• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Impact Of Obsidian Mines To The Danger Of Erosion In Nagari Koto Iii Malintang The District Iv Koto Aur Aur Malintang Padang Pariaman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "The Impact Of Obsidian Mines To The Danger Of Erosion In Nagari Koto Iii Malintang The District Iv Koto Aur Aur Malintang Padang Pariaman."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

The Impact Of Obsidian Mines To The Danger Of Erosion In Nagari Koto Iii Malintang The District Iv Koto Aur Aur Malintang Padang Pariaman

By:

Alfauzi*Drs. Helfia Edial, MT**Afrital Rezki, S.Pd, M.Si**

Students Geography Education STKIP PGRI West Sumatra * Faculty of Geography Education STKIP PGRI West Sumatra **

ABSTRACT

This study aims to determine the impact of Mine Obsidian Against Danger Erosion in Nagari III Koto Aur Malintang the District IV Koto Aur Malintang Padang Pariaman district to analyze, collect, and process and describe the impact of the mine obsidian against erosion caused by: 1) The state of slope length and slope. 2) rainfall. 3) The physical condition of the soil in the form of Texture, Structure, permeability, soil erodibility. This research uses descriptive method that aims to explain, describe symptoms, facts, and the nature of the research area.

This type of research is descriptive. Its population is mine obsidian in Kanagarian III Koto Aur Malintang, which became the sample is in Korong Padang Lariang, Durian Heart and Stone Bases Nagari Koto III Malintang the District IV Koto Aur Aur Malintang. The technique used is total sampling technique. Data were analyzed descriptively subsequently followed by cheking field.

Based on the results of the study showed that: 1) The length of the slope at each sample point the research varies between 4m-20m with short criteria - moderate, whereas slope reaches 40-50% invitation criteria rather steep - steep. 2) Average rainfall span of 5 years (2008-2012) the highest occurred in November with an average of 388.6 mm / month and yearly 3003.86 mm / year, based on the calculation formula Schmidt Ferguson rainfall in the wet and dry month with 0,625 results, with type A category of very wet climate. 3) the texture of the soil at the mine site Durian Jantuang many mangandung sand (88.87%), the structure of land mines Padang Lariang granular, permeability was highest in mining site Durian Jantuang 8.9 cm / hour with the criteria being, soil erodibility highest in mining site Stone Bases K value of 2.03 is very high category. Thus, the impact on the study site of erosion need for action from local government in improving the knowledge and understanding of mining is good for the environment.

Keywords: Long Slopes and Slopes, Rainfall and Soil Physical Condition. PENDAHULUAN

Bencana alam merupakan peristiwa alam yang diakibatkan oleh proses alam, baik yang terjadi oleh alam itu sendiri maupun diawali oleh tindakan manusia, yang menimbulkan resiko dan bahaya terhadap kehidupan manusia baik harta benda maupun jiwa. Karakteristik bencana alam ditentukan oleh keadaan lingkungan fisik seperti iklim, topografi, geologi, tanah, tata air, penggunaan lahan dan aktivitas manusia. Secara geologis geomorfologis, dan klimatologis, Indonesia selalu menghadapi bencana alam yang cendrung meningkat dari waktu ke waktu

baik jenis maupun frekuensinya (Hermon, 2009:173).

Alam menyediakan berbagai sumber daya yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan manusia semakin hari semakin meningkat namun kebutuhan lahan dan pekerjaan semakin sempit. Maka manusia dengan berbagai cara melakukan perluasan lahan yaitu dengan menambang/mengepras gunung dan perbukitan (Almaida, 2008). Keberadaan alam sangat mempengaruhi kelangsungan hidup masyarakat sekitar, baik secara ekonomi, sosial, dan budaya. Namun

(3)

2

potensi alam hanya bisa digali dan dimanfaatkan dengan penguasaan IPTEK oleh manusia itu sendiri.

Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki pertambangan yang sangat potensial, bukan hanya untuk kebutuhan Negara tapi juga di manfaatkan untuk dunia dan Internasional. Indonesia di kenal dengan Negara yang kaya akan kandungan mineral. Secara regional Indonesia berada pada posisi tumbukan pada dua lempeng besar, yaitu Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia. Akibat dari tumbukan dua lempeng tersebut telah menempatkan Indonesia sebagai daerah yang rawan bencana, namun akibat adanya pergerakan lempeng tersebut menghasilkan tatanan tektonik yang lengkap, kondisi geologi tersebut mendukung kondisi pembentukan mineralisasi berbagai mineral atau bahan galian berharga, sumber daya pertambangan merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui maka dari itu kegiatan pertambangan harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Penggunaan lahan adalah aktivitas manusia yang dilakukan di atas lahan untuk memenuhi tujuan tertentu. Sedangkan lahan itu merupakan bagian dari bentang alam mencakup lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi dan vegetasi yang secara langsung potensi akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Tutupan dan penggunaan lahan dapat memiliki sebutan yang sama, adapun System penggunaan lahan merupakan identitas yang mewakili rangkaian beberapa tipe tutupan lahan (Mulyoutami, 2007).

Erosi atau pengikisan adalah proses pelepasan dan pemindahan batuan secara alami dari satu tempat ketempat lain oleh suatu tenaga pengangkut yang ada di permukaan bumi, antara lain air, angin dan gletser. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini di perparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, Penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, Perkebunan dan Perladangan, kegiatan konstruksi/Pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan (Rahim, 2003).

Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan sumberdaya alam tersebut akan meningkat seiring dengan

perkembangan jumlah penduduk yang terus bertambah, sedangkan persediaan sumberdaya alam semakin terbatas. Keadaan dua hal yang saling bertentangan tersebut akan meningkatkan tekanan manusia atas sumberdaya alam secara berlebihan dan cenderung merusak, sehingga akan menurunkan kualitas sumberdaya alam yang ada. Untuk mengatasi kualitas sumber daya alam yang semakin menurun maka dibutuhkan adanya tindakan-tindakan guna mencegah aktifnya faktor-faktor penyebab kerusakan tanah (Kartasapoetra, 2005).

Erosi pada tanah dapat terjadi secara alami dan masih boleh ditoleransi yang sering disebut dengan erosi terbolehkan. Dikatakan erosi terbolehkan atau masih boleh ditolerasi karena pengikisan yang terjadi pada tanah masih seimbang dengan pembantukkan tanah yang terjadi, sehingga erosi ini tidak mengakibatkan dampak yang besar bagi manusia dan lingkungan dan kemungkinannya hanya kecil. Erosi pada tanah menjadi masalah besar akibat aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk dan pengelolaan yang tidak terkordinir dengan baik. Sehingga tanpa kita sadari setiap hari sedikit demi sedikit terjadi erosi yang berakibat fatal bagi manusia itu sendiri.

Erosi ini sering juga dikatakan dengan erosi dipercepat karena pengikisan yang terjadi lebih besar daripada pembentukan tanah yang terjadi Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan persyaratan yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah dan keadaan topografi lapangan menentukan kemampuan untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang diperlukan. Sistem untuk penilaian tanah tersebut dirumuskan dalam sistem klasifikasi kemampuan lahan yang ditujukan untuk (1) mencegah kerusakan tanah oleh erosi, (2) memperbaiki tanah yang rusak, (3) memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari. Erosi merupakan peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami, baik berupa angin ataupun air. Di Indonesia erosi yang terpenting adalah erosi yang disebabkan oleh air (Arsyad 2000).

(4)

3

Melihat besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh erosi tanah maka sangatlah penting dalam menduga besarnya erosi yang terjadi. Pendugaan besarnya erosi sangat dibutuhkan untuk dapat mengetahui apakah erosi yang terjadi sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan atau belum (sesuai dengan (Tingkat Bahaya Erosi-nya), berdasar tingkat bahaya erosi yang dikategorikan menjadi lima kelas yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat sehingga dapat diketahui tindakan-tindakan konservasi yang harus dilakukan terhadap lahan tersebut.

Kabupaten Padang Pariaman memiliki salah satu potensi alam berupa tambang rakyat yaitu tambang batu obsidian yang dikelola sendiri oleh masyarakat setempat dengan peralatan yang masih sederhana. Salah satunya berlokasi di Kenagarian III Koto Aur Malintang Kecamatan IV Koto Aur Malintang dengan luas lahan 600 Ha yang terbagi atas 3 wilayah (Padang Laring, Batu Basa, Durian Jantung) dengan luas lahan 600 Ha. Keadaan geografis Kecamatan IV Koto Aur Malintang secara umum berada pada lereng perbukitan, dengan rata-rata ketinggian dari permukaan laut antara 25 hingga 1000 Mdpl, posisi astronomis Kecamatan IV Koto Aur Malintang terletak pada 100° 07´ 00˝ BT dan 0° 33' 00˝ LS. Sehingga dengan letak geografis wilayah yang terdiri diantara pebukitan maka sebagian perekonomian warga ditunjang dengan melakukan penambangan. Lokasi tambang obsidian yang dilakukan oleh warga masyarakat pada tiga wilayah cukup luas yaitu Padang Lariang, Durian Jantuang, dan Batu Basa yang mengikuti aliran sungai Batang Kulitan yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Agam.

Besarnya potensi batu obsidian didaerah ini tidak didukung dengan keseriusan pemerintah dalam mengelola lokasi tambang dengan baik, sehingga banyaknya warga atau oknum tertentu yang melakukan aktivitas pertambangan dilokasi tambang obsidian. Dan aktivitas pertambangan yang dilakukan warga masih menggunakan alat sederhana sehingga membahayakan keselamatan pekerja, dan yang sangat memprihatinkan hampir secara keseluruhan aktivitas pertambangan masih

jauh dibawah standar K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

Sistem penambangan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar tidak memperhatikan dampak terhadap lingkungan dapat merusak komponen-komponen lingkungan, seperti : abiotik, biotik, dan perubahan kultur masyarakat setempat. Apabila komponen-komponen biotik dan abiotik mangalami perubahan maka keseimbangan lingkungan menjadi terganggu. Aktivitas penambangan yang dilkukan memberikan dampak yang besar terhadap perubahan panjang lereng dan kemiringan lereng, rusaknya sifat-sifat fisik tanah dan juga dipegaruhui oleh curah yang tinggi pada lokasi tambang obsidian sehingga menimbulkan banyaknya titik longsor disekitar lokasi tambang. Proses pengkisan kulit bumi secara alamiah ini di sebut erosi alam atau di kenal juga sebagai erosi geologi. Dengan adanya aktifitas manusia yang merusak alam sekitar, keseimbangan ini akan terganggu, karena pada umumnya dampak aktifitas manusia akan mempercepat laju erosi (Suripin, 2004).

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 14 Agustus 2015 penulis temukan di Nagari III Koto Aur Malintang Kecamatan IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman bahwa pada lokasi tambang obsidian terdapat beberapa titik rawan longsor bahkan sudah terjadi longsor yang disebabkan oleh pengalian atau pengambilan di areal tambang obsidian, bahaya erosi yang ada dilokasi penelitian yaitu rendah, berat, sangat berat dan kerusakan vegatasi penutup lahan yang ada disekitar areal tambang obsidian membuat masyarakat setempat resah yang tingal dekat lokasi tambang obsidian yang berjarak 1 km.

Menurut informasi Bapak Hengki (masyarakat setempat) pada tanggal 25 Februari 2016 mengatakan bahwa tambang obsidian sudah mengakibatkan terjadinya longsor pada tahun 2008 yang memakan korban jiwa sebanyak 2 orang, karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya erosi yang diakibat kurangnya perhitungan atas keselamatan diri mereka sendiri.

Berdasarkan masalah diatas penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul "Dampak Tambang Obsidian Terhadap Bahaya Erosi Di

(5)

4

Nagari III Koto Aur Malintang Kecamatan IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman"

METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang digunakan untuk memecahkan sekaligus menjawab permasalahan yang terjadi pada masa sekarang, dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk pengambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi (Sudjana 2001).

Populasi dan Sampel

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pada wilayah tambang obsidian di Korong Padang Lariang, Durian Jantung, Batu Basa Nagari III Koto Aur Malintang Kec. IV Koto Aur Malintang.

Dalam penentuan titik sampel pada objek peneltian ini dilakukan dengan teknik total sampling menurut Sugiyo (2007) total sampling adalah seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui bahaya erosi pada wilayah tambang obsidian, maka pengambilan sampel dilakukan pada 3 wilayah tambang yaitu di Korong Padang Lariang, Korong Batu Basa, Korong Durian Jantuang Kecamatan IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman, pemilihan lokasi tersebut karena pada wilayah tambang obsidian memiliki bahaya erosi.

Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: tahap pra-lapangan, tahap lapangan, dan terakhir adalah tahap pasca lapangan .

1. T

ahap Pra-Lapangan

Tahap pra-lapangan merupakan langkah pertama yang dilakukan, berupa studi pustaka yang bertujuan untuk mengumpulkan bahan-bahan dan informasi yang berhubungan dengan penelitian, menyiapkan perlengkapan dan alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian, menyiapkan diri untuk melakukan penelitian serta menentukan titik sampel pada peta kerja.

2. Tahap Lapangan

Dari hasil pengumpulan data primer melalui pengamatan, pengukuran dan perhitungan yang dilakukan dilapangan maka yang menghasilkan data primer akan menjadi data dalam penelitian. Data primer tersebut dianalisa secara Deskriptif guna menentukan dampak bahaya erosi tambang obsidian di Nagari III Koto Aur Malintang Kec. IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman. Data primer tersebut meliputi data panjang dan kemiringan lereng, dan sifat fisik tanah (tekstur, struktur, permeabilitas, erodibilitas, jenis tanah yang akan di uji laboratorium dan pengukuran daerah yang bahaya erosi pada titik sampel penelitian yang telah ditentukan.

3. T

ahap Pasca Lapangan

Pada tahap ini di lakukan analisi data penelitian berupa data primer dan data sekunder yang didapat selama penelitian berlansung. Setelah itu dilanjutkan penyusunan laporan hasil penelitian dan menyelesaikan peta yang berhubungan dengan basil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Secara Geografi luas wilayah Kecamatan IV Koto Aur Malintang sekitar 9,54 persen luas Kabupaten Padang Pariaman yang terbagi ke dalam lima Nagari dan 30 Korong. Posisi Astronomis Kecamatan IV Koto Aur Malintang terletak pada 1000 07 ‘ 00 ‘’ BT dan 00 33‘ 00’ LS , dengan luas wilayah sekitar 126,80 km2. Kecamatan IV Koto Aur Malintang berbatasan dengan daerah sebagai berikut:

1. Sebelah Barat dengan Kab. Agam 2. Sebelah Timur dengan Kab. Agam 3. Sebelah Utara dengan Kab. Agam 4. Sebelah Selatan dengan Kecamatan

Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman

Pembahasan

Dampak Tambang Obsidian Terhadap Bahaya Erosi di Nagari III Koto Aur Malintang Kecamatan IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman yang

(6)

5

mana meliputi: 1) Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng, 2) sifat fisik tanah berupa (Tekstur, Struktur, Permeabilitas, Erodibilitas, 3) Curah Hujan. Berdasarkan hasil dan teori maka di peroleh hasil sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dampak bahaya erosi pada panjang lereng dan kemiringan lereng pada areal tambang obsdian di ambil 3 titik lokasi yang berbeda.

a. Panjang Lereng

Dilihat dari hasil pengukuran panjang lereng pada lokasi penelitian bahaya erosi paling rentan terjadi pada wilayah Durian Jantuang yang memiliki panjang lereng 20 m kategori sedang, sedangkan lokasi tambang Padang Lariang dan Batu Basa memiliki panjang lereng 3-8 m kategori pendek.

Menurut (Suripin, 2004: 56) mengatakan bahwa semakin panjang lereng, maka semakin cenderung banyak air permukaan yang akan terakumulasi, sehingga aliran permukaan menjadi lebih tinggi kedalamannya dan kecepatannya sehingga kombinasi (panjang lereng dan kemiringan lereng) menyebabkan bahaya erosi yang tinggi penelitian sesuai dengan teori yang diatas.

Sesuai dengan potensi bahaya erosi pada masing-masing lokasi ponelitian berkategori sedang dan rendah.

b. Kemiringan Lereng

Dilihat dari hasil penelitian keadaan kemiringan lereng yang tinggi terjadi pada lokasi tambang Batu Basa Durian Jantuang 50 (%) kriteria curam, Durian Jantuang 47 (%) kriteria curam dan Padang Lariang 40 (%) kriteria agak terjal ini menunjukan potensi bahaya erosinya tinggi.

Secara teoritis menurut Junun Sartohadi, dkk, 2013: 17 sudut lereng menentukan kesetimbangan antara limpasan permukaan dengan infiltrasi. Sudut lereng yang semakin besar berakibat pada dominasi jumlah

limpasan permukaan terhadap infiltrasi. Wilayah dengan limpasan permukaan besar dan kecepatan aliran permukaan tinggi memiliki ancaman bahaya erosi yang besar.

Dimana dampak

kemiringan lereng pada lokasi penelitian berpotensi terhadap bahaya erosi yang tinggi.

2. Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan dampak bahaya erosi pada areal tambang obsidian pada umumnya terjadi karena banyaknya curah hujan yang terjadi pada daerah penelitian menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan yang paling tinggi terjadi selama 5 tahun (2008-2012) terjadi pada bulan November dengan rata-rata 388,6 mm/bulan dan tahunan 3003,86 mm/tahun.

Berdasarkan perhitungan pembagian bulan basah dan bulan kering mengunakan rumus Schmidt Ferguson maka hasil nilai (Q=0,625), berdasarkan teori iklim menurut Schmidt Ferguson (2007) maka daerah penelitian tambang obsidian tergolong tipe iklim A yaitu kategori sangat basah. Dampak tingginya curah hujan yang terjadi pada daerah penelitian maka bahaya erosinya sangat tinggi yang akan terjadi pada lokasi tambang obsidian sehingga dapat memicu terjadi nya kerusakan lahan yang berada di sekitar lahan disekitar areal tambang. 3. Dilihat dari hasil penelitian berdasarkan

hasil uji laboratorium menunjukan bahwa: Sifat fisik tanah berupa Tekstur, Struktur, permeabilitas dan erodibilitas tanah pada masing-masing titik sampel penelitian :

1) Tekstur Tanah

Berdasarkan uji laboratorium maka hasil tekstur tanah pada masing-masing titik sampel lokasi penelitian dilakukan dengan cara deskriptif yang tinggi mengandung kandungan pasir,liat dan bebu terdapat pada Durian Jantuang 88.87 %, Batu Basa 68.85%, Padang Lariang 31.93, kandungan debu yang tinggi terdapat pada lakasi penelitian Padang Lariang 52.16 %, Batu Basa 20.68 %, Durian Jantuang

(7)

6

8.24 %, kandungan liat pada lokasi penelitian Padang Lariang 15.91 %, Batu Basa 10.47 %, Durian Jantuang 2.88 %.

Menurut Hermon (2009:57) Tekstur merupakan perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, (2mm-50μ), debu (50 μ -2 μ), dan liat (<20 μ).

Maka dampak bahaya erosi berdasarkan perbandingan pasir, liat dan debu bahwa lokasi penelitian tambang obsidian memiliki potensi terhadap bahaya erosi yang tinggi. 2) Struktur tanah

Berdasarkan uji laboratirium struktur tanah pada masing-masing titik sampel penelitian maka hasil yang diperoleh, bahwa tambang obsidian Padang Lariang mengandung struktur (granular), Durian Jantuang (remah), Batu Basa (remah).

Menurut Hermon (2009:59) Struktur tanah merupakan susunan saling mengikat partikel-partikel yang berwujud agregat tanah. Struktur tanah sangat mempengaruhi sifat dan keadaan tanah seperti gerakan air tanah, sehingga akan menentukan drainase tanah. Struktur tanah secara tidak langsung akan menggambarkan kandungan bahan organik tanah, liat dan pasir. Struktur remah mencirikan tanah yang kaya akan bahan organik sedangkan struktur gumpal menggambarkan tanah banyak mengandung liat dan struktur granular mencirikan tanah banyak mengandung pasir.

Dampak bahaya erosi yang tinggi terjadi pada lokasi tambang Padang Lariang karena berstruktur tanah granular yang banyak mengandung pasir, sedangkan Durian Jantuang dan Batu Basa mangandung struktur tanah (remah) yang akan kaya akan bahan organik jadi potensi bahaya erosinya rendah. 3) Permeabilitas Tanah

Berdasarkan hasil uji laboratorium, maka setiap titik sampel penelitian memiliki kelas permeabilitas yang berbeda, tambang obsidian Durian Jantuang 8.9 (cm/jam) kriteria sedang, Batu Basa 8.2 cm/jam) kriteria sedang, Padang Lariang 2.3 (cm/jam) kriteria sedang sampai lambat.

Menurut Hermon (2009 : 65) Permeabilitas yaitu suatu sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu zat cair melalui suatu media yang berpori-pori dan disebut pula konduktivitas hidraulika.

Dampak bahaya erosi terjadi pada tambang obsidian Durian Jantuang dan Batu Basa karena memiliki permeabilitas yang tinggi akan mempercepat bahaya erosi pada lahan tambang, sedang Pada Lariang memiliki permeabilitas yang rendah jadi potensi erosinya rendah. 4) Erodibilitas Tanah

Berdasarkan hasil uji laboratorium erodibilitas tanah pada lokasi tambang obsidian Batu Basa dengan nilai K 2,03 kriteria sangat tinggi, Durian Jantuang nilai K 2,01 kriteria sangat tinggi, Padang Lariang nilai K 0,07 kriteria sangat rendah.

Secara teoritis menurut Dharmawan (2008) erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah terhadap erosi. Semakin tinggi nilai erodibilitas suatu tanah semakin mudah tanah tersebut tererosi untuk mentukan kandungan erodibilitas tanah diperlukan data kandungan liat, debu, pasir halus, bahan organik tanah, harkat struktur tanah dan permeabilitas.

Dampak potensi bahaya erosi yang tinggi terjadi pada lokasi tambang Batu Basa dan Jantuang sedangkan Padang Lariang memiliki potensi bahaya erosi rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai dampak tambang obsidian terhadap bahaya erosi di Nagari III Koto Aur Malintang

(8)

7

Kecamatan IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap panjang lereng, lokasi yang paling rentang terjadi erosi terdapat di wilayah durian jantuang yang memiliki panjang lereng 20 m ( kategori sedang ), sedangkan lokasi tambang di padang lariang dan batu basa memiliki panjang lereng 3 – 8 m ( kategori pendek).

Berdasarkan keadaan kemiringan lereng yang tinggi terjadi pada lokasi tambang Batu Basa Durian Jantuang 50 % kriteria curam, Durian Jantuang 47 % kriteria curam dan Padang Lariang 40 % kriteria agak terjal ini menunjukan potensi bahaya erosinya tinggi.

2. Berdasarkan perhitungan pembagian bulan basah dan bulan kering dengan rata-rata curah hujan bulanan 388,6 mm/bulan dan tahunan 3003,86 mm/bulan, maka daerah penelitian tambang obsidian tergolong tipe A yaitu kategori sangat basah yang berpotensi terjadinya erosi.

3. Dampak terhadap kondisi fisik tanah yang berupa Tekstur, Sruktur, Permeabilitas, erodibilitas tanah yang telah diuji laboratorium menunjukan bahwa lokasi penelitian tambang obsidian sangat berpotensi terhadap bahaya erosi yang tinggi.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Sehubungan dengan panjang lereng dan kemiringan lereng pada masing masing sampel penelitian perlunya adanya tindakan konservasi pada lahan tambang obsidian, seperti menanam pohon yang berakar serabut, pohon campuran dan tanaman lainya untuk penyanga terjadinya bahaya erosi pada areal tambang

2. Sehubungan dengan curah hujan pada daerah penelitian sangat tinggi tiap tahunnya terhitung dari tahun 2008-2012 maka disarankan agar

dilakukan tindakan konservasi yaitu dengan menaman tumbuhan vegetasi berupa semak belukar, akar, pakis, rumput dan talas, ilalang dengan tujuan untuk mengurangi aliran permukaan dan bahaya erosi.

3. Sehubungan kondisi fisik tanah pada lokasi penelitian berpotensi terhadap bahaya erosi yang tinggi maka penulis menyarankan untuk selalu menjaga dan melestarikan kondisi fisik tanah.

4. Perlunya tindakan dari pemerintahan setempat dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penambangan yang baik untuk lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, (2010). Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua, IPB Press. Bogor. Hermon Dan Khairani, 2009. Geografi

Tanah. Yayasan Jihadul Khair Center.

Kartasapoetra, dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air . Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyoutami, Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi Dalam Konservasi dan Pengelolaan Tanah Pada Pertanian Berbasis Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Agrivita Volume 26 Nomor 1 Edisi Maret 2004.

Rahim Suplin. Efendi. 2003. Pengendalian

Erosi Tanah dalam Rangka

Pelestarian Lingkungan Hidup. PT. Bumi Aksara

Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Offset Yogyakarta, Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Referensi

Dokumen terkait

Peta FSVA adalah untuk membuat program dalam rangka penangulangan daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan.. Indikator peta FSVA 2016 ada 9 indikator, diantaranya adalah : 1).

atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Daun Trembesi (Samanea Saman) Dengan Level

Variabel motivasi kerja yang meliputi Tanggung jawab, Penghargaan dan Prestasi kerja, Posisi dalam kelompok, Mencari kesempatan untuk memperluas kekuasaan, serta Hubungan

(ii) Pendaftar Pusat Operasi e-Lelong hendaklah dalam tempoh empat belas (14) hari daripada tarikh penerimaan perakuan bertulis penerimaan baki harga belian

Daerah rawan kecelakaan bisa didasarkan dari angka kecelakaan atau banyaknya kecelakaan di ruas suatu jalan. Perhitungan angka kecelakaan ini berhubungan langsung

Tampak bahwa begitu banyak tujuan, manfaat dan kegunaan konstitusi bagi suatu Negara khususnya bagi Indonesia untuk mewujudkan suatu cita-cita luhur bangsa Indonesia

terutama apabila terkena luka, jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita, bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan

Aroma pada sampel tanpa perlakuan semakin bertambahnya waktu maka aroma makin tercium bau busuk ikan yang sangat menyengat, pada sampel yang diberi perlakuan