• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Pengereman Dinamik Motor Induksi 3 Fasa dengan Pengaturan Arus DC dan Tegangan Output Rotor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Pengereman Dinamik Motor Induksi 3 Fasa dengan Pengaturan Arus DC dan Tegangan Output Rotor"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor Induksi

Motor induksi merupakan motor arus bolak–balik (AC) yang paling

luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun

rumah tangga. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini

bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi

sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan

putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan arus stator [1].

Motor ini memiliki konstruksi yang kuat, sederhana, handal,

serta berbiaya murah. Di samping itu motor ini juga memiliki effisiensi yang

tinggi saat berbeban penuh dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak.

Akan tetapi jika dibandingkan dengan motor DC, motor induksi masih

memiliki kelemahan dalam hal pengaturan kecepatan. Dimana pada motor

induksi pengaturan kecepatan sangat sukar untuk dilakukan, sementara pada

motor DC hal yang sama tidak dijumpai [2].

2.2 Konstruksi MotorInduksi

Secara umum, konstruksi dari sebuah motor induksi terdiri dari :

1. Stator adalah bagian dari motor yang diam.

2. Rotor adalah bagian dari motor yang berputar.

(2)

Gambar 2.1.Konstruksi stator dan rotor motor induksi.

2.2.1 Stator

Stator merupakan bagian terluar dari motor yang merupakan bagian

yang diam dan mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi

inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang

berbentuk silindris. Alur pada tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas

(Gambar 2.2.(b)). Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi

(Gambar 2.2.(a)). Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan

beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar

dalam alur yang disebut belitan phasa dimana untuk motor tiga phasa, belitan

tersebut terpisah secara listrik sebesar 120o. Kawat kumparan yang digunakan

terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti

dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris (Gambar 2.2.(c)).

Berikut ini merupakan contoh gambar lempengan laminasi inti, lempengan inti

yang telah disatukan, belitan stator yang telah dilekatkan pada cangkang luar

(3)

(a) (b) (c) Gambar 2.2 Komponen stator motor induksi 3 phasa

(a) Lempengan inti,

(b) Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya. (c) Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.

Selain itu stator terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :

a) Rangka Stator

Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga inti

jangkar motor induksi.

b) Inti Stator

Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau

besimagnetik khusus yang terpasang ke rangka stator.

c) Alur (slot) dan Gigi

Alur dan gigi merupakan tempat meletakkan kumparan stator.

Ada3 (tiga) bentuk alur stator yaitu terbuka, setengah terbuka,

dantertutup.

Ketiga bentuk alur (slot) tersebut tampak seperti pada Gambar 2.2

berikut :

(4)

d) Kumparan Stator (Kumparan Jangkar)

Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga.Kumparan

inimerupakan tempat timbulnya ggl induksi.

2.2.2 Rotor

Rotor merupakan bagian yang bergerak.Berdasarkan jenis rotornya,

motor induksi tiga fasa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yang juga akan

menjadi penamaan untuk motor tersebut, yaitu rotor belitan (wound rotor) dan

rotor sangkar tupai (squirrel cage rotor).

Jenis rotor belitan terdiri dari satu set lengkap belitan tiga fasa yang

merupakan bayangan dari belitan pada statornya. Belitan tiga fasa pada rotor

fasa rotor tersebut dihubungkan pada slip ring yang terdapat pada poros rotor

(Gambar 2.3(a)). Belitan-belitan rotor ini kemudian dihubung singkatkan

melalui sikat (brush) yang menempel pada slip ring (perhatikan Gambar 2.3),

dengan menggunakan sebuah perpanjangan kawat untuk tahanan luar [4].

(a) (b)

Gambar 2.3.a) Rotor Belitan . b) Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan

(5)

disatukan untuk membentuk inti rotor. Alumunium (sebagai batang konduktor) dimasukan ke dalam slot dari inti rotor untuk membentuk serangkaian konduktor yang mengelilingi inti rotor. Rotor yang terdiri dari sederetan batang-batang konduktor yang terletak pada alur-alur sekitar permukaan rotor, ujung-ujungnya dihubung singkat dengan menggunakan cincin hubung singkat (shorting ring) atau disebut juga dengan end ring.Serta pada Gambar 2.5 merupakan skematik dari motor induksi 3 fasa rotor belitan, dari gambar tersebut terlihat hubungan kumparan rotor.

(a) (b)

Gambar 2.4. a) Rotor Sangkar Tupai, b) Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai

Gambar 2.5.Skematik Diagram Motor Induksi Rotor Belitan

2.3 Prinsip Kerja Motor Induksi

Suatu motor induksi terdiri atas dua bagian utama. Yang pertama

(6)

putar dan yang kedua adalah rotor atau bagian berputar, tempat

diinduksikannya ggl oleh maknit putar [5].

Dalam stator dari motor induksi fasa-tiga diletakkan kumparan –

kumparan dari ketiga lilitan fasa secara teratur dengan menempatkan sumbu

masing – masing lilitan berbeda fasa listrik 2�

3 , yang terminalnya dihubungkan

pada jaringan fase-tiga yang simetris, seimbang. Arus dalam ketiga fase itu

bersama – sama akan membangunkan suatu medan yang besarnya tetap dan

berputar dengan kecepatan sudut

=

2

� , dimana ω sama dengan kecepatan

sudut listrik dari sistem listrik jaringan yang mensuplainya dan P jumlah ktub

dari medan putar stator. Juga ��

60

2

, di mana �� adalah putaran permenit dari

medan putar stator.

Dengan frekuensi jaringan f periode per detik atau dengan kecepatan sudut

listrik

Dalam medan putar ini terdapat rotor belitan yang lilitannya dihubung singkat.

Oleh medan putar stator akan diinduksikan ggl dalam lilitan rotor yang akan

membangkitkan arus.

Arus rotor bersama dengan medan putar rotor akan membangkitkan

(7)

rotor tidak dapat sama dengan kecepatan putaran stator, sebab dalam hal ini

tidak akan ada ggm dan karena itu juga tidak ada yang diinduksikan dalam

rotor, dan kopel akan hilang.

Karena itu untuk bekerjanya motor induksi diperlukan adanya

perbedaan antara putaran rotor dengan putaran medan stator. Jadi perlu adanya

slip.

Jika kecepatan putar rotor adalah n maka definisi slip s adalah

=

��−�

��

,

��− � adalah selisih antara kecepatan medan putar stator dengan kecepatan

putaran rotor. Frekuensi dari arus induksi dalam rotor adalah

2

=

.(�−�)

2.60

=

�.�

120

=

.

, Juga berlaku �2= sw, ialah frekuensi sudut

arus rotor. Arus rotor akan membangunkan pula medan putar yang kecepatan

putarnya terhadap rotor adalah 2.60

.

�.(�−�)

2.60

=

− �

dengan kecepatan

rotor n maka kecepatan medan putar rotor terhadap stator menjadi �+�

� = ��. Jadi medan putar rotor mempunyai kecepatan yang sama dengan

medan putar stator.

2.4 Pengereman Motor Listrik

Pengereman adalah suatu kondisi untuk mengurangi kecepatan dari

keadaan running ke suatu keadaan steady state lainnya yang lebih rendah,

dalam hal ini juga termasuk kondisi berhenti. Pada pengereman motor induksi

tiga phasa harus dipilih cara pengereman yang baik, yaitu pengereman tidak

(8)

pengereman ditekan sekecil-kecilnya sehingga tidak merusak mesin,serta dapat

dijalankan dan dihentikan sesuai dengan jadwal operasi yang diinginkan [5].

Tujuan pengereman tidak terbatas untuk menghentikan perputaran

mesin secara cepat tetapi juga untuk menjaga agar perputaran mesin tidak

melebihi putaran yang diizinkan. Sehingga dapat disimpulkan, pengereman

merupakan suatu kerja dari gaya yang menghasilkan perlambatan atau

penghentian. Ada beberapa sistem yang digunakan untuk pengereman motor

induksi, diantaranya sistem pengereman mekanis dan sistem pengereman

elektrodinamik.

Pada sistem pengereman elektrodinamik dapat dibedakan atas

beberapa metode antara lain, Pengereman Regeneratif, Pengereman Dinamik,

Pengereman Plugging.

2.4.1 Pengereman Mekanis

Sistem Pengereman Mekanis adalah pengereman yang dilakukan

dengan cara mekanis, yaitu dengan memberikan gesekan pada rotornya dengan

rem dinamo. Pengereman ini menggunakan kopel rem yang bekerja diluar

motor atau biasa disebut dengan metode eksternal. Peralatan pengereman pada

sistem mekanis menggunakan sepatu rem atau drum rem yang terpasang pada

poros rotor. Pada pengereman ini, energi putar dari rotor dikurangi dengan cara

menekan poros rotor menggunakan sepatu rem. Pengereman secara mekanik

menimbulkan rugi-rugi mekanis seperti gesekan yang menimbulkan panas dan

(9)

Dengan demikian proses pengereman ini pada dasarnya dilakukan

dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi panas.

2.4.2 Pengereman Secara Elektrodinamik

Pada sistem pengereman ini, torsi pengereman timbul dari dalam

motor itusendiri sebagai akibat kerja elektris dari fluksi medan penguat

sehingga timbul arus rotor yang mengakibatkan terjadinya torsi pengereman,

hal ini disebut juga sistem pengereman dalam. Pengereman secara elektris

lebih halus dibanding pengereman secara mekanis.Pengereman secara listrik

ini digunakan untuk mengatur waktu pengereman, perlambatan dan

sebagainya. Ada tiga metode untuk melakukan pengereman secara

elektrodinamik pada motor induksi tiga phasa, antara lain [5]:

1. Pengereman Regeneratif, dengan cara mengembalikan energi ke

rangkaiansumber/jala-jala

2. Pengereman Plugging, dengan cara membalikkan arah medan motor

tersebut dari arah semula.

3. Pengereman Dinamik, dengan cara meenginjeksikan arus DC ke stator.

2.4.2.1 Pengereman Regeneratif

Pengereman regereratif terjadi pada saat putaran rotor (nr) lebih

cepatmedan putarnya (ns) sehingga motor akan berfungsi sebagai generator

(10)

kecepatan sinkronnya disebabkan adanya gaya luar yang menyebabkan rotor

bergerak harus lebih cepat dari putaran sinkronnya. Hal ini sering dijumpai

pada mesin-mesin pengangkat. Pada waktu menurunkan beban muatan, motor

malahan ditarik oleh beban tersebut sehingga perputaran motor melebihi

putaran sinkronnya, Dengan kondisi demikian, slip motor menjadi negatif,

yang merubah fungsi motor menjadi generator yang mengembalikan energi ke

jala-jala [5].

Gambar 2.6 Rangkaian Pengereman Regeneratif Motor Induksi 3 Fasa

Pengereman regeneratif dapat kita jumpai pada motor induksi yang

memiliki dua macam perputaran nominal yang berarti ada dua macam jumlah

kutubnya, yaitu pada saat terjadi perubahan dari perputaran nominal tinggi, ke

(11)

2.4.2.2 Pengereman Plugging

Pengereman dengan metode plugging ini dilakukan dengan cara

membalik hubungan phasa dari terminal stator ketika motor berputar. Dengan

membalik hubungan phasa, maka akan timbul suatu fluks yang besarnya

konstan tetapi arahnya berlawanan. Hal ini kan mengakibatkan arus dan

tegangan yang mengalir pada motor makin lama makin kecil dan terjadi

pengereman. Akan tetapi jika pembalikan hubungan phasa terlau lama, akan

mengakibatkan terbaliknya putaran motor [5].

(12)

2.4.2.3 Pengereman Dinamik

Sistem pengereman dinamik dengan menggunakan sumber arus

searah, diperoleh apabila sumber jala-jala terlepas dan rangkaian stator motor

dihubungkan ke sumber arus searah yang diperoleh dari rangkaian penyearah

ataupun sumber tegangan DC lainnya, seperti pada Gambar 2.6

Gambar 2.8.Rangkaian Pengereman Dinamik Motor Induksi Tiga Phasa.

(a) Penguatan berasal dari baterai,

(b) Penguatan berasal dari sumber jala-jala yang disearahkan.

Serta nilai tahanan luar rotor dapat dibuah ubah sesuai dengan

kebutuhan pengereman.Aliran arus searah yang mengalir pada belitan stator,

(13)

akan dihasilkan tegangan imbas pada arus bolak-balik yang juga akan

menghasilkan medan magnet diam terhadap stator. Interaksi medan magnet

resultan dengan arus imbas rotor akan menghasilkan momen pengereman yang

besarnya tergantung pada besar medan magnet yang dihasilkan medan stator,

resistansi rangkaian rotor (untuk motor induksi rotor belitan) berpengaruh pada

nilai kecepatan torsi pengereman terjadi. Semakin kecil nilai tahanan, semakin

cepat torsi pengereman terjadi, dan kecepatan perputaran rotor [6].

Pengereman dinamik juga dapat dioptimalisasikan dengan

menggunakan rangkaian pengendali. Rangkaian ini yang akan secara otomatis

mengatur besar arus dc yang akan di injeksikan kedalam kumparan stator

motor induksi dan mengatur besar arus output dari rotor yang terlebih dahulu

disearahkan menggunakan penyearah tak terkendali yang kemudian akan di

kontrol menggunakan dc chopper.[6]

Ketika tombol stop ditekan maka secara otomatis terminal motor

dilepas dari supplay ac 3 fasa dan terhubung ke rangkaian pengendali, maka

secara otomatis rangkaian pengendali menyala dan mengalirkan arus DC yang

sudah diatur besar arusnya ke kumparan stator, ketika arus dc dialirkan maka

pada rotor motor induksi tersebut akan timbul arus bolak balik tiga fasa, karena

motor berubah fungsi sementara menjadi generator induksi. Arus bolak balik

tiga fasa dari rotor ini kemudian di searahkan menggunakan penyearah tak

terkendali yang di pararelkan dengan tahanan, serta dc chopper yang akan

mengatur besar tegangan yang akan dialirkan ke tahanan tersebut. Dengan

mengatur nilai arus masukan dan arus keluaran rotor, maka waktu yang

(14)

terjadi pada motor dapat berkurang sehingga motor tidak cepat rusak akibat

panas yang timbul dari pengereman.

Untuk membaca kecepatan putaran rotor digunakan rotary encoder

yang akan menjadi referensi besar arus yang dialirkan kedalam stator. Seiring

dengan berkurangnya putaran rotor motor induksi, maka arus dc yang di

alirkan kedalam stator akan dikurangi secara bertahap juga, hingga rotor

berhenti berputar, maka arus dc juga berhenti dialirkan ke kumparan stator.

(15)

Diagram blok pada Gambar 2.7 diatas merupakan diagram blok

pengereman motor induksi 3 fasa dengan menggunakan kontroler, dari diagram

diatas, dapat dilihat, arus DC dari penyearah kemudian di atur oleh DC chopper

yang sudut penyalaannya diatur oleh kontroler. Dimana untuk tegangan 1 fasa

dihubungkan dengan kabel salah satu fasa serta dari kabel netral

2.5 Proses Rancang Bangun

Kegiatan ini berguna untuk menentukan komponen yang akan digunakan

dalam rancang bangun ini, agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal dan

mengurangi kegagalan dalam kegiatan rancang bangun yang akan dilakukan.

Penentuan spesifikasi dari motor induksi yang akan digunakan. Dalam

kasus ini motor yang digunakan memiliki spesifikasi :

o Tegangan : 220/380 V

o Arus : 5,3/3,2 A

o Daya : 1100 W

• Dari sisi penyaluran arus DC ke stator

Maka untuk menghitung besar arus DC yang akan diinjeksikan

kedalam kumparan stator adalah ��� = �3

2���, ��� = � 3

25,3 = 6,49 �.

(16)

arus nominal yang digunakan motor adalah 3,2 A maka arus yang dibutuhkan

untuk pengereman dinamik motor induksi adalah kurang dari atau sama dengan

nilai nominal arus motor induksi tersebut.

Maka transformator ,rangkaian penyearah, relay, DC chopper serta kabel –

kabel yang dibutuhkan harus mampu mengalirkan arus sebesar 3 A.

Disini transformator yang digunakan memiliki tegangan dan arus nominal 30 V

dan 5 A.

• Dari sisi output rotor motor induksi

Arus keluaran rotor dibatasi menjadi 3 A untuk mengurangi

pembebanan pada saat motor berubah menjadi generator menggunakan diode

penyearah. Kemudian untuk menentukan besar dari tahanan minimum yang

digunakan adalah � = ���

Selain nilai hambatan diatas, besarnya daya yang diberikan pada resistor juga

harus diperhitungkan dengan rumus �= �2�. Maka � = 32. 0,6 = 5,4 �

sehingga resistor yang dibutuhkan 0,6 Ω 5,4 W.

• Penentuan rangkaian Kontrol

Mikrokontroler yang digunakan adalah atmega8, dengan spesifikasi

tegangan kerja 2,7 V sampai 5 V arus yang nominal yang dibutuhkan 3,6 mA,

karena mikrokontroler tipe ini sudah lebih dari cukup mampu untuk melakukan

(17)

Dan untuk mengaktifkan mikrokontroler dibutuhkan tegangan sebesar 5

v yang disupplay oleh regulator 5 V. Ic regulator yang digunakan adalah 7805,

ic ini merupakan regulator tegangan linier yang keluarannya bernilai tetap.

Spesifikasi ic ini, tegangan minimum 7 V, tegangan maksimum 25 V, arus

output dari ic ini dapat mencapai 1 A, sehingga sudah cukup untuk mensupplay

mikrokontroler.Dan untuk rangkaian minimum yang dibutuhkan oleh

mikrokontroler ini bekerja dapat terlihat pada Gambar 2.8 dari gambar tersebut

terlihat hubungan – hubungan antara pengendali serta hubungan – hubungan

dengan motor induksi 3 fasa.

Untuk bekerja pada frekuensi tinggi seperti menghasilkan pulsa PWM

yang akan mengatur keluaran dari DC chopper, mikrokontroler harus diberi

pembangkit pulsa / osilator eksternal sebesar 11 Mhz yang diserikan dengan 2

buah kapasitor non polar sebesar 22pF dan terhubung ke negatif sumber DC.

DC chopper yang digunakan adalah rangkaian transistor TIP 142, TIP

147 dengan rangkaian yang sama dengan rangkaian transistor H-Bridge. Ic ini

mampu mengalirkan tegangan sebesar 100 V dan arus sebesar 10 A.

2.6 Prinsip Kerja Rangkaian Pengendali

Motor induksi 3 fasa rotor belitan dihubungkan ke sumber

tegangan 3 fasa dan dijalankan, kemudian dibiarkan berputar mencapai putaran

nominal. Setelah motor induksi mencapai putaran nominal, maka motor di

matikan dengan melepaskan hubungan terminal motor dari sumber jala – jala.

Kemudian sumber arus searah di supplay oleh relay ke kumparan stator melalui

(18)

pertamamengatur besarnya tegangan berdasarkan besar PWM yang berasal dari

alat pengendali mikrokontroler.

Pada saat motor di supplay arus searah dalam keadaan berputar,

maka motor induksi tersebut berubah menjadi generator induksi dan

menghasilkan arus bolak balik pada kumparan rotor. Arus bolak balik 3 fasa

dari rotor ini akan di searahkan menggunakan rangkaian penyearah tak

terkendali yang kemudian besarnya arus DC ini akan diatur besarnya melalui

DC chopper kedua yang di pararelkan dengan tahanan yang besarnya telah

ditentukan.

Kemudian rotary encoder akan mengukur kecepatan putar rotor,

yang akan menjadi referensi bagi mikrokontroler untuk mengurangi besar

tegangan DC yang di alirkan kedalam kumparan stator secara bertahap hingga

mencapai 0V. Kemudian timer akan mengukur lama waktu ketika pengendali

mulai bekerja hingga rotatry encoder menunjukkan bahwa rotor motor tidak

(19)

Gambar 2.10Rangkaian Kendali Pengereman Dinamik Motor Induksi 3 Fasa

2.7 Penyearah Penuh Satu Fasa

Penyearah merupakan alat untuk mengubah arus bolak balik

menjadi denyutan arus searah. Jika tegangan bolak balik dikenakan pada

penyearah silikon,seperti pada Gambar 2.9, maka diode secara bergantian

dibias maju dan terbalik selam setiap siklus tegangan yang dikenakan. Jika

diode dibias maju, yaitu selama setengah siklus positif,arus elektron mengalir

(20)

Gambar 2.11.Penyearah setengah gelombang; (a) rangkaian; (b) gelombang tegangan

masukan dan keluaran.

Selama setengah siklus berikutnya ketika diode dibias balik, diode

tidak melakukan konduksi.Diode menghantarkan arus hanya selama setengah

siklus positif dari tegangan yang dikenakan,sehingga menghasilkan keluaran dc

berdenyut dengan bentuk gelombang yang ditunjukkan dalam Gambar 2.9-b.

Penyearah yang menghasilkan arus keluaran tipe ini disebut penyearah

setengah gelombang.

Untuk mendapatkan keluaran arus lebih rata, dapat digunakan dua

buah diode dan transformator tap-tengah yang dihubungkan seperti pada

Gambar 2.10 untuk membentuk apa yang dikenal sebagai penyearah

gelombang penuh.Dengan susunan yang demikian, setiap diodeakan

melakukan konduksi selama setengah siklus, sehingga bentuk gelombang arus

keluarannya adalah seperti pada Gambar 2.10-b.

(21)

Gambar 2.12Penyearah gelombang penuh dengan transformator tap-tengah; (a) rangkaian; (b)

gelombang tegangan masukan dan keluaran.

Hubungan penyearah lain yang biasa digunakan, yang disebut

penyearah jembatan gelombang penuh,ditunjukkan dalam Gambar 2.11-a.

Rangkaian penyearah ini menghindarkan penggunaan transformator tap-tengah

dan menghasilkan tegangan keluaran dua kali tegangan yang diperoleh dari

penyearah dara dua diode [7].

Gambar 2.13(a) penyearah jembatan gelombang penuh satu fasa; (b) penyearah jembatan

gelombang penuh tiga fasa

(a) (b)

(22)

Untuk menyediakan arus searah yang besar yang kerap kali

diperlukan dalam industri, biasanya digunakan penyearah tiga fasa. Diagram

hubungan penyearah gelombang penuh tipe-jembatan tiga fasa ditunjukkan

dalam Gambar 2.11-b.

Keluaran yang berdenyut yang dihasilkan oleh penyearah, hanya

sesuai untuk beberapa pemakaian.Tetapi dalam banyak hal, denyut tersebut

harus dikurangi dengan menggunakan rangkaian penapis (filter).Rangkaian

penapis ialah gabungan dari kumparan induktansi dan kapasitor yang dirangkai

sedemikian rupa sehingga energi yang berdenyut disimpan secara bergantian

didalam kumparan dan kapasitor, sehingga arus yang mengalir dari penyearah

lebih rata.Dua rangkaian penapis khas ditunjukkan dalam Gambar 2.12.

Gambar 2.14Rangkaian filter yang digunakan untuk mengurangi denyut keluaran penyearah.

Penyearah silikon banyak tersedia di pasaran dengan nilai arus

mulai dari beberapa miliampere sampai beberapa ratus ampere dan dengan

nilai tegangannya sampai 1000 V atau lebih.Penyearah tersebut sangat efisien

dan efisiensi penyearahannya sampai 99 persen. Oleh karena banyak kelebihan

(23)

menyalurkan daya yang besar maka penyearah silikon sangat luas digunakan

sebagai catu daya industri untuk pengisian baterai, proses – proses

elektrokimia, pengatur kecepatan motor variabel, dan pemakaian lainnya yang

dulunya menggunakan generator dc.

2.8 Mikrokontroler Atmega8

Atmega8 termasuk mikrokontroler dengan lebar jalur data 8 bit,

hemat energi dan memiliki kinerja tinggi (1 mega instruksi per detik).

Frekuensi kerjanya dapat mencapai 16MHz. Memori untuk menyimpan

program (PEROM) berkapasitas 8 kilobyte.Memori untuk menyimpan data

sementara (SRAM) berkapasitas 1 kilobyte.Adapun memori untuk menyimpan

data permanen (EEPROM) berkapasitas 512 byte.Memori PEROM dapat

dihapus tulis hingga 10.000 kali sedangkan memori EEPROM hingga 100.000

kali [8].

Modul modul internal Atmega8 meliputi: dua buah Timer/Counter

8 bit, satu buah Timer/Counter 16 bit, RTC dengan sumber clock terpisah, 3

channel PWM, 6 channel ADC, sebuah TWI atau I2C, USART, SPI, Watchdog

timer dan analog comparator. Fitur khusus Atmega8 meliputi power on reset,

brown out detector, osilator RC internal, sumber interupsi internal – eksternal

dan lima buah mode sleep. Atmega8 memiliki 23 pin I/O (input-output) yang

dikemas dalam tiga macam bentuk IC yaitu 28 pin PDIP, 32 pin TQFP dan 32

pin QFN/MLF. Kemasan yang paling mudah digunakan adalah model PDIP.

(24)

Gambar 2.15Kemasan PDIP Atmega8

Terlihat dalam gambar tersebut bahwa setiap pin I/O dilengkapi

fungsi alternatif. Sebagai contoh, pin 23 berlabelkan PC0(ADC0), selain dapat

difungsikan sebagai pin input – output PC0, juga dapat difungsikan sebagai

channel ADC ke 0. Contoh lain, pin 3 yang berlabelkan TXD(PD1), selain

dapat digunakan sebagai pin input – output PD1, juga dapat digunakan untuk

mengirim data secara serial asinkron melalui modul USART. Fungsi mana

yang akan digunakan oleh sebuah pin I/O dapat dipilih dengan cara mengeset

register – register AVR lewat program yang dibuat. Dan berikut adalah gambar

(25)

Gambar

Gambar 2.1.Konstruksi stator dan rotor motor induksi.
Gambar 2.2 Bentuk alur (slot) motor
Gambar 2.3.(a) a) Rotor Belitan . b) Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Gambar 2.6 Rangkaian Pengereman Regeneratif Motor Induksi 3 Fasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada percobaan ini akan dilakukan pengaturan kecepatan motor induksi dalam keadaan tidak berbeban dengan cara menghubungkan belitan rotor dengan suatu sumber tegangan luar