• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Lahan Tanah Mineral dan Tanah Histosol Untuk Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesesuaian Lahan Tanah Mineral dan Tanah Histosol Untuk Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah

Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus.Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suaturangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).

Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005).

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah - tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat - sifat kimia dan lain- lain (Hardjowigeno, 2003).

(2)

kedua pendekatan. Menurut Saragih (2009) meyatakan bahwa survey yang dilakukan mempunyai dua kegunaan yakni : (1) sebagai ilmu pengetahuan tentang asal dan genesis dari suatu tanah; dan (2) sebagai dasar pelayanan untuk mengaplikasikan teknologi dalam pertanian.

Dalam melaksanakan survei tanah, ada 3 tahapan kegiatan yang perlu dilakukan agar survei tanah dapat berjalan lancar, sistematis, dan efektif, yaitu :

1.Tahap persiapan

2.Tahap survei lapangan yang dibedakan atas : a. Pra –survei

b.Survei utama

3.Analisis data dan pembuatan peta dan laporan. (Rayes, 2007).

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Menurut FAO dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat) kategori, yaitu :

Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.

Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan

Sub- kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing - masing kelas

Unit : menunjukkan perbedaan - perbedaan besarnya faktor penghambat yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub - kelas

(3)

Banyaknya kelas setiap ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas tersebut harus didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan- tujuan penafsiran. Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N, maka pembagian serta defenisinya secara kualitatif adalah sebagai berikut :

1 Kelas S1 : sangat sesuai (Highly suitable)

Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah bisa diberikan.

2. Kelas S2 : cukup sesuai (Moderately suitable)

Lahan yang mempunyai pembatas - pembatas agak berat untuk suatu usaha penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktifitas dan keuntungan, perlu meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 : sesuai marginal (Marginally suitable)

Lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan lestari. Pembatas akan mengurangi produktifitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N1 : tidak sesuai pada saat ini (Currently not suitable)

(4)

5. Kelas N2 : tidak sesuai permanen (Permanently not suitable)

Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.

(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat -sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas kondisi perakaran (rc=rooting condition) (Ritung, dkk., 2007).

Tabel 1. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik Lahan Aktual (Saat Ini) untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya

Kualitas/

Karakteristik Lahan

Jenis Usaha Perbaikan Tingkat Pengelolaan 1. Rezim radiasi

Panjang/lama penyinaran matahari

Tidak dapat dilakuakan perbaikan -

2. Rezim suhu

Suhu rerata tahunan Tidak dapat dilakukan perbaikan - Suhu rerata bulan

terdingin

Tidak dapat dilakukan perbaikan -

Suhu rerata bulan terpanas

Tidak dapat dilakukan perbaikan -

3. Rezim

kelembaban udara

Kelembaban nisbi Tidak dapat dilakukan perbaikan - 4. Ketersediaan air

(5)

Curah hujan Sisitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi 5. Media perakaran

Drainase Perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan saluran drainase

Sedang, tinggi

Tekstur Tidak dapat dilakukan perbaikan - Kedalaman efektif Umumnya tidak dapat dilakukan

perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya saat pengolahan tanah.

Tinggi

6. Retensi hara

KTK Pengapuran atau penambahan

bahan organic

Sedang, tinggi

Ph Pengapuran

7. Ketersediaan hara Pengapuran

N total Pemupukan Sedang, tinggi

P2O5 tersedia Pemupukan K2O dapat ditukar Pemupukan 8. Bahaya banjir

Periode frekuensi Pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air

Tinggi

9. Kegaraman

Salinitas Reklamasi Sedang, tinggi

10.Toksisitas

Kejenuhan aluminium Pengapuran Sedang, tinggi Lapisan pirit Pengaturan sisitem tata air tanah,

tinggi permukaan air tanah harus di atas lapisan bahan sulfidik

(6)

11.Kemudahan

Tidak dapat dilakukan perbaikan - 13.Bahaya erosi Usaha pengurangan laju erosi,

pembuatan teras, peneneman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah.

Sedang, tinggi

Sumber : (Rayes, 2007). Keterangan:

• Tingkat pengelolaan rendah: pengelolaan dapat dilakukan oleh petani

dengan biaya yang relatif rendah.

• Tingkat pengelolaan sedang: pengelolaan dapat dilakukan pada tingkat

petani menengah, memerlukan modal yang cukup besar dan teknik pertanian sedang.

• Tingkat pengelolaan tinggi: pengelolaan hanya dilakukan dengan modal

yang relatif besar atau menengah.

Tabel 2. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya

Kualitas/karakteristik lahan Tingkat pengelolaan

(7)

• Drainase - + ++

• Tekstur - - -

• Kedalaman efektif - - +

• Gambut: kematangan - - +

• Gambut: ketebalan - - +

3. Retensi hara

• KTK - + ++

• Ph - + ++

4. Ketersediaan hara

• N total + ++ +++

• P2O5 tersedia + ++ +++

• K2Odapat ditukar + ++ +++

5. Bahaya banjir

• Periode - + ++

• Frekuensi - + ++

6. Kegaraman

• Salinitas - + ++

7. Toksisitas

• Kejenuhan aluminium - + ++

• Lapisan pirit - + ++

8. Kemudahan pengolahan - + ++

12. Terrain/potensi mekanisasi - - +

13. Bahaya Erosi - + ++

Sumber: (Rayes, 2007). Keterangan :

(8)

• + Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan satu kelas tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2)

• ++ Kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1)

• +++ Kenaikan kelas tiga tingkat lebih tinggi (N1 menjadi S1) Evaluasi Lahan

Daya guna tanah untuk pertanian ditentukan oleh sejumlah faktor, yang terpenting diantaranya adalah kecuraman lereng yang menyangkut bahaya erosi, bahaya banjir, drainase, kelembaban, permeabilitas, kepadatan massa, reaksi kimia, tingkat salinitas, daya tampung air, struktur lapisan permukaan serta kesuburan alamiah tanah tersebut (Rayes, 2007)

Berdasarkan sejumlah faktor tersebut suatu proses pendugaan potensi lahan untuk macam - macam penggunaan yang disebut dengan evaluasi lahan Evaluasi lahan ini merupakan alat yang biasa digunakan dalam proyek perencanaan. Alat ini sangat fleksibel, bergantung pada keperluan dan komoditas wilayah yang hendak dievaluasi (Abdullah, 1993).

Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan - pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei.

2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan - persyaratan yang diperlukan.

(9)

lahan serta informasi – informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama - sama.

4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan. 5. Penyajian dari hasil - hasil evaluasi.

Evaluasi lahan memerlukan sifat - sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities), dan setiap kualitas lahanbiasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan/atau pertumbu han tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (peternakan, perikanan, kehutanan) (Djaenudin, dkk., 2011).

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. FAO ( 1976 ) mengusulkan untuk negara–negara berkembang sangat bermanfaat dan disarankan adanya pemisahan antara kesesuaian lahan sekarang (Current Suitability) dan kesesuaian lahan potensial (Potensial Suitability). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi ( Sastrohartono, 2011 )

(10)

tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai ( Ritung, dkk. 2007 ).

Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang makin jelek bila makin tinggi nomornya.

Lahan Histosol

Tanah gambut terbentuk dari timbunan sisa - sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnyayang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik , yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang umumnya merupakan proses pedogenik ( Sukarman, 2014 ).

(11)

Kalimantan Timur (Molengraff) serta di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Schwaner) menunjukkan adanya penyebaran tanah gambut di sepanjang daratan pantai barat dan selatan Kalimantan

Umumnya lahan gambut tergolong sesuai marjinal untuk berbagai jenis tanaman pangan dengan faktor pembatas utama kondisi media perakaran tanaman yang kurang kondusif bagi perkembangan akar. Beberapa faktor pembatas yang dominan adalah kondisi lahan yang jenuh air, bereaksi masam dan mengandung asam organik yang beracun serta status unsur hara rendah. Upaya meningkatkan produktivitas lahan gambut, dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi pengelolaan air, ameliorasi dan pemupukan serta pemilihan komoditas yang tepat ( Subiksa, dkk 2000 ).

Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan menjadi:

•Gambut saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan bila diremas kandungan seratnya < 15%.

•Gambut hemik (setengah matang) adalah gambut setengah lapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarma coklat, dan bila diremas bahan seratnya 15 – 75%.

•Gambut fibrik (mentah) (Gambar 2, atas) adalah gambut yang belum melapuk, bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila

diremas>75% seratnya masih tersisa. ( Subiksa, dkk 2000 ).

(12)

Pertanian saat ini menggunakan kriteria yang tercantum dalam Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Komoditas Pertanian (Ritung dkk, 2007 ). Setidaknya ada sembilan parameter yang digunakan seperti temperatur ,ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran termasuk kematangan gambut dan ketebalan gambut ,retensi hara , hara tersedia , toksisitas , bahaya sulfidik , dan bahaya banjir.

Lahan Mineral Inseptisol

Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horizon kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Inceptisoladalahtanah yang belum matang(immature) yang perkembangan pprofil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno,2003).

Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerah-merahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau lebih (pH < 4 tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1 – 1 atm (Resman dkk.,2006).

(13)

pH yang sangat rendah, sehingga sulit untuk dibudidayakan.Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya tebal, sedangkan pada daerah - daerah lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau tanaman permanen untuk menjaga kelestarian tanah (Munir, 1996) .

Syarat Tumbuh Tanaman Padi Iklim

Tumbuh di daerah tropis/subtropics pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun.Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan.Pada musim kemarau produksimeningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun

air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif ( Subandi , 2010 ).

Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C. Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencangakan merobohkan tanaman ( BPTP , 2008 ).

Tanah

(14)

kegiatan manusia . Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya 18 -22 cm dengan pH 4,0 – 7,0 ( Subandi 2010 )

Gambar

Tabel 1. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik Lahan Aktual (Saat Ini) untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya
Tabel 2. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan kelas dan sub kelas kesesuaian lahan bagi tanaman padi diperlukan data persyaratan tumbuh yang meliputi: drainase lahan, pH tanah, kemiringan lereng,

yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya.. yang ada pada

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman kopi arabika maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 6 dan SPL 10 adalah tidak

Selama mengikuti perkuliahan , aktivitas yang pernah diikuti oleh penulis yaitu sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) pada tahun 2012 sampai

This study aims to determine the level of land suitability classes for rice paddy (Oryza sativa L.) in Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.. The method used in

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman kopi arabika maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 6 dan SPL 10 adalah tidak

Lahan di Kecamatan Lintong Nihuta dengan tingkat kesesuaian lahan aktual kurang sesuai / S3(wa,rc,nr) dengan faktor pembatas ketersediaan air, media perakaran, dan

Lahan di Kecamatan Lintong Nihuta dengan tingkat kesesuaian lahan aktual kurang sesuai / S3(wa,rc,nr) dengan faktor pembatas ketersediaan air, media perakaran, dan