SKRIPSI
IMPLEMENTASI STRATEGI PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (e-KTP)
DI KABUPATEN NUNUKAN
Disusun Oleh :
S U H A R N I
Nomor Pokok Mahasiswa : 2008 232 00 0128
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
SKRIPSI
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI STRATEGI PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (e-KTP)
DI KABUPATEN NUNUKAN
Disusun dan Diajukan Oleh :
S U H A R N I
Nomor Pokok Mahasiswa : 2008 232 00 0128
Telah Dipertahankan Di Depan Panitia Ujian Skripsi
Pada Tanggal 26 Januari 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui Komisi Pembimbing
Drs. Muh. Firdaus, MBA, Ph.D Pembimbing
Mengetahui,
Ketua STIA LAN Makassar
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa sesungguhnya :
1.
Karya tulis saya berupa SKRIPSI, saya ajukan untuk mendapatkan
gelar akademik SARJANA (S1) di STIA LAN Makassar,
merupakan karya asli saya dan belum pernah diajukan oleh
siapapun juga maupun pada perguruan tinggi lainnya.
2.
Adapun pada karya tulis saya, terdapat tulisan yang saya kutip dan
jelas disebutkan nama pengarang serta tercantum dalam daftar
pustaka.
3.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan ataupun ketidakbenaran
maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar dan
sanksi lainnya sesuai ketentuan yang berlaku
Makassar, 26 Januari 2012
Yang menyatakan,
Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hanya milik Tuhan semesta alam lautan ilmu dan dengan kemurahan-Nya sehingga kita mendapatkan ilmu milik-Nya. Puji syukur kehadirat Allah SWT, sang Maha Rahman dan Rahim, yang telah menitipkan sedikit kecerdasan dan petunjuknya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Penerapan
Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) Di Kabupaten Nunukan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Peneliti bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah SWT semata, yang tiada sekutu bagi-Nya sebagai suatu kesaksian yang penulis simpan untuk menghadap kembali kepada-Nya, penulis juga bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah hamba dan rasul-Nya.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penghargaan tertinggi dipersembahkan buat kedua orangtua, Ibunda Sitti Sapiah dan Ayahanda Abdul Wahid (Alm) yang nun jauh disana peneliti meyakini, doa dan ridhonya tak pernah putus. Kakak saya yang senantiasa memberikan dukungan moral dan materi, Sumarty, S.Ag, Asdar, S.Sos, Dra.Sudharty, Biolla, S.Pd.M.Pd, Amrin Wahid, Warnida, SE, Drs. Sudarman. Ponakanku yang selalu memberikan pertimbangan, dr.Rezky Amalia, Abdul Muis, S.T, M.T, dan yang selalu memberikan keceriaan Shiddieq, Syawal, Chica, Fahmy, Lady, Atok, Maula, dan A’da.
Dengan segenap kejujuran, penulis menyadari bahwa skripsi ini tercipta atas pertolongan Allah SWT melalui hamba-hamba-Nya untuk membantu, oleh sebab itu dengan penuh kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak H. Abdul Hafid Achmad (mantan Bupati Nunukan) dan Bapak Bupati Nunukan (Drs. Basri) yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan jenjang pendidikan melalui tugas belajar di STIA-LAN Makassar.
2. Bapak Prof. Dr. Makmur, M.Si selaku Ketua STIA-LAN Makassar
3. Bapak Drs. Muh. Firdaus, M.BA, Ph.D selaku pembimbing. Sebuah kebanggaan dapat dibimbing oleh salah satu dosen yang diidolakan. Tersentuh dengan perhatian yang luar biasa, bimbingan yang maksimal, bijaksana dan cerdas menjadi kesan selama pembimbingan.
penelitian dan pengumpulan data dalam rangka penelitian skripsi ini. 5. Bapak Drs. Lukman Samboteng, M.Si selaku Kepala Bagian Akademik
STIA-LAN Makassar.
6. Ibu Mariati, S.Kom, selaku pembimbing akademik.
7. Bapak Ahsan, SE, MM selaku moderator dalam seminar proposal 8. Bapak dan Ibu Dosen STIA-LAN Makassar.
9. Para Staf Akademik, office boy dan para security yang selalu setia mengamankan kunci motor yang sering tertinggal, ingat selalu KT 4777 S. 10.Sahabat terbaikku “Umi Umamah, SAB, Hertati, Donny, P’Arif,
P’Muhammad, P’Sugiarto, Fiska dan seluruh rekan-rekan Mahasiswa STIA-LAN Makassar yang banyak memberikan dukungan, saran, kritik dan sedikit pujian sehingga menjadi kontribusi dalam penulisan skripsi ini. 11.Untuk rekan-rekan di Kelurahan Nunukan Selatan, Kak Dwi yang rajin
mengirimkan gaji, P’Yudi yang selalu mengingatkan DP3, K’Kur yang
selalu mengharuskan cepat pulang kerja serta P’Lurah M.Nur, S.Sos yang memberikan rekomendasinya.
12.Anak-anakku di Panti Asuhan Aisyiyah RUHAMA, bundaku Darwisa, bunda Wasamu, bunda Suma, bunda Nuri yang senantiasa mengingatkan nandanya.
Terakhir, kepada siapa saja yang membaca skripsi ini, terima kasih telah membuka mata dan meluangkan waktunya untuk membaca karya ini. Semoga memberi ilmu dan keilmuan, dan bermanfaat bagi segenap civitas akademik.
Akhir kata, hanya kepada Allah SWT jualah peneliti serahkan, semoga keterbatasan yang ada didalamnya menjadi kesempurnaan bagi peneliti berikutnya. Tiada kata berhenti, ketika menyadari bahwa sesungguhnya hidup adalah belajar, membaca dan bekerja dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang cerdas memaknai hidup.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 26 Januari 2012
Suharni. 2008. 232. 00. 0128
IMPLEMENTASI STRATEGI PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (e-KTP) DI KABUPATEN NUNUKAN
Skripsi, xi hlm, 111
Pembimbing : Drs. Muh. Firdaus, M.BA, Ph.D
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) di Kabupaten Nunukan, dan upaya apa saja yang dilakukan dalam dalam penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) di Kabupaten Nunukan.
Penelitian ini melihat implementasi strategi penerapan KTP Elektronik di Kabupaten Nunukan melalui program, anggaran dan prosedur, dimana menggunakan metode kualitatif dan jenis pengumpulan datanya menggunakan telaah dokumen, wawancara dan observasi, sedangkan prosedur pengolahan data dan analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif.
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ...iii
KATA PENGANTAR ... iv
INTISARI ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Permasalahan ... 10
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 12
1. Program Pembangunan ... 12
2. e-Government ... 17
5. Implementasi Strategi... 29
B. Defenisi Konsep ... 52
C. Kerangka Pikir ... 53
D. Pertanyaan Penelitian ... 53
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 55
B. Unit Analisis ... 55
C. Prosedur Pengumpulan Data ... 56
D. Instrumen Pengumpulan Data ... 58
E. Prosedur Pengolahan Dan Analisis Data ... 59
BAB. IV HASIL PENELITIAN A. Profil Kabupaten Nunukan ... 61
B. DKPS Sebagai Instansi Penerapan KTP Elektronik ... 65
C. Kartu Tanda Penduduk Elektronik ... 66
D. Pembahasan Dan Analisis ... 71
1. Implementasi Strategi dari Segi “Program” ... 71
1) Pengaturan Dan Pembentukan Struktur Dalam Bentuk Pokja ... 71
2) Sosialisasi ... 75
3) Pembentukan Pelaksana Program (Sumber Daya Manusia) ... 78
4) Penyediaan Sarana Dan Prasarana ... 85
“ ”
3. Implementasi Strategi Dari Segi “Prosedur”... 98
BAB. V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 106
B. Saran ... 109
NO. Judul Tabel Halaman
1. Jumlah Penduduk, Realisasi Dan Prosentase Pencapaian e-KTP ... 9
2. Jadwal Sosialisasi Per Kecamatan Dalam Rangka Penerapan e-KTP ... 76
3. Keadaan Petugas Pelaksana e-KTP Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 83
4. Daftar Perangkat Distribusi Pusat Ke Setiap Kecamatan ... 86
5. Daftar Perangkat yang Disediakan Pemerintah Kabupaten ... 87
6. Anggaran Pembentukan Struktur Organisasi dalam Kelompok Kerja ... 92
7. Anggaran Sosialisasi ... 92
8. Anggaran Pelaksana Program ... 94
9. Anggaran Penyediaan Sarana Dan Prasarana ... 95
10.Anggaran Mobilisasi Penduduk ... 96
NO. Judul Gambar Halaman
1. Basic Model Of The Strategic Management Process ... 33
2. Kerangka Kerja Analisis Organisasi Implementasi Strategi ... 35
3. Model Sederhana Proses Implementasi Strategi ... 36
4. 7-S Model McKinsey ... 40
5. Model Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen ... 41
6. Kerangka Fikir ... 54
7. Peta Kabupaten Nunukan ... 61
8. Illustrasi Akses Antar Daerah Di Kab. Nunukan ... 62
9. Hubungan Kerja Pokja Kabupaten Dan Pokja Kecamatan ... 74
10.Kegiatan Sosialisasi e-KTP Kabupaten Dan Kecamatan ... 77
11.Sosialisasi e-KTP bentuk Baliho dan Stiker ... 78
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari
sistem administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan
dan pembangunan penyelenggaraan administrasi kependudukan. Hak asasi setiap
orang di bidang pelayanan administrasi kependudukan, peningkatan kesadaran
penduduk dan kewajibannya untuk berperan serta dalam pelaksanaan administrasi
kependudukan, pemenuhan data statistik kependudukan dan statistik peristiwa
kependudukan, dukungan terhadap perencanaan pembangunan sistem administrasi
kependudukan guna meningkatkan pemberian pelayanan publik tanpa diskriminasi
(Mulyo, 2011). Sejalan dengan arah penyelenggaraan administrasi kependudukan,
maka pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar dari
administrasi kependudukan perlu ditata dengan sebaik-baiknya agar dapat
memberikan manfaat dalam perbaikan pemerintahan dan pembangunan.
Kemajuan teknologi yang sangat cepat mengharuskan instansi mengikuti
perkembangan teknologi. Perkembangan Teknologi Informasi yang kian pesat
menimbulkan suatu revolusi baru berupa peralihan sistem kerja yang konvensional ke
era digital. Perubahan ini juga telah merubah cara pandang setiap orang dalam
melakukan berbagai kegiatan salah satunya adalah pada kegiatan instansi pemerintah.
kebutuhan instansi pemerintah dalam menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja
maupun dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (Mulyo, 2011)
Salah satu pelayanan terhadap masyarakat adalah pengelolaan pendaftaran
penduduk yang merupakan tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana
dalam pelaksanaannya diawali dari desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran
penduduk, hingga setiap warga terdaftar secara administrasi sebagai warga negara
Indonesia dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
administrasi kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan benar
dan cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat pelayanan yang
memuaskan.
Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai
pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar yang diperlukan
maka pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan mengadakan program
yang dahulu dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Kependudukan
(SIMDUK) yang dibuat sekitar tahun 1996. SIMDUK adalah sebuah kebijakan yang
diterapkan di daerah kabupaten/kota, dan ditujukan untuk menangani status
kependudukan dengan segala perubahannya. SIMDUK itu sendiri merupakan suatu
aplikasi untuk mengelola data kependudukan daerah yang meliputi Kartu Keluarga
(KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Kelahiran, Sensus Penduduk, dan
Demografi Penduduk. Aplikasinya dapat digunakan untuk mengelola data
karena didasarkan pada basis internet maka dapat dikumpulkan di satu titik yaitu
Internet Data Center.(PT. Telematika, 2011)
Namun pada pelaksanaannya di lapangan ternyata didapati berbagai
kelemahan SIMDUK sebagai sebuah sistem untuk mengelola data kependudukan.
Dimana masih banyak terdapat pemalsuan identitas karena disebabkan kurang
detailnya data-data mengenai penduduk. Seperti yang terdapat di Kabupaten
Nunukan, ditemukannya berbagai identitas ganda dengan nomor identitas yang
berbeda pula di Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan berbagai evaluasi terhadap
kebijakan SIMDUK ini pemerintah merasa perlu menggantinya dengan sebuah
kebijakan yang baru. Kebijakan baru itu tentunya juga lebih menjawab segala
kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi data kependudukan. Untuk membantu
berbagai pekerjaan mengenai pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan
berbagai standar yang diperlukan maka pemerintah merumuskan sebuah kebijakan
baru. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2003
tentang elektronik government (CV.Artha Mitra Pratama, 2011)
Salah satu pendorong penerapan e-Government adalah untuk meningkatkan
efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Dalam penyusunan rencana strategis pengembangan e-Government,
pemerintah memiliki peranan sebagai pemberi kebijakan tentang strategi
pengembangan e-Government, dalam hal ini Inpres tersebut memberikan arahan
pemerintahan sesuai dengan konteks masing-masing dari lingkungan instansi
tersebut.
Menurut Inpres Nomor 3 Tahun 2003, dikatakan bahwa pengembangan
e-Government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan
kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui
pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja
di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi
informasi.
Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang
berkaitanyaitu :
1. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja
secara elektronis;
2. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat
diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat.
Banyaknya data yang dikelola dan perlunya penyampaian informasi yang
cepat dalam kegiatan pelayanan administrasi kependudukan menjadikan teknologi
informasi sebagai media yang dianggap mampu dan handal untuk membantu dalam
pengelolaan data dan penyajian informasi yang cepat, mudah dan akurat. Kemudian
sebuah penerapan teknologi hendaknya memenuhi prinsip-prinsip tepat guna
(appropriate) mendukung sistem pelayanan administrasi kependudukan, bertahan
investment), aman (secure) mudah dioperasionalkan (user friendly) dan murah
pemeliharaannya, serta dapat diakses di seluruh wilayah tanah air dengan support
yang selalu tersedia dan relatif cepat. Dalam mendukung pelayanan administrasi
kependudukan, penerapan teknologi sangat penting untuk menjawab keamanan
(security) dan kecepatan dalam proses perekaman, pengiriman/komunikasi data,
penyimpanan serta pendayagunaan data individu penduduk. (PT.Unisystem Utama,
2011)
Penerapan teknologi informasi dalam e-Government ini diantaranya adalah
penggunaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Sistem
Informasi Kependudukan adalah salah satu jenis perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk membantu proses pengelolaan data pencatatan biodata penduduk
pada salah satu instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pelayanan
administrasi kependudukan. SIAK merupakan suatu sistem informasi berbasis web
yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang
bertujuan menata sistem administrasi dibidang kependudukan sehingga tercapai tertib
administrasi dan juga membantu bagi petugas dijajaran pemerintah daerah khususnya
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil didalam menyelenggarakan layanan
kependudukan. SIAK bisa menjadi solusi dari masalah kependudukan yang ada.
Dengan adanya pengelolaan data secara online maka kelemahan-kelemahan
pengolahan data secara konvensional dapat ditekan. SIAK sendiri memberikan
banyak manfaat antara lain, hasil perhitungan dan pengelolaan data statistik tersebut
dan program bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan di bidang kualitas,
kuantitas, dan mobilitas penduduk, serta kepentingan pembangunan lainnya. (Agung
Made, 2011)
Disamping itu SIAK dirancang, dibangun dan dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip diatas, untuk mampu menyelenggarakan penerbitan NIK Nasional
sebagai nomor identitas tunggal (unique) yang ditampilkan pada setiap dokumen
kependudukan, dan sebagai kunci akses untuk verifikasi data diri maupun identifikasi
jati diri seseorang yang sangat berguna di dalam mewujudkan efisiensi dan efektifitas
pelayanan publik. Sejalan dengan itu, aspek material untuk penerbitan dokumen
kependudukan, misalnya penerbitan KTP juga harus terjamin kualitas keamanannya
dalam mendukung nilai serta keaslian dokumen, yaitu dengan menerapkan security
feature teknologi yang tepat guna. Issue keamanan (security) dalam hal ini bermakna
ganda, yaitu bagi penduduk/pemegang dokumen dapat memberikan rasa aman,
nyaman, kepastian hukum (perlindungan dan pengakuan negara/pemerintah) atas
data-informasi status kependudukan atau peristiwa vital yang tertera dalam dokumen.
Sedangkan bagi pemerintah, dokumen kependudukan yang terjamin keasliannya dan
valid data informasi di dalamnya dapat berfungsi mengendalikan penduduk untuk
kepentingan nasional, serta bagi penyelenggara pelayanan publik dapat membantu
mendukung terwujudnya pelayanan yang efisien dan efektif. (PT.Unisystem Utama,
Hal-hal seperti tersebut diatas, telah diintegrasikan dalam bentuk kartu tanda
penduduk elektronik (e-KTP) sebagai salah satu strategi yang diharapkan mampu
menjadi pilar elektronik Government dalam memberikan peningkatan pembangunan
dan perencanaan pembangunan dimasa yang akan datang. Satu perubahan besar yang
dimunculkan melalui e-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan
yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun
teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional.
Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang tercantum Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku
seumur hidup. NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam
penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas
lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan).
KTP Elektronik ini, pada dasarnya pada dasarnya akan diberlakukan secara
nasional di seluruh Indonesia, namun pemerintah pusat memberlakukan
penerapannya secara bertahap, yaitu di Tahun 2011 diterapkan di 197 kabupaten/kota,
dan ditahun 2012 berada di 300 di kabupaten/kota. Khusus untuk Kalimantan Timur,
dari 14 Kabupaten/kota, 7 Kabupaten/Kota pada Tahun 2011 menerapkan e-KTP dan
termasuk diantaranya Kabupaten Nunukan.
Sejak penetapan tersebut, banyak hal menarik yang terjadi dalam penerapan
e-KTP ini di Kabupaten Nunukan,, diantaranya adalah terungkap saat adanya hearing
Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Nunukan tidak terjamin,
sehingga mengganggu proses penerapan program pusat tersebut. Kemudian akhirnya
disepakati DKPS meminjam Kantor Kelurahan Nunukan Tengah dan Dinas
Perhubungan untuk menjadikan sebagian ruangannya sebagai kantor DKPS.
(www://Tribun Kaltim.co.id).
Dalam pelaksanaan bimbingan teknis mengenai materi umum dan tata cara
penerbitan e-KTP mulai dari perekaman data seperti perekaman sidik jari,
tandatangan dan iris mata, yang digelar dilantai V Kantor Bupati Nunukan pada
Selasa, 2 Agustus 2011, dan dihadiri sekitar 40 orang dari staf Kecamatan dan Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan, seyogyanya pelatihan tersebut
ditunjang perangkat/alat, namun pertemuan itu hanya materi yang sifatnya
penyampaian dan penggambaran spesifikasi, sehingga tidak maksimal.
(www://Tribunkaltim.co.id)
Disamping itu, menurut Faridah Aryani, SE (Sekretaris Camat Kecamatan
Nunukan Selatan), kendala yang saat ini kecamatan hadapi adalah bahwa alat yang
didistribusikan oleh pemerintah pusat baru satu yang berfungsi, sehingga jumlah
masyarakat yang dimobilisasi ketempat pelayanan masih kurang, dan kendala lainnya
karena cuaca di Kecamatan Nunukan Selatan masih sering mengganggu signal,
sehingga antrian yang mestinya dapat diselesaikan 30 KK perharinya kurang dari
target tersebut.
Begitupun juga di Kecamatan Nunukan (induk), terjadi hal yang sama
diyakini belum mampu memenuhi target sekitar 46.000 jiwa sampai 31 Desember
2011. Bahkan dibeberapa Kecamatan telah diberlakukan pelayanan seminggu penuh,
namun diperkirakan pencapaian target 100% untuk akhir Desember 2011 masih
terkendala. Hal ini dibuktikan dengan data sebagaimana dalam tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Jumlah Penduduk, Jumlah Wajib KTP dan Realisasi serta Prosentase KTP Elektronik Kabupaten Nunukan
No. Nama Kecamatan Jumlah Penduduk
Sumber : DKPS Kabupaten Nunukan (15 Desember 2011)
Sangat disadari bahwa penerapan KTP Elektronik sesungguhnya akan
mengalami banyak kendala, disamping karena merupakan inovasi baru dan sifatnya
top down, sehingga strategi yang telah ditetapkan oleh pusat melalui Kementrian
dan berhasil 100% oleh setiap daerah. Dinamika organisasi dan kondisi geografis
setiap Kabupaten/Kota sangat mempengaruhi efektifitas dan efiensi penyelenggaraan
penerapan KTP Elektronik ini. Dan ketika Kabupaten Nunukan mampu mencapai
angka sebagaimana tabel tersebut diatas, menurut peneliti sebuah apresiasi patut
diberikan kepada stakeholder yang bekerjasama dengan baik, karena peneliti
menganggap capaian tersebut cukup baik dengan jangka waktu kurang lebih tiga
bulan.
Berangkat dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas, penulis akhirnya
tertarik untuk meneliti implementasi strategi yang dilakukan pemerintah Kabupaten
Nunukan dalam menerapkan e-KTP sebagai rangkaian dari petunjuk teknis dan
petunjuk pelaksanaan dari pusat untuk melaksanakan formulasi strategi yang
ditetapkan sebelumnya. Hal ini meliputi langkah-langkah konkrit yang dilakukan
dalam rangkaian penerapannya, dan sejauh mana upaya tersebut mencapai tujuan
yang diinginkan (efektif).
B. Fokus Permasalahan
Berdasarkan latar belakang, peneliti memandang, perubahan besar dalam
penerapan e-KTP membutuhkan konsistensi dan keterpaduan semua stakeholder,
sehingga upaya kearah pencapaian tujuan mengharuskan adanya implementasi
strategi dalam mensukseskan penerapan KTP Elektronik tersebut. Berangkat dari hal
”Bagaimana implementasi strategi penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (
e-KTP) di Kabupaten Nunukan ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui implementasi strategi
penerapan KTP elektronik (e-KTP) di Kabupaten Nunukan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
implementasi strategi dalam administrasi pembangunan melalui sistem teknologi
informasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah termasuk dalam mencapai tujuan
yang diinginkan (efektif).
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran terhadap
pemerintah Kabupaten Nunukan dalam mengimplementasika strategi dalam rangka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Program Pembangunan
Pembangunan adalah : “rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan
perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu bangsa dan negara
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation-building)” Siagian
(1999:4). Sedangkan Ginanjar Kartasasmita dalam Soetomo (2006:8) memberikan
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai „suatu proses perubahan ke arah
yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana’.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya
pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan,
pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan
dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek
perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta
industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu,
keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena
masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip
kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang
merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005:4 )
Dimensi kependudukan dalam pembangunan nasional dapat dilihat dalam dua
pembangunan nasional dan (2) pembangunan kependudukan itu sendiri. Sisi pertama
merupakan penjabaran dari pembangunan berwawasan kependudukan merujuk pada
konsep agar perencanaan pembangunan harus memperhatikan dinamika
kependudukan yang ada. Sisi kedua merujuk pada bagaimana membangun penduduk
itu sendiri agar dapat menjadi pelaku-pelaku pembangunan yang andal. Dalam hal ini
bagaimana mengendalikan pertumbuhan penduduk, mengarahkan mobilitas
penduduk, meningkatkan kualitas penduduk dan didukung dengan sistem informasi
kependudukan yang andal (Tjiptoherijanto, 2005 : 1)
Pembangunan di Indonesia dewasa ini diarahkan pada pembangunan
berwawasan kependudukan (people oriented development) yang merupakan
penjabaran dari pada konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
yang berarti bahwa pembangunan dijalankan untuk memenuhi keperluan masyarakat,
dengan mempersiapkan kepentingan penduduk dimasa yang akan datang. Sehingga
dalam pelaksanaan kearah ini pemerintah harus memperhatikan aspek keberadaan
elektronik Kartu Tanda Penduduk sebagai bagian dari perencanaan pembangunan.
Pembangunan daerah adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan
perikehidupan manusia dan masyarakat daerah yang dilakukan secara terus-menerus,
berlandaskan kemampuan daerah, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan daerah, nasional dan
global. Pengertian daerah disini mencakup daerah kabupaten/kota dan daerah
propinsi masing-masing sebagai daerah otonom. Terdapat hubungan timbal balik dan
antar daerah. Sifat hubungan tersebut yang demikian kuat dapat menghambat bahkan
menggagalkan pembangunan pada sektor yang lain (Wrihatnolo dan Nugroho, 2006
:65). Dari definisi pembangunan sebelumnya, maka jelas dapat kita lihat
pokok-pokok ide yang tersurat, yaitu adanya suatu proses yang terus menerus, usaha yang
dilakukan dengan perencanaan, orientasi pada perubahan yang signifikan dari
keadaan sebelumnya, memiliki arah yang lebih modern dalam artian luas yang
mencakup seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, memiliki tujuan utama
untuk membina bangsa. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan elektronik KTP jelas
bahwa dengan diterapkannya sistem ini tidak terjadi lagi tumpang tindih
kependudukan sehingga satu orang tidak memiliki KTP ganda sehingga dalam
melakukan Perumusan Kebijakan, Perencanaan Pembangunan, Kebutuhan Sektor
Pembangunan lain didaerah bersinergi dengan daerah lain sampai tingkat nasional
(SIAK Dalam Kerangka Adminduk).
Pembangunan administrasi kependudukan di Kabupaten Nunukan berada
pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai penanggungjawab pelaksanaan
pembangunan administrasi kependudukan di daerah. Sejalan dengan itu maka sangat
relevan dinas ini mengusung visi : “Terwujudnya Pelayanan Prima dalam
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil”
Menurut Nawawi (2003 : 122),
Visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan karakteristik
yang ingin di capai oleh suatu organisasi pada jauh dimasa yang akan datang.
Banyak intepretasi yang dapat keluar dari pernyataan keadaan ideal yang ingin
dicapai organisasi tersebut. Visi itu sendiri tidak dapat dituliskan secara lebih jelas
menerangkan detail gambaran sistem yang ditujunya, oleh kemungkinan kemajuan
dan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang
tersebut. Pernyataan Visi tersebut harus selalu berlaku pada semua
kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi sehingga suatu Visi hendaknya
mempunyai sifat / fleksibel.
Untuk itu menurut Lewis dan Smith dalam Hasibuan (2005 : 35) ada beberapa
persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan Visi:
a. Berorientasi pada masa depan;
b. Tidak dibuat berdasar kondisi atau tren saat ini;
c. Mengekspresikan kreativitas;
d. Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat;
e. Memperhatikan sejarah, kultur, clan nilai organisasi meskipun ada
perubahan terduga;
f. Mempunyai standard yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggota organisasi;
g. Memberikan klarifikasi bagi manfaat organisasi serta tujuan-tujuannya;
h. Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi pada organisasi;
i. Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi serta citranya;
Visi sebagai cara pandang kedepan tentu menuntut kemampuan dari
pengambil kebijakan untuk merangkai berbagai kegiatan efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan organisasi, karena itu peranan manajemen strategis dalam mengelola
perubahan-perubahan dimasa mendatang menjadi hal yang sangat penting.
Dalam rangka menuju pencapaian visi, ditetapkanlah misi, yang merupakan
suatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil
dengan baik sesuai Visi yang telah ditetapkan. Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Nunukan menetapkan Misi dalam Lakip Kabupaten Nunukan Tahun
2010 sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas layanan administrasi kependudukan 2. Meningkatkan Tertib Administrasi
3. Meningkatkan pengawasan terhadap penyelenggaraan kependudukan dan kesadaran hukum masyarakat.
4. Membangun sistem dan jaringan informasi kependudukan terpadu Dari pernyataan misi biasanya diharapkan seluruh jajaran organisasi dan pihak
lain yang berkepentingan dapat mengenal dan mengetahui keberadaan dan peran dari
organisasi tersebut, dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Nunukan. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang akan
dilakukan, kapan dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Perumusan misi
organisasi harus memperhatikan dan menampung masukan dari pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dan memberi peluang untuk perubahan sesuai dengan
tuntutan perubahan lingkungan.
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh pemerintah
pernyataan misi yang merupakan hasil kompromi intepretasi Visi. Misi merupakan
sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk garis besar
cara pencapaian Visi. Pernyataan Misi memberikan keterangan yang jelas tentang
apa yang ingin dituju serta kadang kala memberikan pula keterangan tentang
bagaimana cara organisasi bekerja. Mengingat demikian pentingnya pernyataan misi
maka selama pembentukannya perlu diperhatikan masukan-masukan dari anggota
organisasi serta sumber-sumber lain yang dianggap penting.
Dari arah pembangunan yang ingin dicapai Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil melalui visi dan misinya diatas, dalam pandangan kebijakan publik
dianggap sebagai bagian dari manajemen strategik, sehingga adalah penting jika
dalam menjalankan penerapan e-KTP, strategi menjadi penting. Dalam rangka
pencapaian itu, pemerintah megeluarkan kebijakan-kebijakan yang sifatnya
komperensif dan berlaku secara nasional. Dalam hal ini dikeluarkannya Inpres No. 3
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Governmet,
UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Pemerintah
(PP) Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, yang pada
prinsipnya menjamin administrasi kependudukan dan pelayanannya dalam rangka
mencapai efektifitas dan efisiensi.
2. e-Government
E-government dapat dipahami sebagai upaya pemerintah untuk menyediakan
dan komunikasi. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan kondisi
atau keadaan tertentu yang mendukung. Kondisi ini dapat diartikan sebagai kesiapan
atau readiness. Terkait dengan e-government maka readiness merupakan kondisi
atau keadaan kesiapan dari pemerintah dan masyarakat pengguna terkait dengan
pelayanan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Tingkat kesiapan yang
dicapai memiliki korelasi positif dengan keberhasilan dalam mencapai tahap
pengembangan e-government suatu kabupaten atau kotamadya. (Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi 2006).
Perubahan-perubahan yang terjadi saat ini menuntut terbentuknya
pemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan
secara efektif dimana masyarakat menuntut pelayanan publik yang memenuhi
kepentingan masyarakat luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan
terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif. Pemerintah pusat dan daerah
harus mampu membentuk dimensi baru ke dalam organisasi, sistem manajemen, dan
proses kerja yang lebih dinamis. Dengan demikian perlu dikembangkan sistem dan
proses kerja yang lebih lentur untuk memfasilitasi berbagai bentuk interaksi yang
kompleks dengan lembaga-lembaga negara lain, masyarakat, dunia usaha, dan
masyarakat internasional.
Pengembangan sistem manajemen organisasi jaringan sebagai suatu upaya
untuk dapat memperpendek lini pengambilan keputusan serta memperluas rentang
dengan dunia usaha (public-private partnership), memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi untuk meningkatkan kemampuan mengolah, mengelola, menyalurkan, dan
mendistribusikan informasi dan pelayanan publik. Oleh karena itu ketika masyarakat
mendambakan terwujudnya reformasi sektor publik, pemerintah harus segera
melaksanakan proses transformasi menuju e-Government (kepmekominfo Nomor 57
Tahun 2003).
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dan e-KTP ini
merupakan salah satu aplikasi e-Government dan bagian implementasi sistem
informasi bagi pemerintahan. Aplikasi e- Government berperan strategis untuk
pelaksanaan penyediaan layanan publik yang lebih efektif dan memenuhi tata
pamong (governance) bagi pemerintahan. Implementasi aplikasi e-Government
dirasa belum mencukupi upaya pelaksanaan layanan publik yang efektif bila
diimplementasikan terpisah-pisah untuk masing-masing departemen ataupun bagian
dalam pemerintahan. Namun, aplikasi e-Government yang ada dibangun berdasarkan
prioritas kebutuhan. Aplikasi e-Government juga di bangun pada era teknologi
berbeda. Demikian untuk menghancurkan tembok pemisah terpencarnya aplikasi
e-Government dapat berupa solusi keterpaduan data dan proses, dan hal tersebut
terdapat dalam SIAK. Sehingga Efendy sofyan dalam Azhari dan Idham (2002 :25)
mengatakan bahwa „hubungan interaktif antara pemerintah dan masyarakat hanya
dapat dibangun dengan menerapkan teknologi informasi dan manajemen berbasis
Kemudian Cahyana Ahmadjayadi (2004 : 4), Deputi Bidang Jaringan
Kominfo, Kementerian Kominfo mengatakan bahwa sesungguhnya yang ditawarkan
e-Government itu setidaknya ada tiga secara sederhana, yaitu :
1. Proses Otomatisasi, yakni mengubah peran manusia dalam menjalankan proses yang meliputi menerima, menyimpan, processing, output dan mengirimkan informasi.
2. Proses Informasi, yakni; Mendukung peran manusia dalam menjalankan proses informasi, misalnya mendukung arus proses pengambilan keputusan, komunikasi dan implementasi.
3. Proses Transformasi: yakni: membuat ICT baru, untuk menjalankan proses informasi atau mendukung proses informasi, misalnya membuat metode baru dalam pelayanan publik.
Kemudian jika ditinjau dari pelaksanaan adanya penerapan e-KTP ini
sebagaimana persfektif ketiga perubahan fundamental diatas, tentu diharapkan e
-KTP akan membawa beberapa keunggulan bagi pemerintah dalam menyelenggarakan
pembangunan administrasi kependudukan dan pelayanan publik sebagaimana
dituliskan Falih Suaedi (2010 : 57) yaitu :
a) Efisiensi, yang artinya pemerintah mampu menyelenggarakan pelayanan
dengan lebih murah, mampu menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat
dan mampu bekerja lebih cepat. Pemerintah mampu menghasilkan output
yang sama dengan biaya yang lebih murah dan sejumlah output yang lebih
besar dengan total biaya yang sama. Pemerintah mampu menghasilkan
output yang sama dengan biaya sama namun waktu yang lebih cepat.
b) Efektivitas, yang artinya pemerintah mampu bekerja lebih baik dan lebih
inovatif. Menghasilkan sejumlah output yang sama dengan biaya dan
mampu menangkap aspirasi masyarakat yang dilayani dengan pilihan
yang sesuai dan kemampuan masyarakat
3. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran
Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain
(Undang-Undang No.23 Tahun 2006).
Sistem informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat
SIAK adalah sistem informasi Nasional yang memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di
setiap tingkatan wilayah administrasi pemerintahan (PP Nomor 37 Tahun 2007),
kemudian ditambahkan pula dalam PP tersebut bahwa pengelolaan informasi
administrasi kependudukan adalah pengumpulan, perekaman, pengolahan dan
pemuktakiran data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil untuk penerbitan
dokumen penduduk, pertukaran data penduduk, dalam rangka menunjang pelayanan
publik, serta penyajian informasi kependudukan guna perumusan kebijakan dan
pembangunan.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, yaitu suatu sistem informasi
yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang
administrasi di bidang kependudukan. Administrasi kependudukan meliputi
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil (Sisfonas).
a. Tujuan SIAK
Tujuan adanya SIAK, yaitu :
1. Database Kependudukan terpusat
2. Database Kependudukan dapat diintegrasikan untuk kepentingan lain
(Statistik, Pajak, Imigrasi, dll)
3. Sistem SIAK terintegrasi (RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Pendaftaran
Penduduk, Catatan Sipil, dll)
4. Standarisasi Nasional
a) No. Pengenal Tunggal (NIK)
b) Blangko Standar Nasional (KK, KTP, Buku, Register, Akta Capil)
c) Formulir-formulir Standar Nasional (termasuk kodefikasinya),
Implementasi SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) online,
yang telah diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) No 88/2004 tentang
Pengelolaan Administrasi Kependudukan dan Permendagri No 18/2005 tentang
Administrasi Kependudukan, pada hakekatnya bahwa upaya Tertib Dokumen
Kependudukan atau Tertib Administrasi Kependudukan, tidak sekedar pengawasan
terhadap pengadaan blangko-blangko yang dipersyaratkan dalam penerbitan
dokumen, tapi hendaknya harus tersistem, konkrit dan pragmatis. Artinya mudah
difahami oleh penduduk dan diyakini bermakna secara hukum berfungsi melindungi,
dialami penduduk, sehingga dibutuhkan oleh penduduk karena dapat memudahkan
atau melancarkan urusannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain
dokumen kependudukan memiliki insentif/benefit bagi si pemegang dokumen atau
penduduk.
Tujuan dari adanya sistem informasi administrasi kependudukan ini untuk
mewujudkan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil yang
berorientasi kepada kepuasan dan kemitraan masyarakat menuju terciptanya data dan
informasi kependudukan yang akurat, sistem ini juga diharapkan dapat mewujudkan
terciptanya tata pemerintahan yang baik. Juga dapat memberikan kemudahan
pelayanan dari suatu instansi untuk melakukan proses yang berhubungan dengan
masalah kependudukan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk
melakukan proses pendaftaran penduduk.
Kemudian lebih formal dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37
tahun 2007 bahwa Pengelolaan SIAK bertujuan:
1. Peningkatkan kualitas pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan
Sipil;
2. Menyediakan data dan informasi skala nasional dan daerah mengenai hasil
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang akurat, lengkap, mutakhir
dan mudah diakses;
3. Mewujudkan pertukaran data secara sistemik melalui sistem pengenal
b. Manfaat SIAK
Manfaat yang diambil dari rancangan sistem ini adalah untuk memberikan
suatu kemudahan dalam segala proses yang berhubungan dengan kependudukan. Juga
sebagai alat bagi instansi untuk membuat proses pendataan menjadi lebih efektif dan
efisien dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat.
SIAK dalam hal ini diharapkan sebagai bentuk pelayanan yang berkualitas
tinggi, karena merupakan sistem yang menggunakan teknologi yang memudahkan
masyarakat dalam mengakses layanan tersebut. Menurut Boediono dalam Nugroho
(2003 : 63) „pelayanan yang berkualitas tinggi adalah :
1. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah dibidang pelayanan umum.
2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan,
sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya
guna dan berhasil guna.
3. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat
dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
Dalam rangka mencapai visi pembangunan dibidang administrasi
kependudukan tersebut, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Nunukan, tentu menindaklanjuti kebijakan-kebijakan dari pusat melalui juklas dan
juknis yang telah ditetapkan melalui strategi-strategi yang disesuaikan dengan kondisi
komitmen dari stakeholder dalam memanajemeni dan mengawal pengimplementasian
kebijakan melalui manajemen strategi.
4. Manajemen Strategik
Manajemen Strategik terdiri atas dua suku kata yang dipilah, yaitu kata
Manajemen dan Strategik. Pengertian Manajemen menurut Hasibuan (2005 :2)
adalah “ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu”. Selanjutnya Terry dalam Hasibuan (2005 : 3) menyatakan bahwa „suatu
proses yang khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan pengendalian
(controlling) yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya’.
Sehingga dari pengertian tersebut manajemen mengandung tiga pengertian
yaitu:
1) Manajemen sebagai suatu proses
2) Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen
3) Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan
Pengertian selanjutnya adalah Strategi. Istilah ini berasal dari kata Yunani
“strategos, atau strategus” yang berarti “perwira negara” dengan fungsi yang luas.
Namun secara umum merupakan alat untuk mencapai tujuan. Chandler dalam
Rangkuti (2001 :3) berpendapat bahwa „strategi adalah alat untuk mencapai tujuan
organisasi dalam kaitannya dengan jangka panjang, program tindak lanjut serta
prioritas alokasi sumber daya’. Sedangkan menurut WF Glueck dan LR Jauch
dalam Rangkuti (2001 : 3) mendefinisikan „strategi sebagai rencana yang disatukan,
luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis organisasi dengan
tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat
dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi’.
Menurut Wikipedia :
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Lain halnya dengan George Steiner dalam Silih Agung (2005 : 27) lebih
menekankan strategi jika dimasukkan dalam literature manajemen menganggapnya
sebagai „suatu cara apa yang akan dilakukan seseorang untuk menghadapi daya saing
dengan memprediksi gerakan-gerakannya, sehingga beliau memberi beberapa definisi
yaitu :
1) Strategi adalah sesuatu yang dilakukan top manajemen yang sangat penting
2) Strategi mengacu pada dasar arahan pengambilan keputusan, yaitu tujuan dan
misi
3) Strategi mengandung langkah-langkah penting yang diperlukan untuk
merealisasikan keputusan
4) Strategi menjawab pertanyaan apa yang seharusnya dilakukan organisasi
5) Strategi menjawab apa tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana kita harus
mencapainya.
Hax dan Majluf dalam Salusu (2004 : 100) menawarkan rumusan yang lebih
komperehensif tentang strategi yaitu :
1) Suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral
2) Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka
panjang, program bertindak dan prioritas alokasi sumber daya
3) Menyeleksi bidang-bidang yang akan digeluti atau digeluti organisasi
4) Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan
memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dai lingkungan
eksternal dan kekuatan serta kelemahannya
5) Melibatkan semua tingkatan hirarki dari organisasi.
Dengan demikian tepatlah kiranya Salusu ( 2004 : 101) mengatakan bahwa
“strategi adalah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya organisasi
untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan yang
Dari kedua pengertian tersebut maka relevan dengan pendapat Wahyudi
dalam Winardi dan Karhi (1997 : 85) bahwa „manajemen strategi merupakan suatu
seni dan ilmu dari perbuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi
(evaluating) keputusan-keputusan strategik antar fungsi-fungsi yang memungkinkan
sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa datang’. Sedangkan menurut
Lawrence R. Jauch dan W.F Glueck dalam Iwan Purwanto (2008 : 75) „manajemen
strategi (strategic management) adalah seperangkat keputusan dan tindakan yang
digunakan untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi-strategi yang
berdaya saing tinggi dan sesuai bagi organisasi dan lingkungannya untuk mencapai
sasaran organisasi’.
Menurut Bryson dalam Wahab (1991 : 12) pada organisasi sektor publik
menekankan pada pentingnya proses Manajemen strategi, dimana manfaat yang
diperoleh dengan penerapan manajemen strategis pada organisasi sektor publik
diantaranya adalah:
1) Membantu organisasi publik berpikir secara strategis
2) Mengklarifikasi arah mendatang
3) Memecahkan masalah organisasi
4) Meningkatkan kinerja
5) Berhubungan secara efektif dengan lingkungan yang berubah
6) Membangun tim kerja dan keahlian, dan
7) Memudahkan interface administrasi politik melalui membangun hubungan
Sedangkan menurut Toft dalam Wahab (1991 : 13) beberapa kendala yang
perlu dipertimbangkan dalam penggunaan manajemen strategis pada sektor publik
adalah:
1) Pemerintah berorientasi tindakan dan biasanya jangka pendek.
2) Strategi publik pada tingkat agensi dirancang oleh legislatif.
3) Perencanaan publik dilakukan dalam lingkup intern.
4) Analisis keandalan cukup rumit dan sulit.
5) Agensi publik kurang familier dengan proses kelompok informal untuk
pemecahan masalah, membangun tim, dan lain-lain.
6) karena kendala anggaran dan orientasi jangka pendek, pekerjaan untuk
perencana sektor publik sulit dijustifikasi.
7) strategi publik akan dicapai melalui desain organisasi, penganggaran dan
pengendalian keuangan, dan sistem dan kebijakan personil.
5. Implementasi Strategi
a. Elemen Manajemen Strategi
Wheelen and Hunger dalam Iwan Purwanto (2008:75) berpendapat ‘strategic management is that set of managerial decisions and actions that determines the
long-run performace of a corporation. It includes environmental scanning (both external
and internal), strategy formulation (strategic or long-range planning), strategy
implementation, and evaluation and control. The study of strategic management,
therefore, emphasizes the monitoring and evaluating of external opportunities and
Maksudnya manajemen strategis berupa serangkaian keputusan manajerial
dan tindakan yang menentukan kinerja jangka panjang pada sebuah organisasi. Hal
ini termasuk memotret lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategi (strategi
atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi dan
pengendalian. Oleh karena itu, studi mengenai manajemen strategis, menekankan
pada monitoring dan evaluasi dari peluang eksternal dan ancaman yang dipandang
dari sudut kekuatan dan kelemahan suatu organisasi.
Sedangkan menurut Tunggal Amin Widjaja (2010 : 12 ), manajemen strategis terdiri dari sembilan tugas kritikal berikut ini :
1) Memformulasi misi (mission) perusahaan termasuk pernyataan yang luas mengenai maksud (purpose), falsafah (philosophy) dan sasaran (goal). 2) Mengembangkan suatu profil perusahaan yang merefleksi pada kondisi
internal dan kemampuannya.
3) Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk baik faktor kompetitif maupun faktor yang berhubungan dengan konteks umum.
4) Menganalisis opsi perusahaan dengan menandingi sumber daya perusahaan dengan lingkungan eksternalnya.
5) Mengidentifikasi opsi yang paling diiinginkan dengan menilai setiap opsi dipandang dari sudut misi perusahaan.
6) Memilih sekumpulan tujuan jangka panjang dan strategi total (grand strategies) yang akan mencapai opsi yang paling diinginkan.
7) Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan kumpulan tujuan jangka panjang yang dipilih dari strategi secara keseluruhan (grand strategies).
8) Mengimplementasikan pilihan strategi dengan alat alokasi sumber daya yang dianggarkan yaitu memadani tugas–tugas, manusia, struktur, teknologi dan menekankan sistem ganjaran.
9) Menilai keberhasilan proses strategik sebagai masukan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
Senada pula dengan Gregory G. Dees dan Alex Miller dalam Winarno dkk
(2007 : 5) „Strategic management is a process that combines three major interrelated
(Manajemen strategi adalah suatu proses kombinasi antara tiga aktivitas, yaitu
analisis strategi, perumusan strategi dan implementasi strategi). Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa manajemen srategis dapat dilihat sebagai suatu proses
yang meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan. Dimana
berbagai elemen saling berhubungan dan mempengaruhi. Oleh sebab itu manajemen
strategis ditujukan untuk semua tujuan dan sasaran organisasi. Semua usaha harus
ditujukan pada apa yang berbaik bagi keseluruhan organisasi, tidak hanya pada satu
bidang fungsi saja. Sehingga dapat dirumuskan bahwa defenisi manajemen strategis
sesungguhnya memuat 3 elemen yaitu :
1) Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk
manajeman efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari
kekuatan dan kelemahan organisasi. Perumusan strategi meliputi menentukan
misi organisasi, menentukan tujuan-tujuan yang dapat dicapai, pengembangan
strategi, dan penetapan pedoman kebijakan.
a) Misi
Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup.
Pernyataan misi yang disusun dengan baik mendefinisikan tujuan
mendasar dan unik yang membedakan suatu perusahaan dengan
perusahaan lain.
b)Tujuan
Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa
jika memungkinkan. Pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil dari
penyelesaian misi.
c) Strategi
Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif
tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi
akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan
keterbatasan bersaing.
d)Kebijakan
Aliran dan strategi, kebijakan menyediakan pedoman luas untuk
pengambilan keputusan organisasi secara keseluruhan. Kebijakan juga
merupakan pedoman luas yang menghubungkan perumusan strategi dan
implementasi.
2) Implementasi strategiadalah proses dimana menajemen mewujudkan strategi dan
kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan
prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secara
menyeluruh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara
keseluruhan.
3) Evaluasi dan Pengendalian yang tepat harus mampu melengkapi kesimpulan yang
ditunjukan dalam model manajemen strategi. Sistem tersebut harus memberikan
informasi umpan balik yang penting, tidak hanya bagi implementasi strategi,
Pada model manajemen strategis menunjukan bagaimana umpan balik dalam
bentuk data kinerja dan laporan aktivitas dijalankan melalui seluruh proses
manajemen dengan menggunakan pengamatan lingkungan baik secara eksternal
maupun internal. Sehingga para pengambil kebijakan dapat membandingkan apa
yang sesungguhnya terjadi dengan apa yang sesungguhnya direncanakan. Sehingga
dari berbagai penjelasan tersebut, maka sebagaimana Wheelen dan Hunger
menggambarkan elemen dasar proses manajemen strategik sebagaimana gambar 1
berikut :
Gambar 1
Basic Model Of The Strategic Management Process
b) Implementasi Strategi
Grindle dalam Wibawa (1994 : 10) menyatakan, „implementasi merupakan
proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program
tertentu’. Sedangkan Van Meter dan Horn dalam Wibawa (1994: 15) menyatakan
bahwa „implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah
dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan’. Grindle dalam Wibawa (1994 : 3) menambahkan bahwa „proses
implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program
Implementasi kebijakan dapat dicirikan dan dibedakan dengan tahap pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan di satu sisi merupakan proses yang memiliki logika bottom-up, dalam arti proses kebijakan diawali dengan penyampaian aspirasi, permintaan atau dukungan dari masyarakat. Sedangkan implementasi kebijakan di sisi lain di dalamnya memiliki logika top-down, dalam arti penurunan alternatif kebijakan yang abstrak atau makro menjadi tindakan konkrit atau mikro (Wibawa, 1994: 2).
Menurut Lane dalam Wibawa (1994 :4), „implementasi sebagai konsep dapat
dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output,
Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari
maksud dan tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi
merupakan persamaan fungsi dari implementation = F (Policy, Formator,
Implementor, Initiator, Time). Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada
kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh
implementor dalam kurun waktu tertentu’.
Implementasi menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya
dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pandangan Van Meter dan
Horn dalam Wibawa (1994 : 11) bahwa „tugas implementasi adalah membangun
jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas
instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (policy
stakeholders)’.
Misi & Tujuan
Kerangka Kerja Analisis Organisasi Untuk Implementasi Strategi
Struktur
a) Bagaimana struktur organisasinya ?
b) Bagaimana garis kekuasaan dan komunikasinya ?
c) Apa peran dari satuan tugas, komite atau apa kesamaan mekanismenya ?
Sistem
a) Bagaimana perangkat anggarannya ?
b) Bagaimana kebiasaan sistem perencanaannya ?
c) Apa yang menjadi kunci pengukuran yangdigunakan untuk evaluasi kinerja ? d) Bagaimana sistem akuntansinya ?
e) Bagaimana jalannya aliran produk dan informasinya ?
Manusia
a) Apa yang menjadi keahlian (skill), pengetahuan, dan pengalaman dari pekerja ?
b) Bagaimana kondisinya menurut departemen dan kualitas-nya ? c) Apa yang menjadi harapan pekerja ?
Budaya organisasi
a) Apakah nilai-nilai yang ada visible dan diterima ?
b) Nilai-nilai apa yang ada dan bagaimana hal itu dikomu-nikasikan ? c) Apa yang menjadi norma tingkah laku ?
d) Apa saja yang dijadikan simbol dan aktivitas simbolik-nya ? e) Gaya manajemen apa yang dominan ?
f) Bagaimana cara penyelesaian konflik ?
Strategi
a) Dimanakah strategi yang baru akan tepat dimasukkan dalam organisasi ? b) Akankah strategi yang baru tepat dengan rencana strategis dan sesuai
dengan kondisi dananya ?
c) Akankah sistem dan budaya yang ada mendukung strategi baru ?
d) Perubahan organisasional apa yang harus dilakukan untuk mensukseskan strategi baru ?
e) Apa dampak yang akan terjadi akibat perubahan ? apakah hal itu akan feasible?
Lain halnya dengan pandangan Certo dan Peter dalam Setiawan dan
Zulkieflimansyah (2007:103) bahwa untuk „melakukan implementasi strategi yang
baik, tugas-tugas utama yang seharusnya dilakukan dalam proses tersebut adalah
a) Tahap menganalisa perubahan yang mungkin akan dialami oleh organisasi
akibat dari formulasi kebijakan, yang bertujuan untuk memberi gagasan
yang jelas dan terperinci mengenai seberapa banyak organisasi harus
berubah agar berhasil dalam implementasi. Tingkatan perubahan yang
dilakukan organisasi menentukan pendekatan strategi perubahan yang
ditetapkan dalam setiap kondisi.
b) Struktur organisasi dirancang untuk mewakili hubungan antar sumber
daya yang akan melaksanakan tugas dan biasanya dalam bentuk bagan.
Certo dan Peter dalam Iwan (2008:215) mengemukan bahwa „pentingnya
struktur organisasi ini karena ada dua alasan utama, yaitu struktur
organisasi akan menjelaskan bagaimana kebijakan akan disusun, dan yang
kedua adalah menjelaskan bagaimana sumber daya akan dialokasikan’.
Menurut Hunger dan Wheelen (2003:304) bahwa “penetapan struktur
organisasi hal utama dalam mengorganisasikan berbagai aktivitas dan
sumber daya manusia yang tersedia dalam sebuah organisasi agar semua
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik”.
Sedangkan menurut Sukanto (2003:69)
implementasi strategi bertalian dengan pembicaraan tentang struktur organisasi serta sumber daya manusia (staf). Didalam organisasi ada fungsi, yaitu fungsi garis, garis dan staf, yang hubungannya ada wewenang, tanggungjawab dan pelaporan.
Sedangkan Chandler dalam Hunger dan Wheelen (2003:306)
perubahan organisasi, dan karena itu biasanya struktur organisasi juga
berubah karena timbulnya inefesiensi oleh struktur lama’.
c) Analisa budaya organisasi, merupakan suatu komponen yang
mempertanyakan mengapa suatu organisasi dapat diimplementasikan,
dimana didalamnya memuat nilai-nilai, gaya manajemen dan kebiasaan
orang-orang didalam organisasi. Secara formal budaya organisasi dapat
diartikan suatu presepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi itu suatu system dengan makna yang sama, artinya bahwa
budaya organisasi terwujud dalam filosofi, ideology, nilai-nila, asumsi,
keyakinan serta sikap dan norma bersama anggota organisasi dalam
memandang berbagai realitas. Hal ini lebih senada dengan ungkapan
Jauch dan Gueck dalam Iwan (2008:229) bahwa „budaya organisasi adalah
ideology yang menguasai pola perilaku dan norma mapan yang
mempengaruhi tindakan dan keputusan’. Sedangkan menurut Clyde
Kluchohn dalam Setiawan dkk (2005:113) bahwa „budaya adalah
seperangkat kebiasaan, pola pikir, perasaan dan reaksi yang
mempengaruhi keputusan yang diambil dalam mengahadapi suatu
masalah tertentu’. Hal ini tentu membuat jelas bahwa budaya organisasi
sangat mempengaruhi efektifitas dari implementasi strategi.
Sukanto (2003:78) lebih menekankan
budaya organisasi dapat menentukan tingkat produktivitas dan kinerja organisasi. Dengan didasarkan pada budaya, sebuah organisasi akan menjadi solid karena ada pengikatnya yaitu nilai yang dimiliki bersama (shared values). Makin kental budaya, makin tinggi kinerjanya karena menjalin dan menginternalisasikan perilaku anggota organisasi, dimana dengan adanya budaya, para anggota berkomitmen pada tugasnya.
Lebih komperehensif McKinsey dalam Fitri Lukiastuti dkk (2008 :
89)menggambarkannya melalui 7-S Model yang menggambarkan adanya
hubungan antara pemimpin, budaya organisasi, dan strategi. McKinsey
menjelaskan bahwa „strategi (Strategy) yang telah disepakati oleh para
pemimpin harus didukung oleh struktur organisasi (Structure) dan sistem
(System) yang diterapkan dalam organisasi tersebut. Struktur dan sistem
tersebut ditentukan oleh pemimpin (Style). Pemimpin menentukan siapa
orang yang membantunya (Staff), dan Skill yang dimiliki oleh staff.
Structure, system, style, staff, dan skill memiliki kontribusi terhadap
keberhasilan strategy. Kontribusi dari dari 5s tersebut (structure, system,
style, staff, dan skill) menyatu dalam satu variabel yang disebut Shared
value atau yang dikenal dengan Culture (budaya organisasi)’.
Disempurnakan oleh Sukanto (2003:3) :
bahwa dengan dimilikinya Rencana Strategi, manajemen agar berhasil perlu mengimplementasikannya dengan proses :
1) Pembentukan struktur organisasi untuk mewadahi segala kegiatan organisasi
2) Pengisian organisasi dengan staf
3) Staf tersebut harus cakap, kompeten, professional dan terampil, sehingga perlu dikembangkan dengan motivasi dan insentif yang memadai
5) Pimpinan dapat menjalankan gaya kepemimpinan tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi
6) Para anggota organisasi perlu menghayati nilai-nilai, budaya serta unsur pengikat lainnya yang ada dalam organisasi agar bersatu padu dalam bertindak untuk mencapai tujuan bersama.
Strategi, struktur organisasi, SDM, keterampilam, sistem dan
prosedur serta gaya kepemimpinan dan budaya sebagai pengikat adalah
unsur keberhasilan organisasi, sebagaimana diusulkan McKinsey. Secara
gamblang keterkaitan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4 7-S Model McKinsey
d) Analisa Kepemimpinan mempengaruhi sampai berapa jauh implementasi
strategi mau didelegasikan dan dikembangkan dengan tingkat
pengendalian yang tepat. Dalam hal ini gaya kepemimpinan menjadi
aspek yang sangat penting, karena nantinya akan berpengaruh terhadap
cara-cara berkomunikasi serta proses pengambilan keputusan didalam
subuah organisasi yang pada akhirnya bermuara pula pada budaya