• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produksi dan Harga Buah dan Sayuran di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produksi dan Harga Buah dan Sayuran di Kabupaten Karo"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Dampak

Pengertian dampak adalah pengaruh atau efek tidak langsung dari erupsi Gunung

Sinabung atau dari bencana lain. Pengaruh atau efek adalah suatu keadaan di

mana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang

mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi (KBBI Online, 2015).

Dampak lain dari erupsi Merapi adalah masalah sosial ekonomi masyarakat tani.

Di samping kehilangan sanak saudara, harta benda, mereka juga kehilangan mata

pencarian dari usahataninya (Martini, dkk., 2011).

2.1.2. Erupsi Gunung Sinabung dan Dampaknya

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung di Dataran Tinggi Karo,

Kabupaten Karo,Sumatera Utara, Indonesia. Koordinat puncak Gunung Sinabung

adalah 3º10’12”LU dan 98º23’31”BT dengan puncak tertinggi gunung ini adalah

2.460 meter dpl yang mencapai puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini

belum pernah meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan

meletus pada tahun 2010.

Peristiwa letusan pertama sejak 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap

dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 sekitar pukul 00.15 WIB Gunung

Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi “awas”.

28.000 warga disekitarnya dari 29 desa dievakuasi dan ditampung di tempat yang

(2)

menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung

Sinabung (Purba, 2013).

Gunung Sinabung yang meletus pada tahun 2010 dan terus berlanjut hingga tahun

2013 berdampak terhadap kehidupan manusia. Dampaknya bergantung terhadap

besarnya kekuatan letusan gunung api tersebut namun secara umum dampak yang

mungkin terjadi terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat

khususnya sekitar lokasi gunung berapi tersebut. Letusan gunung juga

menyebabkan perubahan kegiatan ekonomi daerah tersebut, harga-harga sayuran

dan produksi pertanian, sedangkan masyarakat di sekitar gunung sendiri tidak

memperoleh pendapatan selama kondisi bencana (Tindaon, 2013).

Abu vulkanik selain menutupi jalanan, rumah-rumah penduduk juga menutupi

tanaman. Debu vulkanik berdampak pada 6 (enam) kecamatan di sekitar gunung

Sinabung yaitu Kecamatan Namanteran, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan

Merdeka, Kecamatan Dolat Rayat, Kecamatan Barusjahe, dan Kecamatan

Berastagi. Letusan terkini terjadi pada tanggal 15 Oktober 2013 dan dilaporkan

juga mengeluarkan lava (BPTP, 2013).

Berdasarkan perhitungan Dinas Pertanian dan Perkebunan Karo, kerugian di

sektor pertanian dan perkebunan sejak Gunung Sinabung erupsi hingga

6 Januari 2014 diperkirakan Rp 712,2 milyar, di mana 10.406 hektar lahan

pertanian dan perkebunan puso. Luas lahan pertanian dan perkebunan ini meliputi

tanaman pangan (1.837 ha), hortikultura (5.716 ha), tanaman buah (1.630 ha),

biofarmaka (1,7 ha), dan perkebunan (2.856 ha). Dampak ini terdapat di 4

(3)

Kerugian dan kerusakan dampak erupsi Sinabung nanti akan dihitung secara

menyeluruh, di sektor perumahan dan permukiman, infrastruktur, ekonomi

produktif, sosial budaya dan lintas sektor (BPTP, 2014).

2.1.3. Buah-Buahan

Menurut Zulkarnain (2009), secara botani, buah dapat didefinisikan sebagai ovari

matang dari suatu bunga dengan segala isinya serta bagian-bagian yang terkait

erat dari buga tersebut. Oleh karena itu, buah terdiri atas bagian-bagian terkait

seperti dinding ovari atau pericarp (yang berdiferensiasi menjadi eksocarp,

endocarp, dan mesocarp), biji, jaringan plasenta, partisi, reseptakel, dan sumbu

tangkai bunga.

Berdasarkan jumlah penyusunnya, buah dapat diklasifikasikan atas beberapa

kelompok, yaitu:

a. Buah sederhana, yaitu buah yang berkembang dari satu ovari. Buah sederhana

dikelompokkan lagi menjadi:

1. Buah sederhana berdaging (pericarpnya berdaging). Tipe buah demikian

dapat dikelompokkan lagi menjadi:

a. Tipe berry, misalnya buah tomat dan anggur (Vitis vinifera)

b. Tipe drupe, misalnya buah zaitun, peach, cherry (Prunus, sp.), dan

plum.

c. Tipe pome, misalnya buah apel (Malus domestica)

d. Tipe hesperidium, misalnya buah jeruk (Citrus sp.)

e. Tipe pepo, misalnya buah tanaman yang tergolong ke dalam famili

(4)

2. Buah sederhana tidak berdaging (pericarpnya kering), yang dapat

digolongkan menjadi:

a. Golongan dehiscent (membuka dan menyebarkan biji pada saat

matang), yang dapat dikelompokkan lagi menjadi:

1) Tipe legume (polong), misalnya buah kaang-kacangan

2) Tipe follicle, misalnya buah peony dan Hakea

3) Tipe capsule, misalnya buah Eucalyptus sp

4) Tipe silique, misalnya buah mustard (Brassica nigra)

b. Golongan indischent (tidak membuka dan tidak menyebarkan biji

pada saat matang), yang dapat dikelompokkan lagi menjadi:

1) Tipe achene, misalnya buah bunga matahari (Helianthus annuus)

2) Tipe caryopsis (biji-bijian), misalnya buah jagung

3) Tipe nut, misalnya buah hazel nut

4) Tipe samara, misalnya buah maple.

b. Buah agregat, yaitu buah yang berasal dari beberapa ovari pada bunga yang

sama, baik ovari tersebut bergerombol maupun menyebar pada satu eseptakel,

yang kemudian menyatu menjadi satu buah. Contoh buah tipe ini misalnya

pada tanaman stroberi (Fragaria vesca).

c. Buah majemuk, yaitu buah yang berasal dari beberapa ovari dari beberapa

bunga, lalu menyatu menjadi satu massa. Contoh buah ini misalnya pada

(5)

Berdasarkan asal tanaman buah-buahan, maka tanaman dapat dikelompokkan

menjadi dua sumber yaitu:

a. Tanaman buah sub-tropik.

Tanaman buah sub-tropik umumnya berasal dari daerah antara 230-400

Lintang. Contoh: buah kesemak dan pear.

b. Tanaman buah tropik

Tanaman buah tropik berasal dari daerah khatulistiwa sampai 230 Lintang.

Contoh: buah rambutan, durian, manggis, duku, dan sebagainya.

Tanaman buah sub-tropik umumnya masih dapat dikembangkan di daerah tropik,

seperti daerah pegunungan( ≥ 1000 meter di atas permukaan laut), sedangkan

tanaman buah tropik lebih sulit dikembangkan di daerah sub-tropik (Barus, 2008).

2.1.4. Sayuran

Menurut Tim Penulis PS (2008), terdapat berbagai jenis sayuran, yaitu:

a. Berdasarkan tempat tumbuh

Berdasarkan tempat tumbuhnya, sayuran dikelompokkan menjadi:

1. Sayuran dataran rendah

Sayuran dataran rendah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di

dataran rendah. Contoh: bawang merah, jagung, dan timun.

2. Sayuran dataran tinggi

Sayuran dataran tinggi hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik

pada daerah dataran tinggi. Contoh: bit, bawang daun, bawang putih, kapri,

(6)

3. Sayuran dataran rendah dan dataran tinggi

Sayuran jenis ini merupakan sayuran yang dapat beradaptasi dan

berproduksi pada dataran rendah maupun dataran tinggi tanpa terdapat

perbedaan ketika ditanam di dataran rendah dan tinggi. Contoh: bayam,

cabai, kangkung, sawi, selada, terong, dan tomat.

b. Berdasarkan kebiasaan tumbuh

Berdasarkan kebiasaan tumbuh, sayuran dapat dibedakan menjadi:

1. Sayuran semusim

Sayuran semusim adalah sayuran yang melengkapi siklus hidupnya dalam

satu musim dan diperbanyak dengan biji.

Contoh: bayam, bit, bawang daun, bawang merah, bawang putih, cabai,

jagung, kangkung darat, kapri, kentang, kubis, lobak, petsai, rebung bambu,

sawi, selada, seledri, terong, tomat, dan wortel.

2. Sayuran tahunan

Sayuran tahunan adalah sayuran yang pertumbuhan dan produktivitasnya

tidak terbatas. Contoh: kangkung air, keluwih, melinjo, dan petai.

c. Berdasarkan bentuk yang dikonsumsi

Berdasarkan bentuk yang dikonsumsi, sayuran dibedakan menjadi:

1. Sayuran daun

Sayuran daun umumnya tidak dapat bertahan lama dan mudah busuk.

Contoh: bayam, bawang daun, kangkung, kubis, petsai, sawi, selada, dan

(7)

2. Sayuran buah

Daya tahan sayuran buah tergantung dari tebl tipisnya kulit, misalnya tomat

mempunyai daya tahan yang lebih rendah dibandingkan dengan terong

kapri. Contoh sayuran buah adalah cabai, jagung, kapri, terong, dan tomat.

3. Sayuran umbi

Sayuran umbi mempunyai daya tahan yang tinggi, misalnya kentang dapat

disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga petani bisa menunggu

harga yang baik untuk pemasarannya. Contoh sayuran umbi adalah bit,

bawang merah, bawang putih, kentang, dan lobak.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat

produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Fungsi produksi

menunjukkan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi

yang dihasilkan. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi

lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak

mengalami perubahan. Juga teknologi tidak mengalami perubahan. Satu-satunya

faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2009).

Menurut Joesron dan Suhartati (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses

atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.

Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah

mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

(8)

atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu

persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan

kombinasi input tertentu.

Fungsi produksi adalah kaitan antara jumlah output maksimum yang bisa

dilakukan masing-masing dari tiap-tiap perangkat input (faktor produksi).

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan saling terkait

satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak

akan berjalan, terutama tiga faktor yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Tentu

saja proses produksi atau usahatani tidak berjalan jika tidak ada tenaga kerja.

Begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal (Samuelson, 2002).

2.2.2. Teori Harga

Teori harga pasar merupakan teori ekonomi yang menerangkan perilaku harga

pasar barang-barang atau jasa-jasa individual. Isi teori harga pasar intinya ialah

harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya

ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar (Reksoprayitno, 2000).

Harga pasar suatu komoditi dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh

permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga pasar

dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Analisis

permintaan dan penawaran digunakan untuk menggambarkan mekanisme pasar.

Tanpa campur tangan pemerintah, permintaan dan penawaran dengan sendirinya

akan mencapai keseimbangan harga dan jumlah komoditi yang diperjualbelikan

(9)

Kurva penawaran menunjukkan jumlah barang yang bersedia dijual oleh para

produsen pada harga yang akan diterimanya di pasar, sambil mempertahankan

agar setiap faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran tetap. Sedangkan, kurva

permintaan menyatakan berapa banyak konsumen bersedia membeli karena harga

per unit berubah (Pyndick, 2003).

Pada awalnya harga suatu barang berada di atas tingkat keseimbangan pasar (P1).

Maka produsen akan berusaha memproduksi barang dan menjual lebih dari yang

bersedia dibeli konsumen. Akibatnya terjadi surplus penawaran yang melebihi

jumlah permintaan. Untuk menjual kelebihan penawaran tersebut maka produsen

akan mulai menurunkan harga. Akhirnya harga turun, jumlah permintaan akan

naik dan jumlah penawaran akan turun sampai harga ekuilibrium (Po) tercapai.

Sebaliknya, jika harga mula-mula berada di bawah tingkat keseimbangan pasar

(P2), yaitu jumlah permintaan melebihi jumlah penawaran. Di mana konsumen

tidak mampu membeli barang pada tingkat harga ini. Hal ini mengakibatkan

tekanan ke atas terhadap harga karena konsumen akan bersaing satu sama lain

untuk mendapatkan penawaran yang ada, dan produsen merespon dengan

menaikkan harga dan menambah jumlah barang, yang akhirnya harga akan

(10)

Harga

S

�1---

�0---

�2---

D Qs

Gambar 2.1. Penentuan Harga oleh Permintaan dan Penawaran

2.3. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andi Kusuma Sidabutar,

dengan judul “Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Usahatani Kentang”.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kuta Rayat, Kecamatan Naman Teran,

Kabupaten Karo. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis deskriptif dengan data time series dan metode uji beda rata-rata.

Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan perkembangan luas

panen, produksi dan produktivitas kentang sebelum dan sesudah erupsi Gunung

Sinabung pada tahun 2013. Metode uji rata-rata digunakan untuk melihat

perbandingan produksi, produktivitas, biaya, harga, penerimaan dan pendapatan

dalam usahatani kentang sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung pada

tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan luas panen,

produksi, serta produktivitas kentang sesudah terjadi erupsi Gunung Sinabung.

(11)

dan pendapatan usahatani kentang. Hal tersebut dipengaruhi perubahan yang

menurun terhadap luas lahan dan luas tanam akibat erupsi yang mengeluarkan

banyak abu vulkanik. Sedangkan untuk produktivitas usahatani kentang tidak ada

perbedaan nyata sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Hal ini

disebabkan bahwa setelah erupsi tahun 2013 petani di Desa Kuta Rayat saat itu

masih menusahakan tanaman kentang walaupun dalam keadaan belum aman dari

erupsi dengan alasan bahwa usahatani kentang merupakan salah satu usaha yang

dapat dikerjakan petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Julprida Saragih yang berjudul

“Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis

Kecamatan Simpang Empat”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gajah,

Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Metode analisis data yang

digunakan adalah Uji Two Sample Kolmogrov - Smirnov Z untuk mengetahui

perbedaan produktivitas dan pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dan

yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Hasil penelitian

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas kubis

di daerah yang terkena dengan daerah yang tidak terkena erupsi Gunung Sinabung

di daerah penelitian. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar

0,164 lebih besar dari ∝ (0,05), sehingga Ho diterima dan H1 ditolak. Selain itu,

hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

pendapatan petani kubis di daerah yang terkena dengan daerah yang tidak terkena

erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai

signifikansinya sebesar 0,759 lebih besar dari ∝ (0,05), sehingga Ho diterima dan

(12)

Hutasoit (2015), dengan judul skripsi Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap

Penawaran Sayur Mayur (Kasus: Kentang, Bunga Kol, Sawi di Desa Jeraya,

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo). Metode analisis data yang

digunakan adalah metode komparatif dan uji t berpasangan. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata produktivitas petani sayur mayur

(kentang, brokoli, dan sawi) sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung,

terdapat perbedaan nyata jumlah yang ditawarkan petani sayur mayur (kentang,

brokoli, dan sawi) sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung, terdapat

perbedaan nyata pendapatan petani sayur mayur (kentang, brokoli, dan sawi)

sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

2.4. Kerangka Pemikiran

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung berapi aktif di Kabupaten Karo.

Keberadaan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo mempengaruhi keadaan

pertanian di daerah tersebut.

Sejak tanggal 27 September 2010, Gunung Sinabung mengeluarkan asap dan abu

vulkanik. Pada tanggal 3 September 2010 gunung ini meletus dan menyemburkan

debu vulkanik. Dan pada bulan September 2013, Gunung Sinabung kembali

meletus. Letusan ini melepaskan awan panas dan debu vulkanik. Letusan Gunung

Sinabung berpengaruh nyata terhadap produksi buah dan sayuran di Kabupaten

Karo. Debu vulkanik yang dihasilkan gunung tersebut merusak tanaman pertanian

di Kabupaten Karo. Namun, debu vulkanik tersebut juga akan menyuburkan tanah

(13)

Asap dan debu vulkanik tersebut mempengaruhi kualitas buah dan sayuran.

Kualitas buah dan sayuran akan mempengaruhi harga jual buah dan sayuran di

daerah tersebut. Untuk melihat dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap

produksi dan harga buah dan sayuran di Kabupaten Karo dilakukan dengan

membandingkan produksi dan harga buah dan sayuran di Kabupaten Karo

sebelum dan sesudah terjadinya erupsi Gunung Sinabung.

Secara sistematis skema kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:

perbedaan perbedaan Sebelum

(2005-2009)

Harga Buah dan Sayuran

Produksi Buah dan Sayuran

Sesudah (2010-2014)

Harga Buah dan Sayuran

Produksi Buah dan Sayuran Erupsi Gunung Sinabung

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:

= Menyatakan pengaruh

(14)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang nyata produksi buah dan sayuran di lokasi penelitian

sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

2. Terdapat perbedaan yang nyata harga buah dan sayuran di lokasi penelitian

Gambar

Gambar 2.1. Penentuan Harga oleh Permintaan dan Penawaran
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Besaran Uang Persediaan Pada Satuan Kerja

Perbuat an baik yang dilakukan seseorang un memberikan keunt ungan kepada orang lain d akan menimbulkan kenyamanan psikologis b yang melakukannya..

Rumah Deiensi Imigdi SemaEng akd mengadakan Pelelangd Umum K€giaian Konstlksi Pembangunan samna dan P.asa€na [ingkungan Godung d€ngan ni ai HPs Rp.. Unrik inlonnasi

Metode Evaluasi : Pagu Anggaran Kualitas Maka dapat kami umumkan hasil sebagai berikut

3 Bahan-bahan/alat teknis 56 paket 196.000.000,- APBD Kegiatan pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi pekerja rokok 4 Bahan praktek/percontohan 56 paket 100.000.000,- APBD

Allah Swt. akan memberikan tambahan pahala bagi kaum muslimin yang mau mengerjakan shalat Witir. Apalagi jika shalat Witir dikerjakan pada malam bulan Ramadhan dan bertepatan

aktivitas yang dimulai dengan mengunyah bolus yang telah dikeluarkan dari.. rumen ke mulut hingga aktivitas menelan beberapa bolus, serta

Video game memiliki potensi yang besar sebagai media untuk mengajarkan perilaku santun dalam berinteraksi dengan media sosial melalui umpan balik langsung yang