• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Penghijauan Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Penghijauan Kota

Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota

menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan lingkungan dengan suasana

yang asri, serasi dan sejuk dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara atau bentuk

penghijauan kota, diantaranya ialah pembangunan hutan kota, jalur hijau, taman

dipermukiman, penghijauan daerah aliran sungai, penghijauan dengan tanaman

pot. Penghijauan kota menjadi suatu bentuk lingkungan biologi dengan beragam

fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1996).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 2002

tentang dana reboisasi, penghijauan dapat didefenisikan sebagai upaya pemulihan

lahan kritis di luar kawasan hutan secara vegetatif dan sipil teknis untuk

mengembalikan fungsi lahan. Sedangkan menurut Setiawan (2000), penghijauan

adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan-kegiatan penanaman tanaman keras,

rerumputan, serta pembuatan teras dan bangunan pencegah erosi lainnya diareal

yang tidak termasuk areal hutan negara atau areal lain yang berdasarkan rencana

tata guna lahan diperuntukkan sebagai hutan.

Menurut Undang-Undang No 26 Pasal 29 Tahun 2007 Proporsi ruang

terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas

wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit

20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Berdasarkan data terakhir dari

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera utara, kawasan Ruang Terbuka Hijau

(2)

ruang serta peraturan daerah No 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah

yang mengharuskan menyediakan RTH sebesar 30 persen.

Umumnya kegiatan penghijauan untuk mewujudkan lingkungan kota yang

hijau dan asri dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara-cara ini disesuaikan

dengan lingkungan daerah yang akan dihijaukan. Oleh karena itu ada beberapa

bentuk penghijauan kota yaitu diantaranya :

1. Hutan Kota

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 63 Tahun 2002

tentang hutan kota, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan

pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah

negara maupun pada tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat

yang berwenang. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling

sedikit 0,25 hektar.

Hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh

pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota

umumnya di daerah pinggiran, dibuat sebagai daerah penyangga kebutuhan air,

lingkungan alami, serta perlindungan flora dan fauna di perkotaan. Hutan kota

dapat dibuat berbentuk jalur, mengelompok, dan menyebar.

2. Taman Umum

Masyarakat dapat memanfaatkan taman umum untuk aneka keperluan,

diantaranya sebagai tempat bersantai, berjalan-jalan, membaca dan sebagainya.

Lokasi taman umum biasanya digelar di lokasi strategis yang banyak dilalui

orang, seperti di pusat kota, dekat perkantoran atau bahkan ditengah pemukiman

(3)

pepohonan dan tanaman hias yang memberikan keindahan bagi setiap orang yang

melihatnya.

3. Taman Halaman Perkantoran

Perkantoran di daerah pemukiman yang cukup baik umumnya memiliki

halaman yang cukup luas. Bila di atas dengan baik, halaman tersebut dapat

dijadikan taman yang indah. Taman perkantoran umumnya lebih mengutamakan

keindahan fisiknya dan didominasi oleh tanaman perdu dan tanaman hias yang

memberikan keindahan bagi setiap orang yang melihatnya.

4. Penghijauan Pemukiman Penduduk

Halaman atau pekarangan rumah penduduk merupakan ruang terbuka

hijau yang cocok untuk dilakukan penghijauan. Lokasi ini sesuai apabila ruang

terbuka tersebut memadai untuk dilakukan penanaman pepohonan atau tanaman

hias. Pemukiman penduduk yang padat dan sarat tanpa ada halaman atau

pekarangan dapat melakukan penghijauan dengan cara melakukan penanaman

tanaman di dalam pot.

5. Jalur Hijau Di Jalan Umum

Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon

dibagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di tengah jalan

untuk jalan raya maupun di kanan kiri jalan. Jalan protokol umumnya lebar dan

terang dengan pandangan tidak terhalang. Biasanya di jalan protokol dilengkapi

lampu jalan yang tidak boleh terhalangi oleh pepohonan yang terlalu rimbun,

sehingga jalan protokol tidak boleh ditanami dengan vegetasi secara penuh. Jenis

tanaman yang biasa di lokasi ini dapat berupa rumput, bunga-bungaan, atau

(4)

6. Penghijauan Daerah Aliran Sungai

Penghijauan daerah aliran sungai dilakukan pada tepian sungai.

Penghijauan ini bermanfaat dalam penguat tebing sungai dan penanaman

pepohonan akan terlihat lebi rapi dan indah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai

tempat rekreasi (Nazaruddin, 1996).

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang mampu

mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan (mengedit, memanipulasi,

menyetarakan format, dan lain sebagainya) (Kartasasmita, 2001). Definisi lain

yang dikemukakan oleh Jaya (2002) menjelaskan SIG sebagai sebuah sistem yang

berbasis komputer, terdiri dari perangkat keras berupa komputer (hardware),

perangkat lunak (software), data geografis dan sumber daya manusia (brainware),

yang mampu merekam, menyimpan, memperbaharui, dan menganalisis dan

menampilkan informasi yang berreferensi geografis. Bagja (2000) menyatakan

SIG sebagai suatu sistem yang mampu mendeskripsikan obyek-obyek di

permukaan bumi dalam tiga hal yaitu: data spasial yang berkaitan dengan

koordinat geografi.

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang

digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan menganalisis informasi

geografis. Dengan kemampuannya memanipulasi data, komputer dengan sistem

informasi geografisnya dapat menghasilkan suatu informasi berharga yang

diperoleh dari hasil analisis yang diprogramkan kepadanya. Dengan menggunakan

(5)

pendukung lainnya dapat dikumpulkan untuk dimasukkan dan disimpan dalam

komputer (Riswan, 2001).

Keuntungan GIS adalah kemampuan untuk menyertakan data dari sumber

berbeda untuk aplikasi deteksi perubahan. Walaupun, penggabungan sumber data

dengan perbedaan akurasi sering mempengaruhi hasil deteksi perubahan. Lo dan

Shipman (1990) dalam Sitorus dkk (2006) menggunakan pendekatan GIS untuk

menghitung dampak pengembangan kota baru di Hong Kong, melalui integrasi

data multi-temporal foto udara pada land use dan menemukan bahwa overlay citra

dengan teknik masking biner bermanfaat dalam menyatakan secara kuantitatif

dinamika perubahan pada masing-masing kategori land use.

Kelemahan pemanfaatan SIG terletak pada terciptanya kesalahan-

kesalahan yang dapat berupa kesalahan pada saat memasukkan data, kesalahan

dalam penyimpanan data, kesalahan pada analisis data dan kesalahan pada sumber

data. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dan perbaikan metoda pengumpulan

data, sistematika kegiatan yang terarah, analisis dan modelling yang sesuai dengan

masalah dan kalibrasi alat (Riswan, 2001).

SIG tidak terlepas dari perangkat lunak yang digunakan dalam sistem

komputerisasinya. Banyak perangkat lunak yang telah digunakan untuk

mendukung kemudahan pengolahan data seperti ER Mapper, Map Info, Arc Info

ERDAS, Arc View dan Arc GIS. Arc View merupakan sebuah perangkat lunak

pengolah data spasial yang memiliki berbagai keunggulan yang dapat

dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial. Arc View memiliki kelebihan

pada fasilitas pengolah data spasial seperti penajaman, penghalusan, penyaringan

(6)

digital berformat vektor, yang berkemampuan mengolah data digital dan editing

serta layout hasil olahan data digital tersebut (Budiyanto, 2002).

Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data

berupa informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jauh tanpa sentuhan

fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya

diproses dan diinterpretasi guna menghasilkan data yang bermanfaat untuk

aplikasi dibidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan

dan bidang-bidang lainnya (Wolf, 1993).

Penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan

informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan

fisik. Tujuan utama penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data

sumberdaya alam dan lingkungan. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa

bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data

yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan,

geografi, geologi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya (Lo, 1995).

Penginderaan jauh mempunyai keunggulan dibanding dengan survai

terrestrial secara langsung. Dari penginderaan jauh dapat dihemat baik biaya,

tenaga maupun waktu karena beberapa parameter dari data dapat disadap secara

langsung dari citra. Dari penginderaan jauh didapat pula kemudahan pengambilan

sampel di lapangan untuk data-data yang belum dapat disadap oleh citra, yaitu

dengan cara melihat gambaran wilayah secara umum daerah cakupan citra dan

membuat zona-zona tertentu yang mempunyai karakteristik yang sama. Teknologi

(7)

dasarnya, teknologi berbasis satelit ini menyajikan informasi awal kondisi

wilayah. Keunggulan utamanya adalah menyajikan informasi aktual dan akurat

tanpa adanya kontak langsung dengan obyek. Data satelit punya keunggulan

dibandingkan peta atau foto udara, karena bisa menyajikan informasi tentang

karakteristik spektral obyek di permukaan bumi yang tidak dapat ditangkap oleh

mata telanjang (Nasda, 2000).

Tujuan penginderaan jauh ialah untuk mengumpulkan data sumber daya

alam dan lingkungan. Informasi tentang objek disampaikan pengamat melalui

energi elektomagnetik yang merupakan pembawa informasi dan sebagai

penghubung komunikasi. Oleh karena itu menganggap bahwa data penginderaan

jauh pada dasaranya merupakan informasi intensitas panjang gelombang yang

perlu diberikan kodenya sebelum informasi tersebut dapat dipahami secara penuh.

Proses pengkodean ini setara dengan interpretasi citra penginderaan jauh yang

sangat sesuai dengan pengetahuan kita mengenai sifat-sifat radiasi

elektromagnetik (Wolf, 1993).

Penginderaan jauh menggunakan data berupa citra dan non citra dengan

keluaran terbaru untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Laju perubahan

permukaan bumi yang setiap saat semakin cepat, mengharuskan adanya data yang

lebih baru lagi sehingga satelit melakukan perekaman kembali pada daerah yang

dibutuhkan. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya yang relatif besar, sehingga

masih banyak data lama yang digunakan oleh para pengguna dalam perolehan

informasi. Selain itu, kegiatan perekaman yang dilakukan oleh satelit sangat

dipengaruhi oleh alam, seperti keberadaan awan, hujan yang dapat menyebabkan

(8)

kegiatan interpretasi. Kesalahan juga dapat terjadi pada manusia sebagai

pengguna ketika sedang melakukan interpretasi dengan menggunakan konsep

penginderaan jauh (Riswan, 2001).

Aplikasi data-data Penginderaan jauh lebih banyak dilakukan untuk

identifikasi, deteksi, inventarisasi dan atau pemantauan sumber daya alam dan

lingkungan tetapi aspek ketelitian geometris sebagai akibat proses koreksi

geometris dan resampling jarang disinggung. Demikian juga untuk citra Landsat

TM dan citra Radarsat. Untuk melakukan koreksi geometris citra diperlukan

adanya titik-titik kontrol tanah yang dapat diidentifikasi pada citra. Tetapi jumlah

titik kontrol tanah yang dibutuhkan untuk koreksi geometris agar menghasilkan

ketelitian yang tinggi belum diketahui, demikian juga dengan metode transformasi

yang dapat menghasilkan kesalahan yang minimal belum diketahui.

Peta merupakan sumber data yang banyak digunakan untuk berbagai kepentingan.

Pemerintah membutuhkan peta sebagai data dasar dalam pembuatan rencana kerja

mereka berkaitan dengan kebijakan yang menyangkut wilayah mereka.

(Rusdi, 2005).

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) dalam Wijaya (2005) penginderaan

jauh meliputi dua proses utama yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen

proses pengumpulan data meliputi : a) sumber energi, b) perjalanan energi melalui

atmosfer, c) interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, d) sensor

wahana pesawat terbang dan/atau satelit, e) hasil pembentukan data dalam bentuk

piktoral dan/atau bentuk numerik. Singkatnya, kita menggunakan sensor untuk

merekam berbagai variasi pancaran dan pantulan energi elektromagnetik oleh

(9)

menggunakan alat interpretasi dan alat pengamamatan untuk menganalisis data

piktoral, dan komputer untuk menganalisis data sensor numerik dengan dibantu

oleh data rujukan tentang sumberdaya yang dipelajari.

Aplikasi Penginderaan Jauh

Penggunaan data penginderaan jauh semakin populer dalam berbagai

aplikasinya. Ada enam alasan yang dikemukakan oleh Sutanto dalam Pratondo

(2001) mengapa penginderaan jauh semakin populer yaitu:

1. Citra menggambarkan obyek dan daerah yang mirip ujudnya dengan yang

ada di permukaan bumi

2. Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi

3. Karakteristik obyek yang tampak oleh mata dapat diwujudkan dalam

bentuk citra

4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit di

jelajahi secara terestrial

5. Citra merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana

6. Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek sehingga

memungkinkan untuk pemantauan suatu daerah

Salah satu bentuk aplikasi penginderaan jauh adalah untuk menentukan

bentuk - bentuk penutupan lahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik tertentu. Salah satu teknik dalam menentukan bentuk penutupan lahan

adalah dengan menggunakan cara klasifikasi citra. Klasifikasi citra merupakan

serangkaian tugas untuk merubah data digital menjadi kelas tertentu yang khasdan

(10)

Keterkaitan Sistem Informasi Geografis ( SIG ) dan Penginderaan Jauh Howard (1996) menyatakan keterkaitan SIG dan penginderaan jauh adalah

sebagai berikut, informasi yang diturunkan dari analisis citra penginderaan jauh

dilakukan untuk diintegrasikan dengan data yang disimpan dalam bank data SIG.

Tujuan utama integrasi penginderaan jauh dan SIG berasal dari ahli penginderaan

jauh. Keinginan ini ditunjukkan dalam pertumbuhan jumlah sistem analisis citra

digital berkapasitas kecil dengan kemampuan SIG. Biasanya masukkan dari data

penginderaan jauh (data rekaman) pada sistem SIG harus dilengkapi dengan

intervensi manusia padaanalisisnya. Dalam klasifikasi dan ketepatan letak,

analisis data penginderaan jauh lebih kasar dibandingkan klasifikasi yang

dibutuhkan oleh para pengguna SIG. Hal ini disebabkan ukuran piksel dari data

penginderaan jauh lebih kasar dari yang dibutuhkan di dalam sistem informasi

geografis. Meskipun pengenalan pola dengan komputer memenuhi persyaratan

beberapa kategori tematik, masalah dasar untuk sistem integrasi otomatis terletak

pada perbedaan-perbedaan yang ada antara konteks spasial citra yang diperlukan

interpretasi visual. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dalam perkembangan

integrasi penginderaan jauh dan SIG adalah estimasi bahwa aliran data memiliki

arah (dari sistem analisis penginderaan jauh ke sistem informasi geografis) yang

sama. Aliran yang sebaliknya tidak diinginkan, tetapi juga realistis diperlukan

dalam analisis penginderaan jauh. Hambatan utama terhadap pendekatan ini

(11)

Sistem Satelit Ikonos

Ikonos adalah satelit milik space imaging (USA) yang diluncurkan bulan

September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000.

Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image

beresolusi tinggi 1 x 1 m. dengan kedetilan atau resolusi yang cukup tinggi ini

membuat satelit ini akan menyaingi pembuatan foto udara. Satelit berada pada

681 km di atas permukaan bumi waktu revolusinya 98 menit dan resolusi

temporalnya sekitar 3 hari. Ikonos adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi

yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan

sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m hitam-putih (Badan Geologi Jawa Timur, 2007).

Keberadaan satelit IKONOS tidak terlepas dari karakteristik resolusinya.

Resolusi dapat diartikan sebagai kerincian info dari data penginderaan jauh.

Dalam konsep penginderaan jauh dikenal beberapa resolusi dari suatu satelit yaitu

resolusi spasial, resolusi spektral, resolusi radiometrik dan resolusi temporal.

1. Resolusi Spasial

Resolusi spasial adalah unit terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan

bumi yang bisa dibedakan berdasarkan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang

ukurannya bisa diukur. Pada potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain

film (jumlah pasangan garis yang bisa dibedakan per mm) dan skala. Skala adalah

fungsi dari panjang fokus dan tinggi terbang. Grain film yang halus memberikan

detail obyek lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi) dibandingkan dengan grain

yang kasar. Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan resolusi yang

(12)

2. Resolusi Spektral

Resolusi spektral merupakan interval panjang gelombang khusus pada

spektrum elektromagnetik yang direkam oleh sensor, dimensi dan jumlah daerah

panjang gelombang yang sensitif terhadap sensor. Semakin sempit lebar interval

spektrum elektromagnetik maka resolusi spektral semakin tinggi. Resolusi

spektral berbanding terbalik dengan resolusi spasial. Semakin tinggi nilai resolusi

spektral, maka nilai resolusi spasialnya akan semakin kecil dan sebaliknya.

3. Resolusi Radiometrik

Resolusi radiometrik merupakan jumlah nilai data yang dimungkinkan

pada tiap band, ukuran sensitivitas sensor untuk membedakan aliran radiasi yang

dipantulkan atau diemisikan dari suatu obyek pada permukaan bumi.

4. Resolusi Temporal

Resolusi temporal merupakan frekwensi suatu sistem sensor dalam

merekam suatu areal yang sama, dengan kata lain resolusi temporal merupakan

lamanya suatu sistem sensor untuk merekam kembali bagian daerah yang sama

(Jaya,1997).

Interpretasi Citra Satelit

Interpretasi citra merupakan pembuatan mengkaji foto udara dan atau citra

dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek

tersebut. Didalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra dan berupaya

melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti

pentingnya obyek yang tergambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsir citra

(13)

menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi,

ekologi, dan disiplin ilmu lainnya (Sutanto, 1999).

Dalam mengidentifikasi obyek dalam penginderaan jauh secara visual

perlu dibantu dengan unsur-unsur intepretasi yang terdiri dari rona/warna, bentuk,

ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. Dalam analisis citra dikenal 8

macam unsur interpretasi citra, yaitu:

1. Warna dan Rona

Warna dan rona merupakan tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek.

Kontras warna dan sinar yang tegas dalam foto udara penting untuk

identifikasinya dan tanpa kontras unsur-unsur pengenal lainan lain yaitu ukuran,

bentuk, tekstur dan pola tidak bermanfaat.

2. Ukuran

Objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto, sebab apabila

skala citra berbeda maka ukuran sesuatu objek yang sama akan menjadi berbeda.

suatu objek dapat dibedakan dengan objek yang lain berdasarkan ukurannya,

sebab pada dasarnya ukuran setiap objek yang terdapat di permukaan bumi adalah

berbeda.

3. Bentuk

Merupakan kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka sesuatu

objek, sehingga bentuk dan ukuran sering berasosiasi sangat erat. Bentuk suatu

objek ssangat dipengaruhi juga oleh skala potret udara yang dipergunakan.

Semakin kecil skala potret maka akan semakin sukar mengenali suatu objek

(14)

4. Bayangan

Bayangan terjadi karena adanya sinar, bayangan yang terjadi sedikit

banyak akan mengikuti bentuk objeknya. Jadi bayangan dapat digunakan untuk

membedakan jenis suatu objek.

5. Tekstur

Tekstur adalah frekwensi perubahan rona dalam citra foto atau

pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan, sehingga

sering dinyatakan dalam halus dan kasar. Tekstur merupakan hasil bentuk,

ukuran, pola, bayangan dan rona individual.

6. Pola

Merupakan sebuah karakteristik makro yang digunakan untuk

mendeskripsi tata ruang pada citra, termasuk di dalamnya pengulangan

penampakan-penampakan alami. Pola sering diasosiasikan dengan topografi,

tanah, iklim dan komunitas tanaman.

7. Lokasi / Situs

Setiap objek umumnya berlokasi atau di tempatkan pada lokasi yang

sesuai. Oleh karena itu ada hubungan antara lokasi dengan sesuatu jenis objek

tertentu. Contohnya semua bangunan yang melintas di atas sungai akan

dinamakan jembatan.

8. Asosiasi

Keterkaitan antara objek yang satu dengan yang lain dan adanya suatu

objek merupakan petunjuk adanya objek yang lain. Sering bentuk, rona, pola,

tekstur diasosiasikan dengan satu kelas objek yang tidak terekam atau kurang jelas

Referensi

Dokumen terkait

56 Rancangan Layar Laporan Transaksi Lelang Admin .... 57 Rancangan Layar Laporan Pemenang Lelang

Sebagai unit yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk me- lead proses peningkatan penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan, Inspektorat Jenderal

dinyatakan BATAL karena waktu pelaksanaan pekerjaan yang sudah

[r]

[r]

Pelaksanaan model cooperative learning tipe jigsaw berbasis media card sort pada materi Wawasan Nusantara Pendidikan Kewarganegaraan di laksanakan dengan membentuk dua

Kondisi stress kerja terkait dengan suhu dapat dibedakan berdasarkan gangguan tubuh akibat suhu tempat kerja, gangguan suhu pada tubuh manusia terjadi pada kondisi

terhadap viskositas, tegangan tembus, dan arus bocor pada minyak