• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR

TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN SEKTOR TRANSPORTASI

DI KOTA MEDAN

Skripsi

Diajukan Oleh

IKHSANTONO

050501125

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

In the effort development and repairing in transportation sector is need to mix government hand. Because many matters existence can’t be extradited to private side, like urban planning rules, and the development that need big fund. So, government part is very influential towards transportation sector growth. But how that part influence, visible from expenditure that done bu government for this sector.

Therefore, The purpose of this research analyzes government expenditure influence towards transportation sector growth especially at Medan city. Result of this research declares that positive influential government expenditure towards GDP of transportation sector. Where GDP of transportation sector is be reflection from transportation sector growth.

In this paper also found research about road long influence towards motor vehicle total at Medan city. Result of this research declares that positive influential road long towards motor vehicle total.

(3)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Dalam upaya pembangunan dan perbaikan dalam sektor transportasi diperlukan campur tangan pemerintah. Hal ini dikarenakan adanya hal-hal yang tidak dapat diserahkan kepada pihak swasta seperti aturan-aturan tata kota, tata tertib maupun karena keperluan akan dana yang besar. Maka, peran pemerintah sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor transportasi itu sendiri. Namun seberapa besar pengaruh peranan tersebut, dapat dilihat dari pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk sektor ini.

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan sektor transportasi khususnya di kota Medan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap PDRB sektor transportasi. Dimana PDRB sektor transportasi merupakan cerminan dari pertumbuhan sektor transportasi.

Di dalam skripsi ini juga terdapat penelitian tentang pengaruh panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor di kota Medan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa panjang jalan berpengaruh terhadap jumlah kendaraan bermotor kota Medan.

(4)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati penulis memanjatkan puji dan syukur ke

hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana dari program Strata-1 (S-1), Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan

Sektor Transportasi di Kota Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada orang tua saya, Ali Praptono dan

Farida Hanum yang selama ini telah banyak memberikan dukungan baik dukungan

semangat, materi, dan doa yang tak pernah putus yang selalu membimbing penulis

dalam setiap langkah. Dan kepada keluarga besar yang banyak memberikan dorongan

dan bantuan khususnya adik penulis (Tiwi), dan kepada semua pihak yang

mendukung dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

(5)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu yang sangat bernilai dari awal sampai selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Arifin Siregar M.Sp selaku dosen wali.

5. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Ec selaku dosen penguji I dan Bapak

Drs. Rujiman, M.A sebagai penguji II.

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Kepada Teman-teman yang selalu ada di samping penulis yang banyak membantu

dalam hal sumbangan pikiran dan semangat yang tak henti, Ade Iam, Aidil Ruky,

Fauzi Polek, Bayu Fahleza, Ade Sur, Andriani Syafitri, Indrie, Marina, Sarah

Dina, Wenny, Tiwi, Senia, Moniq, Aziz, Rizvan, Andi, Sidra, Rio, Yenni, Yola,

dan kepada semua teman-teman satu angkatan di Ekonomi Pembangunan ’05

yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan

kerja sama, inspirasi dan kebersamaan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan

skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terkira dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

(6)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 6

3. Hipotesis ... 6

4. Tujuan Penelitian ... 6

5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 1. Pertumbuhan Ekonomi ... 8

1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 8

1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 8

(7)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2. Transportasi ... 18

2.1 Pengertian Transportasi/Pengangkutan ... 18

2.2 Peranan Transportasi ... 18

2.3 Fungsi Transportasi ... 21

2.4 Manfaat Transportasi ... 21

2.5 Faktor Penentu Pengembangan Transportasi ... 23

2.6 Jenis Alat atau Moda Transportasi ... 25

2.7 Unsur Pengangkutan, Pembiayaan, Organisasi Transportasi . 26

2.8 Transportasi Sebagai Sistem... 28

2.9 Tarif Angkutan yang Berlaku di Indonesia ... 29

2.10 Permasalahan Transportasi ... 32

3. Pengeluaran Pemerintah... 35

3.1 Dasar Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 35

3.2 Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah ... 42

3.3 Akibat Ekonomis Pengeluaran Pemerintah ... 45

BAB III METODE PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Penelitian ... 48

2. Jenis Sumber Data ... 48

3. Teknik Pengumpulan Data ... 49

4. Pengolahan Data ... 49

(8)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

6. Test of Goodness of Fit (uji kesesuaian) ... 51

6.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 51

6.2 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 52

7. Definisi Operasional ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Kota Medan ... 55

1.1 Kondisi Geografis ... 55

1.2 Kondisi Iklim dan Topografi ... 56

1.3 Kondisi Demografi... 56

1.4 Kota Medan dalam Dimensi Sejarah ... 58

2. Gambaran Perekonomian Kota Medan ... 59

2.1 Kondisi Perekonomian Kota Medan Sebagai Ibukota Sumatera Utara ... 59

2.2 Perkembangan PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha ... 63

3. Pengeluaran Pemerintah... 65

3.1 Pendataan Pengeluaran Pemerintah Kota Medan ... 65

3.2 Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi ... 66

4. Perkembangan Transportasi di Kota Medan ... 68

(9)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

4.2 Transportasi Laut ... 72

4.3 Transportasi Udara ... 75

5. Kontribusi Sektor Transportasi terhadap PDRB Kota Medan ... 76

6. Interpretasi Model ... 77

7. Regresi Linier Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi ... 79

7.1 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB Sektor Transportasi ... 79

7.2 Pengaruh Panjang Jalan Terhadap Jumlah Kendaraan Bermotor ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 86

2. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota

Medan Tahun 2005 - 2007 ... 57

4.2 Gambaran Perekonomian Kota Medan 2005 - 2007 ... 61

4.3 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku 2005 - 2007 ... 64

4.4 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2005 - 2007 ... 65

4.5 Realisasi Belanja Pembangunan Sektor Transportasi 1988 - 2003 ... 67

4.6 Banyaknya Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan 2004 - 2007 ... 68

4.7 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Kota Medan 1988 - 2007 ... 69

4.8 Jumlah Penumpang dan Barang yang Diangkut Kereta Api Melalui Stasiun Medan 2004 - 2007 ... 71

(11)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2004 - 2007 ... 72

4.11 Jumlah Penumpang Naik/Turun Melalui Pelabuhan Belawan

2004 - 2007 ... 73

4.12 Jumlah Penerbangan Internasional dan Domestik Melalui Bandara

Polonia 2004 - 2007 ... 76

4.13 Kontribusi Sektor Transportasi terhadap PDRB Kota Medan

2004 - 2007 ... 76

4.14 Hasil Regresi Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB

Sektor Transportasi... 80

4.15 Hasil Regresi Pengaruh Panjang Jalan Terhadap Jumlah Kendaraan

(12)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Sistem Kebutuhan Teknologi Transportasi (William, 1977) ... 29

2.2 Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner ... 39

2.3 Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 41

3.1 Kurva Normal ... 53

4.1 Grafik Pertumbuhan Penduduk ... 57

4.2 Perkembangan PDRB kota Medan Atas Harga Konstan... 63

4.3 Laju Pertumbuhan Kendaraan Bermotor 1989 - 2007 ... 70

4.4 Kurva Uji t-statistik variabel pengeluaran pemerintah ... 82

(13)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Transportasi yang mengangkut pergerakan orang dan barang pada hakikatnya

telah dikenal secara alamiah semenjak manusia ada di bumi, meskipun pergerakan

atau perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana. Sepanjang sejarah,

transportasi baik volume maupun teknologinya berkembang sangat pesat. Sebagai

akibat dari adanya kebutuhan pergerakan manusia dan barang, maka timbullah

tuntutan untuk menyediakan prasarana dan sarana agar pergerakan tersebut bisa

berlangsung dengan kondisi aman, nyaman, dan lancar, serta ekonomis dari segi

(14)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Transportasi merupakan unsur yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi

kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik, dan mobilitas penduduk yang

tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam berbagai bidang

dan sektor tersebut. Hubungan antara kemajuan berbagai aspek jasa transportasi ini

adalah berkaitan erat sekali dan saling bergantung satu sama lainnya.

Sehubungan dengan itu pembangunan sektor dan bidang-bidang lainnya perlu

didukung dengan pembangunan dan perbaikan dalam sektor transportasi atau sektor

pengangkutan tersebut. Kemajuan dan perbaikan dalam sektor transportasi itu pada

umumnya berarti tercermin dari penurunan ongkos transpor pada pemakaian jasanya,

peningkatan kecepatan jasa transpor, dan berbagai perbaikan dalam kondisi atau

kualitas jasa transpor tersebut, baik dalam transportasi di dalam negeri maupun

transportasi antar negara.

Peran dan pentingnya transportasi dan perbaikannya dalam kaitan dengan

aspek ekonomi dan sosial-ekonomi pada negara dan masyarakat adalah: (1)

tersedianya barang (availability of goods), (2) stabilisasi dan penyamaan harga

(stabilization and equalization), (3) penurunan harga (price reduction), (4)

meningkatkan nilai tanah (land value), (5) terjadinya spesialisasi antarwilayah

(teritorial division of labor), (6) berkembangnya usaha skala besar (large scale

production), (7) terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk (urbanization and

(15)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Transportasi berperan penting dalam membuka akses kesempatan ekonomi

dan penyediaan barang dan jasa yang mendukung pembangunan ekonomi. Dalam

proses pertumbuhan ekonomi, kebutuhan transportasi terus meningkat, yang secara

umum dapat dilihat dari tiga faktor berikut:

a. Bila terjadi peningkatan produksi, maka semakin besarlah bahan yang

diangkut untuk memenuhi bahan baku produksi dan semakin besar pula

hasil produksi yang diangkut konsumen.

b. Peningkatan volume produksi, mungkin sekali mengandung arti perluasan

wilayah eksploitasi sumber bahan baku dan wilayah pemasaran.

c. Peningkatan jumlah barang yang akan dijual akan melipat gandakan

pertumbuhan kekhususan, dan peningkatan pendapatan akan menambah

keragaman barang yang diminta. Dengan kata lain, peningkatan kegiatan

ekonomi mengikutsertakan peningkatan mobilitas.

Selain itu, penyediaan sarana transportasi tidak sama dengan mata niaga lain,

dimana sarana tersebut tidak dapat digudangkan atau dilayankan pada waktu dan

tempat yang lain.

Nilai tambah ekonomis akan dapat diperbesar manakala sistem transportasi

dapat diselenggarakan secara optimum, di antaranya:

a. Transportasi memperbesar jangkauan terhadap sumber-sumber yang

(16)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

tambahan, di mana barang yang tidak bisa didapat di daerah setempat

dapat menjadi tersedia.

b. Pemakaian sumber yang lebih efisien mengakibatkan kekhususan setiap

daerah ataupun pembagian tenaga kerja yang sesuai, yang mengakibatkan

penambahan jumlah barang yang dapat dikonsumsi. Berhubungan erat

dengan ini ialah kemungkinan untuk mengonsentrasikan produksi pada

satu atau beberapa lokasi saja tetapi memungkinkan untuk melayani

daerah pemasaran yang luas, sehingga keuntungan ekonomis dalam skala

produksi dapat dimanfaatkan.

c. Karena penyaluran barang tidak lagi terbatas pada daerah setempat saja,

maka barang-barang dapat disalurkan dari sumber alternatif lain apabila

sumber yang biasa dipakai tidak dapat memenuhi kebutuhan, ini penting

apabila terjadi gangguan dalam penyaluran makanan pokok untuk

kehidupan, misalnya.

Dalam upaya pembangunan dan perbaikan dalam sektor transportasi

diperlukan campur tangan pemerintah, baik berupa investasi pembangunan,

perbaikan, penyediaan jasa angkutan, sampai subsidi untuk sektor ini (contohnya

subsidi BBM). Hal ini dikarenakan adanya hal-hal yang tidak dapat diserahkan

kepada pihak swasta seperti sifat dan ketentuan pengaturannya maupun karena

keperluan akan dana yang besar. Namun tidak berarti peranan pihak swasta dapat

(17)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Peran pemerintah dalam sektor transportasi tentu berpengaruh terhadap

perkembangan sektor transportasi itu sendiri. Namun seberapa besar pengaruh

peranan tersebut, dapat dilihat dari pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk

sektor ini, di mana pemerintah menitik targetkan pembangunan yang terealisasi sesuai

dengan besar pengeluaran yang dilakukannya.

Sebagai contoh pada tahun 2005, kontribusi sektor transportasi dalam

pembentukan Produk Domestik Bruto Nasional pada tahun 2005 adalah sebesar 3,8%

lebih rendah dari target sebesar 4,25%. Dalam besaran kontribusi tersebut realisasi

pertumbuhan sektor transportasi sebesar 6,32% lebih rendah dari target sebesar 9%.

Realisasi konsumsi/belanja pemerintah untuk kegiatan transportasi di luar jalan

tercapai Rp.5,408 triliun (47,45%) lebih rendah dari target Rp. 11,396 triliun.

Realisasi investasi BUMN transportasi di luar jalan tercapai sebesar Rp. 1,077 triliun

(64,56%) lebih rendah dari target sebesar Rp.1,668 triliun, sedangkan realisasi

investasi swasta tercapai Rp.1,312 triliun (4,68%) lebih rendah dari target sebesar

Rp.28,033 triliun.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh peran

pemerintah tersebut terhadap pertumbuhan sektor transportasi. Di mana peran

tersebut diukur dari besarnya pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah untuk

sektor tersebut. Dan penulis menjadikan kota Medan sebagai lokasi penelitian.

Kota Medan sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat

(18)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan

domestik maupun luar negeri. Selain itu, luas wilayah Kota Medan adalah 265,10

km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan dengan jumlah

penduduk 2.067.288 jiwa pada tahun 2006, tentu memerlukan jasa pelayanan

transportasi yang memadai dan mencukupi.

Dapat kita lihat pertumbuhan sektor transportasi di kota Medan cukup pesat

dari contoh pertumbuhan kendaraan bermotor. Pada tahun 2004 pertumbuhan

kendaraan bermotor di kota medan mencapai 12,8%. Dan meningkat pada tahun

berikutnya mencapai 15%. Dan pada tahun 2006 dan 2007 pertumbuhan kendaraan

bermotor adalah 9,7% dan 10,6%.

Selain itu, sektor transportasi di kota Medan memberikan kontribusi cukup

besar terhadap PDRB kota Medan. Pada tahun 2004 kontribusi sektor transportasi

mencapai 14,67%, pada tahun 2005 naik menjadi 15,81%, pada tahun 2006 naik

menjadi 16%, dan pada tahun 2007 kembali naik menjadi 16,11%.

Sehubungan hal itu, maka penulis melakukan penelitian tentang peran

pemerintah akan sektor transportasi khususnya di kota Medan, yang akan berbentuk

dalam skripsi ini yang diberi judul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah

Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi di Kota

Medan.

(19)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas

maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

a. Adakah dan apa pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor transportasi

terhadap pertumbuhan sektor transportasi di kota Medan?

b. Bila dilihat dari sektor transportasi darat, adakah dan apa pengaruh panjang

jalan yang ditanggung Pemerintahan Kota Medan terhadap jumlah kendaraan

bermotor yang menggambarkan pertumbuhan transportasi darat?

3. Hipotesis

Secara empiris, hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang

menjadi objek penelitian yang memerlukan pengujian untuk membuktikan

kebenarannya. Dari permasalahan di atas, maka penulis memberikan hipotesisnya

yaitu:

a. Pengeluaran pemerintah pada sektor transportasi memiliki pengaruh positif

terhadap pertumbuhan sektor transportasi di Kota Medan.

b. Panjang jalan yang ditanggung Pemerintahan kota Medan memiliki pengaruh

positif terhadap jumlah kendaraan bermotor di kota Medan.

4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas akan

(20)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

pemerintah pada sektor Transportasi terhadap pertumbuhan sektor transportasi di kota

Medan.

5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan tambahan dan pelengkap terhadap penelitian yang sudah ada

sebelumnya.

2. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi Mahasiswa/Mahasiswi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama bagi Mahasiswa

Depertemen Ekonomi Pembangunan

3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya, sekaligus

untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis

4. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau

instansi-instansi yang terkait.

BAB II

URAIAN TEORITIS

1. Pertumbuhan Ekonomi

(21)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam

melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan

menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena

pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor

produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan

menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh

masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan

masyarakat sebagai pemilik faktor juga akan turut meningkat.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa rill

terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun

sebelumnya.

1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

1.2.1 Teori Adam Smith

Perhatian Adam Smith terhadap masalah pembangunan dapat dilihat dari

bukunya ”An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”. Tulisan

tersebut terutama menganalisis sebab-sebab berkembangnya ekonomi suatu negara.

Menurut Adam Smith kebijakan Laissez-faire atau sistem mekanisme pasar akan

memaksimalkan tingkat pembangunan ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu

(22)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Mengenai faktor yang menentukan pembangunan Smith berpendapat bahwa

perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Pertambahan

penduduk ini akan memperluas pasar sehingga akan meninggikan tingkat spesialisasi

dalam perekonomian. Spesialisasi yang terjadi akan membuat tingkat kegiatan

ekonomi bertambah tinggi dan juga meninggikan tingkat produktivitas tenaga kerja

dalam mendorong perkembangan teknologi.

Mengenai corak proses pertumbuhan ekonomi, Smith mengatakan bahwa apabila

pembangunan sudah terjadi, maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung

secara kumulatif apabila pasar telah berkembang, pembagian kerja dan spesialisasi

akan terjadi. Spesialisasi akan menimbulkan kenaikan produktivitas. Kenaikan

pendapatan nasional yang disebabkan oleh perkembangan tersebut dan perkembangan

penduduk dari masa ke masa akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang

lebih banyak. Tambahan pula, spesialisasi yang bertambah tinggi dan pasar yang

bertambah luas akan menciptakan teknologi dan mengadakan inovasi (pembaharuan).

Maka perkembangan ekonomi akan berlangsung lagi dan dengan demikian dari masa

ke masa pendapatan perkapita akan terus bertambah tinggi.

1.2.2 Teori Ricardian

David Ricardo mengungkapkan pandangan mengenai pembangunan ekonomi

(23)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Taxation. David Ricardo mengungkapkan bahwa faktor yang penting dalam

pertumbuhan ekonomi adalah buruh, pemupukan modal, dan perdagangan luar

negeri. Teori Ricardian menekankan pentingnya tabungan bagi pembentukan modal.

Dibanding pajak, Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan.

Tabungan dapat dibentuk melalui penghematan pengeluaran, memproduksi

lebih banyak, dan dengan meningkatkan keuntungan serta mengurangi harga barang.

Semakin banyak tabungan berarti semakin banyak pula pemupukan modal bagi

kegiatan penanaman modal berikutnya. Selain itu, Ricardo juga memberikan tekanan

khusus pada perdagangan luar negeri akan menyebabkan pemanfaatan sumber daya

secara maksimum dan meningkatkan pendapatan.

1.2.3 Teori Keynes

Teori Keynes didasarkan pada adanya pengangguran siklis yang terjadi akibat

depresi ekonomi. Menurut Keynes, pengangguran merupakan akibat dari kurangnya

permintaan efektif, dan untuk mengatasinya Keynes menyarankan agar memperbesar

pengeluaran konsumsi. Dalam hal ini maka Keynes menganjurkan adanya campur

tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang dapat

mempengaruhi permintaan.

Dalam teorinya, Keynes menganggap tabungan sebagai sifat sosial yang

buruk karena kelebihan tabungan menyebabkan terjadinya kelebihan supply sehingga

(24)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

hubungan kerja besar-besaran yang akhirnya menciptakan suatu kondisi ekonomi

yang buruk. Oleh sebab itu, maka Keynes merasa pemerintah perlu mempengaruhi

tingkat suku bunga yang berkorelasi langsung dengan jumlah uang yang beredar yang

dapat meningkatkan permintaan efektif.

1.2.4 Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang

bersamaan oleh E.S Domar dan R.F Harrod. Keduanya melihat pentingnya investasi

terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang

modal, yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana domestik untuk

keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang

ditabung.

a. Investasi

Tingkat output suatu perekonomian mempunyai hubungan proporsional

(konstan) dengan jumlah stok barang modal. Seandainya tingkat output

dinotasikan Y dan stok barang modal dinotasikan K maka, Y= K ...(a)

Dimana = rasio output barang modal (capital output ratio disingkat COR), yaitu

angka yang menunjukkan berapa jumlah output yang dapat dihasilkan dari stok

barang modal tersedia. Umumnya nilai adalah positif namun lebih kecil dari

satu (0< <1). Misalnya stok barang modal adalah 5.000 unit, bila nilai COR

(25)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Jika perekonomian ingin meningkatkan output menjadi 2.000 ( Y = 1.000 unit), maka stok barang modal harus tersedia sebesar 10.000 unit ( K = 5.000

unit). Dapat juga dikatakan K/ Y= 5. Dimana angka 5 adalah bilangan yang

menunjukkan berapa unit barang modal yang harus ditambah untuk menambah

output sebanyak satu unit. Angka ini disebut nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Angka ICOR dapat diperoleh dengan manipulasi matematis

sederhana persamaan (a).

Y= K...(b) K/ Y= 1/ ...(c)

Dari persamaan (c) terlihat bahwa nilai ICOR adalah 1/ atau sama

dengan 1/COR = 1/0,2 maka nilai ICOR = 5. Berdasarkan kasus di atas, berarti

untuk menambah output ( Y) sebanyak 1.000 unit, stok barang modal yang harus

ditambah ( K) sebesar 5.000 unit. Dalam arti, untuk menambah 1.000 unit output

dibutuhkan investasi atau penambahan stok modal 5.000 unit (I = K).

b. Tabungan

Telah dikatakan bahwa untuk mampu melakukan investasi, perekonomian

harus menyisihkan output-nya sebagai tabungan. Bila tabungan merupakan

bagian proporsional (konstan), tabungan (saving) dengan output (Y) adalah:

S = Y...(d)

Nilai adalah positif namun lebih kecil daripada satu (0< <1). Misalnya nilai 0,1

(26)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

S = 10%×1.000 = 100

= pertumbuhan ekonomi.

Bila tingkat tabungan sebesar 10% pendapatan ( = 10%), sedangkan COR = 0,2 atau = 0.2, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi adalah:

Y Y

= 10%

×0,2 = 2% pertahun

1.2.5 Teori Schumpeter

Pendapat Schumpeter, yang merupakan landasan teori pembangunannya,

adalah keyakinannya bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik

untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun, Schumpeter

meramalkan secara pesimis bawa dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan

mengalami stagnasi, karena adanya transformasi gradual di dalam sistem tersebut

menuju ke arah sistem yang bersifat sosialistis. Ciri dari sistem kapitalis ini berubah

karena kesuksesannya dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran.

Semakin suksesnya masyarakat maka akan terjadi perubahan kelembagaan dan

perubahan pandangan masyarakat yang semakin jauh dari sistem kapitalis asli.

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan

(27)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

yang digunakan oleh proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan

“teknologi” produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan output disebabkan oleh

peningkatan stok modal tanpa adanya pengaruh dari perngembangan teknologi

produksi.

Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan

oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi dalam arti perbaikan

teknologi dalam arti luar, misalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru,

dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari sistem

ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreativitas para wiraswastanya.

1.2.6 Teori Neo-klasik

Teori pertumbuhan ekonomi Neo-klasik berkembang sejak tahun 1950-an.

Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi

menurut pandangan ekonomi klasik. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi

tergantung kepada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga

kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi.

Menurut teori ini, rasio modal output (COR) bisa berubah. Dengan kata lain,

untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang

berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula,

sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan, maka lebih

(28)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Teori pertumbuhan Neo-klasik ini mempunyai banyak variasi, tetapi pada

umumnya mereka didasarkan kepada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh

Charles Cobb dan Paul Douglas yang sekarang dikenal sebutan fungsi produksi

Cobb-Douglas.

Fungsi tersebut bisa dituliskan dengan cara berikut:

b

a = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal

b = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga

kerja.

Nilai Tt , a dan b bisa diestimasi secara empiris. Tetapi pada umumnya nilai a

dan b ditentukan saja besarnya dengan menganggap bahwa a + b = 1, yaitu berarti

bahwa a dan b nilainya adalah sama dengan produksi batas dari masing-masing faktor

produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai a dan b ditentukan dengan melihat peranan

tenaga kerja dan modal dalam menciptakan output.

(29)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

a. Sumber Daya Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian

adalah sumber alam atau tanah. ”Tanah” sebagaimana dipergunakan dalam ilmu

ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya,

kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya.

Tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu

negara yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan

cepat.

b. Akumulasi Modal

Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari

pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar

output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin,

peralatan dan bahan baku meningkatkan stok modal (capital stock) secara fisik

suatu negara dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan

output di masa yang akan datang. Investasi produktif yang bersifat langsung

tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut

dengan investasi “infrastruktur” ekonomi dan sosial.

Akumulasi modal akan menambah sumber daya baru atau

meningkatkan kualitas sumber daya yang sudah ada. Satu hal yang penting harus

dipahami di sini adalah bahwasanya untuk mencapai maksud investasi tersebut

(30)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

mendatang. Artinya, pihak-pihak pelaku investasi harus bersedia mengorbankan

atau mengurangi konsumsi mereka pada saat sekarang ini demi memperoleh

konsumsi yang lebih baik di kemudian hari.

c. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja secara tradisional dianggap

sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah

tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja

produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran

pasar domestiknya lebih besar.

d. Kemajuan Teknologi

Dalam pengertian yang sederhana, kemajuan teknologi digambarkan

dengan ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam

menangani pekerjaan-pekerjaan (misalnya dalam proses produksi) yang lebih

efisien dan efektif. Klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu kemajuan teknologi

yang bersifat netral (netral technological progress), kemajuan teknologi yang

hemat tenaga kerja (labor technological progress), dan kemajuan teknologi yang

(31)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2. Transportasi

2.1 Pengertian Transportasi/Pengangkutan

Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari

satu tempat ke tempat lain.

Unsur-unsur transportasi meliputi:

- Manusia yang membutuhkan

- Barang yang dibutuhkan

- Kendaraan sebagai alat/sarana

- Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi

- Organisasi (pengelola transportasi)

Transportasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan

masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Dengan adanya transportasi menyebabkan,

adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya,

adat istiadat dan budaya suatu bangsa dan daerah kebutuhan akan angkutan tergantung

fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place utility).

2.2 Peranan Transportasi

2.2.1 Aspek Sosial dan Budaya

Dampak sosial yang dapat dirasakan dengan adanya transportasi adalah adanya

peningkatan standar hidup. Transportasi menekankan biaya dan memperbesar kuantitas

keanekaragaman barang, hingga terbuka kemungkinan adanya perbaikan dalam

(32)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

dan intelegensi masyarakat. Sedangkan untuk budaya, dampak yang dapat dirasakan

adalah terbukanya kemungkinan keseragaman dalam gaya hidup, kebiasaan dan bahasa.

2.2.2 Aspek Politis dan Pertanahan

Bagi aspek politis dan pertahanan, transportasi dapat memberikan dua

keuntungan yaitu :

a. Transportasi dapat memperkokoh persatuan persatuan dan kesatuan nasional.

Dengan adanya sistem dan sarana perhubungan yang baik maka akan dapat

memperkokoh stabilitas politik negara kesatuan.

b. Transportasi merupakan alat mobilitas unsur pertahanan dan keamanan di mana

transportasi dapat digunakan untuk tujuan strategis pertahanan karena adanya

wahana transportasi yang efektif dalam karya bakti dalam proyek-proyek

pembangunan nyata.

2.2.3 Aspek Hukum

Di dalam pengoperasian dan pemilikan alat angkutan diperlukan ketentuan

hukum mengenai hak, dan tanggung jawab serta perasuransian apabila terjadi kecelakaan

lalu lintas, juga terhadap penerbangan luar negeri yang melewati batas wilayah suatu

(33)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009 2.2.4 Aspek Teknik

Hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan dan pengoperasian transportasi

menyangkut aspek teknis yang harus menjamin keselamatan dan keamanan dalam

penyelenggaraan angkutan.

2.2.5 Aspek Ekonomi

Peranan pengangkutan tidak hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas

manusia. Pengangkutan juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber

ekonomi secara optimal. Dari aspek ekonomi pengangkutan dapat ditinjau dari sudut

ekonomi mikro dan makro. Dari sudut ekonomi makro pengangkutan merupakan salah

satu prasarana yang menunjang pelaksanaan pembangunan yang dapat dilihat dari

kepentingan dua pihak, yaitu :

a. Pada pihak perusahaan pengangkutan (operator)

Pengangkutan merupakan usaha memproduksi jasa angkutan yang dijual

kepada pemakai dengan memperoleh keuntungan.

b. Pada pihak pemakai jasa angkutan (user)

Pengangkutan sebagai salah satu mata rantai dari arus bahan baku untuk

produksi dan arus distribusi barang jadi yang disalurkan ke pasar serta kebutuhan

pertukaran barang di pasar. Supaya kedua arus ini lancar, jasa angkutan harus

(34)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2.3 Fungsi Transportasi

Transportasi memiliki fungsi, yaitu:

a. Melancarkan arus barang dan manusia.

b. Menunjang perkembangan pembangunan (the promoting sector).

c. Penunjang dan perangsang pemberian jasa bagi perkembangan perekonomian

(the service sector).

2.4 Manfaat Transportasi

2.4.1 Manfaat Ekonomi

Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan

manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan

kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga akan

menimbulkan adanya transaksi.

2.4.2 Manfaat Sosial

Transportasi menyediakan berbagai kemudahan, di antaranya :

a. Pelayanan untuk perorangan atau kelompok,

b. Pertukaran atau penyampaian informasi,

c. Perjalanan untuk bersantai,

d. Memendekkan jarak,

(35)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009 2.4.3 Manfaat Politis

a. Pengangkutan menciptakan persatuan dan kesatuan nasional yang semakin kuat

dan meniadakan isolasi.

b. Pengangkutan menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan

atau diperluas dengan lebih merata pada setiap bagian wilayah suatu negara.

c. Keamanan negara terhadap serangan dari luar negeri yang tidak dikehendaki

mungkin sekali tergantung pada pengangkutan yang efisien yang memudahkan

mobilisasi segala daya (kemampuan dan ketahanan) nasional, serta

memungkinkan perpindahan pasukan-pasukan perang selama masa perang.

d. Sistem pengangkutan yang efisien memungkinkan negara memindahkan dan

mengangkut penduduk dari daerah yang mengalami bencana ke tempat yang

lebih aman.

2.4.4 Manfaat Kewilayahan

Selain dapat memenuhi kebutuhan penduduk di kota, desa, atau pedalaman,

keberhasilan pembangunan di sektor transportasi dapat memenuhi perkembangan

wilayah. Seiring dengan meningkatnya jumlah habitat, dan semakin majunya peradaban

komunitas manusia, selanjutnya wilayah-wilayah pusat kegiatannya berkembang

mengekspansi ke pinggiran-pinggiran wilayah, sedangkan kawasan-kawasan terisolir

semakin berkurang, dan jarak antar kota menjadi semakin pendek dalam hal waktu. Lebih

(36)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

dimana kota kecil ditumbuh kembangkan sementara kota besar semakin berkembang,

sehingga area perkotaan semakin meluas.

2.5 Faktor Penentu Pengembangan Transportasi

2.5.1 Ekonomi

Alasan ekonomi biasanya merupakan dasar dari dikembangkannya sistem

transportasi, dengan tujuan utama untuk mengurangi biaya produksi dan distribusi serta

untuk mencari sumber daya alam dan menjamin pasar yang lebih luas.

2.5.2 Geografi

Alasan dikembangkannya transportasi pada awalnya adalah untuk mengatasi

keadaan setempat dan kemudian berkembang dengan upaya untuk mendekatkan sumber

daya dengan pusat produksi dan pasar. Transportasi juga dapat dikembangkan secara

spesifik dengan menyesuaikan kondisi geografi sekitarnya.

2.5.3 Politik

Alasan dikembangkannya transportasi secara politik adalah untuk menyatukan

daerah-daerah dan mendistribusikan kemakmuran ke seluruh pelosok suatu negara

(37)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2.5.4 Pertahanan dan Keamanan

Alasan dikembangkannya transportasi dari segi pertahanan dan keamanan adalah

untuk keperluan pembelaan diri dan menjamin terselenggaranya pergerakan dan akses

cepat ke tempat-tempat strategis, misalnya daerah perbatasan negara pusar pemerintahan

dan instalasi penting lainnya.

2.5.5 Teknologi

Adanya penemuan teknologi baru akan mendorong kemajuan di seluruh sistem

transportasi. Pengembangan teknologi dapat memperpendek jarak, mengurangi waktu,

memudahkan distribusi, dan sebagainya.

2.5.6 Kompetisi

Adanya persaingan antar penyedia jasa moda transportasi akan memicu

peningkatan pelayanan dan material secara tidak langsung terhadap perkembangan

transportasi dalam rangka memberikan pilihan yang terbaik.

2.5.7 Urbanisasi

Adanya peningkatan arus urbanisasi, maka akan mendorong pertumbuhan

kota-kota, sehingga dengan demikian secara otomatis akan mendorong kebutuhan akan

(38)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2.6 Jenis Alat atau Moda Transportasi

Berdasarkan perbedaan pada sifat jasa, operasi, dan biaya pengangkutan maka

jenis moda transportasi dapat dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu sebagai berikut :

1. Angkutan Kereta Api (rail road railway),

Angkutan kereta api adalah jenis angkutan yang bergerak di atas rel.

Kereta api sendiri dapat mengangkut barang dan manusia dalam jumlah yang

banyak dalam sekali jalan baik untuk menempuh jarak dekat ataupun jarak jauh.

Kereta api terdiri dari satu unit lokomotif dan beberapa gerbong yang berguna

untuk tempat menampung barang atau manusia selama perjalanan dari tempat

asal ke tempat tujuan.

2. Angkutan Bermotor dan Jalan Raya (motor/road/highway transportation),

Angkutan bermotor pada umumnya beroperasi di jalan raya yang sudah

disediakan sebagai sarana untuk transportasi. Angkutan in dapat berupa mobil,

sepeda motor dan lain sebagainya.

3. Angkutan Laut (water/sea transportation),

Angkutan laut adalah jenis angkutan yang digunakan untuk

memperlancar arus perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat

tujuan melalui jalur laut dengan menggunakan kapal. Sekarang ini di bidang

pelayaran beroperasi beberapa jenis kapal, antara lain kapal penumpang, kapal

(39)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

4. Angkutan Udara (air transportation),

Angkutan udara alah jenis alat transportasi yang menggunakan pesawat

terbang sebagai moda transportasinya dengan dilengkapi oleh teknologi di bidang

navigasi, dan telekomunikasi.

5. Angkutan Pipa (pipelene)

Angkutan jenis pipa digunakan untuk mengangkut air, minyak, pupuk dan

barang tambang lainnya melalui pipa yang sudah saling terhubung baik itu berada

di darat, laut, ataupun di bawah tanah.

2.7 Unsur Pengangkutan, Pembiayaan, Organisasi Transportasi

2.7.1 Unsur Pengangkutan

Pengangkutan diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak terdapat di

sembarang tempat. Selain itu, sumber daya yang berupa bahan baku tersebut sebelum

digunakan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan haruslah melalui tahapan produksi

yang lokasinya tidak selalu berdekatan. Kesenjangan jarak antara lokasi sumber bahan

baku dengan lokasi produksi dan dengan lokasi konsumen maka melahirkan apa yang

disebut dengan transportasi. Dalam pengangkutan, mencakup lima unsur pokok, yaitu :

a. Manusia yang membutuhkan,

b. Barang yang dibutuhkan,

c. Kendaraan sebagai alat sarana angkutan,

d. Jalan dan terminal sebagai prasarana angkutan,

(40)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

2.7.2 Pembiayaan Pengangkutan

Pembiayaan, pengadaan, pemeliharaan, dan pengoperasian peralatan operasi

dilakukan sendiri oleh perusahaan angkutan. Semua sifat pembiayaan peralatan operasi

pada perusahaan angkutan adalah sama. Sedangkan pembiayaan yang berbeda terlihat

hanya dalam pengadaan peralatan basis. Misalnya perusahaan kereta api membiayai

sendiri pengadaan rel, terminal dan jembatan, maupun peralatan basis lainnya).

Sedangkan untuk prasarana transportasi seperti jalan raya, pelabuhan, bandar udara,

dibangun dan dirawat oleh pemerintah melalui anggaran yang sudah ditetapkan.

2.7.3 Organisasi

Kegiatan pengangkutan selalu melibatkan banyak lembaga karena fungsi dan

peranan masing-masing tidak mungkin seluruhnya ditangani oleh satu lembaga saja. Di

Indonesia, pada tingkat nasional, masalah pengangkutan menyangkut beberapa

departemen, seperti Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Perhubungan,

Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertahanan dan Keamanan, dan Departemen

Keuangan. Kemudian pada tingkat pelaksana di bawahnya akan ada Bina Marga, Dinas

Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Polisi lalu Lintas, perusahaan angkutan, dan lain

sebagainya. Oleh karena itu, untuk menunjang kelancaran dalam kegiatan transportasi

maka diperlukan suatu sistem yang baik dalam menangani masalah pengangkutan. Dari

(41)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

transportasi hingga sampai pada pemberian pelayanan yang baik terhadap pengguna jasa

transportasi.

2.8 Transportasi sebagai sistem

Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara

penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka

perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami

maupun buatan/rekayasa.

Sistem transportasi diselenggarakan dengan maksud untuk mengkordinasikan

proses pergerakan penumpang dan barang dengan mengatur komponen-komponennya

dimana prasarana merupakan media untuk transportasi, sedangkan sarana merupakan

(42)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 2.1

Sistem kebutuhan teknologi transportasi (William, 1977)

2.9 Tarif Angkutan yang Berlaku di Indonesia

2.9.1 Tarif Angkutan Darat

Tarif angkutan darat dibedakan atas tari angkutan dalam kota dan tarif

angkutan antar kota. Tarif angkutan dalam kota antara lain adalah tarif bis kota yang Tingkat kebutuhan

Kualitas Pelayanan

(keselamatan, keandalan, dan lain-lain)

Tingkat Pelayanan (kapasitas, kecepatan, biaya, dll)

(43)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

beroperasi di beberapa kota di Indonesia. Tarif angkutan antar kota terdiri dari tarif

angkutan penumpang antar kota dan tarif angkutan barang.

2.9.2 Tarif Angkutan Kereta Api

Tingkat tarif kereta api yang berlaku sekarang didasarkan atas perhitungan

biaya variabel jangka panjang (long run variable cost/LVRC) oleh Perum Kereta Api.

Walaupun tingkat tarif angkutan yang ditetapkan umumnya berada di atas LRVC,

tetapi tarif beberapa jenis barang lebih rendah dari LRVC, khususnya untuk

barang-barang kebutuhan pokok.

2.9.3 Tarif Angkutan Laut

Tarif angkutan laut berlaku untuk pengiriman barang di Indonesia, meliputi

tarif yang terdiri dari:

a. Tarif Pelayaran Nusantara

Tarif uang tambang yang dibayar oleh pemilik barang kepada

perusahaan pelayaran atas jasa yang diberikan untuk melakukan

pengangkutan barang melalui laut dikenal dengan nama Tarif Uang Tambang

Nusantara. Tarif angkutan laut ini ditetapkan berdasarkan komponen biaya,

yaitu (1) biaya pelayaran yang dinyatakan dalam biaya rupiah per ton mile

(44)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

biaya pengeluaran kapal di pelabuhan muat dan di pelabuhan bongkar muat

dan (3) golongan barang.

b. Tarif OPP/OPT (Ongkos Pelabuhan Pemuatan/Ongkos Pelabuhan Tujuan)

Merupakan balas jasa untuk pekerjaan “board stevedoring”,

“cargodoring”, “receiving/delivery” di pelabuhan pemuatan dan di

pelabuhan tujuan.

(1) Tarif “board stevedoring” dikenakan atas jasa pekerjaan membongkar

muatan dari dek kapal ke dermaga dan sebaliknya.

(2) Tarif “cargodoring” dikenakan atas jasa mengeluarkan muatan dari

jaringan di atas dermaga, mengangkat ke gudang dan menyusun di

dalam gudang dan sebaliknya.

(3) Tarif “receiving/delivery” dikenakan atas pekerjaan mengambil

muatan dari gudang tempat penumpukan dan menyerahkan sampai ke

atas kendaraan yang merapat di gudang darat dan sebaliknya. Tinggi

tarif tergantung pada golongan dan jenis barang.

(45)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Tarif angkatan udara dalam negeri di Indonesia terdiri dari tarif angkutan

udara komersial berjadwal, tarif angkutan udara perintis, dan tarif angkutan

penerbangan lainnya.

Tarif angkutan udara komersial berlaku untuk seluruh penerbangan domestik

dan tarif angkutan udara perintis berlaku bagi penerbangan perintis. Tarif jasa

angkutan penerbangan lainnya diatur melalui perjanjian. Tarif angkutan udara terdiri

dari tarif penumpang dan tarif barang. Tarif udara komersial dibedakan antara tarif

PT Garuda Indonesia dan tarif penerbangan berjadwal lainnya. Tarif angkutan udara

dibedakan menurut wilayah, perbedaan ini didasarkan atas kepadatan penumpang dan

frekuensi penerbangan pada jalur-jalur tersebut. Tarif angkutan perintis lebih tinggi

daripada tarif angkutan komersial berjadwal. Penerbangan perintis dioperasikan

pesawat udara kecil yang biaya operasinya lebih tinggi daripada pesawat yang

beroperasi pada jalur komersial.

2.10 Permasalahan Transportasi

Masalah transportasi di wilayah perkotaan cenderung berkembang menjadi

masalah yang memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih

bersungguh-sungguh agar dampak negatif yang timbul dapat dibatasi pada ambang batas toleransi.

Di Indonesia transportasi dengan menggunakan moda jalan raya masih dominan

(46)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

dihadapi oleh kota besar di Indonesia sama yakni kemacetan, kesemrawutan,

kecelakaan lalu lintas dan pencemaran udara akibat gas buangan kendaraan.

Permasalahan transportasi timbul sebagai akibat tidak sinkronnya mekanisme

dan penataan elemen-elemen yang menunjang sistem transportasi kota dan antar kota.

Kondisi elemen-elemen tersebut di Indonesia secara umum sebagai berikut:

a. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan berkaitan dengan penetapan tata ruang, penyusunan

dan penetapan kebijakan tata ruang kota dan penyangga. Penataan berbagai

pusat kegiatan, pemukiman dan kepentingan masyarakat kota secara tepat dan

baik, akan membantu mempermudah perencanaan dan pengaturan transportasi

perkotaan secara baik.

Konsistensi terhadap ketentuan tata ruang yang telah ditetapkan secara

baik tersebut perlu dijaga dan ditegakkan, karena setiap perubahan tata ruang

secara tidak terencana dengan baik, akan mengakibatkan rusaknya sistem

perencanaan dan pengaturan transportasi yang pada gilirannya dapat

menimbulkan permasalahan yang rumit dan kompleks. Oleh karena itu,

penyusunan tata ruang suatu wilayah perkotaan hendaknya mengikutsertakan

seluruh pihak terkait, baik sektor swasta, masyarakat maupun pemerintah.

Dengan demikian diharapkan tercipta suatu tata ruang yang benar-benar

memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat perkotaan.

(47)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Penyebaran pusat kegiatan ke berbagai lokasi di wilayah perkotaan

dapat membantu menghindarkan terjadinya pemusatan beban jalan pada suatu

jaringan jalan kota. Namun demikian penyebaran pusat kegiatan hendaknya

disesuaikan dengan pola tata ruang yang telah ditetapkan.

Penyebaran pusat kegiatan akan dapat mendorong menurunnya

panjang perjalanan harian rata-rata perkapita, sehingga kebutuhan penyediaan

jasa transportasi akan menurun pula. Penyebaran pusat kegiatan juga

memungkinkan terjadinya beban jalan yang relatif merata pada seluruh

jaringan jalan yang ada, sehingga dalam perkembangannya dapat dikaitkan

dengan rencana pengembangan sistem jaringan transportasi kota.

c. Interaksi Antara Tata Guna Lahan dan Sistem Transportasi

Prakiraan pola dan intensitas lalu lintas akibat dari perubahan tata

guna lahan belum terjawab secara optimal, karena perubahan struktur tata

guna lahan belum menjelaskan akibat perubahan prasarana transportasi dan

sebaliknya. Banyak teori yang menjelaskan hubungan antara pola dan

intensitas pergerakan dengan karakteristik, pola dan intensitas tata guna lahan.

Teori yang umum digunakan adalah four step model yakni: bangkitan

perjalanan, distribusi perjalanan, pemilihan moda dan pembebanan.

Beberapa rumusan yang menggambarkan hubungan antara tingkat

aksesibilitas dengan karakteristik, pola dan intensitas tata guna lahan, namun

(48)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

tata guna lahan dengan transportasi sangat rumit, bahwa pola dan intensitas

tata guna lahan mempengaruhi dan menentukan pola dan intensitas

pergerakan, yang pada gilirannya pergerakan akan menggunakan prasarana

transportasi. Kemudahan dalam mendapatkan alat transportasi (tingkat

aksesibilitas) berbeda untuk daerah satu dengan daerah yang lain, sehingga

adakalanya daerah tertentu mudah dijangkau dan daerah lain sulit dijangkau.

Tingkat aksesibilitas ini akan mempengaruhi tingkat pembangunan daerah

(perubahan pola dan intensitas tata guna lahan).

Hubungan antara tata guna lahan dan transportasi yaitu: perubahan

pola dan intensitas tata guna lahan akan membangkitkan perjalanan di

samping perjalanan lainnya sebagai akibat dari berubahnya moda atau rute

perjalanan. Pembangunan suatu kawasan akan menarik orang untuk tinggal di

sekitarnya, yang akhirnya akan dibangun dan memilih lokasi di sekitar daerah

tersebut dengan pertimbangan tersedianya sumber daya manusia yang

memadai sehingga akibat berikutnya adalah semakin tingginya perjalanan

yang dibangkitkan dan akan berakibat pula pada perubahan land value.

Perubahan prasarana dan sarana transportasi sebagai efek dari

perubahan pola dan intensitas tata guna lahan, dapat dijelaskan secara ringkas

sebagai berikut:

(49)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

(2) Perubahan lokasi tempat tinggal, bekerja, belanja, sehingga akan

menyebabkan perubahan distribusi perjalanan.

Terbangunnya tempat pemukiman baru, perkantoran baru dan pusat

kegiatan lain yang sifatnya baru (fenomena urban sprawel), berarti membawa

dampak pada terbukanya kesempatan kerja.

3. Pengeluaran Pemerintah

3.1 Dasar Teori Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

3.1.1 Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi

yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal

perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi

besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti misalnya

pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas,

namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin besar. Peranan

pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang

semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan

(50)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan

ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit

(complicated). Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan

sektor industri, menimbulkan semakin tingginya tingkat pencemaran udara dan air,

dan pemerintah harus turun tangan untuk mengatur dan mengurangi akibat negatif

dari polusi itu terhadap masyarakat. Pemerintah juga harus melindungi buruh yang

berada dalam posisi yang lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi

swasta dalam persentase terhadap GNP semakin besar dan investasi pemerintah

dalam persentase terhadap GNP akan semakin kecil.

Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa

pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke

pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya, program kesejahteraan

hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya.

Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikemukakan oleh Musgrave

dan Rostow adalah suatu pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan berdasarkan

pembangunan ekonomi yang dialami oleh banyak negara, tetapi tidak didasarkan oleh

suatu teori tertentu. Selain itu, tidak jelasnya apakah tahap pertumbuhan ekonomi

terjadi dalam tahap demi tahap, ataukah beberapa tahap terjadi secara simultan.

(51)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran

pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap GNP yang juga didasarkan

pula pengamatan negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19.

Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum, akan tetapi dalam

pandangannya tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan pertumbuhan

pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah dalam pengertian pertumbuhan secara

relatif ataukah secara absolut. Apabila yang dimaksud oleh Wagner adalah

perkembangan pengeluaran pemerintah secara relatif sebagaimana teori Musgrave,

maka hukum Wagner adalah sebagai berikut: Dalam suatu perekonomian, apabila

pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pun akan meningkat.

Dasar hukum tersebut adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju,

tetapi hukum tersebut memberi dasar ditimbulkannya kegagalan pasar dan

eksternalitas. Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya perekonomian

hubungan antara industri dengan industri, hubungan industri dengan masyarakat dan

sebagainya menjadi semakin rumit dan kompleks. Dalam hal ini Wagner

menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi semakin besar, yang terutama

disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam

masyarakat, hukum pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.

Kelemahan hukum Wagner adalah karena hukum tersebut tidak didasarkan

pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik. Wagner mendasarkan

(52)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

(organic theory of state) yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas

bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya.

Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut:

n

PkPP = Pengeluaran Pemerintah Perkapita

PPK = Pendapatan Perkapita, yaitu GDP/jumlah penduduk

1,2,..,n = Jangka Waktu (tahun)

Hukum Wagner ditunjukkan dalam diagram dimana kenaikan pengeluaran

pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva 1, dan

bukan seperti ditunjukkan oleh kurva 2.

PPK PP Pk

Kurva 1

(53)

Ikhsantono : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Transportasi Terhadap Pertumbuhan Sektor Transportasi Di Kota Medan, 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 2.2

Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner

3.1.3 Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan Wiseman mengemukakan perkembangan pengeluaran

pemerintah yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa

berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka

membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang

semakin besar tersebut, sehingga teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari

pemungutan suara. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori

bahwa masyarakat mempunyai tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana

masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah

untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi, masyarakat menyadari bahwa

pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga

mereka mempunyai suatu tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar pajak.

Gambar

Tabel  Judul
Gambar Judul
Gambar 2.1  Sistem kebutuhan teknologi transportasi (William, 1977)
Gambar 2.3 Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apakah ada pengaruh natrium benzoat, lama penyimpanan, penyimpanan pada suhu kamar dan penyimpanan di pendingin terhadap kadar vitamin C cabai merah.. Bagaimana

Tanpa mengenyampingkan pentingnya peranan lembaga peradilan, perlu kiranya diteliti mengenai cara-cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan menggunakan forum

Dengan adanya pengendalian sistem informasi akuntansi penjualan maka lebih memudahkan pihak perusahaan dalam menyajikan informasi tentang penjualan dan akan

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyajikan hasil perawatan ortodontik dengan teknik Begg pada kasus maloklusi Angle klas III dengan hubungan skeletal klas III

Also, a file generated from an older phpMyAdmin version should have no problem being imported by the current version, but the difference between the MySQL version at the time

Menurut Resmini, dkk (2008:229) mengungkapkan bahwa menulis sebagai suatu keterampilan, sebagaimana keterampilan berbahasa lainnya perlu dilatihkan secara rekursif dan ajek.

bahwa untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu perlu mengatur Perhitungan Tahunan dan Penggunaan Laba Bersih Tahunan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan

Metode penelitian meliputi pembuatan pasta kacang merah, pembuatan yoghurt, fortifikasi yoghurt menggunakan kalium dari kacang merah, dan uji organoleptik.Analisis produk