• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT D"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POST PARTUM DI RSIA

SITI FATIMAH MAKASSAR

Oleh

Idel Riani1, Dahrianis2, Muhammad Nur3

1Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

2Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

(2)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POST PARTUM DI RSIA

SITI FATIMAH MAKASSAR Idel Riani1, Dahrianis2, Muhammad Nur3

ABSTRAK

Idel Riani “Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Pasien Post

Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar” Dibimbing Oleh Dahrianis dan

Muhammad Nur.

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan bekelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality) perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal. Post partum adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim, sehingga ibu akan mengalami perubahan sesuai dengan jumlah hormon, seingga ibu memebutuhkan waktu untuk menyesuaikan dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada pasien post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Jenis penelitian ini adalah Survey Analitik dengan desain penelitian Cross Cestional Syudy dan Desain Uji menggunakan uji Chi Square dengan nilai maksimal kesalahan α 0.05. Sampel terdiri atas 32 orang responden yang diambil dari ibu dalam masa Post Partum. Metode penarikan sampel menggunakan Aksidental Sampling. Hasil analisa data menunjukkan bahwa ada hubungan antara kesiapan merawat bayi dengan tingkat depresi pada pasien post partum dengan nilai p = 0.001. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien post partum dengan nilai p = 0.00. Ada hubungan antara status ekonomi dengan tingkat depresi pada pasien post partum dengan nilai p = 0.001.

(3)

PENDAHULUAN

Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui, tetapi sebagian wanita menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan selanjutnya (Iskandar, 2007).

Melahirkan merupakan suatu peristiwa penting yang di nantikan oleh sebagian besar perempuan karena membuat ibu menjadi seorang perempuan yang telah berfungsi utuh dalam kehidupanya (Sylvia, 2006).

Beberapa penyesuaian di butuhkan oleh beberapa wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran baru sebagai ibu pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun psikolog (Leeindra, 2012).

Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik seorang ibu akan bersemangat mengasuh bayinya tetapi sebagian lagi tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis seperti merasa sedih, jengkel, lelah, marah dan putus asa dan perasaan itulah yang membuat seorang ibu enggan mengurus bayinya yang oleh para peneliti di sebut depresi post partum.

Depresi post partumadalah perasaan sedih dan gundah yang dialami oleh sekitar 50-80% wanita setelah melahirkan bayinya. Umumnya terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ke tiga atau empat setelah persalinan (Syahrir, 2008)

Depresi pasca melahirkan merupakan masalah yang signifikan dan menjadi perhatian masyarakat sejak lama. Walaupun terkadang sering tidak terdeteksi karena minimnya pelaporan, penelitian menyebutkan bahwa sekitar 10%-20% wanita yang melahirkan menderita depresi. Depresi pasca melahirkan selain membuat penderitaan batin untuk si ibu, juga membuat renggangnya perkawinan dan dapat menyebabkan menurunnya fungsi sosial ibu dan kualitas hidupnya. Penelitian terbaru juga mengatakan bahwa ibu yang depresi dapat menyebabkan gangguan emosional dan kognitif pada bayinya yang baru lahir. Suatu penelitian mengatakan bahwa depresi terjadi dua kali lipat lebih tinggi pada wanita yang hidupnya dalam kemiskinan, sekitar 22%-34% dari populasi (Andry, 2012).

Menurut Ann Dunnewold,seorang ahli jiwa di dallas mengatakaan bahwa 10-20% perempuan yang baru melahirkan mengalami depresi, yang mucul dalam beragam bentuk bias merupakan kesedihan mendalam, sering menangis, insomnia (susah tidur) atau tidur tidak nyenyak, mudah tersinggung kurang minat terhadap bayi, kurang berminat pada kegiatan sehari-hari. Bisa juga berupa persaan ketakutan, hilangnya nafsu makan, lesu atau bahkan tidur yang berlebih. kondisi ini berlangsung hingga tiga sampai enam bulan,bahkan terkadang sampai delapan bulan. Sayangnya banyak ibu yang tidak menyadarinya, demikian juga dengan mereka yang ada di sekitarnya, termasuk suaminya (Yoseph I, 2009).

(4)

Wanita yang baru melahirkan kadang mengalami perasaan yang tak menentu. Satu waktu wanita tersebut merasa senang, tiba-tiba perasaannya berubah menjadi sedih. Kadang hal tersebut disertai oleh turunnya nafsu makan, sulit tidur, bahkan sulit berkonsentrasi. Gejala ini biasanya muncul 3-4 hari setelah melahirkan dan bisa berlangsung selama beberapa hari.

Pada ibu yang mengalami depresi pasca persalinan, minat dan ketertarikan terhadap bayinya menjadi berkurang. Ibu sering tidak berespon positif (menyambut dengan hangat komunikasi yang dilakukan oleh bayinya, baik melalui suara tangis, tatapan mata, ataupun gerak tubuh) sehingga bayi akan berusaha lebih keras untuk menarik perhatian ibunya. Misalnya pada saat merasa bingung, bayi memerlukan kenyamanan atau penentraman, maka biasanya ia akan menangis. Bila ibu juga bingung atau marah atau sedih, maka bayi akan menangis dengan suara lebih keras atau mungkin disertai gerakan tubuh tertentu agar ibunya bisa menolongnya. Namun, ibu yang sedang depresi tidak mampu mengenali kebutuhan bayinya sehingga tidak dapat berespon seperti yang diharapkan dan dibutuhkan.

Ibu yang depresi juga tidak mampu merawat bayinya secara optimal, karena merasa tidak berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari tanggung jawabnya. Akibatnya, kondisi kebersihan dan kesehatan bayinya pun menjadi tidak optimal. Ibu juga tidak bersemangat menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya tidak seperti bayi-bayi yang ibunya tidak mengalami depresi (Andryani. A, 2012).

Berdasarkan data Propinsi Sulawesi Selatan kejadian depresi post partum pada tahun 2010 adalah 66 kasus dari 125 per 100.000 persalinan (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2012).

Dari hasil pengambilan data awal yang di peroleh di RSIA Siti Fatimah Makassar tahun 2012 di bulan januari ibu post partum normal adalah 237 pasien, di bulan februari meningkat sebanyak 242 pasien, sedangkan jumlah ibu post partum yang mengalami komplikasi di bulan januari sebanyak 5 pasien,dan di bulan februari menurun menjadi 4 pasien (Rekam Medis RSIA Siti Fatimah Makassar 2012).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Post Partum Di RSIA Siti Fatimah Makassar”

BAHAN DAN METODE

Lokasi, Populasi dan Sampel

(5)

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang akan menjalani proses persalinan di RSIA Siti Fatimah Makassar. Penarikan sampel menggunakan Total Sampling, maka didapatkan sampel sebanyak 32 orang responden.

Sampel tersebut kemudian dipilah berdasarkan karakteristik dan kriteria sampel berdasarkan :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien yang bersedia untuk diteliti sampai penelitian ini selesai b. Pasien yang berusia 18 tahun ke atas.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang pada saat dilakukan penelitian tiba-tiba sakit dan tidak memungkinkan lagi untuk diteliti

b. Pasien yang pada saat dilakukan penelitian tiba-tiba pulang

Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data yang dikembangkan oleh peneliti menurut variabel yang akan diteliti dan berdasarkan tinjauan literatur.

Untuk pertanyaan tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada pada pasien post partum menggunakan kuisioner depresi Back Depression Scale. Dan untuk pertanyaan tingkat depresi pada ibu post partum menggunakan Rating scale dimana alternatife jawaban yaitu : 0 – 9 memiliki derajat depresi minimal, 10 – 16 memiliki derajat depresi ringan, 17 – 29 memiliki derajat depresi sedang, dan 30 – 63 memiliki derajat depresi berat. Pengolahan data dilakukan dengan :

1. Editing

Memeriksa kembali kebenaran pengisian data dan melihat kembali apakah data telah terisi dengan lengkap.

2. Coding

Mengelompokkan jawaban responden menurut jenisnya dan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item pada lembar instrumen.

3. Tabulasi

Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan analisa data

Analisis Data

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dan telah diberikan skoring maka dilakukan analisa data dengan menggunakan komputerisasi program SPSS. a. Analisa univariat

Analisa dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap-tiap variabel.

b. Analisa bivariat

(6)

1) Dikatakan tidak ada hubungan jika ρ ≥ α 0,05 2) Dikatakan ada hubungan jika ρ ≤ α 0,05

HASIL PENELITIAN

1. Analisa Univariat

Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

Kelompok Umur Frekuensi %

15 s/d 24 tahun 9 28.1

25 s/d 40 tahun 19 59.4

40 Tahun ke Atas 4 12.5

Jumlah 32 100%

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa kelompok umur responden terbanyak adalah 25 s/d 40 Tahun dengan jumlah 19 orang (59.4%), sedangkan kelompok umur responden paling sedikit adalah 40 tahun ke atas dengan jumlah 4 orang (12.5%).

Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

Pekerjaan Responden Frekuensi %

PNS 5 15.6

Pedagang 5 15.6

Swasta Ibu Rumah Tangga

8 14

25 43.8

Jumlah 32 100%

(7)

Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

Pendidikan Frekuensi %

SD 2 6.2

SLTP 3 9.4

SLTA 13 40.6

Diploma/ Sarjana 14 43.8

Jumlah 32 100%

Berdasarkan Tabel 3, maka diketahui bahwa kelompok pendidikan tertinggi responden adalah Diploma/ Sarjana dengan jumlah 14 orang responden (43.8%), sedangkan kelompok pendidikan terendah adalah SD dan Lainnya yang masing-masing berjumlah 2 orang responden (6.2%).

Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Kesiapan Merawat bayi di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

Kesiapan Merawat Bayi Frekuensi %

Siap 26 81.2

Tidak Siap 6 18.8

Jumlah 32 100%

Berdasarkan Tabel 4, maka diketahui bahwa responden yang siap merawat bayi sebanyak 26 orang (81.2%), sedangkan yang tidak siap merawat bayi sebanyak 6 orang (18.8%).

Tabel 5 : Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

Dukungan Keluarga Frekuensi %

Mendukung 24 75

Tidak Mendukung 8 25

Jumlah 32 100%

(8)

Tabel 6 : Distribusi responden Berdasarkan Status Ekonomi di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

Status Ekonomi Frekuensi %

Mampu 17 53.1

Tidak mampu 15 46.9

Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 6, maka diketahui bahwa responden yang memiliki status ekonomi kategori mampu sebanyak 17 orang (53.1%), sedangkan responden dengan kategori tidak mampu sebanyak 15 orang (46.9%).

Tabel 7 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Depresi di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

Tingkat Depresi Frekuensi %

Minimal/Tidak Depresi 3 9.4

Ringan 13 40.6

Sedang 14 43.8

Berat 2 6.2

Jumlah 32 100%

(9)

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan antara Kesiapan Merawat Bayi dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post Partum

Tabel 8 : Hubungan antara Kesiapan Merawat Bayi dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

Kesiapan orang (9.4%) mengalami depresi minimal, 13 orang (40.6%) depresi ringan dan 10 orang (31.2%) depresi sedang. Sedangkan responden yang tidak siap merawat bayi sebanyak 6 orang (18.8%) responden, dimana 4 orang (12.5%) mengalami depresi sedang dan 2 orang (6.2%) depresi berat.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai ρ = 0.001 yang jika dibandingkan dengan nilai α 0.05, maka diperoleh ρ < α. Hal ini menunjukkah bahwa ada hubungan antara kesiapan merawat bayi dengan tingkat depresi pada pasien post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.

b. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post Partum

Tabel 9 : Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

(10)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan sedang dan 2 orang (6.2%) depresi berat.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai ρ = 0.000 yang jika dibandingkan dengan nilai α 0.05, maka diperoleh ρ < α. Hal ini menunjukkah bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.

c. Hubungan antara Status Ekonomi dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post Partum

Tabel 10 : Hubungan antara Status Ekonomi dengan Tingkat Depresi Pada Ibu Post Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2012

Status (53.1%), dimana yang menderita depresi tingkat minimal sebanyak 3 orang (9.4%), depresi ringan sebanyak 10 orang (31.2%) dan depresi sedang sebanyak 4 orang (12.5%). Sedangkan responden dalam status ekonomi tidak mampu sebanyak 15 orang (46.9%), dimana yang menderita depresi tingkat ringan sebanyak 3 orang (9.4%), depresi sedang sebanyak 10 orang (31.2%) dan depresi tingkat berat sebanyak 2 orang (6.2%).

(11)

PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Kesiapan Merawat bayi dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post Partum

Ada hubungan antara kesiapan merawat bayi dengan tingkat depresi pada ibu post partum. Hal ini dibuktikan dengan data hasil penelitian yang secara kuantitatif menunjukkan bahwa responden yang siap merawat bayi sebanyak 26 orang (81.2%) dimana 3 orang responden (9.4%) mengalami depresi minimal, 13 orang (40.6%) depresi ringan dan 10 orang (31.2%) depresi sedang. Sedangkan responden yang tidak siap merawat bayi sebanyak 6 orang (18.8%) responden, dimana 4 orang (12.5%) mengalami depresi sedang dan 2 orang (6.2%) depresi berat.

Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahmah (2006) dalam Jurnal Ilmiahnya yang berjudul “Depresi Nifas”, mengemukakan bahwa salah satu faktor pencetus terjadinya depresi pasca persalinan adalah kesiapan mental perempuan untuk menjadi seorang ibu yang dalam kondisi apapun harus siap merawat anak. Juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (2001) dalam Nur Rahma (Depresi Nifas, 2006) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stress. Seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa serba kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.

Dalam Jurnal Ilmiah Elvira (2006) yang berjudul “Depresi Pasca Melahirkan” mengemukakan dalam penelitiannya bahwa kesiapan menjadi seorang ibu juga mempengaruhi terjadinya depresi post partum. Pada perempuan yang hamil tidak direncanakan (belum menikah atau pada ibu yang menikah namun sudah tidak menginginkan anak lagi karena berbagai alasan), kemungkinan mengalami depresi post partum lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang siap dan amat menantikan kelahiran bayinya.

Menurut Avi Andriany (2012), Ibu yang depresi tidak mampu merawat bayinya secara optimal, karena merasa tidak berdaya atau tidak mampu sehingga akan menghindar dari tanggung jawabnya. Akibatnya, kondisi kebersihan dan kesehatan bayinya pun menjadi tidak optimal. Ibu juga tidak bersemangat menyusui bayinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya tidak seperti bayi-bayi yang ibunya tidak mengalami depresi.

(12)

seorang ibu tidak siap untuk merawat bayinya, maka ini akan menjadi beban atau masalah bagi sang ibu setelah proses persalinannya. Dan apabila masalah itu dibiarkan terus menerus, maka akan berdampak kepada kondisi psikologis ibu itu sendiri.

2. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Ibu Post Partum

Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada ibu post partum, hal ini terlihat dari data hasil penelitian yang secara kuantitatif menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 24 orang (75%), dimana 3 orang (9.4%) menderita depresi tingkat minimal, 13 orang (40.6%) depresi ringan dan 8 orang (25%) depresi sedang. Sedangkan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 8 orang (25%), dimana 6 orang (18.8%) menderita depresi sedang dan 2 orang (6.2%) depresi berat.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Llewellyn dan Jones (1994) dalam jurnal ilmiah Nur Rahmah (Depresi Nifas, 2006) mengatakan bahwa karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi post partum adalah wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang-orang terdekatnya selama masa kehamilan dan setelah melahirkan.

Menurut Destriyana (2012), dukungan keluarga merupakan cara terbaik untuk membantu ibu yang terkena depresi pasca melahirkan karena perhartian dari orang terkasih menguatkan mereka melewati masa-masa sulit pasca melahirkan.

Menurut Samiaji (2012), sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa faktor yang paling menentukan kadar depresi seorang ibu pasca melahirkan adalah hubungannya dengan pasangan. Pasangan atau suami yang tidak mendukung sangat terkait dengan kondisi depresi pada ibu, sedangkan suami yang mendukung akan membuat ibu lebih bisa menghadapi semua tekanan yang ada. Jika ibu tidak mendapatkan dukungan dari pasangan maka ia harus menghadapi sendiri segala tekanan dan perubahan yang terjadi selama kehamilannya. Hal ini akan mempengaruhi pikiran dan suasana hatinya yang memicu stres tingkat tinggi atau depresi.

(13)

Ada hubungan antara status ekonomi dengan tingkat depresi pada ibu post partum, hal ini terlihat dari data hasil penelitian yang secara kuantitatif menunjukkan bahwa responden yang dalam status ekonomi yang mampu sebanyak 17 orang (53.1%), dimana yang menderita depresi tingkat minimal sebanyak 3 orang (9.4%), depresi ringan sebanyak 10 orang (31.2%) dan depresi sedang sebanyak 4 orang (12.5%). Sedangkan responden dalam status ekonomi tidak mampu sebanyak 15 orang (46.9%), dimana yang menderita depresi tingkat ringan sebanyak 3 orang (9.4%), depresi sedang sebanyak 10 orang (31.2%) dan depresi tingkat berat sebanyak 2 orang (6.2%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Syahrir, S (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Faktor Risiko Baby Blues di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007”, mengemukakan bahwa status ekonomi yang baik akan mengurangi terjadinya kecenderungan seorang ibu menderita baby blues, dan juga sebaliknya, status ekonomi yang kurang baik akan berdampak kepada kecenderungan seorang ibu menderita baby blues setelah proses persalinan.

Menurut Ummu Muhammad (2009), Agar depresi pasca melahirkan dapat diminimalisir maka yang pertama harus dipersiapkan oleh sebuah keluarga yang akan menginginkan seorang anak adalah kehamilan yang terencana yang didukung oleh kesiapan mental, finansial (ekonomi) dan sosial dari ayah dan ibu. Persiapkan pula pengetahuan dasar orang tua tentang kehamilan, proses melahirkan, sampai dengan cara merawat sikecil. Sebaiknya diskusikan juga tentang pembagian kerja anata ibu dan ayah pada saat kehamilan hingga si kecil dilahirkan sehingga ibu mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat.

Menurut Andry (2012), salah satu hal yang sangat berhubungan dengan depresi pasca melahirkan adalah tingkat ekonomi yang rendah. Kondisi ekonomi dalam keluarga pada saat ibu dalam proses persalinan kurang, akan berdampak pada kondisi psikologis ibu tersebut. Hal ini erat hubungannya dengan depresi pasca melahirkan, karena tidak dapat dinafikan bahwa seorang ibu akan memikirkan biaya persalinannya dan kebutuhan lain yang dia perlukan sebelum dan sesudah proses persalinan. Selain itu rendahnya status sosial ekonomi juga menjadi masalah tersendiri, disamping karena faktor dekatnya tempat pelayanan kesehatan dan perawatan anak.

Peneliti berasumsi bahwa kondisi ekonomi yang baik sangat erat hubungannya dengan depresi post partum. Semakin baik kondisi ekonomi seorang ibu maka kecenderungan depresinya akan semakin minimal, dan juga sebaliknya apabila kondisi ekonomi seorang ibu dalam keadaan yang kurang maka kecenderungan depresinya akan semakin tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Ruang Mawar RSIA Siti Fatimah Makassar pada tanggal 18 Mei sampai dengan 11 Juli 2012 tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Post Partum di RSIA Siti Fatimah Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian antara lain sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara kesiapan merawat bayi dengan tingkat depresi pada pasien post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.

2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.

3. Ada hubungan antara status ekonomi dengan tingkat depresi pada pasien post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan penelitian, maka peneliti menyarankan beberapa hal, antara lain sebagai berikut :

1. Kepada instansi terkait untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada pasien post partum agar pasien yang menjalani proses persalinan dapat lebih dini terhindar dari resiko depresi post partum.

2. Kepada pemberi pelayana kesehatan seperti dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya agar tetap meningkatkan pemberian informasi kepada pasien khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang kejadian depresi post partum agar masyarakat lebih mengerti dan memahami tentang hal ini.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Ade, B. B. 2011, Psikologi Ibu, Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Muha Medika

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Andriani, A. 2012. Depresi Pasca Melahirkan. Jakarta. (online) (http://www.muslimah.or.id, di akses 07 Juli 2012)

Andry, Sp.KJ 2012. Depresi Pasca Melahirkan. Jakarta. (online) (http://www.kompasiana.com, di akses 07 Juli 2012)

Barsky, I. 2006. The Center for Postpartum Adjustment (online) (http://www.geocities.com, di akses 2 april 2012)

Dewi, 2009. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas. (online) (www.leindraanindiya.psikiologibu.com, diakses 25 april 2012).

Destriyana, 2012. Faktor Genetik Perbesar Resiko Depresi Pasca Melahirkan. (online) (http://www.merdeka.com, di akses 07 Juli 2012)

Drahani, 2008. Penyebab Depresi (online) (http://RSPMIBogor.com, diakses 14 April, 2011).

Elvira S. 2006. Depresi Pasca Persalinan. Balai Penerbit FKUI ; Jakarta.

Hawari, D, 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. FKUI : Jakarta.

Herizen, 2010. Pengantar Psikogi Kebidanan. Salemba Medika : Jakarta.

Iskandar, S, S, 2007. Post Partum Blues. (online) (http://www.mitrakeluarga.net, di akses 29 maret 2012).

Kasdu, D. 2005. Solusi Problem Persalinan. Jakarta: Puspa Swara

(16)

Nur Rahmah, 2006. Depresi Nifas. (Online) (http://www.scribd.com, di akses 21 Juli 2012)

Nursalam, 2009, Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Rebecca, 2010, Mengenali Mengatasi & Mengantisipasi Depresi. Gramedia : Jakarta Riyanto, A, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika : Jakarta

Samiaji, 2012. Ibu & Depresi. (online) (http:www.mediabangsa.com, di akses 07 Juli 2012)

Sylvia.D.E., 2006. Depresi Pasca Persalinan. FK UI : Jakarta

Syahrir, S. 2008. Faktor Risiko Baby Blues di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007. Program Studi Epidemiologi : Makassar.

Sulistyawati ,A , 2009 Buku Ajar Asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Edisi I. Andi Offset : Yogyakarta

Gambar

Tabel 8 : Hubungan antara Kesiapan Merawat Bayi dengan Tingkat Depresi
Tabel 10 : Hubungan antara Status Ekonomi dengan Tingkat Depresi Pada

Referensi

Dokumen terkait

Persentil ke 25 berada pada posiis nilai antara pertama dan kedua dengan selisih 0,75. Nilai pada posisi pertama adalah 43 dan nilai pada posisi kedua

Pengertian zakat secara syar'i adalah “Sejumlah harta tertentu (jenisnya) yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan kepada golongan tertentu dengan nilai dan ukuran tertentu

pengguna menganggap melakukan pembelian melalui sosial media lebih beresiko karena tidak adanya garansi mengenai suatu produk yang ditawarkan, kasus kasus penipuan

dalam konteks pemikiran bahwa, Muhammad adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa

Lloyd sangat bersimpati pada kebutuhan pekerja untuk beristirahat “kita semua telah bekerja pembongkaran di sini,” katanya, tapi cepat menjepit pada orang-orang yang tidak sah..

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu