• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Semirata 2012 (Sardianto Unsri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Semirata 2012 (Sardianto Unsri)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Peningkatan Kemampuan Kerja Kelompok Pada Mahasiswa Pendidikan Fisika Melalui Metode Pemberian Tugas Dan Metode Diskusi

Sardianto Markos Siahaan1,* dan Abidin Pasaribu2,*

1Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya * Email: mr_sardi@yahoo.com

2Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya * Email: pasaribuabidin@yahoo.co.id

Abstract. This article aims to review the strategy to improve the ability of the student groups through the method of granting task and methods of discussion on subjects of Physics Curriculum Review of SMP / MTs and SMA / MA in Physical Education courses FKIP Unsri. The focus of activity is the increased ability of cooperation among students according to a given task or issue a lecturer in each group of students in a lecture activities are aligned with the implementation of lesson study. Phases of activities undertaken in the form of lesson study cycle plan-do-see (reflection). Data collection techniques used are the assessment rubrics and observation. Assessment rubric is used to measure the ability of the group at the second meeting through seventh meeting, while the observations were made during course activities take place during the six sessions that are as supportive data. Quantitative analysis of the data column shows the percentage of co-operation assessment of students with very good category for 52.5%, with both categories of 35% and 12.5% fairly category.

Key words: Group work, Lesson Study, Method of Granting Task and Discussion Method.

Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji strategi peningkatan kemampuan kerja kelompok mahasiswa melalui metode pemberian tugas dan metode diskusi pada mata kuliah Telaah Kurikulum Fisika SMP/MTs dan SMA/MA di program studi Pendidikan Fisika FKIP Unsri. Fokus kegiatan adalah peningkatan kemampuan kerjasama antar mahasiswa sesuai dengan tugas atau permasalahan yang diberikan dosen pada masing-masing kelompok mahasiswa dalam sebuah kegiatan perkuliahan yang diselaraskan dengan pelaksanaan kegiatan lesson study. Tahapan kegiatan lesson study dilaksanakan dalam bentuk siklus plan-do-see (reflection). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah rubrik penilaian dan observasi. Rubrik penilaian digunakan untuk mengukur kemampuan kerja kelompok pada pertemuan ke 2 hingga pertemuan ke 7, sedangkan observasi dilakukan pada saat kegiatan perkuliahan berlangsung selama enam kali pertemuan yang bersifat sebagai data pendukung. Analisis kuantitatif terhadap data rubrik penilaian menunjukkan persentase kerja sama mahasiswa dengan kategori baik sekali sebesar 52,5%, dengan kategori baik 35% dan kategori cukup sebesar 12,5%.

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang kegiatan Lesson Study

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Tanggung jawab ini bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, melainkan juga tanggung jawab dosen di perguruan tinggi. Dosen diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan bagi mahasiswanya. Mutu pendidikan dalam hal ini tidak hanya pada kemampuan mahasiswa menguasai konten keilmuannya, maupun keterampilan menggunakan produk teknologi, tetapi juga mahasiswa diharapkan mandiri dan mampu bekerja sama dalam kelompoknya.

Berbagai bidang pekerjaan membutuhkan kemampuan orang-orang untuk bisa bekerja dalam tim. Mahasiswa pada saatnya nanti akan berkerja dalam suasana kerja dalam tim tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa perlu dilatihkan kerja kelompok atau kerja dalam tim dalam suasana konkrit. Lesson study ini memberikan kesempatan kepada dosen untuk merencanakan dan mengkomunikasikan bahkan melakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kerja kelompok mahasiswa tersebut.

Beberapa mata kuliah di program studi pendidikan fisika, ada yang menuntut dan membentuk mahasiswa untuk mampu bekerja secara individu. Agar mahasiswa lulusan program studi pendidikan fisika ini nantinya tidak menjadi manusia yang hanya mampu bekerja secara individu, tetapi juga mampu bekerja dalam tim, maka kemampuan bekerja dalam tim ini perlu dilatihkan dalam beberapa mata kuliah. Salah satu mata kuliah yang sesuai untuk melatihkan kemampuan kerja dalam tim ini adalah mata kuliah Telaah Kurikulum Fisika SMP/MTs dan SMA/MA.

(3)

(3) memahami pelaksanaan kurikulum fisika SMP/SMA, (4) memahami pengelolaan KBM sesuai dengan kurikulum fisika, (5) menganalisis standar isi mata pelajaran SMP, (6) menganalis standar isi mata pelajaran SMA, (7) menganalisis materi pokok SMP, (8) menganalisis materi pokok SMA, (9) memahami langkah-langkah pengembangan silabus, (10) memahami silabus mata pelajaran fisika SMP/SMA, (11) memahami Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (12) mampu menganalisis program tahunan dan program semester, (13) mampu menganalisis RPP SMP, dan (14) mampu menganalisis RPP SMA.

Pelaksanaan pembelajaran pada mata kuliah Telaah Kurikulum Fisika SMP/MTs dan SMA/MA ini, menggunakan metode kerja kelompok dan metode diskusi. Metode kerja kelompok ini berbeda dengan metode investigasi kelompok (Group investigation) meskipun masih sama-sama termasuk dalam konteks pembelajaran kooperatif. Metode kerja kelompok ini tidak melibatkan mahasiswa dalam perencanaan, menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi sebagaimana dalam metode investigasi kelompok. Metode kerja kelompok ini menuntut mahasiswa untuk memiliki kemampuan bekerja dalam kelompok (team). Pada pelaksanaan penelitian ini, setiap kelompok terdiri dari lima orang. Di dalam kelompoknya, mahasiswa melakukan diskusi terhadap topik yang ditugaskan oleh dosen. Masing-masing kelompok membuat laporan hasil diskusi kepada dosen di akhir pertemuan perkuliahan. Selanjutnya dosen mengevaluasi setiap mahasiswa terkait penguasaan materi perkuliahan yang diberikan, dan mengevaluasi seberapa efektif mahasiswa terlibat dalam diskusi untuk meningkatkan kemampuan kerja mahasiswa dalam kelompoknya.

(4)

Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada mahasiswa dan peran mahasiswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugasnya, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran dosen bisa sebagai pemonitor proses belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan mengedepankan pemanfaatan kelompok kecil dengan struktur bersifat heterogen, mahasiswa belajar dan melakukan kegiatan dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Ciri pembelajaran kooperatif menurut Carin (1993) adalah 1) Setiap anggota memiliki peran; 2) Terjadi interaksi langsung di antara anggota kelompok; 3) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya; 4) Dosen berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Selanjutnya dikemukakan oleh Slavin (1995), bahwa ada tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu; dan kesempatan yang sama untuk berhasil; dengan tujuan menciptakan situasi, bahwa keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok (Slavin, 1994).

B. Tujuan Kegiatan Lesson Study Tujuan lesson study ini diantaranya:

1. Meningkatkan kemampuan dosen dalam pengetahuan dan keterampilan mengasuh mata kuliah Telaah Kurikulum Fisika SMP/MTs dan SMA/MA. 2. Meningkatkan kualitas pembelajaran ditinjau dari aspek kemampuan

mahasiswa dalam melakukan tugas kerja kelompok melalui metode diskusi. 3. Meningkatkan kerja sama antar teman sejawat di lingkungan perguruan tinggi. 4. Meningkatkan kemampuan dosen penyaji dalam mengelola dan menata

lingkungan belajar.

II. METODE PENELITIAN

(5)

tersebut, dilakukan perencanaan (plan) perkuliahan bersama teman dosen sejawat dengan fokus peningkatan kemampuan kerja sama mahasiswa pada mata kuliah telaah kurikulum fisika SMP/MTs dan SMA/MA. Selanjutnya dilakukan tindakan dan observasi (do) pada pelaksanaan kuliah, dan terakhir dilakukan refleksi (see) untuk melihat kelemahan dan sekaligus melakukan perbaikan pada perencanaan perkuliahan berikutnya. Kegiatan refleksi ini berupa diskusi untuk mendapatkan substansi dari apa yang diamati dan melengkapi informasi yang berkaitan dengan jalannya perkuliahan itu sendiri. Rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagaimana Gambar 1.

Gambar 1. Desain kegiatan penelitian kelas pada kegiatan lesson study III. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN LESSON STUDY

Konsep dan praktik lesson study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah kenkyuu jugyo (Susilo, 2009). Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang lesson study di Jepang sejak tahun 1993 (Sudrajat, 2008).

Slamet Mulyana dalam Sudrajat (2008) mengemukakan tiga tahapan dalam lesson study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Tahapan pelaksanaan kegiatan lesson study ini, sebagaimana dilukiskan pada Gambar 1 agar lebih jelas diuraikan sebagai berikut.

Perencanaan (Plan)

Penggalian Akademis

Perencanaan perkuliahan

Penyiapan instrumen

Pelaksanaan (do)

Pelaksanaan perkuliahan

Pengamatan oleh teman sejawat

Refleksi (see)

Refleksi dengan teman sejawat

(6)

1) Tahapan Perencanaan (Plan)

Pada tahap perencanaan, team dosen yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti: kompetensi dasar, cara membelajarkan mahasiswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran.

2). Tahapan Pelaksanaan (Do)

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang dosen yang disepakati atau atas permintaan Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unsri untuk mempraktikkan SAP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya.

Beberapa hal yang menjadi catatan pada tahapan pelaksanaan ini, diantaranya: 1. Dosen melaksanakan pembelajaran sesuai dengan SAP yang telah disusun

bersama.

2. Mahasiswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan tertekan yang disebabkan adanya program lesson study.

3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi dosen yang mengajar maupun mahasiswa yang sedang belajar.

(7)

5. Pengamat tidak ada yang melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital meskipun diijinkan untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lanjut sepanjang kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.

3).Tahapan Refleksi (Check)

Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta lesson study yang dipandu oleh ketua program studi. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan dosen yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun khusus atas proses pembelajaran yang dilakukan.

Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap dosen yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-sarannya, pengamat didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan. Hasil refleksi ini dijadikan menjadi pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.

IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data dari rubrik penilaian yang digunakan terlihat bahwa mahasiswa yang mampu melakukan kerja kelompok dengan kategori sangat baik sebanyak 21 orang (52,5%), mahasiswa yang memiliki kemampuan kerja kelompok dengan kategori baik sebanyak 14 orang (35%) dan mahasiswa yang memiliki kemampuan kerja kelompok dengan kategori cukup sebanyak 5 orang (12,5%).

(8)

kelompok mereka selama perkuliahan berlangsung, melakukan diskusi sesuai dengan tugas yang diberikan dosen, misalnya menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, menganalisis indikator dan membuat Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk topik tertentu. Mahasiswa tampak serius melakukan diskusi dalam bentuk kerja kelompok tersebut.

Selain itu, pada saat perkuliahan berlangsung, mahasiswa dilatihkan melakukan kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diterima. Hasilnya mahasiswa tekun dalam melakukan kerja kelompok, mendengarkan dan memperhatikan petunjuk dari dosen dalam membahas persoalan yang dihadapi kelompok, mampu menemukan solusi dan pengetahuan dengan sendirinya. Selain itu, mampu memecahkan masalah dilatih melalui diskusi kelompok mampu memecahkan masalah yang optimal. Hal ini terlihat pada persentase kategori kemampuan sangat baik sebesar 52,5%.

Lain halnya dengan persentase kemampuan kerja kelompok mahasiswa yang paling rendah yakni sebesar 12,5%. Hal ini disebabkan pada saat perkuliahan berlangsung, mahasiswa tersebut kurang memberikan kontribusi dalam penyelesaian tugas kelompoknya. Pada saat kerja kelompok, mahasiswa tersebut berada di dalam kelompoknya selama perkuliahan tetapi tidak melakukan tugas tertentu selain mengamati temannya saja.

(9)

belajar. Situasi diskusi memberi keleluasaan dosen untuk membimbing belajar mahasiswa secara bervariasi, misalnya memandu memahami rumusan masalah yang didiskusikan, menyiapkan sumber belajar, pengelompokan anggota diskusi, pembinaan teknis berdiskusi, dan dosen dapat mengambil jarak dengan kegiatan mahasiswa dalam rangka mengamati diskusi mahasiswa secara evaluatif (penilaian proses).

V. KESIMPULAN

Lesson study merupakan alternatif pembinaan profesi dosen melalui aktivitas kolaboratif dan berkelanjutan. Prinsip kolaborasi akan memfasilitasi para dosen untuk membangun komunitas belajar yang efektif dan efesien, sedangkan prinsip berkelanjutan akan memberi peluang bagi dosen untuk menjadi masyarakat belajar sepanjang hayat.

Lesson study diimplementasikan dalam pembelajaran melalui siklus plan-do-see dengan enam tahapan, yaitu membentuk kelompok lesson study, menentukan fokus kajian, merencanakan research lesson, pelaksanaan pembelajaran dan observasi aktivitas pembelajaran, mendiskusikan dan menganalisis hasil observasi, dan refleksi dan penyempurnaan. Tahapan-tahapan kegiatan lesson study tersebut dapat memfasilitasi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa. Kegiatan lesson study yang dilakukan pada mata kuliah telaah kurikulum fisika SMP/MTs dan SMA/MA ini menghasilkan kemampuan kerja kelompok mahasiswa dengan kategori sangat baik 52,5%, kemampuan kerja kelompok mahasiswa dengan kategori baik 35% dan kemampuan kerja kelompok mahasiswa dengan kategori cukup sebesar 12,5%.

Daftar Pustaka

Carin, A.A. 1993. Teaching Modern Science. New York: Mcmillan Publishing Company.

(10)

Pertama di Kecamatan Nusa Penida, Tanggal 24 Januari 2009, di Nusa Penida.

Slavin, R. 1994. Educational Psychologi: Teory and Practise. Fourth Edition. Massachusetts. Allyn and Bacon Publishers.

Slavin, R. 1995. Cooperative Learning: Teory and Practise. Fourth Edition. Massachusetts. Allyn and Bacon Publishers.

Sudrajat, Ahmad. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar. (online). (http://akhmadsudrajat.worpress.com/, diakses 16 Mei 2009)

Susilo, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Bayumedia Publishing. Malang

Gambar

Gambar 1. Desain kegiatan penelitian kelas pada kegiatan Penyiapan instrumen

Referensi

Dokumen terkait

Kalau diskusi kadang teman- teman tidak serius hanya guyonan (bercanda) bahkan ada yang dimintai pendapat malah menjawab ngikut aja, waduh kalau kayak gini

Ketentuan Pasal 145 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peraturan Daerah menyebutkan pembatalan suatu peraturan daerah melalui Peraturan Presiden,namun

Hubungan Antara Kadar Tryptase dengan Ventricular Remodelling Setelah 1 Bulan Pada Penderita Sindroma Koroner Akut. Luluk

Sebab pkota adalah pointer (menyatakan alamat) yang dengan mudah dapat diatur agar menunjuk ke string lain (bukan string “SEMARANG”), sedangkan kota adalah array

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa consciousness raising sebagai proses komunikasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk

Mendasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pemerintah daerah berkewajiban menyusun RPJMD sebagai penjabaran visi,

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis penjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat

Dalam penelitian ini, penggunaan karet serutan sampai 40% dengan jumlah semen 400 kg/m3, masih menghasilkan nilai modulus kekakuan yang cukup tinggi untuk