Karbohidrat merupakan makromolekul yang paling banyak ditemukan dialam dengan rumus umum Cn(H2O)m. Karbohidrat terbentuk pada proses fotosintesis dengan bantuan energi
matahari.
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan sakarida paling sederhana yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi molekul lebih sederhana secara hidrolisis. Monosakarida paling sederhana adalah gliseraldehida (suatu aldosa) dan isomernya adalah dihidroksiaseton (suatu ketosa)
Identifikasi Karbohidrat
Sifat-sifat kimia karbohidrat berhubungan dengan gugus fungsi yang terdapat dalam molekul, seperti gugus hidroksi, aldehid, dan keton. Beberapa sifat kimia karbohidrat dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa karbohidrat. Monosakarida dan beberapa disakarida
memiliki sifat reduktor, terutama dalam suasana basa. Sifat reduktor ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat.
Tes fehling pereaksi fehling terdiri atas dua macam larutan, yaitu larutan fehling A dan fehling B. larutan fehling A adalah larutan CuSO4 sedangkan fehling B adalah larutan
kalium-natrium-tartrat dan NaOH dalam air, kedua macam larutan ini disimpan secara terpisah dan ducampur ketika akan digunakan. Dalam indentifikasi karbohidrat, ion Cu2+ direduksi ion
Cu+. Dalam suasana basa diendapkan sebagai Cu 2O.
Cu2+ + karbohidrat → Cu+
2Cu+ + 2OH- → Cu
2O(s) + H2O
Tes benedict
Tes Benedict adalah larutan tembaga (II) sulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari tembaga (II) sulfat menjdai ion Cu+, selanjutnya diendapkan
sebgai Cu2O. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata,
bergantung pada konsentrasi karbohidrat. Pereaksi benedict banyak digunakan untuk uji glukosa dalam urine dibandingkan pereaksi fehling. Jika dalam urine terdapat asam urat atau kreatinin, senyawa ini dapat mereduksi fehling, tetapi dengan pereaksi benedict tidak terjadi reduksi.
Tes Molisch
Tes molisch terdiri atas larutan α-naftol dalam alkohol. Jika pereaksi ini ditambahkan kedalam larutan glukosa kemudian ditambah H2SO4 pekat maka akan terbentuk dua lapisan
Metode pengukuran menggunkan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absopsi cahaya pada panjang gelombang tertentu menlalui suatu larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut “absobsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”, karena memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotoetri juga menggunkana panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra merah. Prinsip kerja dari metose ini adalah jumlah cahaya yang diapsobsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dlam larutan. Prinsip ini dijabarkan oleh hukum beer-lambert, yang menhubungkan antara absorbsi cahaya degan konsentrasi pada suatu bahan yang
mengabsorbsi, berdasarkan persamaan berikut: A= loh (Iin / Iout ) = (1/T)= a x b x c
A = absorbance
Iin = intensitas cahaya yang masuk
Iout= intensitascahaya yang keluar
T = transmittansi
a = tetapan absorpsivitas molar b = panjang jalur
c = konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorbsi
jika absorbansi di plot terhadap konsentrasi, maka diperoleh garis lurus. Grafik ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi kontaminan dalam suatu larutan yang diperoleh dari sampel gas dan uap. Perubahan intensitas warna sebanding dengan konsentrasi. Salah saru aplikasi dari metose ini adalah analisis laboratorium unutk menentukan konsentrasi nitrogen dioksida diudara dengan menggunkan reagen Saltzman. ( bahaya kimia sampling dan pengukuran kontaminan kimia di udara, Fatma lestari, buku kedokteran EGC, jakarta, 2007)
Iodimetri suatu proses analitis dimana suatu agen pereduksi dititrasi langsung dengan menggunakan iodin (I3-) dan iodin bertindak sebagai agen pengoksidasi. Iodomentri adalah