• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Pancing Tonda-1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Pancing Tonda-1"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENANGKAPAN IKAN

DENGAN PANCING TONDA (Troll Line)

Disusun Oleh :

INDRI NURAENI 230110130006

ASEP SUTRISNA

230110130009

GILANG NURHADIANSYAH 230110130019

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas mata kuliah metode penangkapan ikan yang berjudul “Metode Penangkapan Ikan Dengan Pancing Tonda (Troll Line)” sesuai dengan waktu yang telah

(2)

ditetapkan. Laporan ini berisi mengenai penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda sebagai syarat nilai mata kuliah metode penangkapan ikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang tergabung kedalam kelompok 9 yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan tugas makalah mata kuliah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dari tugas makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan masukan kepada dosen serta rekan-rekan supaya penulis dapat membuat tugas yang lebih baik lagi. Penulis berharap tugas makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Jatinangor, Februari 2016

(3)

DAFTAR ISI Bab Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Tujuan... 3 1.3 Manfaat... 4

II. METODE PENANGKAPAN PANCING TONDA

2.1 Pengertian Pancing Tonda... 12 2.2 Deskripsi Pancing Tonda... 2.2.1 Bagian Alat Kapal... 13 2.2.2 Alat Bantu Penangkapan... 15 2.2.3 Pembagian Tugas Crew... 17 2.3 Metode Penangkapan... 2.4 Hasil Tangkapan... 2.5 Daerah Penangkapan Ikan...

III. SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan... 21 3.2 Saran... 22

... DAFTAR ACUAN... 43

...

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kegiatan untuk menangkap ikan-ikan pelagis seperti ikan tongkol (Thunnus tonggol) yang berkumpul dan bergerombol pada siang hari begitu sulit dikarenakan ikan ikan ini selalu bergerak (migrasi) dengan lincah dan gesit pada areal yang luas. Selain ikan tongkol adapula jenis ikan lainnya diantaranya ikan Lemadang (Coryphaena hippurus), Alu-alu (Sphyraena forsteri), Madidihang (Neothunnus albacora), Layaran (Histiophorus orientalis) dan sejumlah spesies

cucut.

Perairan yang berada disekitar rumpon laut dalam adalah baik sekali untuk melakukan penangkapan ikan-ikan pelagis dengan tonda. Pada kenyataannya rumpon tidak hanya diperuntukkan untuk mengumpulkan ikan yang dapat ditangkap sekaligus banyak (pukat cincin), tapi juga dapat pancing tegak (vertikal line) atau BPPI semarang menyebutnya dengan pancing ulur (Baithur syarif) juga pancing tonda (trolling).

Pancing tonda telah meningkat menjadi alat penangkap ikan yang tergolong elit. Trolling banyak dilakukan oleh para orang-orang kaya pencinta lautan yang ingin membuktikan dirinya lebih kuat dari ikan (lahan bagus untuk usaha pariwisata bahari). Di Indonesia terkenal dengan istilah “Popping”.

Makalah ini akan membahas tentang tonda yang dapat dioperasikan oleh para nelayan atau oleh orang-orang yang memiliki hobi dalam menangkap ikan dengan menggunakan pancing tonda.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat menambah ilmu pengetahua dan wawasan dalam penangkapan ikan, khususnya :

 Mendapatkan pengetahuan mengenai metode penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda

(5)

4

 Mendapatkan pengetahuan mengenai daerah penangkapan ikan dan ikan apa saja yang dapat ditangkap dengan pancing tonda

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat memperoleh pengetahuan dan memperluas wawasan berfikir khususnya di bidang penangkapan pada perikanan serta mendapatkan gambaran dan pengetahuan dalam metoda penangkapan ikan.

(6)

BAB II

METODE PENANGKAPAN PANCING TONDA (Troll Line) 1 Pengertian Pancing Tonda

Gambar 1. Pancing Tonda

Pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali panjang, mata pancing, dan umpan serta tidak menggunakan pemberat. Pancing ditarik di belakang perahu motor atau kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan. Pancing tonda termasuk ke dalam alat penangkap ikan pancing. (Ayodyoa, 1981).

Pancing tonda dikenal dengan nama “kap Tunda”,”pancing Irid”,”pancing pengencer”,”pancing pemalesan”,“pancing klewer” dan masih banyak nama-nama daerah lainnya. Alat penangkap ikan pancing tonda termasuk ktif, terdiri dari tali, mata pancing, swivel dan umpan buatan yang juga berfungsi sebagai pemberat yang di tarik di atas kapal. Pancing tonda diklasifikasikan kedalam alat tangkap pancing (Subani dan Barus 1989). Pancing tonda terdiri dari 2 komponen utama, yaitu tali (line), mata pancing (hook), kili-kili (swivel), tali kawat (stainles steel), dan umpan. Tali pancing biasanya terbuat dari bahan benang katun, nylon, atau polyethylen. Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang anti karat. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat pancing bisa tunggal atau ganda, tergantung jenis pancingnya. Ukuran mata pancing yang digunakan tergantung jenis pancingnya. (Sub

(7)

6 ani dan Barus, 1989)

Mata pancing yang digunakan bernomor 4, 5, dan 6. Ukuran pancing nomor 4 tinggi 6,5 cm dengan lebar 2,8 cm. Mata pancing nomor

(8)

5 tinggi 5,6 cm dengan lebar 2,5 cm. Sedangkan untuk mata pancing nomor 6 tinggi 5,2 cm dengan lebar 2,2 cm. (Nugroho, 2002). Parameter utama dari pancing tonda adalah ukuran mata pancingnya.

2 Deskripsi Pancing Tonda 2.2.1 Bagian Alat Kapal

Secara umum perahu atau kapal yang digunakan pada pancing tonda adalah perahu motor tempel jenis congkreng. Perahu terbuat dari kayu sengon. Perahu pancing tonda dilengkapi dengan kayu penyeimbang pada sisi kiri dan sisi kanan. Perahu digunakan untuk mengangkut tenaga kerja dan membawa hasil tangkapan. (Nugroho, 2002). Kayu penyeimbang inilah yang disebut kincang. Kincang terbuat dari bambu atau kayu, dengan panjang 6 m dan lebar 4 m. (Nugroho, 2002). Sedangkan untuk Kontruksi pancing tonda terdiri dari mata pancing (hook), tali pancing, rol penggulung, kili-kili (swivel) dan umpan buatan (Sukandar, 2007 dalam Sulandari, 2011).

Gambar 2. Bagian Kapal Pancing Tonda

Keterangan (gambar 2) :

1 Boom; 2: Labrang; 4: Hand reel line; 5: Tali yang dipasang tetap pada boom untuk mengikatkan tali pengaman; 6. Kotak penyimpan hasil tangkapan; 7: Kotak tempat

(9)

8 membunuh ikan; 8: Lazy line; 9: Backing cord; 10: Kili-kili; 11: Tali utama; 12: papan penenggelam; 13: Umpan; 14: Pancing bermata tunggal; 15: Kili-kili; 16: Pemberat; 17: Trace; 18:Cincin; 19: Umpan buatan (lure); 20: Pancing bermata ganda; 21: Pancing bermata tiga.

a. Mata Pancing

Mata Pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan mata pancing (Hook). Tali pancing biasanya terbuat dari benang katun, nylon, polyethylen dan lain-lain. Mata pancing dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang anti karat. Umumnya mata pancing tersebut berkait balik, namun ada juga yang dibuat tanpa kait balik. Jumlah mata pancing yang terdapat pada setiap perangkat pancing bisa tunggal atau ganda, tergantung jenis pancingnya. Ukuran mata pancing umumnya bervariasi dan disesuaikan dengan ukuran ikan sasaran (subani dan Barus, 1989). Menurut gunarso dalam (1989) dalam Nugroho (2002), pada satu kapal di operasikan sejumlah tali pancing tonda, masing-masing tali pancing tonda itu dapat terdiri dari sejumlah mata pancing, masing-masing mata pancing tersebut ditautkan pada tali-tali pancing tonda tersebut.

b. Tali Pancing

Tali pancing tonda terdiri dari tali utama (Main Line), tali cabang (Branch Line). Tali utama yang digunakan adalah ukuran nomor 500 dengan panjang 20 – 25 m. Sedangkan untuk branch line memiliki ukuran nomor 200 – 300 dengan panjang 8 – 10 m. Tali pancing terbuat dari benang senar (PA. Monofilamen). Selain itu adapula bahan-bahan lain yang digunakan sebagai bahan untuk tali pancing tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Bahan Yang Digunakan Tali Pancing Tonda

Bahan Keunggulan Kelemahan

senar (PA.

Monofilamen). 1 Kuat sesuai dengan diameternya.

2 Murah dan mudah

dida-pat, dan tersedia di pasaran dalam berbagai ukuran diameter.

Kaku, mudah putus dan kusut dan mudah tertekuk sulit untuk digulung Multi strand (3-ply) Nylon monofilemaen t

1Mudah dipegang (tidak terlalu licin)

2Elastis pada tarikan normal. Tidak mudah kusut

Pada panjang yang sama memerlukan ruang penyimpanan yang jauh lebih luas

(10)

Twine, cord atau

rope Polyethylene 1 Biasanya lebih murah dari monofilament 2 Tidak memipih saat

memperoleh tekanan

Mudah putus dan

Lebih cepat rusak dibanding dengan nylon

Piano wire

(wire leader) 1 Kuat sebanding dengan diameternya

2 Tersedia di pasaran dalam

berbagai ukuran

3 Tidak mudah putus

1 Tidak elastis 2 Rapuh 3 Mudah putus jika sudah tertekuk c. Kili-kili

Kili – kili yang dipakai adalah jenis biasa (terbuat dari baja) dan ukurannya kurang lebih 4 cm. Tipe swipel adalah jenis Borrel swivel.

d. Penggulung Tali Pancing

Penggulung yang digunakan dalam pancing tonda terbuat dari kayu. Fungsi rolpenggulung adalah untuk menggulung benang senar yang digunakan untuk rol penggulung yang digunakan dalam. Fungsi rol tali pancing. dengan penggulung ini tali pancing menjadi rapi dan tidak mudah terpuntal, setelah melakukan setting maupun setelah hauling.

e. Umpan

Umpan merupakan faktor yang sangat penting di dalam usaha penangkapan ikan

menggunakan alat tangkap pancing tonda, sebab umpanlah satu-satunya alat perangsang agar ikan dapat mencapai mata pancing (Ayodhoya, 1981). Umumnya ikan mendeteksi adanya umpan melalui reseptor yang dimilikinya dan hal ini bergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan tersebut. Oleh karna itu, memilih umpan disesuaikan dengan kesukaan makan ikan sasaran, dengan mempertimbangkan kemampuan ikan

mendeteksi makanan. Pada umumnya umpan dibagi menjadi dua golongan yaitu umpan asli dan umpan palsu (buatan). Di Indonesia, untuk menonda jarang sekali digunakan umpan asli, karena umpan asli akan mudah lepas atau rusak oleh gerakan air selama proses penangkapan ikan berlangsung. Gunarso (1998) dalam Nugroho (2002).

Umpan buatan yang digunakan banyak berasal dari bulu ayam yang halus, yaitu bulu yang terdapat pada dibagian leher dan ujung ekor saja. Bulu ayam yang digunakan biasanya

(11)

10 berwarna putih. Selain umpan buatan dari bulu ayam, juga ada yang terbuat dari tali rafiah dan bahan plastik.

Pada umumnya umpan yang digunakan pancing tonda adalah umpan buatan atau umpan tiruan. Umpan tiruan tersebut banyak terbuat dari bulu ayam yang halus (chicken feaders), bulu domba (sheep wools), bahan dari plastik berbentuk miniatur menyerupai bentuk aslinya (misal : cumi-cumi, ikan). (Subani dan Barus, 1989).

f. Pelampung

Pelampung yang digunakan pada nelayan pancing tonda di wilayah Pelabuhan ratu berupa drum atau dirigen. Ukuran drum yang banyak digunakan oleh nelayan tersebut yaitu 35 x 10 x 25 cm. Adapun penggunaan pelampung ini hanya sebatas sebagai alat penggulung apabila pancing tonda tidak dioperasikan. (Gunarso, 1985).

2.2.2 Alat Bantu Penangkapan a. Rumpon

Alat bantu penangkapan pada pancing tonda adalah rumpon. Rumpon merupakan alat bantu penangkapan yang digunakan dalam pengoperasian unit penangkapan ikan handline dan pancing tonda. Terutama pada unit penangkapan ikan di Teluk Palabuhan ratu (Inizianti, 2010). Definisi rumpon menurut Kepmen Kelautan dan Perikanan No. Kep 30/MEN/2004adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan di perairan laut. Penggunaan dan penelitian rumpon untuk memikat ikan sudah dimulai sejak tahun 1900-an. Rumpon biasanya dijadikan alat bantu penangkapan karena alat ini hanya dijadikan sebagai tambahan yang digunakan sabagai pengumpul ikan pada suatu tempat alat titik untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan berdasarkan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986).

Prinsip suatu penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu rumpon adalah untuk mengumpulkan ikan, sehingga nantinya ikan akan lebih mudah ditangkap. Diduga ikan tertarik dan berkumpul disekitar rumpon karena rumpon berfungsi sebagai tempat untuk berlindung dan mencari makan. Adanya ikan disekitar rumpon menciptakan suatu hubungan makan dan dimakan, dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga sejak rumpon dipasang diperairan (Subani, 1986 dalam Octavianus, 2005). Ada beberapa alasan mengapa ikan senang berada di sekitar rumpon (Sudirman dan Mallawa, 2004 dalamWahyudin, 2007) :

(12)

 Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan kecil lainnya sehingga mengundang ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan feeding.

 Merupakan suatu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk berkelompok disekitar kayu terapung seperti jenis-jenis tuna dan cakalang. Dengan demikian, tingkah laku ini dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan.

Selain itu kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan kecil yang bergerak di sekitar rumpon. Tujuan penggunaan rumpon di lingkungan perairan laut menurut Agus, 2005 dalam Wahyudin, 2007 adalah :

 Meningkatkan produksi perikanan

 Meningkatkan produksi perikanan komersial

 Lokasi produksi akuakultur

 Lokasi rekreasi pancing

 Mengontrol daya recruitment sumberdaya ikan

Posisi rumpon yang terbaik adalah tempat yang dikenal sebagai lintasan ruaya ikan, daerah upwelling, water fronts, arus eddy, dasar perairan yang datar, tidak dekat dengan karang dan berada di ambang suatu palung laut (Desan, 1982 dalam Sianipar, 2003).

b. Konstruksi Rumpon

Adapun konstruksi rumpon yang digunakan sebagai alat bantu tangkap adalah sebagai berikut :

 Pelampung (float); mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang mengapung di atas 1/3 bagian), konstruksi cukup kuat, tahan terhadap gelombang, mudah dikenali dari jarak jauh dan bahan pembuatnya mudah diperoleh.

 Pemikat (Attractor); mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan, tahan lama, mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah dan terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah.

 Tali-temali (rope); terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk, harga relatif murah, mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus dan tidak bersimpul.

 Pemberat (sinker); bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh serta masa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat mencengkram.

(13)

12 Rumpon merupakan suatu tropic level yang lengkap yang terdiri atas fitoplankton sebagai produsen sampai dengan predator sebagai konsumen. Oleh karena itu, berbagai jenis ikan tertarik untuk berkumpul disekitar rumpon, mulai dari ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis besar yang didominasi oleh tuna dan cakalang (Monintja dan Zulkarnain, 1995 dalam Ardianto, 2005).

Menurut Bergstrom (1983) dalam Imawati (2003) rumpon merupakan suatu arena makanan. Awal terjadinya arena tersebut adalah timbulnya bakteri dan mikroalga ketika rumpon pertama kali dipasang. Makhluk renik tersebut bersama hewan-hewan kecil menarik perhatian ikan pelagis ukuran kecil. Terakhir adalah giliran ikan pelagis kecil yang akan memikat ikan pelagis besar sehingga di sekitar rumpon didapatkan adanya gerombolan ikan yang datang untuk keperluan makan.

2.2.2 Pembagian Tugas Crew

Jumlah nelayan yang diperlukan untuk pengoperasian alat tangkap ini tergantung dari besar kecilnya kapal atau perahu yang digunakan. Untuk perahu berukuran kecil biasnya digunakan tenaga nelayan sebanyak 4-6 orang dengan satu orang sebagai nahkoda yang merangkap menjadi fishing master, satu orang menjadi juru mesin, 2-4 orang ABK (Anak Buah Kapal) yang masing-masing mengoperasikan satu atau lebih pancing tonda sekaligus (Gunarso, 1985).

3 Metode Penangkapan

Pengoprasian pancing tonda diawali dengan tahap persiapan. Tahap persiapan terbagi atas dua hal, yaitu persiapan di darat seperti pengisian dan pengecekan alat tangkap dan pengecekan alat bantu penangkapan. Sedangkan untuk persiapan di laut, hal yang harus diperhatikan adalah pengaturan tali pancing adalah gulungn tali pada posisi yang telah ditentukan agar tali pancing tidak mudah terbelit.

Pengoperasian pancing tonda dimulai dari pagi hari sampai sore hari antara pukul 15.00-17.00. Proses penangkapan diawali dengan scouting pencarian gerakan ikan sebagai tanda bahwa lokasi tersebut terdapat banyak ikan. Setelah itu pancing tonda mulai melakukan pemasangan alat tangkap (setting) dengan mengulur agar tangkap perlahan-lahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu dengan jarak tertentu dan kecepatan perahu dinaikkan sekitar 1-2 knot. Setelah setting selesai dilakukan, kecepatan peahu dinaikkan sampai 4 knot dan perahu dijalankan ke arah kumpulan ikan.

(14)

Umpan yag berada di sisi kanan dan kiri perahu akan bergerak-gerak seperti ikan mangsa. Saat ikan memakan umpan, laju perahu dipercepat agar ikan yang memakan umpan tersangkut pada kail. Ikan yang tersangkut tersebut kemudian diangkat dan kecepatan perahu mulai diturunkan untuk melakukan setting kembali pada kail yang telah dimakan ikan. Proses tersebut berlangsung secara terus-menerus sampai hasil tangkapan yang didapat dirasa sudah cukup banyak untuk dibawa kedarat.

4 Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan utama pancing tonda adalah ikan tongkol (Auxis sp.), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan tenggiri (Scomberomorus spp.), Pari (Dahsyatis sp.), cucut botol (carcharinus sp.), madidihang (Thunnus albacora), tuna mata besar (Thunnus obsesus), tunas sirip biru(Thunnus maccoyii), ikan pedang (Xipias gladias), setuhuk hitam (Makaira indica), setuhuk putih (Makaira masara).

5 Daerah Penangkapan Ikan

Pancing tonda lapisan perairan atas hampir terdapat dimana-mana, untuk tonda lapisan dalam terutama di sekitar selat Alas, Muna-Buton dan beberapa daerah perikanan Indonesia Timur. Sedangkan untuk lapisan permukaan dasar banyak digunakan di daerah Jawa Tengah. (Subani dan Barus, 1989). Selain itu juga, dalam melakukan pengoprasian pada tonda relatif mudah untuk menangkap ikan permukaan. Adapun untuk penangkapan ikan pelagis besar, alat tonda ini masih belum umum digunakan karena sasaran tangkap jauh lebih dalam dari pada operasi pancing tonda. Walaupun menggunakan sistem pemberat, papan selam atau tabung selam dan dikombinasikan dengan perhitungan kecepatan kapal, maka dari operasi kedalaman dari pancing dapat di atur mendekati swimming layer ikan tuna. Sehingga alat tangkap pancing tonda sangat memungkinkan untuk menangkap ikan tuna. (Wijaya, 2012). Menurut Samsudin 2011, daerah penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda merupakan daerah dimana oprasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan bergerombol, biasanya daerah yang menjadi sasaran tangkapan adalah daearh dimana terdapat ikan tuna yaitu pertemuan antara 2 arus yang terjadi, tempat terjadinya Upwelling, konvergensi, dan divergensi yang merupakan daearh berkumpulnya plankton, perairan yang memiliki salinitas 34%, temperatur optimum berkisar anatar 150C-300C pancing tonda juga di operasikan di daerah tempat ikan-ikan pelagis. Pancing tonda dioprasikan dibeberapa daerah seperti india, pelabuhan ratu, teluk lampung, banda aceh dan

(15)

Gambar

Gambar 1. Pancing Tonda
Gambar 2. Bagian Kapal Pancing Tonda
Tabel 1. Bahan Yang Digunakan Tali Pancing Tonda

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan dari uji konfirmasi dan analisis selang kepercayaan dengan menggunakan metode Taguchi, dapat disimpulkan bahwa setting level optimal

Mitos 3 (naga) ini menurut Wiana (2009:26-27) adalah penjelmaan dari para dewa karena melihat keadaan makhluk hidup di bumi sangat sengsara, maka Dewa Śiwa mengutus Dewa Brahmā

Pasar didefinisikan sebagai semua pembeli potensial untuk sebuah produk khusus sehingga untuk memahaminya diperlukan sebuah analisis pasar dalam mengetahui kebutuhan

Setelah mandi jinabat karena haid dan nifas, maka kembali bagi wanita wajib untuk menegakan shalat.Menjalankan puasa dan terlepas dari larangan-larangan selama masa haid

Berdasarkan hasil pengamatan, Cladophora memiliki bentuk sel seperti benang, terdapat thallus bercabang, bentuk kloroplasnya jala, termasuk organisme multiseluler,

Sub Dinas Bina Kesehatan Hewan Dan Masyarakat Veteriner mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung dibidang

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata

 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan laut dalam negeri melalui pelabuhan laut Tanjung Emas Semarang pada bulan Januari 2017 sebanyak 11.354 orang, naik 20,14