• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi Alokasi Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisi Alokasi Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

OLEH

ROSE LINARTI SIHOMBING 080501110

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor publik yang terdiri dari: pendidikan, kesehatan, dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan periode 1993-2010 dan diestimasikan dengan Regresi Linear Berganda metode Ordinary Least Square (OLS), memakai

Eviews 5.1.

Pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan transportasi merupakan suatu investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika pemerintah mengeluarkan anggaran pembangunan atau belanja negara untuk ketiga sektor tersebut, maka dampak kebijakan tersebut, akan dapat dilihat di masa yang akan datang . Investasi pemerintah dalam pendidikan, kesehatan dan transportasi akan menyebabkan peningkatan kualitas modal manusia dan prasarana fisik, hal ini yang akan memacu investasi ekonomi. Investasi ekonomi selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena banyaknya modal yang tersedia untuk pembangunan.

Hasil estimasi penelitian menunjukkan Pengeluaran Sektor Transportasi dan Pendidikan secara bersama berpengaruh nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan. Secara parsial Pengeluaran Sektor Transportasi terbesar pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi, dibandingkan pengeluaran lainnya

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF GOVERNMENT EXPENDITURE ON ALLOCATION OF PUBLIC SECTOR ECONOMIC GROWTH IN MEDAN

Formulation of the problem in this study is how the effect of government’s expenditure on public sector consists of: education, health, and transportation to economic growth in Medan. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of government’s expenditure on education, health and transportation to economic growth in Medan at the period 1993-2010 and was estimated by Multiple Linear Regression with Ordinary Least Square method (OLS), using Eviews 5.1 to estimate the data

G

.

overnment’s expenditure on education, health and transportation is an investment on economic growth. When the government issued a development budget or expenditure for the three sectors, the impact of the policy, will be seen in the future. Government investment on education, health and transportation will lead to improved quality of human capital and physical infrastructure, this is an investment that will spur the economy. Further economic investment will affect economic growth, because of capital available

The estimation result showed that government’s expenditure on education, healthy, transportation jointly significantly impact on economic growth in Medan. P

for development

artially government’s expenditure on transportation had the strongest impact on economic growth in Medan, compared to other expenditure.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih karunia dan berkat-Nya kepada penulis dalam menjalani masa perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Alokasi Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan“. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan pada Universitas Sumatera Utara.

Selama menempuh perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini, penulis sudah sangat banyak memperoleh motivasi, saran, bantuan, bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan apresiasi dan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Keluarga terkasih, terutama kedua orangtua saya, Bapak Drs. M. Sihombing dan Ibu H br. Silalahi, yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, serta mendoakan penulis selama masa perkuliahan hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta kepada abang penulis yaitu Riwanto Sihombing dan adik penulis Riani Masnapita Sihombing.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D., Selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Kasyful Mahally, SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan mengarahkan dalam penyempurnaan skripsi mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

6. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staff Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendukung dengan baik kepada penulis selama perkuliahan. 8. Teman – teman mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2008 yang telah banyak

memberikan dukungan moril kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak yang menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 10

2.1.1 Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi ... 12

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 13

2.2 Peran Pemerintah dalam Perekonomian ... 16

2.3 Teori Pengeluaran Pemerintah... 20

2.3.1 Teori Mikro Pengeluaran Pemerintah ... 23

2.3.2 Teori Makro Pengeluaran Pemerintah ... 23

2.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ... 26

2.5 Barang Publik ... 30

2.5.1 Sektor Pendidikan ... 32

2.5.2 Sektor Kesehatan ... 36

2.5.3 Sektor Transportasi ... 38

2.6 Penelitian Terdahulu ... 42

2.7 Kerangka Konseptual ... 43

2.8 Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 45

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 45

3.3 Metode pengumpulan data ... 46

3.4 Metode Analisis Data ... 46

3.4.1 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 48

3.4.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 50

3.5 Defenisi Operasional ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 53

(7)

4.1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 55

4.1.4 Pengeluaran Pemerintah ... 56

4.2 Hasil Estimasi Penelitian ... 62

4.2.1 Interpretasi Model ... 62

4.2.2 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 64

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 66

4.2.4 Analisis Data Primer... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ADH Konstan 2000

(2005-2010) ……….……….. 3

1.2 Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2006-2010 ……. 6 2.1 Struktur APBN ………..………….………... 29 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk dan PDRB Kota Medan

(2005-2010) ..………...………... 54 4.2 Perkembangan Perumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun

1993-2010 ……….………...………... 56 4.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan

Kota Medan Tahun 1993-2010 ...………... 57 4.4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan

Kota Medan Tahun 1993-2010 ...……….. 59 4.5 Fasilitas Kesehatan Pemerintah di Kota Medan ………..…….. 60 4.6 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sektor Transportasi

Kota Medan Tahun 1993-2010 ...…………... 61

4.7 Hasil Regresi ………. 62

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data Variabel Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah pada Sektor

(11)

ABSTRAK

ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor publik yang terdiri dari: pendidikan, kesehatan, dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan periode 1993-2010 dan diestimasikan dengan Regresi Linear Berganda metode Ordinary Least Square (OLS), memakai

Eviews 5.1.

Pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan transportasi merupakan suatu investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika pemerintah mengeluarkan anggaran pembangunan atau belanja negara untuk ketiga sektor tersebut, maka dampak kebijakan tersebut, akan dapat dilihat di masa yang akan datang . Investasi pemerintah dalam pendidikan, kesehatan dan transportasi akan menyebabkan peningkatan kualitas modal manusia dan prasarana fisik, hal ini yang akan memacu investasi ekonomi. Investasi ekonomi selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena banyaknya modal yang tersedia untuk pembangunan.

Hasil estimasi penelitian menunjukkan Pengeluaran Sektor Transportasi dan Pendidikan secara bersama berpengaruh nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan. Secara parsial Pengeluaran Sektor Transportasi terbesar pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi, dibandingkan pengeluaran lainnya

(12)

ABSTRACT

ANALYSIS OF GOVERNMENT EXPENDITURE ON ALLOCATION OF PUBLIC SECTOR ECONOMIC GROWTH IN MEDAN

Formulation of the problem in this study is how the effect of government’s expenditure on public sector consists of: education, health, and transportation to economic growth in Medan. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of government’s expenditure on education, health and transportation to economic growth in Medan at the period 1993-2010 and was estimated by Multiple Linear Regression with Ordinary Least Square method (OLS), using Eviews 5.1 to estimate the data

G

.

overnment’s expenditure on education, health and transportation is an investment on economic growth. When the government issued a development budget or expenditure for the three sectors, the impact of the policy, will be seen in the future. Government investment on education, health and transportation will lead to improved quality of human capital and physical infrastructure, this is an investment that will spur the economy. Further economic investment will affect economic growth, because of capital available

The estimation result showed that government’s expenditure on education, healthy, transportation jointly significantly impact on economic growth in Medan. P

for development

artially government’s expenditure on transportation had the strongest impact on economic growth in Medan, compared to other expenditure.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) uang oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan yang ditetapkan pemerintah akan bergantung dari keadaan, apakah dalam keadaan inflasi, deflasi, atau keadaan normal. Realisasi dari kebijakan fiskal ini adalah kebijaksanaan anggaran. Instrumen fiskal yang digunakan pemerintah dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi adalah (1) pajak sebagai pendapatan pemerintah yang dapat digunakan sebagai sumber bagi belanja pemerintah, (2) belanja (pengeluaran) pemerintah yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi; dalam pengeluaran terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan penghasilan, (3) regulasi atau pengaturan dan pengendalian yang merupakan pengarahan bagi masyarakat dalam aktivitas ekonomi (Samuelson dan Nordhaus,1994:388).

(14)

(publik), fungsi perbaikan distribusi pendapatan, dan fungsi stabilisasi perekonomian. Pemerintah daerah wajib untuk menyediakan barang dan jasa yang dampaknya bersifat terbatas pada penduduk di suatu wilayah tertentu, seperti penerangan jalan, penyediaan lampu lalu lintas, prasarana jalan raya dan sebagainya melalui anggaran (Suparmoko,2002).

Pengeluaran pemerintah sebagai kebijakan yang dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat dan menuju pertumbuhan ekonomi. Salah satu tolak ukur dari ukuran pertumbuhan ekonomi adalah pendapatan nasional. Pendapatan nasional dapat menunjukkan seberapa besar aktivitas perekonomian berlangsung secara keseluruhan. Konsep pendapatan nasional adalah ukuran yang sering dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses, bukan merupakan suatu gambaran ekonomi pada suatu periode tertentu, ada perkembangan atau perubahan dan penggunaan waktu, (Boediono,1999).

(15)

menyebabkan jumlah penduduk relatif besar juga. Berikut adalah laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama 2005-2010 atas dasar harga konstan 2000:

Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ADH Konstan 2000 (2005-2010) Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)

2005 6,98

2006 7,76

2007 7,78

2008 6,75

2009 6,56

2010 7,43

Sumber: BPS Kota Medan

(16)

daya manusia. Sumber daya yang berkualitas akan mampu memberikan kontribusi dalam kemajuan teknologi yang lebih canggih sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi salah satu target penting yang perlu dicapai. Selain membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi juga mengharuskan ketersediaan sarana dan prasarana yang baik yang dapat dimanfaatkan semua masyarakat. Produktivitas pengeluaran pemerintah harus dialokasikan kepada pengeluaran-pengeluaran yang bersifat produktif dan investasi agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, (Alfirman Luki,2006).

(17)

komunitas dan daerah. Hal tersebut akan sangat memperburuk kualitas daerah

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum (Sonny Sumarsono,2010). Anggaran yang dialokasikan pemerintah pada APBN/APBD secara langsung maupun tidak langsung yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pelayanan publik maupun membeli barang-barang publik serta membangun fasilitas sarana dan prasarana bagi kepentingan publik adalah sebagai belanja publik. Peran pemerintah dalam penyelenggaraan perekonomian negara sebagai adanya kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang publik yang tidak dapat disediakan pihak swasta. Maka barang publik yang disediakan pemerintah tidak dapat diproduksi dan dijual kepada masyarakat untuk mencari keuntungan (laba) seperti barang swasta, (Sinaga,2009).

(18)

(Todaro,2006). Perbaikan kualitas modal manusia tergantung pada tersedianya infrastruktur untuk menunjang investasi pada sumber daya manusia. Infrastruktur pada pendidikan, kesehatan dan transportasi merupakan barang publik yang dapat disediakan pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan kualitas pendidikan dan standar kesehatan yang layak akan membuat kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik karena dengan pendidikan akan meningkatkan produktifitas sumber daya manusia. Dan jaringan transportasi yang terintegrasi dengan baik akan melancarkan distribusi kegiatan ekonomi dan secara jangka panjang dapat menjadi media pemerataan pembangunan.

Kota Medan yang termasuk sebagai salah satu kota terbesar dan berpenduduk terbanyak di Indonesia memiliki jumlah anggaran pendapatan dan pengeluaran pemerintah yang besar, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunannya. Berdasarkan data BPS Kota Medan, dalam APBD Kota Medan anggaran pengeluaran pemerintah adalah meningkat dari tahun ke tahun. Berikut adalah tabel perkembangan pengeluaran pemerintah Kota Medan :

Tabel 1.2

Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2006-2010 Tahun Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp)

2006 1322.42

2007 1392.70

2008 1477.95

2009 1886.59

2010 2235.19

Sumber : BPS Kota Medan

(19)

sektor swasta. Menurut Guritno (2001), penyediaan barang publik adalah seberapa banyak pemerintah harus menyediakan barang publik dan berapa jumlah dana yang harus disediakan untuk penyediaan barang publik itu.

Menurut Freddy Wangke (2001) dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, tidak mungkin sepenuhnya perekonomian diserahkan pada mekanisme pasar, akan tetapi diperlukan adanya peranan pemerintah untuk mengatur perekonomian suatu daerah otonomi. Salah satu caranya dengan melakukan desentralisasi fiskal. Kebijakan desentralisasi fiskal diharapkan mampu meningkatkan efisiensi perekonomian daerah. Efisiensi ekonomi dimaksudkan sebagai peningkatan nilai dalam ukuran uang dari pengeluaran pemerintah yang diterima oleh pembayaran pajak, sedangkan nilai outputnya bertambah besar dari pemanfaatan sumber daya tersebut.

(20)

Pengeluaran Pemerintah pada Sektor Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

3. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

2. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

1.4 Manfaat penelitian

(21)

1. Sebagai tambahan literatur terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

2. Sebagai bahan studi atau tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian menyangkut topik yang sama selanjutnya. 3. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat dalam membuat kebijakan bagi

pemerintah atau instansi-instansi yang terkait.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi memiliki pengertian berbeda dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki arti yang lebih luas baik dari segi struktur output, input, perubahan dalam teknik produksi, sikap dan perilaku sosial serta kerangka kelembagaan menuju kepada keadaan dan taraf hidup yang secara menyeluruh lebih baik. Pembangunan ekonomi sebagai serangkaian usaha dalam perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, taraf pendidikan semakin tinggi, teknologi semakin canggih dan perusahaan semakin banyak dan berkembang, maka tidak mudah untuk mengukur sampai dimana taraf pembangunan ekonomi yang dicapai suatu negara. Pertumbuhan ekonomi hanya merupakan salah satu aspek dari pembangunan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode tertentu dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pola pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi sudah seharurnya tidak dipakai lagi, karena kini pembangunan berorientasi pada pola pembangunan yang mementingkan pembangunan berkelanjutan, (Mulyadi,2006).

(23)

menyangkut perbaikan kualitatif. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian sehingga output barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa ada perubahan cara-cara produksi itu sendiri atau terjadi peningkatan Produk National Bruto atau Produk Domestik Bruto. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi baik milik warga negara maupun milik penduduk negara lain yang berada di negara tersebut. PDB dapat dinilai menurut harga pasar atau harga yang berlaku dan harga tetap atau harga konstan.

2.1.1 Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi

Dalam teori economic growth, sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (sources of growth) berasal dari kemampuan negara dalam mengembangkan potensi sumberdayanya. Makin besar kuantitas dan makin tinggi kualitas sumber daya tersebut, maka makin besar pula potensi suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Kekayaan alam akan sangat membantu perekonomian suatu negara, tetapi harus didukung kualitas penduduk untuk mengekplorasi kekayaan alam tersebut. Beberapa faktor yang menentukan terwujudnya pertumbuhan ekonomi adalah (Sadono Sukirno,2006):

a. tanah dan kekayaan alam lainnya (natural resources)

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan adalah di Kota Medan dengan mengamati dan menganalisis alokasi anggaran pengeluaran pemerintah pada APBD khususnya untuk sektor pendidikan, kesehatan dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah: 3.2.1 Data Sekunder

Data sekunder dalam bentuk data berkala atau time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka yaitu data anggaran pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, transportasi dan pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Sedangkan sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta bahan kepustakaan berupa bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian.

3.2.2 Data Primer

(25)

pertumbuhan ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan menguntungkan, hambatan dalam ekonomi (kekurangan modal, tenaga ahli dan terbatasnya pasar) akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat sehingga dapat menarik investor dari negara maju untuk mengusahakan kekayaan alam tersebut.

b. jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar julah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara menambah produksi. Pertambahan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor produksi. Akan tetapi pertambahan penduduk dapat berakibat buruk terhadap pertumbuhan ekonomi jika jumlah penduduk tidak seimbang dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Yang berarti pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak menimbulkan pertambahan dalam produksi nasional sehingga kemakmuran masyarakat akan merosot.

c. barang-barang modal dan tingkat teknologi

(26)

(i) kemajuan teknologi dapat mempertinggi keefisienan memproduksi sesuatu barang yang dapat menurunkan biaya produksi dan meninggikan jumlah produksi

(ii) kemajuan teknologi menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diproduksikan sebelumnya.

(iii) kemajuan teknologi dapat meninggikan mutu barang-barang yang diproduksi tanpa meningkatkan harganya.

d. sistem sosial dan sikap masyarakat

Sistem sosial dapat menjadi penghambat dalam pembangunan. Adat istiadat tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern dan produktivitas yang tinggi. Apabila dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang menghambat pertumbuhan ekonomi maka pemerintah harus berusaha menghapuskan hambatan tersebut, seperti menghapuskan kekuasaan tuan tanah atau perubahan yang ditujukan agar masyarakat bersedia bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan nasional. 2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi yang diungkapkan oleh beberapa ahli ekonomi di dunia, diantaranya adalah (Sadono Sukirno,2010):

(27)

Adam Smith (1729-1790) menganggap bahwa manusia sebagai faktor utama produksi yang menetukan kemakmuran bangsa. Karena alam tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang mengolahnya sehingga bermanfaat. Alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi.setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Berarti alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi perumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meninggikan spesialisasi yang terjadi dalam perekonomian yang meninggikan tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi dan mengadakan inovasi (pembaruan).

b. Harrod-Domar

Menurut teori ini keadaan bagaimana yang harus ada dalam perekonomian untuk menjamin agar dapat memproduksi yang selalu bertambah sebagai akibat dari penanaman modal pada waktu sebelumnya agar sepenuhnya digunakan, agar pertumbuhan mantap atau steady growth. Investasi tidak hanya menciptakan permintaan tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar akan membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar pula, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.

c. Teori Schumpeter

(28)

pertumbuhan penduduk. Kreativitas manusia sebagai faktor sentral dalam proses kemajuan ekonomi. Schumpeter tidak terlalu menekankan pada aspek pertumbuhan penduduk maupun aspek keterbatasan sumber daya alam dalam proses pertumbuhan ekonomi.

d. Teori Pertumbuhan Dua Sektor- Arthur Lewis

Model Lewis dikenal dengan nama “model pertumbuhan dengan suplai tenaga kerja yang tak terbatas”. Pokok permasalahan dalam teori ini adalah bagaimana proses pertumbuhan terjadi dalam perekonomian dua sektor:

1) Sektor tradisional, dengan produktivitas rendah dan sumber tenaga kerja yang melimpah.

2) Sektor modern, dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber akumulasi kapital.

Dalam teori ini proses pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tenaga kerja bisa dipertemukan dengan kapital (modal). Di banyak negara berkembang terdapat tenaga kerja yang berlebih akan tetapi sebaliknya menghadapi masalah kekurangan modal dan keluasan tanah yang belum digunakan terbatas. Bahwa penawaran tenaga kerja tidak terbatas dan akan dihadapi masalah tenaga kerja terampil dan terdidik tetapi dalam jangka panjang ini dapat diatasi dengan memperluas pendidikan. Maka hambatan pembangunan yang utama adalah kekurangan modal dan kekayaan alam yang terbatas.

e. Teori Rostow

(29)

society), prasyarat untuk lepas landas (the preconditions for take-off), lepas landas (the take-off), menuju kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of high massconsumption). Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.

2.2 Peran Pemerintah dalam Perekonomian

(30)

tingkat pengeluaran masyarakat agar sesuai atau pada tingkat menjamin terciptanya tingkat kesempatan kerja penuh, (Sadono Sukirno,2010).

Peranan pemerintah sangat penting, mengingat adanya beberapa hal yaitu (Ibnu Syamsi,1994:41):

1. perekonomian akan berjalan baik dan terasa adil bagi semua pihak, apabila pemerintah dengan menggunakan kekuasaan legalnya dapat melindungi kepentingan pihak bersangkutan;

2. berdasarkan peraturan yang dibuatnya, pemerintah akan menjamin mekanisme pasar berjalan baik secara seimbang;

3. pemerintah perlu campur tangan menyelesaikan masalah-masalah ekstern yang timbul dan akan menyebabkan kegagalan pasar;

4. pemerintah dibutuhkan untuk menjamin tetap terbukanya kesempatan kerja dan harga barang tetap stabil;

5. peranan pemerintah untuk mewujudkan suatu sistem pasar yang mampu menciptakan pembagian pendapatan yang adil dan sejahtera yang selalu meningkat.

Pemerintah memiliki peran dalam kehidupan bernegara yang dapat diklasifikasikan menjadi empat macam kelompok peran, yaitu (Musgrave dan Musgrave,1991) :

(31)

Pemerintah harus merencanakan peraturan dan mengatur penggunaan sumber daya ekonomi yang ada agar teralokasi secara efisien. Peran alokasi ini tidak cukup sekedar melibatkan pemerintah selaku pelindung masyarakat, tapi juga menuntut pengeluaran biaya. Keterlibatan peran dan pengeluaran pemerintah biasanya cukup besar di negara sedang berkembang termasuk Indonesia, karena pemerintah bertindak sebagai pengendali pembangunan. Pemerintah yang mengalokasikan sebagian anggarannya dari APBN/APBD harus disalurkan untuk melayani kebutuhan publik, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian.

(32)

sebelum adanya tindakan kebijakan tersebut”. Peran distribusi pemerintah dapat ditempuh baik melalui penerimaan maupun pengeluarannya. Di sisi penerimaan, pemerintah mengenakan pajak dan memungut sumber pendapatan lainnya untuk didistribusikan lagi kepada masyarakat secara adil dan proporsional. Dan pemerintah membelanjakan pengeluarannya secara adil dan proporsional sesuai kebutuhan.

3) Peran stabilisasi, yaitu peran pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaaan disequlibrium (tidak seimbang). Peran ini bertolak dari kenyataan sering tidak berdayanya pihak swasta mengatasi sejumlah masalah ekonomi yang timbul. Tanpa adanya campur tangan pemerintah, jika ada gejolak dalam sistem pasar akan cenderung menimbulkan pengangguran tenaga kerja yang akan mengganggu stabilitas ekonomi, misalnya peran pemerintah dalam menentukan upah minimum pekerja agar pengusaha mematuhi peraturan tersebut sehingga gejolak sosial akibat demonstasi pekerja yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dapat dihindari. Dalam konteks APBN/APBD peran stabilisasi bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

(33)

layak sehingga terwujud tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih baik yang dilhat dari perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator makro kesejahteraan sosial.

Adapun fungsi pemerintah dalam pembangunan sebagai berikut (Ibnu Syamsi,1994:39) :

1) stabilisator pembangunan di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.

2) inovator pembangunan, yang meliputi inovasi administasi negara, inovasi konsepsional, dan inovasi sistem.

3) motivator pembangunan yaitu pemerintah harus mampu mendorong pembangunan, baik yang berupa dorongan materiil maupun dorongan non materiil.

4) dinamisator pembangunan bahwa pemerintah harus mampu mengendalikan pembangunan agar tetap berjalan lancer sesuai dengan target dan rencananya.

5) modernisasi pembangunan bahwa pemerintah mengubah sistem kegiatan yang lebih maju. Misalnya dari lahan pertanian yang tradisional menjadi modern.

2.3 Teori Pengeluaran Pemerintah

(34)

misalnya untuk membiayai penyediaan barang-barang publik, mengalokasikan barang-barang produksi maupun konsumsi, memperbaiki distribusi pendapatan, memelihara stabilitas nasional serta mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Pengeluaran pemerintah ada yang ditujukan untuk menyediakan barang publik yang tidak dapat disediakan pihak swasta dan sebagai akibat adanya kegagalan pasar. Keseimbangan antara peran atau kekuasaan pemerintah dan swasta mempengaruhi efisiensi pengeluaran negara. Semakin berperan sektor pemerintah dalam perekonomian maka akan semakin kecil peranan swasta. Peran sektor pemerintah yang terlalu besar terlihat dari campur tangan pemerintah yang terlalu besar dalam menjalankan fungsi-fungsi ekonomi dalam perekonomian suatu negara. Akibat peran swasta yang semakin kecil maka kreatifitas sektor swasta dalam perekonomian menjadi semakin minim. Sedangkan porsi peran sektor pemerintah yang terlalu kecil akan menyebabkan terlalu sedikit pula tanggung jawab terhadap penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat (Sinaga,2009).

Pengeluaran uang negara sangat baragam, namun secara garis besar dapat dibagi ke dalam (Ibnu Syamsi,1994:81) :

1. pengeluaran yang merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa mendatang.

2. pengeluaran yang langsung memberikan kesejahteraan dan kemakuran masyarakat.

(35)

4. pengeluaran untuk menyediakan kesempatan kerja yang lebih luas. Berdasarkan sifatnya maka pengeluaran negara digolongkan menjadi (Suparmoko,1996:48).

1. pengeluaran negara yang bersifat self liquidating (yang mampu memberi keuntungan), yakni pengeluaran negara yang berupa pemberian jasa kepada masyarakat, sehingga nantinya akan mendapat pembayaran kembali dari masyarakat dari barang atau jasa yang diberikan BUMN kepada masyarakat.

2. pengeluaran negara yang bersifat reproduktif, yaitu yang berakibat masyarakat dapat melakukan usaha dan meningkatkan penghasilannya. Di lain pihak pemerintah akan menerima pendapatan dari retribusi dan pajak dari masyarakat.

3. pengeluaran uang negara tidak produktif, misalnya pengeluaran untuk membuat monumen yang tidak menghasilkan pemasukan kembali atau pengeluaran untuk membiayai peperangan dan lain-lain.

4. pengeluaran untuk penghematan masa mendatang.

(36)

berhubungan dengan pencapaian kesejahteraan masyarakat, termasuk pada alokasi pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, ataupun infrastrutur transportasi.

2.3.1 Teori Mikro Pengeluaran Pemerintah

Guritno (2001:177) secara mikroekonomi teori perkembangan pemerintah bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor mengenai barang publik. Faktor-faktor permintaan akan barang publik dengan penawaran untuk barang publik akan menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Pengeluaran pemerintah untuk barang publik kemudian akan mendorong pengeluaran untuk barang lain. Perkembangan pengeluaran pemerintah dipengaruhi faktor-faktor:

1. Perubahan permintaan akan barang publik

2. Perubahan dari aktifitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik 3. Perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi

3. Perubahan kualitas barang publik 4. Perubahan harga faktor-faktor produksi 2.3.2 Teori Makro Pengeluaran Pemerintah

Teori makroekonomi mengenai pengeluaran pemerintah terdiri atas tiga golongan, yaitu (Guritno,2001:169-176):

a. Model Pembangunan tentang Pengeluaran Pemerintah

(37)

ekonomi yang dialami banyak negara. Model ini menghubungkan antara perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap pembangunan ekonomi, yaitu tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut pembangunan ekonomi.

Pada tahap awal pembangunan ekonomi persentase pengeluaran pemerintah terhadap investasi besar karena pemerintah harus menyediakan prasarana kebutuhan publik. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah dalam bentuk investasi masih tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyediakan barang dan jasa publik dalam dan kualitas yang lebih banyak dan lebih baik, sedangkan investasi swata akan semakin besar. Menurut Musgrave bahwa dalam proses pembangunan, persentase investasi swasta terhadap GNP (Gross National Product) akan semakin besar dan sebaliknya persentase investasi pemerintah terhadap GNP akan semakin kecil. Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi kegiatan pemerintah beralih beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan sosial, misalnya program kesejahteraan hari tua, program pelayanan masyarakat, dan lain-lain.

b. Hukum Wagner

(38)

Wagner mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya. Hukum Wagner adalah sebagai berikut:

PkPP : Pengeluaran pemerintah per kapita

PPK : Pendapatan perkapita, yaitu GDP / Jumlah Penduduk 1,2, n : jangka waktu (tahun)

c. Teori Peacock dan Wiseman

(39)

yang menyebabkan aktivitas dana investasi swasta menjadi berkurang karena dialihkan pada aktivitas pemerintah.

2.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Definisi mengenai penganggaran (budgeting) dan anggaran (budget). Penganggaran adalah suatu perencanaan mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu yang dinyatakan dalam satuan uang jangka waktu tertentu. Anggaran adalah hasil dari perencanaan yang berupa daftar mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu, baik menyangkut penerimaannya maupun pengeluarannya yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu (Ibnu Syamsi,1994).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan suatu alat pemerintah untuk mensejahterakan rakyat dan sebagai alat pengelolaan perekonomiaan negara. Menurut Pasal 23 Ayat (1) UUD RI 1945, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang. Sejak tahun1967 Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) di Indonesia disusun dan diberlakukan mulai tanggal 1 April sampai dengan tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Namun pada tahun 2000 tahun anggaran akan dimulai pada tanggal 1 Aprildan berakhir tanggal 31 Desember. Dan tahun-tahun berikutnya tahun anggaran dimulai pada tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Apabila DPR tidak menyetujui anggaran diusulkan pemerintah maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.

(40)

mengutamakan alokasi belanja pemerintah untuk kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Pro Growth), menciptakan kesempatan kerja (Pro Job), mengentaskan kemiskinan (Pro Poor), dan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan (Pro Environment); (2) mengurangi pendanaan bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif; (3) merancang ulang kebijakan subsidi: mengubah sistem subsidi dari subsidi harga menjadi subsidi yang tepat sasaran (targeted subsidy, serta menata ulang sistem penyaluran subsidi yang lebih baik; (4) mempercepat implementasi sistem penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka pengeluaran jangka menengah; (5) memperluas pelaksanaan reformasi birokrasi,

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam satu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan pemerintah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran pada tahun anggaran berikutnya (Sonny Sumarsono,2010:79).

Fungsi otorisasi berarti anggaran negara menjadi dasar dalam melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, maka pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan pada

(41)

membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai tertentu. Maka pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.

Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.

Fungsi distribusi, berarti kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Fungsi stabilisasi, berarti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

(42)
[image:42.595.97.526.198.366.2]

dan anggaran belanja pembangunan. Pengeluaran rutin biasanya lebih banyak untuk konsumsi seperti gaji pegawai sedang pembangunan lebih cenderung untuk investasi. Struktur APBN dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 2.1 Struktur APBN

APBN

Pendapatan Negara Belanja Negara Pembiayaan • Pajak • Belanja Pemerintah

Pusat

• Pembiayaan Dalam Negeri

• Non Pajak • Belanja Pemerintah Daerah

• Pembiayaan Luar Negeri

• Hibah • Tambahan

Pembayaran Utang Sumber

APBN/APBD terdiri dari anggaran rutin dan pembangunan yaitu pendapatan/pengeluaran rutin dan pendapatan /pengeluaran pembangunan. Komponen yang terdapat adalah sebagai berikut:

- pendapatan rutin: sisa anggaran tahun lalu, kontribusi-kontribusi (subsidi, ganjaran, PBB), pendapatan asli daerah (retribusi, pendapatan deviden, pendapatan dari lembaga/dinas pemerintah, pendapatan lain-lain).

- pengeluaran/belanja rutin: pembayaran gaji pensiun, mesin dan peralatan, perbaikan dan pemeliharaan, perjalanan dinas dan transportasi, belanja dinas, pngeluaran lain-lain.

- pendapatan pembangunan: sisa anggran tahun lalu, kontribusi (subsidi dan ganjaran), PAD, pinjaman daerah.

- pengeluaran/belanja pembangunan

(43)

perdagangan, ketenagakerjaan dan pemukiman, pembangunan daerah dan regional.

 sektor sosial: agama, pendidikan generasi muda dan kebudayaan

nasional, kesehatan rakyat dan pemukiman, hukum keamanan dan pertahanan masyarakat, penerangan dan perhubungan, ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian, lembaga pmerintah, pengembangan dunia usaha, sumber alam dan lingkungan hidup.  pembayaran kembali pinjaman tabungan: melalui kelebihan

pendapatan yang dimanfaatkan untuk pembiayaan pembangunan. 2.5 Barang Publik

(44)

dimasukkan sebagai barang publik karena secara umum tidak mungkin mencegah seseorang untuk menghirupnya. Barang publik demikian itu sering disebut sebagai barang publik murni. Barang publik adalah barang yang penyediaannya dilakukan oleh pemerintah untuk digunakan bersama oleh masyarakat. Barang publik memiliki dua sifat yaitu (Due Friedlaender,1984:25):

1. tidak ada persaingan dalam mengkonsumsinya (non rival)

Satu orang dapat meningkatkan kepuasannya dari barang ini tanpa mengurangi kepuasan orang lain. Dalam menggunakan barang publik, tidak ada persaingan untuk mengkonsumsinya. Artinya barang tersebut dapat dipergunakan secara bebas tanpa mengurangi kepuasan dalam mengkonsumsinya.

2. tidak dikecualikan (non exclusive)

Tidak ada cara yang mungkin untuk mengecualikan siapapun agar tidak dapat memanfaatkan barang publik yang murni. Dalam menggunakan barang publik tidak perlu mengeluarkan biaya. Contohnya jalan raya, dalam menggunakan jalan raya, tidak perlu membayar untuk menggunakan jalan raya karena tidak ada biaya yang dikenakan. Berbeda dengan jalan tol. Jalan tol termasuk semi barang publik, yaitu untuk menggunakan jalan tol tidak memerlukan persaingan namun untuk menggunakannya harus membayar tarif tol. Itu menandakan bahwa jalan tol sebagai barang semi barang publik.

(45)

barang swasta. Barang publik umumnya memerlukan tindakan kolektif bagi pengadaannya sedangkan barang swasta bisa disediakan oleh pasar secara efisien (Samuelson dan Nordhaus,1994).

2.5.1 Sektor Pendidikan

Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ekonomi, suku, etnis, agama dan gender (Buku Saku Pendidikan Kota Medan, 2011:1). Pendidikan dapat digunakan untuk menyetarakan kemampuan bangsa terhadap kemajuan iptek yang telah dicapai negara maju. Dengan penerapan kurikulum secara terpadu, pendidikan digunakan untuk membentuk watak, kepribadian dan semangat patriotis generasi muda. Oleh karena itu, dalam rangka memberdayakan masyarakat, sektor pendidikan telah memberikan prioritas pemerataan kesempatan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mengenyam pendidikan. Usaha pemerataan ini dilakukan dengan pendirian ribuan bangunan sekolah-sekolah negeri. Program ini dapat meningkatkan program wajib belajar dari 6 tahun menjadi 9 tahun (Hotmatua Daulay,2001).

(46)

bahwa proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi juga merupakan suatu investasi. Pembangunan sektor pendidikan dengan manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Secara ilmiah pentingnya manusia yang terdidik menunjang pertumbuhan ekonomi secara langsung bahwa seluruh sektor pembangunan makro lainnya. Pengembangan SDM suatu negara adalah unsur pokok bagi kemakmuran dan pertumbuhan dan untuk penggunaan yang efektif atas sumber daya modal fisiknya. Investasi dalam bentuk modal manusia adalah suatu komponen integral dari semua upaya pembanguna

(47)

bangsa (Didik J. Rachbini,2001). Pendidikan berkualitas memang tidak murah apalagi gratis. Tetapi pemerintah berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu melalui anggaran pengeluaran pemerintah untuk pendidikan.

Teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang sekarang ini didasari kepada kapasitas produksi tenaga manusia didalam proses pembangunan atau disebut juga investment in human capital. Hal ini berarti peningkatan kemampuan masyarakat menjadi suatu tumpuan yang paling efisien dalam melakukan pembangunan disuatu wilayah. Asumsi yang digunakan dalam teori human capital adalah bahwa pendidikan formal merupakan faktor yang dominan untuk menghasilkan masyarakat berproduktivitas tinggi. Teori human capital dapat diaplikasikan dengan syarat adanya sumber teknologi tinggi secara efisien dan adanya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Teori ini percaya bahwa investasi dalam hal pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat.

(48)

dalam persentase dari Produk Domestik Bruto- untuk pendidikan, dan banyaknya anak-anak yang berada di sekolah dasar dan menengah. Pada tingkat pembangunan yang cukup tinggi nilai mutlak pengeluaran untuk pendidikan adalah jauh lebih tinggi dari waktu tingkat pembangunan relatif rendah. Pengeluaran pembangunan pada sektor pembangunan dapat dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur pendidikan dan menyelenggarakan pelayanan pendidikan kepada seluruh penduduk Indonesia secara merata. Anggaran pendidikan sebesar 20% merupakan wujud realisasi pemerintah untuk meningkatkan pendidikan (Undang-undang No.20 tahun 2003).

Nafzinger (2007) bahwa investasi pendidikan adalah semua bentuk pengeluaran dalam rangka meningkatkan pendidikan (education) masyarakat. Besarnya pengeluaran pemerintah menjadi ukuran tentang seberapa besar perhatian pemerintah pada usaha pengembangan kualitas SDM. Pencapaian kualitas pembangunan manusia (IPM) sangat ditentukan oleh kemampuan keuangan daerah, terutama kebijakan alokasi belanja dalam APBD, baik yang ditujukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap komponen pembentuk IPM. Peningkatan pengeluaran pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pendidikan masyarakat. Peningkatan pendidikan akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja, yang pada gilirannya merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi (engine of growth).

(49)

banyaknya modal yang tersedia untuk pembangunan. Pengeluaran pemerintah terhadap sektor pendidikan, merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah yang memacu kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan sekonomi.

2.5.2 Sektor Kesehatan

Pembangunan sektor kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan (www.bappenas.go.id).

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, meningkatkan keadaan gizi masyarakat, dan meningkatkan penanganan masalah kesehatan di daerah bencana. Untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan, kebijakan umum pembangunan kesehatan diarahkan pada (www.bappenas.go.id

1) peningkatan upaya pemeliharaan, perlindungan, dan peningkatan derajat kesehatan dan status gizi terutama bagi penduduk miskin,

):

(50)

3) peningkatan kualitas, keterjangkauan, dan pemerataan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama bagi keluarga miskin dan penduduk di daerah terpencil, perbatasan, rawan bencana dan konflik,

4) peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan terutama untuk pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan,

5) penjaminan mutu, keamanan dan khasiat produk obat, kosmetik, produk komplemen, dan produk pangan yang beredar, serta mencegah masyarakat dari penyalahgunaan obat keras, narkotika, psikotropika, zat adiktif, dan bahan berbahaya lainnya, dan

6) peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

(51)

yang cepat dapat didukung bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi.

2.5.3 Sektor Perhubungan (Transportasi)

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Kebijakan pembangunan infrastruktur mencakup (Abdul Haris,2009) :

1. prasarana dan sarana perhubungan (transportasi): jalan, jembatan, jalan kereta api, dermaga, pelabuhan laut, pelabuhan udara, penyeberangan sungai dan danau;

2. prasarana dan sarana pengairan: bendungan, jaringan pengairan, bangunan pengendalian banjir, pengamanan pantai, dan bangunan pembangkit listrik tenaga air;

(52)

besar, reklamasi lahan, jaringan dan instalasi air bersih, jaringan dan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan sistem drainase;

4. bangunan dan jaringan kebutuhan umum: gas, listrik, dan telekomunikasi.

Selain memiliki dimensi ruang yang luas, pembangunan infrastruktur juga menghadapi tiga dimensi permasalahan, (1) membutuhkan invetasi yang cukup besar, waktu pengembalian modal yang panjang, pemanfaatan teknologi tinggi, perencanaan dan implementasi perlu waktu panjang untuk mencapai skala ekonomi yang tertentu, (2) pembangunan menjadi prasyarat bagi berkembangnya kesempatan dan peluang baru di berbagai bidang kehidupan, (3) adanya persaingan global dan sekaligus memenuhi permintaan investor baik dari dalam maupun luar negeri. Infrastruktur tidak selesai dibangun secara fisik saja, namun menuntut adanya operasional dengan mengedepankan kualitas pelayanan jasa dan efektivitas pengelolaan infrastruktur.

(53)

dari setiap bentuk pembangunan jalan karena perekonomian di daerah tersebut akan berkembang sebagai akibat pembangunan jalan itu.

(54)

produk ekspor dapat meningkat. Dan ekspor akan dapat meningkatkan PDB. Transportasi yang baik dapat menarik masuknya investor asing maupun lokal. Ini akan meningkatkan PDB secara langsung dan membuka lapangan pekerjaan baru sehingga konsumsi masyarakat meningkat pula. Peningkatan ekspor, investasi, pendapatan serta konsumsi dapat berdampak pada peningkatan pendapatan pemerintah daerah sehingga dana untuk pembangunan transportasi maupun sektor lainnya akan meningkat juga. Sejalan dengan desentralisasi dan pendekatan pembangunan berbasis wilayah dalam transportasi, maka pembangunan jaringan transportasi termasuk jaringan jalan pun perlu didasarkan atas pertumbuhan ekonomi regional (regional basedroad development) yakni pembangunan jalan berwawasan pengembangan wilayah dan pertumbuhan sektor wilayah tersebut. Pembiayaan untuk kebutuhan pemeliharaan, peningkatan, dan pembangunan prasarana jalan akan membutuhkan alokasi pendanaan pemerintah yang sangat besar merupakan beban berat untuk pemerintah melalui APBD.

(55)

Investasi jalan raya merupakan bagian yang paling penting dalam penyediaan modal barang publik. Karena investasi jalan raya tahap awal akan dilakukan pada pembangunan jalan raya seluruh wilayah. Hal yang paling banyak dilakukan terutama adalah perbaikan terhadap kualitas jalan. Jalan raya membutuhkan pembiayaan yang sangat besar dengan menggunakan alokasi pengeluaran pemerintah yang besar.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian Desy Dwi Bastias (2010) terhadap analisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan, dan infrastuktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 1969-2009 yang menggunakan model analisis Error Correction Model (ECM) yang menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hanya variabel pengeluaran pemerintah atas transportasi yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan perumahan tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sementara dalam jangka panjang variabel pengeluaran pemerintah atas perumahan dan transportasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan bertanda positif, sedangkan variabel pengeluaran pemerintah atas pendidikan dan kesehatan tidak dapat mempengaruhi secara langsung pertumbuhan ekonomi Indonesia karena proporsi anggaran pengeluaran pemerintah yang masih rendah terhadap pendidikan dan kesehatan pada tahun 1969-1996 dan baru meningkat tahun 1998.

(56)

kabupaten dan kota di Jawa Tengah dengan menggunakan model two stage least square (2SLS) bahwa anggaran pendidikan 20 persen dari belanja daerah adalah tepat, karena meningkatkan pertumbuhan ekonomi kesejahteraan masyarakat, sehingga tujuan pembangunan growth and equity dapat tercapai secara bersamaan atau simultan. Peningkatan pengeluaran pendidikan memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja,

physical capital, output daerah, PDRB per kapita, disposible income, penerimaan pemerintah, pengeluaran pemerintah, pengeluaran rumahtangga, investasi, pengeluaran per kapita, serta penurunan angka pengangguran, ketimpangan pendapatan dan kemiskinan sehingga strategi pembangunan yang mengedepankan peningkatan kualitas SDM dapat dijadikan sebagai strategi dalam model pembangunan daerah di Indonesia. Tetapi pengeluaran pemerintah (khususnya anggaran pendidikan sebesar 20%) harus dipastikan efisiensi dan efektivitas penggunaannya sampai pada sasaran.

(57)

2.7 Kerangka Konseptual

[image:57.595.139.516.189.426.2]

Gambar dibawah ini menunjukkan kerangka konseptual dari teori dalam penelitian skripsi ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian skripsi ini, yaitu:

1. Pengeluaran pemerintah atas sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan, ceteris paribus.

2. Pengeluaran pemerintah atas sektor transportasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan, ceteris paribus.

3. Pengeluaran pemerintah atas sektor kesehatan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan, ceteris paribus.

Pengeluaran Pemerintah Sektor

Pendidikan (Pp)

Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pengeluaran

Pemerintah Sektor Kesehatan (Pk)

Pengeluaran Pemerintah Sektor

(58)

ditentukan sebanyak 30 responden. Pengambilan sampel atau responden, peneliti menggunakan teknik probability sampling dengan metode yang digunakan adalah simple random sampling dimana untuk menentukan pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang dipakai dalam pengumpulan data adalah 3.3.1 Kuesioner (angket)

Pada penelitian dalam skripsi ini metode pengumpulan data dilakukan penulis adalah dengan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

3.3.2 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik untuk mendapatkan data dan informasi melalui berbagai literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini yang diperoleh dari buku-buku, internet, jurnal, tesis, dan sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

3.4 Metode Analisis Data

(59)

menjelaskannya dengan kata-kata. Dan penelitian kuantitatif adalah dengan menganalisis data sekunder yang didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Medan pada variabel laju pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah pada belanja publik pada sektor pendidikan, kesehatan, dan transportasi di kota Medan sebagai variabel yang diteliti. Model analisis data yang digunakan adalah model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai adalah metode OLS (Ordinary Linear Square) atau metode kuadrat terkecil biasa. Data yang digunakan akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear sederhana. Secara matematis model dasar yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y= f (Pp,Pk,Pt) ……….. .(1)

Dari persamaan diatas dimasukkan ke dalam model linlog (linear logaritma) sebagai berikut:

Y= α + β0ln Pp + β1 ln Pk + β2

dimana

ln Pt + µ …………....(2)

Y = Pertumbuhan ekonomi (dalam %)

α = intercept

Pp = pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan per tahun (dalam Rupiah)

Pk = Pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan per tahun (dalam Rupiah)

Pt = Pengeluaran pemerintah untuk sektor transportasi pertahun (dalam Rupiah)

β = koefisien regresi µ = term of error

(60)

1. > 0 jika terjadi kenaikan Pp (alokasi pengeluaran pemerintah

atas pendidikan) maka Y (pertumbuhan ekonomi) akan mengalami kenaikan. Pengeluaran pemerintah atas pendidikan berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

2. > 0 jika terjadi kenaikan Pk (alokasi pengeluaran pemerintah

atas kesehatan) maka Y (pertumbuhan ekonomi) akan mengalami kenaikan. Pengeluaran pemerintah atas kesehatan berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3. jika terjadi kenaikan Pt (alokasi pengeluaran pemerintah

atas transportasi) maka Y (pertumbuhan ekonomi) akan mengalami kenaikan. Pengeluaran pemerintah atas transportasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3.4.1 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.4.1.1 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik digunakan untuk melihat signifikan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Digunakan dengan tingkat alpha tertentu dengan hipotesis:

Ho : β = b

Ha : β≠ b,

dimana β adalah koefisien variabel independen nilai parameter hipotesis, nilai b

dianggap nol. β=0 berarti tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel

(61)

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho : β = 0 Ho diterima (t*< t-tabel), artinya variabel independen secara parsial

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan tertentu.

Ha : β ≠ 0, Ho ditolak (t*>t tabel), artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan tertentu. 3.4.1.2 Pengujian Simultan (Uji F)

Uji F statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen (bebas) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat). Digunakan dengan tingkat alpha 5% dengan hipotesis:

Ho : β0 = β1= β2

Ha : β

= 0

0 ≠ β1 ≠ β2

Artinya bila nilai F-hitung > F-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Ini berarti semua variabel independen yang diuji secara simultan berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu membandingkan nilai F-hitung perhitungkan dengan nilai F-tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

≠ 0

3.4.1.3 Analisis Koefisien Determinasi

(62)

terhadap variabel dependen (terikat), dimana nilai R2 mempunyai rentang nilai antara 0 sampai dengan 1 (0< R2

3.4.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik <1).

Secara umum dalam model ekonometrik perlu dilakukan apa yang disebut sebagai uji asumsi klasik. Tujuannya agar diperoleh penaksiran yang bersifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE), maka terhadap estimasi model penelitian tersebut perlu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari :

3.4.2.1 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu dan lainnya. Multikolinearity sering terjadi apabila diantara variabel bebas saling berkorelasi sehingga tingkat penelitian pemerkiraan semakin rendah. Di samping itu interval keyakinan yang diambil semakin keliru. Multikolinearitas dapat dideteksi melalui R-square, F-hitung, t-F-hitung, serta standard error, yaitu:

a. Nilai R-square sangat tinggi b. Standard error tak terhingga

c. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α= 5%, α=10%,

α=1%

d. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori pada model estimasi.

3.4.2.2 Autokorelasi

(63)

serial apabila variabel (ei,ej

- Durbin-Watson (uji D-W test):

) ≠ 0, untuk i≠j, dalam hal ini dikatakan memiliki

autokorelasi. Cara mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu :

dw =

Dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho: ρ = 0 ; tidak ada korelasi

Ha: ρ ≠ 0 ; ada korelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk

berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah :

0< dw < dl : tidak ada autokorelasi positif

dl≤dw≤du : ragu-ragu (inconclusive)

du<dw<(4-dl) : ragu-ragu (inconclusive)

4-dl≤dw≤4 : tidak ada autokorelasi negatif

du≤dw≤4-du : tidak ada autokorelasi negatif maupun positif

3.5 Definisi Operasional

1. Pertumbuhan ekonomi (Y), sebagai variabel terikat yang diukur dari perkembangan laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan dengan harga konstan (dalam %).

(64)

3. Pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan (Pk) merupakan besarnya alokasi anggaran pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (dalam Rupiah).

(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Medan 4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan

(66)

Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangannya kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat kota Medan saat ini.

4.1.2 Komposisi Penduduk Kota Medan

Jumlah penduduk di kota Medan diketahui dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk kota Medan sebanyak 2.097.610 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.036.926 jiwa dan perempuan sebanyak 1.060.684 jiwa. Jika pertumbuhan penduduk tidak dapat ditekan atau bahkan persentase pertumbuhan penduduk lebih besar dari persentase pertumbuhan ekonomi maka dalam hal ini tidak dapat meningkatkan tingkat kemakmuran masyarakat. Berikut ini tabel perkembangan penduduk dan PDRB di kota Medan :

Tabel 4.1

Perkembangan Jumlah Penduduk dan PDRB Kota Medan (2005-2010) Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) PDRB (Milyar Rp)

2005 2.036.185 25272,41

2006 2.067.288 27234,12

2007 2.083.156 29352,92

2008 2.102.105 31373,95

2009 2.121.053 33430,69

2010 2.097.610 35913,47

Sumber: BPS Kota Medan

(67)

pengukur tingkat kemakmuran merupakan hasil pembagi PDRB dan jumlah penduduk.Terjadinya pertumbuhan PDRB yang relatif tinggi akan dapat mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan melihat perkembangan jumlah penduduk juga. Dari data BPS diatas pertumbuhan penduduk dibanding dengan pertumbuhan PDRB yang terjadi di kota Medan menunjukkan bahwa perbandingan hampir seimbang. Kenaikan jumlah penduduk diikuti oleh pertumbuhan PDRB juga sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terjadi.

4.1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi

(68)
[image:68.595.216.407.155.617.2]

Tabel 4.2

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 1993-2010 Tahun Pertumbuhan Ekonomi

1993 5.57

1994 6.95

1995 6.53

1996 9.75

1997 7.73

1998 -18.11

1999 3.52

2000 5.4

2001 5.22

2002 4.5

2003 5.06

2004 7.29

2005 6.98

2006 7.76

2007 7.78

2008 6.89

2009 6.55

2010 7.43

Sumber: BPS Kota Medan

(69)

pertumbuhan ekonomi sudah mulai membaik, dan tahun 2004 kondisi perekonomian sudah membaik, dan tetap stabil hingga tahun 2010.

4.1.4 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah yang dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam pembangunan ekonomi akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah pada sektor publik, seperti pada sektor pendidikan, kesehatan, dan transportasi akan langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. a. Pendidikan

Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor fundamental bagi suatu wilayah. Pendidikan akan dapat menjadi faktor penentu kualitas sumberdaya manusia yang kemudian akan memberikan kontribusi bagi pembangunan manusia. Langkah yang dilakukan pemerintah untuk membangun sektor pendidikan dapat terlihat dari pengeluaran pemerintah untuk pendidikan.

(70)
[image:70.595.176.447.169.607.2]

Tabel 4.3

Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Kota Medan Tahun 1993-2010

Tahun Pengeluaran Pendidikan (MilyarRupiah)

1993 3332000000

1994

Gambar

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ADH Konstan 2000 (2005-2010)
Tabel 1.2 Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2006-2010
Tabel 2.1 Struktur APBN
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan adalah menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan dan tingkat pertumbuhan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) terhadap pertumbuhan ekonomi

= 0,05 dan derajat bebas 27 untuk pengujian satu pihak. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial untuk variabel pengeluaran pemerintah terhadap

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di setiap propinsi dan keselunihan propinsi di Indonesia

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan pendapatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan terhadap

Selain itu, untuk mencapai keselarasan pada pertumbuhan ekonomi, investasi dan pengeluaran pemerintah, maka perlunya suatu manajemen atau pengelolaan yang terorganisir

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) variabel pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar -1,008481 dan tidak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah dan masyarakat sektor kesehatan dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi