupan K1 akses Tahun 2015 di Kabupaten Lombok Barat sudah mencapai target yaitu sebesar 98,61 %.

(4)

Sementara cakupan K-4 mencapai 93,40% dari taget 90% pada Tahun 2015 sehingga kedua cakupan tersebut dikatakan telah mencapai target secara nasional, kabupaten maupun propinsi.

Untuk jumlah ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dokter specialis) tahun ini meningkat dari tahun 2014 (90,42 %.) menjadi 94,43%, sedikit lebih tinggi dibanding K4. Ini disebabkan adanya perbaikan data pencatatan pada Bulan September, dimana ada data yang belum dilaporkan oleh puskesmas termasuk luar wilayah dan swasta, sehingga divalidasi pada Bulan September.

Kelas ibu dan kelompok peduli kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengertian dan pemahaman ibu hamil serta keluarganya terhadap kehamilan, persalinan dan pengetahuan kesehatan lainnya,sehingga diharapkan ibu hamil tersebut akan bersalin itu fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.

Kedua kegiatan tersebut merupakan wadah yang efektif digunakan untuk memberikan peningkatan pengetahuan baik bagi ibu hamil, suami dan juga orang tua. Diketahui bahwa pengambil keputusan di tingkat keluarga di masyarakat Kabupaten Lombok Barat adalah orang tua si ibu hamil atau mertua, sehingga perlu dilakukan pula pendekatan kepada keduanya. Kegiatan kemitraan dengan dukun yang telah dirintis sebelumnya juga memberikan andil yang cukup besar dalam mengurangi persalinan di dukun.

(5)

yang adekuat harus dilakukan mengingat kondisi ibu hamil yang beresiko tinggi ini berpotensi menyumbang kasus kematian maternal. Selain itu, upaya-upaya preventif seperti kelas ibu, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada semua sasaran ibu hamil dan keluarganya.

Persentase Peserta KB Baru di Kabupaten Lombok Barat jika dilihat dari Pasangan Usia Subur yang di perkirakan yaitu 146.904 pada tahun 2015 ini, baru mencapai 12%. Meskipun demikian capaian berdasarkan target sasaran KB Baru mencapai 100%. Sedangkan cakupan peserta KB aktif menurun dari tahun kemarin 76,7% saat ini 75% (2015). Jika dilihat dari wilayah puskesmas, paling tinggi cakupan KB aktif adalah Puskesmas Kediri (88%) padahal jika dibandingkan dengan jumlah PUS (pasangan Usia Subur ) paling tinggi terdapat di Puskesmas Jembatan Kembar sebanyak 13.498. Sedangkan yang paling rendah adalah Puskesmas Pelangan (59,91%). Kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah KB Suntik (67,8%) dan cakupan penggunaan alkon terendah yang terlaporkan adalah MOP (0,02%).

(6)

Sementara itu, terdapat program lansia yang dilakukan pencatatan secara kohort dan dalam 1 tahun dilaporkan 20,60% lansia telah mendapat pelayanan secara rutin baik di karang lansia maupun di puskesmas.

Kegiatan penjaringan kesehatan siswa SD/MI merupakan indikator SPM yang bertujuan menjaring siswa SD/MI yang mengalami gangguan kesehatan antara lain status gizi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, tenggorokan, anemia, kebugaran dan lain sebagainya. Untuk siswa yang perlu rujukan ke puskesmas akan diberikan kartu rujukan tersendiri agar mendapat perawatan. Kasus yang paling sering ditemukan adalah status gizi yang tidak normal yaitu kurus sekali dan kurus.

Kegiatan penjaringan kesehatan tahun 2015 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 100% menjadi 97,4% tahun ini dari 12.509 siswa kelas I yang ada. Kendala yang ditemui pada saat penjaringan tersebut adalah adanya siswa yang tidak masuk sekolah pada hari pelaksanan penjaringan, dapat ditangani dengan sweeping atau mengulangi kegiatan pada waktu lain.

Sejak 1 Januari 2014 pemerintah telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Program ini dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi social yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindung dalam system asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Perlindungan ini diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah.

(7)

Cakupan Program Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2015 telah mencapai 64,25% dari target 100% atau universal health coverage pada tahun 2019 yang terdiri dari peserta PBI Pusat 53,19%, peserta Askes, PNS, TNI/POLRI dan peserta Jamsostek, 5,36%, PBI APBD I, 2,48%, APBD II 0,88% dan peserta BPJS Kesehatan secara mandiri 1,37%.

Untuk meningkatkan cakupan kepesertaan JKN menuju universal health coverage telah dilaksanakan sosialisasi tingkat camat, kepala desa, kepala dusun, tokoh agama dan tokoh masyarakat, kader kesehatan dan kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat yang tersebar disemua kecamatan di Kabupaten Lombok Barat. Agar peserta Jaminan Kesehatan Nasional dapat memperoleh manfaat pelayanan kesehatan maka telah dilaksanakan peningkatan kompetensi petugas, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan serta melakukan monitoring dan pembinaan secara berkala agar pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional dapat dilaksanakan dengan baik sesuai pedoman pelaksanaan, serta dapat dirasakan manfaatnya oleh peserta Jaminan Kesehatan Nasional sehingga universal health coveragedapat tercapai pada 1 Januari 2019.

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang

(8)

sudah memenuhi kriteria pelayanan gawat darurat level 1 yaitu melakukan jaga 24 jam dengan kualifikasi perawat yang telah dilatih BTCLS.

Desa Siaga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat baik masalah kesehatan, ataupun bencana. Dalam desa siaga, juga diupayakan salah satunya ambulan desa, yang merupakan salah satu bentuk penunjang dalam sistem rujukan.

Selain itu, akses ketersediaan darah juga merupakan hal yang diperlukan untuk ibu hamil dan neonatus. Kesiapan pendonor baik yang ada di desa siaga ataupun relawan yang ada diluar desa siaga sangat diperlukan dalam system ini. Upaya ini sebenarnya sangat mendukung penurunan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan. Namun, banyak juga faktor yang menghambat ketersediaan darah ini, misalnya tidak adanya tempat dilakukannya pengambilan darah di desa, kurang terkoordinirnya pendonor pada saat terjadinya kasus, atau pada saat akan dilakukan pengambilan darah, para pendonor tidak berani untuk diambil darahnya. Untuk mengatasi hal ini, sosialisasi tentang pentingnya donor darah dan pembentukan kelompok pendonor darah yang ada di desa, agar upaya penyediaan darah berhasil.

Berdasarkan data dalam tabel lampiran profil ini, jumlah kunjungan Rawat Inap di puskesmas perawatan tercatat tahun 2014 adalah 5.152, sementara tahun 2013 adalah 5.656 dari data tersebut, dapat dilihat cakupan rawat inap mengalami penurunan. Penurunan cakupan rawat inap ini lebih disebabkan karena semakin banyaknya pilihan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan swasta, karena peningkatan jumlah klinik pratama di Lombok Barat. Sedangkan Rumah Sakit Tripat tahun 2014 mencatat sebanyak 9.183 kunjungan meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebanyak 8.987, sehingga cakupan kunjungan menjadi 2,2 % jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.

(9)

C. Pemberantasan penyakit menular

Penurunan penyakit berpotensi wabah merupakan salah satu program yang menjadi fokus di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. Untuk kasus Demam Berdarah terjadi peningkatan kasus dari 48 kasus Tahun 2014 menjadi 142 kasus Tahun 2015 ini dengan 1 kasus meninggal dunia.

Upaya pencegahan penyebaran penyakit berpotensi wabah juga terus dilakukan misalnya dengan komunikasi dan edukasi (KIE), surveilans penyakit. Penanganan kasus sesuai dengan protap juga menjadi hal penting, karena dapat menghambat penyebaran penyakit.

Upaya pencegahan penyakit juga dilakukan melalui peningkatan cakupan imunisasi dimana persentase desa yang mencapai “Universal Child Immunization” (UCI) meningkat dari 98,36% di Tahun 2014 menjadi 100% pada Tahun 2015. Peningkatan hasil juga diikuti oleh cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada bayi dari 94,4% tahun 2014 menjadi 103,3% tahun 2015.

D. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Upaya pengendalian PTM dilakukan melalui deteksi dini faktor resiko yang dilakukan melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posbindu). Faktor resiko tersebut antara lain : hipertensi, obesitas, kurang aktifitas, perilaku merokok dan minuman beralkohol, dll. Di Kabupaten Lombok Barat, Posbindu sudah terbentuk sebanyak 110 pos pada tahun 2015 yang tersebar di seluruh puskesmas.

(10)

E. Pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar

Persentase Rumah Sehat Tahun 2015 menjadi 71,62% dari Tahun 2014 70,85%. Perubahan ini disebabkan karena masyarakat mulai sadar akan pentingnya rumah sehat termasuk perilaku hidup bersih dan sehatnya meningkat.

Akses air bersih meningkat menjadi 85,17% pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 (84%). Peningkatan ini karena adanya pembangunan Sarana Air Bersih yang dilaksanakan dilakukan oleh masyarakat dan didukung oleh bantuan Pemerintah Pusat (PAM-STBM) ini berkaitan dengan sarana air bersih di 3 (tiga) desa di Kabupaten Lombok Barat serta pembangunan sarana air bersih oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lombok Barat.

Untuk Sarana Sanitasi (Jamban) meningkat dari 75% di Tahun 2014 meningkat menjadi 78,84% pada Tahun 2015. Peningkatan ini disertai juga dengan peningkatan jumlah Desa ODF di Kabupaten Lombok Barat dari 65 Desa. Meskipun demikian di Lombok Barat belum ada satu pun desa yang melaksanakan STBM secara menyeluruh.

Grafik.11. Capaian Desa ODF di Kab. Lobar tahun 2010 s.d 2015

(11)

Tahun 2015 dilakukan survey Rumah Tangga Sehat dengan capaian 59% dari total responden yang dipantau. Namun, karena hal ini merupakan data survey cepat dimana responden yang dipantau juga berbeda dari tahun ke tahun, maka hal yang wajar jika terjadi peningkatan. Survey ini bertujuan memperoleh data perubahan perilaku RT terhadap pembinaan dan penyebaran informasi yang telah dilaksanakan. Upaya penyuluhan melalui media cetak yang terus gencar dilakukan oleh petugas selain metode penyuluhan lainnya (film, kelompok, keliling dsb) yang juga memberikan andil pada peningkatan pengetahuan sampai perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Upaya peningkatan RT sehat dilakukan dengan pembinaan rumah tangga sehat melalui pemberdayaan kader kesehatan dan pendamping desa.

Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah Posyandu, t erus menerus mengalami peningkatandimana tahun 2014, Lombok Barat memiliki 850 posyandu dan tahun 2015 ini meningkat menjadi 868 unit posyandu. Apabila dibandingkan dengan jumlah dusun 841 maka semua dusun memiliki posyandu. Sedangkan jika dibandingkan dengan balita, rasionya mencapai 1,31 per 100 Balita. Dalam posyandu inilah pelayanan kesehatan seperti imunisasi, pemeriksaan gizi balita dan juga ibu hamil dilakukan, selain itu upaya penyuluhan juga dilakukan. Kriteria sebuah posyandu dikatakan strata purnama dan mandiri adalah posyandu paling tidak mempunyai 4-5 kader aktif dan mempunyai dana sehat bagi posyandu mandiri. Dalam petunjuk teknis,dikatakan Posyandu Aktif adalah penjumlahan dari dua strata yaitu purnama dan mandiri yang saat ini mencapai 77,65%.

(12)

Tahun 2006, sedangkan untuk Tahun 2013 menggunakan pedoman tahun 2010, dimana ada 8 indikator yang menjadi persyaratannya.

F. Perbaikan gizi masyarakat

Untuk kasus kekurangan vitamin A pada Tahun 2015 tidak ditemukan, kemungkinan hal ini dipengaruhi dari hasil cakupan distribusi vitamin A pada tahun sebelumnya yang cukup tinggi. Saat ini, distribusi vitamin A, dilakukan secara langsung di teteskan kepada sasaran di posyandu, sehingga kemungkinan untuk tidak tertelan cukup kecil. Tahun 2015 ini, cakupan distribusi Vitamin A pada anak balita adalah 98,63%. Sedangkan untuk bayi (6 – 11 bulan) adalah 99,69%.

Pada Tahun 2014 ini gizi buruk mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sebagaimana telah dibahas pada bab III. Penanganan untuk kasus gizi ini memerlukan upaya yang melibatkan lintas sektor dan program karena pada dasarnya permasalahan gizi maupun permasalahan kesehatan lainnya tidak dapat diselesaikan oleh orang kesehatan saja melainkan secara bersama-sama dengan lintas sektor maupun lintas program.

Pemberian tablet Fe pada Ibu Hamil juga merupakan salah satu protap pelayanan ibu hamil yang diberikan bidan dalam kunjungan 1 sampai 4. Pencatatan dilakukan adalah ibu hamil menerima tablet Fe-nya, terlepas dari apakah tablet tersebut di minum atau tidak. Untuk cakupan Fe3 Tahun 2015 sebesar 94,30% meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan capaian pelayanan imunisasi pada ibu hamil TT2 plus mencapai 71,91 % jauh meningkat dari tahun lalu (41,5%) kendala tahun lalu adalah karena vaksin yang tidak tersedia.

(13)

diantaranya upaya kampanye ASI Eksklusif, penyuluhan rutin di posyandu tentang pentingnya AE, dan adanya kelas ibu hamil, yang memberikan pengetahuan pentingnya ASI dan juga kebijakan dari pemerintah pusat tentang larang promosi susu formula dibawah usia 6 bulan.

G. Pelayanan kesehatan dalam situasi bencana

Penanganan bencana yang terjadi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan baik pada saat kejadian maupun pasca kejadian. Diperlukan kesiapsiagaan dalam setiap penanganannya. Di Kabupaten Lombok Barat sarana kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat adalah 100%, karena kebijakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2013, bahwa semua puskesmas menjadi siaga bencana, dan semua tenaga serta alat sudah disiapkan untuk kondisi gawat darurat tersebut. Hal ini untuk mendukung kondisi daerah di wilayah Kabupaten Lombok Barat yang cukup rawan bencana dan bencana disini bukan hanya bencana alam namun juga bencana kesehatan.

Sementara itu, untuk tahun 2015, ada kejadian luar biasa yang dapat dikategorikan berdasarkan kejadian penyakit di Lombok Barat yaitu suspect mers. Penanganan pada saat kejadian dan pasca kejadian musibah ini melibatkan pihak kesehatan paling tidak tenaga puskesmas. Oleh sebab itu, diperlukan pula koordinasi yang baik antara Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Puskesmas,dan Dinas Kesehatan Provinsi.

H. Pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan

(14)

Tabel.2. 10 Pemakaian Obat terbanyak Tahun 2015

NO NAMA OBAT JUMLAH

1 Paracetamol 3.579.688

2 Amoxilin 500 mg 3.090.688 3 Tablet Tambah Darah Komb 2.185.607 4 Vitamin B. Complex Tablet 2.157.729 5 CTM 4 mg Tablet 1.492.008 6 Ambroxol 100 mg 1.234.682 7 Antasida DOEN Tablet 1.116.795 8 Ibuprofen 400 mg 1.047.750 9 Asam Mefenamat 500 mgTablet 798.729 10 Captopril 25 mg Tablet 502.921 Sumber : UPTD IFK Kab.Lombok Barat

Tabel. 2.11 10 Penyakit Terbanyak NO. KODE

PENYAKIT (ICD X)

NAMA PENYAKIT JUMLAH

1. J17 ISPA 75.115

2. J74 PENYAKIT KULIT INFEKSI 27.365

3. J92 GASTRITIS 27.053

4 J79 PENY. PADA SISTEM OTOT DAN JAR.

26.900

5. J18 PENY.LAIN PD SAL.

PERNAFASAN ATAS

20.626

6. J10 PENYAKIT DARAH TINGGI PRIMER

18.996

7. A09 DIARE (TERMASUK

TERSANGKA KOLERA)

18.505

8. J75 PENY. KULIT ALERGI 13.477

9. J109 DEMAM KARENA SEBAB LAIN 13.286

(15)

Dari tabel di atas menunjukan ada korelasi antara 10 macam penyakit terbanyak dimana Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( 75.115 ), Penyakit Kulit Infeksi (27.365 ), Gasteritis (27.053 ) Penyakit Pada System Pada Otot Dan Jaringan Pengikat ( 26.900 ) Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas ( 20.606 ), Penyakit Darah Tinggi Primer ( 18.996 ), Diare (Termasuk Tersangka Kolera) ( 18.505 ). Penyakit Kulit Alergi ( 13.477 ), Demam karena sebab lain ( 13. 286 ), dan Asma ( 11.903).

Dari 10 pemakaian obat terbanyak se-Kabupaten Lombok Barat terlihat korelasi dengan 10 penyakit terbanyak. Seperti pada pemakaian paracetamol dalam jumlah besar, hal ini dikarenakan paracetamol di gunakan untuk terapi, ISPA Non Pneumoni, Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas, Diare Yang Disertai Deman, Penyakit Pada System Otot Dan Jaringan Pengikat, serta Demam Karena Sebab Lain. Demikian juga pada pamakaian Amoxilin 500 mg tablet, Amoxilin yang digunakan untuk terapi penyakit kulit infeksi, dan penyakit lain pada saluran pernafasan atas. Dari sisi ketersedian obat sesuai ketentuan pada tahun 2015 sebesar 98,7% hal ini disebabkan :

 Sudah semakin membaiknya sistem pada E- Catalog

 Jumlah anggaran yang tersedia meningkat yakni sebesar Rp. 7,8 M (dana kapitasi)

Pengadaan obat telah dilaksanakan dai awal tahun, sehingga ketersediaan obat bisa terpenuhi.

Berikut ini kami juga sampaikan gambaran cakupan Standar Pelayanan Minimal untuk Kabupaten Lombok Barat sesuai dengan KepMen 741/2008 kondisi tahun 2013 s.d 2015.

Indikator 2013 2014 2015 Target

1 Cakupan Kunjungan Ibu

Hamil K4. 84.21 90.21 94.49 95

2 Cakupan Ibu hamil dengan

(16)

Indikator 2013 2014 2015 Target

3 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

85.57 90.42 94.63 90

4 Cakupan pelayanan Ibu

Nifas 82.20 89.01 93.27 90

5 Cakupan neonatal dengan

komplikasi yang ditangani 49.87 100.00 103.06 80 6 Cakupan kunjungan bayi. 88.24 90.12 99.53 90 7 Cakupan Desa/Kelurahan

Universal Child

Immunization (UCI). 95.08 98.36 100 100 8 Cakupan pelayanan anak

balita. 55.00 77.30 83.44 90

9 Cakupan pemberian

makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin.

0 3.18 10.11 100

10 Cakupan Balita gizi buruk

mendapat perawatan 100.00 100.00 100.00 100 11 Cakupan penjaringan

kesehatan siswa SD dan

setingkat 90.07 91.48 96.44 100

12 Cakupan peserta KB Aktif 75.00 75.95 75.02 70 13 Cakupan Penemuan dan

penanganan penderita penyakit

A. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000

penduduk < 15 tahun 3.141 3.141 0.52 100 B. Penemuan Penderita

Pneumonia Balita 108.25 85.74 87.29 100 C. Penemuan Pasien Baru

TB BTA Positif 41.20 41.63 39.91 100 D. Penderita DBD yang

Ditangani 100 100 100 100

(17)

Indikator 2013 2014 2015 Target

14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar

masyarakat miskin 85.25 57.62 88.73 100 15 Cakupan pelayanan

kesehatan rujukan pasien

masyarakat miskin. 3.30 2.97 3.76 100 16 Cakupan pelayanan gawat

darurat level 1 yg harus diberikan sarana

kesehatan (RS) di Kab/Kota.

100 100 100 100

17 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan

epidemiologi <24 jam 0 0 100 100

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam proses mengerjakan skripsi, mahasiswa yang memiliki konsep diri positif akan memiliki motivasi yang lebih baik untuk mengerjakan skripsi karena ia akan memilih aktivitas

Nanda Mutia, “Analisis Kemampuan Mahasiswa Dalam Menentukan Notasi Berdasarkan Sistem Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification) Sebagai Sumber Pembuatan Call

Hubungan antara kemampuan kerja pegawai dengan kinerja pegawai yang didasarkan pada pengaruh langsung dengan nilai koefisien sebesar 0,554697 atau sebesar 55,4697%

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitianpre- Eksperimental Designpre-experimental design berupa one group pretest-postest

Berdasarkan uji laboratorium maka hasil tekstur tanah pada masing-masing titik sampel lokasi penelitian dilakukan dengan cara deskriptif yang tinggi mengandung

Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara pembelajaran bola voli menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan yang tidak terhadap hasil belajar keterampilan bola

Setelah memperhatikan data yang diperoleh dari hasil penelitian, bahwa orientasi masa depan area pekerjaan mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi berprestasi

Sedangkan tujuan dari proses belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai