• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Peranan Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Peranan Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Peneltian ini menggunakan jenis penelitian metode survey dengan pendekatan Explanatory Research atau penelitian penjelasan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat melalui pengujian hipotesis (Singarimbun, 2008), yakni menjelaskan Hubungan Peranan Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan. Pada bulan Januari 2017. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah belum pernah ada dilakukan penelitian sebelumnya dilokasi tersebut dan masih kurang maksimalnya peranan kepemimpinan dilaksanakan di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh staf di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan yang berjumlah 41 orang. Karena jumlah populasi relatif kecil (<100), maka teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah total populasi yaitu semua populasi dijadikan sampel kecuali kepala

(2)

3.4 Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil survei (wawancara) langsung dengan tenaga staf Puskesmas Sentosa Baru. Selain itu juga dilakukan observasi langsung oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pencatatan dan laporan dari Puskesmas terkait dengan topik penelitian.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati, maka definisi operasional penelitian adalah:

3.5.1 Variabel Peranan Kepemimpinan (Variabel Bebas)

Peranan kepemimpinan diukur melalui 5 variabel, yaitu: pengambilan keputusan, arahan dan bimbingan, pengawasan, motivator dan pemberian penghargaan dengan defenisi operasional sebagai berikut:

1. Pengambilan Keputusan adalah ketegasan dalam tindakan terhadap ketentuan yang sudah dibuat dan ketepatan terhadap penyelesaian masalah.

(3)

3. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan pemimpin untuk memantau atau mengoreksi pekerjaan yang dilakukan oleh staf.

4. Memotivasi adalah kegiatan yang dilakukan pemimpin untuk mendorong staf melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.

5. Pemberian penghargaan adalah kegiatan untuk menyediakan atau membagikan penghargaan kepada staf sebagai ganjaran atas keberhasilan menyelesaikan suatu pekerjaan.

3.5.2 Variabel Motivasi Kerja (Variabel Terikat)

Motivasi kerja diukur dari 4 (empat) yaitu: penyelesaian pekerjaan, tanggung jawab, disiplin kerja dan gairah kerja dengan definisi variabel sebagai berikut:

1. Penyelesaian Pekerjaan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan staf dalam membereskan pekerjaan.

2. Tanggung Jawab adalah berkewajiban menanggung segala sesuatu atas pekerjaan yang sudah dibebankan kepada staf.

3. Disiplin Kerja adalah ketepatan waktu dalam hal kehadiran staf, penyelesaian tugas dan pekerjaan

4. Gairah Kerja adalah keinginan dan rasa senang responden untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

3.6 Aspek Pengukuran

(4)

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

Untuk melihat tingkat peranan kepemimpinan diukur melalui 20 pertanyaan dan menggunakan skala Goodment dengan pilihan jawaban Ya diberi nilai 2 dan jawaban Tidak diberi nilai 1.

Variabel independen terdiri dari pengambilan keputusan, arahan dan bimbingan, pengawasan, memotivasi dan pemberian penghargaan.

Skala pengukurannya secara rinci ditampilkan pada tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas

No Variabel

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

Untuk melihat tingkat motivasi kerja staf diukur melalui 10 pertanyaan dan menggunakan skala Goodment dengan pilihan jawaban Ya diberi nilai 2 dan jawaban Tidak diberi nilai 1. Aspek pengukuran motivasi kerja dapat disusun menjadi tiga kategori, yaitu:

(5)

2. Sedang, bernilai menengah yaitu jika staf kurang memiliki motivasi dalam bekerja. Jawaban diberi skor 2 (40-70%).

3. Rendah, jika staf tidak memiliki dan merasakan kegiatan peranan kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala puskesmas. Jawaban diberi skor 1 (<40% dari nilai tertinggi).

Skala pengukuran secara rinci adalah:

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Variabel Kategori Bobot Nilai 1 Variabel = 1

Indikator

Bobot Nilai 1 Variabel= 10 Indikator Motivasi

Kerja

1. Tinggi 2. Sedang 3. rendah

3 2 1

30 20 10

3.7 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang dilakukan adalah menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk melihat gambaran frekuensi dari variabel bebas peranan kepemimpinan kepala puskesmas dan variabel terikat motivasi kerja staf puskesmas. Dan juga menggunakan analisis bivariat untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel peranan kepemimpinan kepala puskesmas dengan variabel terikat motivasi kerja staf puskesmas,

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, teknik analisa data yang digunakan adalah uji korelasi pearson product moment jika memenuhi syarat (semua data harus berdistribusi normal) atau

(6)

Selanjutnya untuk menentukan arti nilai korelasi (r) antara dua variabel yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Korelasi (r) berkisar antara -1 s/d 1 r = 0, artinya tidak ada hubungan linear r = -1, artinya hubungan negatif sempurna r = +1, artinya hubungan linear positif sempurna

kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam lima area, yaitu:

tabel 3.3 Tingkat Hubungan Nilai Korelasi

No R Tingkat Hubungan

1 0,00 – 0,19 Sangat rendah / sangat lemah

2 0,20 – 0,39 Rendah / lemah

3 0,40 – 0,59 Sedang

4 0,60 – 0,79 Tinggi / kuat

5 0,80 – 1,00 Sangat tinggi / sangat kuat

(7)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Sentosa Baru adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas Sentosa Baru terletak di jalan Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan.

Puskesmas Sentosa Baru berdiri pada tahun 1979. Keadaan wilayah Puskesmas Sentosa Baru bersebelahan dengan pasar tradisional yang kondisi nya cukup bersih. Puskesmas tersebut baru pindah dari lokasi yang lama yaitu yang berada di belakang lokasi yang saat ini. Wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : Kecamatan Medan Tembung dan Medan Timur Sebelah Barat : Kecamatan Medan Tembung

Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Area dan Medan Kota Sebelah Timur : Kecamatan Medan Timur

Luas wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru 4, 36 Ha, yang terdiri dari 9 kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 126.908 jiwa dan jumlah lingkungan sebanyak 122 lingkungan dan memiliki 25.004 KK. Puskesmas Sentosa Baru dibantu oleh unit-unit fungsional dibawahnya yaitu dua unit Puskesmas Pembantu yang terletak di daerah Sei Rengas dan Sidorame Timur.

(8)

74.791 laki-laki dan 73.817 perempuan. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Perjuangan Berdasarkan Kelurahan Tahun 2016

No Kelurahan Jumlah

Penduduk

Laki-laki Perempuan

1 Sei Kera Hilir I 15.952 8.015 7.937

2 Sei Kera Hilir II 12.600 6.243 6.357

3 Sei Kera Hulu 12.171 6.009 6.162

4 Pandau Hilir 11.396 5.903 6.033

5 Pahlawan 13.590 6.908 6.682

6 Sidorame Barat I 15.773 7.875 7.898

7 Sidorame Barat II 13.184 6.668 6.496

8 Sidorame Timur 18.048 9.076 8.972

9 Tegal Rejo 35.354 18.074 17.280

Total 148.608 74.791 73.817

Sumber : Profil Puskesmas Sentosa Baru (2016)

Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Medan Perjuangan secara rinci dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2016

No Jenis Sarana Jumlah

1 Apotek 6

2 Praktek Dokter Spesialis 4

3 Praktek Dokter Umum 3

4 Praktek Dokter Gigi 6

5 Klinik/ Balai Pengobatan 17

6 Puskesmas 3

7 Bidan Praktek 2

8 Rumah Bersalin 4

9 Pengobatan Tradisional 3

(9)

Tenaga kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru Kota

Sumber : Profil Puskesmas Sentosa Baru (2016) 4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik pada responden yang menjadi kelompok pengamatan.

4.2.1 Karakteristik Responden

Dari tabel 4.4 di bawah ini dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 36 responden (90,0%), sedangkan jumlah laki-laki sebanyak 4 responden (10,0%).

(10)

Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas pendidikan responden adalah tingkat Diploma(1-3) berjumlah 20 responden (50,0%), yang berpendidikan SMA sebanyak 4 responden (10,0%) dan yang berpendidikan Sarjana (1-2) sebanyak 16 responden (40,0%).

Berdasarkan lama bekerja, sebagian besar lama bekerja responden pada kelompok 5-15 tahun sebanyak 26 responden (26,0%) dan lama bekerja terendah pada kelompok 26-36 tahun sebanyak 6 responden (15,0%).

Berdasarkan status perkawinan,mayoritas responden yang sudah berstatus kawin ada sebanyak 38 responden (95,0%) dan yang berstatus belum kawin ada 2 responden (5,0%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Pendidikan Terakhir dan Lama Bekerja

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

(11)

4.2.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengambilan Keputusan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai peranan kepala puskesmas dalam pengambilan keputusan dari 40 responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden menyatakan ya tentang pemimpin meminta pendapat dan saran kepada staf sebelum mengambil keputusan yaitu sebanyak 36 orang (90,0%).

Pada pernyataan kedua, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan menjalankan keputusan yang diambil sesuai dengan yang disepakati yaitu sebanyak 37 orang (92,5%). Pada pernyataan ketiga, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan melaksanakan saran yang staf berikan dalam rapat yaitu sebanyak 33 orang (82,5%).

Pada pernyataan keempat, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan mengambil keputusan sesuai dengan yang staf harapkan yaitu sebanyak 35 orang (87,5%). Pada pernyataan kelima, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan memberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan staf yaitu sebanyak 38 orang (95,0%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pengambilan

Keputusan

Pernyataan Ya Tidak

n % n %

1. Pimpinan bapak/ ibu mengambil keputusan sebelumnya meminta pendapat dan saran kepada bapak/ibu 2. Pimpinan bapak/ibu menjalankan

keputusan yang telah diambil sesuai dengan yang disepakati.

3. Pimpinan melaksanakan saran yang bapak/ibu berikan dalam rapat. 4. Pimpinan mengambil keputusan

(12)

sesuai dengan yang bapak/ibu harapkan.

5. Pimpinan memberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan bapak/ibu.

35 Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

Berdasarkan tabel 4.6 di bawah ini, responden yang menilai pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala puskesmas baik terdapat 35 responden (87,5%) dan responden yang menilai kurang baik terdapat 5 responden (12,5%). Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengambilan

Keputusan Pengambilan

Keputusan

Frekuensi (n) Persentase (%) Baik

Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

4.2.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Arahan dan Bimbingan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai peranan kepala puskesmas dalam hal arahan dan bimbingan dari 40 responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan selalu mengadakan bimbingan dan pengarahan melalui rapat secara rutin setiap bulannya kepada staf yaitu sebanyak 39 orang (97,5%). Pada pernyataan kedua, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan memberikan bimbingan kepada staf ketika tidak paham dengan pekerjaan atau mengalami kesulitan dengan pekerjaan yaitu sebanyak 39 orang (97,2%).

(13)

responden menyatakan ya mengenai pimpinan selalu memberikan pengarahan apabila terdapat kesalahan dalam melaksanakan tugas yaitu sebanyak 37 orang (92,5%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Arahan dan Bimbingan

Pernyataan Ya Tidak

n % N %

1. Pimpinan selalu mengadakan bimbingan dan pengarahan secara berkala melalui rapat/pertemuan rutin lokakarya mini setiap bulannya kepada staf.

2.Pimpinan memberikan bimbingan kepada bapak/ibu ketika tidak paham dengan pekerjaan atau mengalami kesulitan dengan pekerjaan.

3.Pimpinan bapak/ibu selalu memberikan bimbingan/pengarahan sebelum melaksanakan pekerjaan dalam gedung puskesmas/posyandu.

4. Pimpinan bapak/ibu selalu memberikan pengarahan apabila terdapat kesalahan dalam melaksanakan tugas. Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

Berdasarkan tabel 4.8 di bawah ini, responden yang menilai arahan dan bimbingan yang dilakukan oleh kepala puskesmas baik terdapat 38 responden (95,0%) dan responden yang menilai kurang baik terdapat 2 responden (5,0%). Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Arahan dan

Bimbingan

Arahan dan Bimbingan Frekuensi (n) Persentase (%) Baik

(14)

4.2.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengawasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai peranan kepala puskesmas dari 40 responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan selalu memeriksa atau mengoreksi hasil pekerjaan staf yaitu sebanyak 33 orang (82,5%).

Pada pernyataan kedua, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan melaksanakan kegiatan supervise berkala untuk mengetahui permasalahan dan hambatan staf dalam menyelesaikan tugas yaitu sebanyak 39 orang (97,0%). Pada pernyataan ketiga, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan selalu menyelesaikan konflik yang terjadi diantara anggota kelompok yaitu sebanyak 36 orang (90,0%).

Pada pernyataan keempat, mayoritas responden meyatakan ya mengenai pimpinan memberikan teguran terhadap hasil kerja yang tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan.yaitu sebanyak 37 orang (92,5%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pengawasan

Pernyataan Ya Tidak

n % N %

1. Pimpinan selalu memeriksa atau mengoreksi hasil pekerjaan bapak/ibu. 2. Pimpinan bapak/ibu melaksanakan

kegiatan supervise berkala untuk mengetahui permasalahan dan hambatan staf dalam menyelesaikan tugas.

3. Pimpinan bapak/ibu selalu

menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi pada anggota kelompok di puskesmas.

4. Pemimpin memberikan teguran terhadap hasil kerja bapak/ibu yang

(15)

tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan.

37 92,5 3 7,5 Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

Berdasarkan tabel 4.10 di bawah ini, responden yang menilai pengawasan yang dilakukan oleh kepala puskesmas baik terdapat 32 responden (80,0%) dan responden yang menilai kurang baik terdapat 8 responden (20,0%).

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengawasan

Pengawasan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik

Kurang Baik

32 8

80,0 20,0

Total 40 100,0

Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

4.2.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Memotivasi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai peranan kepala puskesmas dalam hal memotivasi dari 40 responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan selalu memberikan dorongan semangat terhadap penyelesaian semua pekerjaan yang ada yaitu sebanyak 37 orang (92,5).

Pada pernyataan kedua, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan memberikan hukuman atau sanksi kepada staf yang tidak disiplin bekerja yaitu sebanyak 37 orang (92,5%). Pada pernyataan ketiga, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan memberikan kesempatan dalam mengembangkan diri misalnya pelatihan pendidikan yaitu sebnayak 37 orang (92,5%).

(16)

meningkatkan gairah kerja bapak ibu di puskesmas yaitu sebanyak 38 orang (95,0). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Memotivasi

Pernyataan Ya Tidak

n % N %

1. Pimpinan bapak/ibu selalu memberika dorongan semangat terhadap

penyelesaian semua pekerjaan yang ada.

2. Pimpinan bapak/ibu memberikan hukuman atau sanksi kepada staf puskesmas yang tidak disiplin bekerja.

3. Pimpinan bapak/ibu memberikan kesempatan dalam mengembangkan diri misalnya pelatihan pendidikan. 4. Evaluasi program yang diadakan

dalam minilokakarya bulanan

puskesmas dapat meningkatkan gairah kerja bapak/ibu di puskesmas.

37 Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

Berdasarkan tabel 4.12 di bawah ini, responden yang menilai motivasi yang dilakukan oleh kepala puskesmas baik terdapat 37 responden (92,5%) dan responden yang menilai kurang baik terdapat 3 responden (7,5%).

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Memotivasi

Memotivasi Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik

Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

4.2.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pemberian Penghargaan

(17)

memberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan latihan atau promosi kenaikkan jabatan bagi stafnya yang dinilai produktif yaitu sebanyak 35 orang (87,5%).

Pada pernyataan kedua, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpinan memberikan pujian kepada para pegawai ketika mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik yaitu sebanyak 35 orang (87,5%). Pada pernyataan ketiga, mayoritas responden menyatakan ya mengenai pimpina memberikan promosi kenaikkan pangkat kepada staf yang berprestasi dalam kerjanya yaitu sebanyak 29 orang (72,5%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pemberian Penghargaan

Pernyataan Ya Tidak

n % n %

1. Pimpinan bapak/ibu memberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan latihan atau promosi kenaikkan jabatan bagi stafnya yang dinilai produktif.

2. Pimpinan bapak/ibuk memberikan pujian kepada para pegawai ketika mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

3. Pimpinan bapak/ibu memberikan promosi kenaikkan pangkat kepada staf yang berprestasi dalam kerjanya.

35 Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

(18)

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Penghargaan

Pemberian Penghargaan

Frekuensi (n) Persentase (%) Baik

Kurang Baik

28 12

70,0 30,0

Total 40 100,0

Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

4.2.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Motivasi Kerja Staff

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai motivasi kerja staf puskesmas dalam hal penyelesaian pekerjaan dari 40 responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden menyatakan ya mengenai staf berusaha mencari jalan keluar pada setiap permasalahan dalam pekerjaan yaitu sebanyak 37 orang (92,5%). Pada pernyataan kedua, mayoritas responden menyatakan ya mengenai staf membuat jadwal/schedule kerja harian yang baik sehingga dapat membagi waktu dengan baik yaitu sebanyak 34 orang (85,0%).

Motivasi kerja staf puskesmas dalam tanggung jawab dari 40 responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden menyatakn ya mengenai staf melaksanakan tugas sesuai tugas pokok dan fungsi selaku staf yaitu sebanyak 37 orang (92,5%). Pada pernyataan kedua, mayoritas responden menyatakan ya mengenai staf dapat sebaik-baiknya dan tidak pernah meninggalkan pekerjaan tanpa alasan yang cukup yaitu sebanyak 36 orang (90,0%).

(19)

staf selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu tanpa diminta pimpinan yaitu sebanyak 36 orang (90,0%). Pada pernyataan ketiga, mayoritas responden menyatakan ya mengenai staf selalu pulang dari puskesmas sesuai dengan waktu selesai kerja yang ditetapkan yaitu sebanyak 38 orang (95,0%).

Motivasi kerja staf puskesmas dalam gairah kerja dari 40 responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden menyatakn ya mengenai staf melakukan pekerjaan dengan senang hati meskipun tanpa diawasi langsung oleh pimpinan.yaitu sebanyak 38 orang (95,0%). Pada pernyataan kedua, mayoritas responden menyatakan ya mengenai staf tidak mengeluh saat pimpinan meminta untuk menyelesaikan pekerjaan dengan waktu yang ditentukan yaitu sebanyak 37 orang (92,5%). Pada pernyataan ketiga, mayoritas responden menyatakan ya mengenai staf selalu mematuhi peraturan kerja yang berlaku di puskesmas yaitu sebanyak 39 orang (97,5%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Motivasi Kerja Staff

Pernyataan Ya Tidak

n % N %

Penyelesaian Pekerjaan

1.Bapak/ibu berusaha mencari jalan keluar pada setiap permasalahan dalam pekerjaan.

2.Bapak/ibu membuat jadwal/schedule kerja harian yang baik sehingga dapat membagi waktu dengan baik. Tanggung Jawab

1. Bapak/ibu melaksanakan tugas sesuai tugas pokok dan fungsi selaku staf.

2. Bapak/ibu dapat sebaik-baiknya dan tidak pernah meninggalkan pekerjaan tanpa alasan yang cukup.

(20)

Disiplin Kerja

1. Bapak/ibu datang tepat waktu ke puskesmas setiap hari.

2. Bapak/ibu selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu tanpa diminta pimpinan.

3. Bapak/ibu selalu pulang dari puskesmas sesuai dengan waktu selesai kerja yang ditetapkan Gairah Kerja

1. Bapak/ibu melakukan pekerjaan dengan senang hati meskipun tanpa diawasi langsung oleh pimpinan. 2. Bapak/ibu tidak mengeluh saat

pimpinan meminta bapak/ibu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan waktu yang ditentukan.

3. Bapak/ibu selalu mematuhi peraturan kerja yang berlaku di puskesmas.

36 Sumber : Data Primer Penelitian Lapangan 2017

Berdasarkan tabel 4.16 di bawah ini, responden yang memiliki motivasi kerja tinggi terdapat 0 responden (0%), responden yang memiliki motivasi kerja sedang sebanyak 37 responden (92,5%) dan responden yang memiliki motivasi kerja rendah sebanyak 3 responden (7,5%).

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja

Motivasi Kerja Frekuensi (n) Persentase (%)

Tinggi

(21)

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara peranan kepemimpinan yang meliputi aspek pengambilan keputusan, arahan dan bimbingan, pengawasan, memotivasi dan pemberian penghargaan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment untuk data yang berdistribusi normal dan uji alternatif korelasi Spearman untuk data yang tidak berdistribusi normal.

4.3.1 Uji Normalitas Data

Berdasarkan uji normalitas data di bawah ini, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga uji Pearson Product Moment tidak dapat digunakan maka uji alternatif yang digunakan adalah uji korelasi Spearman.

Tabel 4.17 Uji Normalitas Data

No Variabel P

1. Pengambilan Keputusan 2. Arahan dan Bimbingan 3. Pengawasan

4. Memotivasi

5. Pemberian Penghargaan 6. Motivasi Kerja

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,001

4.3.2 Uji Spearman

(22)

Tabel 4.18 Uji Korelasi Spearman

No Variabel R P Keterangan

1 Peranan

Kepemimpinan-Motivasi Kerja 0,335 0,035 Signifikan

Berdasarkan setiap indikator peranan kepemimpinan adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara variabel pengambilan keputusan dengan motivasi kerja yang ditunjukkan dengan nilai p sama dengan 0,010<0,05 dan korelasi antara kedua variabel adalah rendah/lemah yang ditunjukkan dengan nilai r sama dengan 0,403.

2. Ada hubungan yang signifikan antara variabel arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja yang ditunjukkan dengan nilai p sama dengan 0,006<0,05 dan korelasi antara kedua variabel adalah rendah/lemah yang ditunjukkan dengan nilai r sama dengan 0,426.

3. Ada hubungan yang signifikan antara variabel pengawasan dengan motivasi kerja yang ditunjukkan dengan nilai p sama dengan 0,004<0,05 dan korelasi antara kedua variabel adalah sedang yang ditunjukkan dengan nilai r sama dengan 0,449.

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel memotivasi dengan motivasi kerja yang ditunjukkan dengan nilai p sama dengan 0,110>0,05 dan korelasi antara kedua variabel adalah rendah/lemah yang ditunjukkan dengan nilai r sama dengan 0,256.

(23)

yang ditunjukkan dengan nilai r sama dengan 0,009. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.19.

Tabel 4.19 Uji Korelasi Spearman

No Variabel r P Keterangan

1. Pengambilan Keputusan – Motivasi Kerja

2. Arahan dan Bimbingan – Motivasi Kerja

3. Pengawasan – Motivasi Kerja 4. Memotivasi – Motivasi Kerja 5. Pemberian Penghargaan –

Motivasi Kerja

0,403 0,426 0,449 0,256 0,009

0,010 0,006 0,004 0,110 0,954

(24)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pengambilan Keputusan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017

Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan pengambilan keputusan dengan motivasi kerja ternyata ada hubungan pengambilan keputusan dengan motivasi kerja staf Puskesmas Sentosa Baru. Hubungan korelasi antara variabel pengambilan keputusan dengan motivasi kerja adalah sedang yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,403 dengan nilai p sama dengan 0,010<0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

(25)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap staf puskesmas diketahui bahwa pemimpin tidak melaksanakan saran yang diberikan staf kepada atasan bahkan terkadang keputusan yang diambil tidak sesuai dengan harapan staf. Selain itu, ada staf yang juga menyatakan bahwa pemimpin memberikan pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuannya

Kurangnya komunikasi dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin juga tergambar dari sikap pemimpin yang terkadang membuat keputusan tidak meminta pendapat dari staf sehingga staf merasa tidak terlalu dibutuhkan yang dapat mempengaruhi motivasi kerja staf menjadi rendah. Selain itu, karakteristik responden yang mayoritas adalah perempuan juga ikut mempengaruhi peranan pengambilan keputusan dan komunikasi terhadap motivasi kerja sebab perempuan berusaha mencari solusi dalam bekerja melalui komunikasi dengan cara diskusi membicarakan apa yang harus dikerjakan, berbeda dengan laki-laki yang biasanya lebih cenderung diam dan bertindak untuk mencari solusi sendiri. Oleh sebab itulah, peranan pengambilan keputusan dan komunikasi pemimpin seharusnya lebih ditingkatkan mengingat jumlah staf di Puskesmas Sentosa Baru mayoritas perempuan.

Menurut Gibson dan Donnely (1995) hambatan yang umum terjadi dalam berkomunikasi di organisasi diakibatkan oleh kerangka acuan yang berbeda, persepsi selektif, pertimbangan nilai, masalah semantik, penyaringan, tekanan, waktu dan beban yang berlebihan.

(26)

tentang apa yang diharapkan staf atas pekerjaan yang dilakukan serta mendiskusikan tentang kendala-kendala yang dihadapi staf selama menjalankan pekerjaan masih kurang. Kurangnya komunikasi ini dapat mempengaruhi motivasi kerja staf yang berdampak kepada tingkat tanggung jawab staf dalam menyelesaikan tugas menjadi kurang sehingga seringkali laporan kegiatan tidak selesai tepat waktu dan kurang semangat staf dalam bekerja.

5.2 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Arahan dan Bimbingan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017

Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja ternyata ada hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Sentosa Baru. Hubungan korelasi antara variabel arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja adalah sedang yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,426 dengan nilai p sama dengan 0,006<0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang menilai arahan dan bimbingan yang dilakukan oleh kepala puskesmas baik terdapat 38 responden (95,0%) dan responden yang menilai kurang baik terdapat 2 responden (5,0%).

(27)

berpengalaman dan sudah mengerti tentang apa dan bagaimana menyelesaikan suatu pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin tanpa arahan dan bimbingan. Faktor lainnya yang ikut mempengaruhi aspek arahan dan bimbingan tidak berhubungan dengan motivasi kerja adalah jumlah sampel yang relatif kecil

Menurut Supardi dan Syaiful Anwar (2002), kepemimpinan yang efektif harus meberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi. Pengarahan yang diberikan oleh pemimpin inilah yang menjadi petunjuk bagi staf untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

Menurut Siagian (2009), salah satu peran pemimpin adalah bertanggung jawab untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada para bawahannya. Dalam konteks puskesmas, untuk mencapai keberhasilan program maka staf harus mau mendengar dan mengerti serta mau dibimbing oleh pemimpin . pemimpin tentunya harus mampu memberikan arahan dan membimbing staf supaya termotivasi termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa arahan dan bimbingan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai baik dan motivasi kerja staf yang cukup baik (sedang).

(28)

memengaruhi daya tanggap dan inisiatif dalam mengerjakan suatu program. Salah satu staf juga menyatakan bahwa pemimpin tidak memberikan pengarahan apabila staf melakukan kesalahan dalam melaksanakan ataupun menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pemimpin.

Menurut Hatmoko (2006), peranan dokter kepala puskesmas sebagai seorang manajer salah satu tugasnya adalah memberikan pengarahan dan bimbingan teknis. Pemberian pedoman atau petunjuk kepada stafnya dengan cara yang ramah, bersikap tegas dan konsisten antara sikap dan ucapannya dapat meningkatkan dorongan semangat bagi staf dalam bekerja.

5.3 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pengawasan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017

Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan pengawasan dengan motivasi kerja ternyata ada hubungan pengawasan dengan motivasi kerja staf Puskesmas Sentosa Baru. Pengawasan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai baik dan motivasi kerja staf cukup baik (sedang). Hubungan korelasi antara variabel pengawasan dengan motivasi kerja adalah sedang yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,449 dengan nilai p sama dengan 0,004<0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan anatara kedua variabel.

(29)

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sogirin (2013) yang menyatakan bahwa variabel pengawasan terhadap motivasi kerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Rokan Hulu tahun 2013memperoleh hubungan yang signifikan dengan menggunakan uji Chi Square dengan p=0,037 (p<0,05).

Menurut Siagian (1992), dalam suatu organisasi fungsi pengawasan sangat dibutuhkan, dengan pengawasan yang baik dapat mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

Sesuai dengan pendapat Effendi (1992), peran pemimpin sebagai eksekutif (executive leader) yang fungsinya adalah “menerjemahkan” kebijaksanaan

menjadi suatu kegiatan. Dia memimpin dan mengawasi tingkah laku orang-orang yang menjadi bawahannya serta membuat keputusan dan memerintahkannya untuk dilaksanakan.

Menurut Hatmoko (2006), peran dokter kepala puskesmas sebagai seorang manajer adalah memberikan supervisi/pengawasan dengan memantau staf secara berkala dan teratur guna meningkatkan disiplin staf dalam melaksanakan tugas.

(30)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan staf, beberapa mengatakan bahwa pemimpin tidak selalu memeriksa atau mengkoreksi hasil pekerjaan staf, bahkan sebagian menyatakan tidak diperiksa ataupun dikoreksi. Beberapa staf juga menyatakan bahwa pemimpin jarang menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi pada anggota kelompok di puskesmas. Selain itu, ada juga staf yang menyatakan bahwa pemimpin tidak melaksanakan supervisi berkala untuk mengetahui permasalahan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas padahal aspek itu merupak salah satu hal yang penting dilakukan oleh kepala puskesmas untuk tercapainya hasil pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, peneliti berpendapat bahwa pengawasan yang dilakukan oleh kepala puskesmas masih kurang cukup untuk mencapai hasil kerja yang baikm dan maksimal sesuai dengan rencana dan harapan baik pemimpin maupun para staf puskesmas.

5.4 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Memotivasi Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017

(31)

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang menilai motivasi yang dilakukan oleh kepala puskesmas baik terdapat 37 responden (92,5%) dan responden yang menilai kurang baik terdapat 3 responden (7,5%).

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastasia (2016) yang menyatakan bahwa variabel memotivasi staf ada hubungan secara signifikan dengan motivasi kerja staf Puskesmas Limbong.

Menurut Siagian (2009), memotivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Peranan kepala puskesmas sebagai pemimpin dalam memotivasi bawahannya sangat mempengaruhi motivasi kerja staf. Pemimpin harus mampu memberikan inspirasi, semangat dan dorongan dalam berkarya.

(32)

lebih baik sesuai dengan peraturan yang telah disepakati bersama. Beberapa staf juga ada yang menyatakan bahwa evaluasi program yang diadakan dalam minilokakarya bulanan puskesmas tidak dapat meningkatkan gairah kerja staf baik di puskesmas maupun diluar gedung puskesmas padahal evaluasi program yang tiap bulan diadakan di puskesmas dapat menilai pekerjaan yang setiap bulan staf kerjakan itu apakah sudah baik atau belum, seharusnya itu dapat meningkatkan gairah kerja ataupun memotivasi staf untuk lebih meningkatkan semangat kerja staf untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya sesuai harapan. Dalam hal ini, peneliti berpendapat bahwa evaluasi program yang dilakukan berjalan masih kurang baik sehingga staf masih merasa tidak bersemangat dalam melakukan pekerjaannya.

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan memotivasi dengan motivasi kerja, diketahui bahwa peranan pemimpin dalam memotivasi mempunyai hubungan yang searah dengan motivasi kerja staf. Peranan pemimpin seperti memberikan kesempatan bagi staf dalam mengembangkan, mengevaluasi program dan memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan tugas dapat mendorong semangat kerja staf. Semakin besar peranan pemimpin dalam memotivasi staf, maka akan semakin tinggi motivasi kerja staf dalam bekerja.

5.5 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pemberian Penghargaan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017

(33)

hubungan antara aspek pemberian penghargaan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Sentosa Baru. Hubungan korelasi antara variabel pemberian penghargaan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja adalah sangat rendah/lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,009 dengan nilai p sama dengan 0,954>0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang menilai pemberian penghargaan yang dilakukan oleh kepala puskesmas baik terdapat 28 responden (70,0%) dan responden yang menilai kurang baik terdapat 12 responden (30,0%).

Hasil penelitian menyatakan bahwa aspek pemberian penghargaan yang diperankan oleh kepala puskesmas sebagian besar responden menilai baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden menyatakan bahwa pimpinan tidak memberikan pujian kepada staf ketika mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan beberapa juga menyatakan hanya dilakukan kadang-kadang saja dan beberapa responden juga mengatakn pimpinan tidak memberikan promosi jabatan kepada staf meskipun mereka sudah lama bekerja.

Menurut Siagian (1992), pemberian penghargaan dapat meningkatkan semangat bagi anggota organisasi atas kinerja yang diberikannya. Suatu penghargaan menjadi dorongan bagi staf untuk melakukan tindakan yang menjadi inti dari motivasi.

(34)

semangat inilah yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi kerja staf dalam melaksanakan pekerjaannya.

Pemberian penghargaan kepada staf sangatlah besar perannya dalam meningkatkan motivasi kerja staf sebagai pemenuhan kebutuhan. Hal ini juga didukung oleh karakteristik responden yang sebagian besar adalah perempuan yang sudah berstatus kawin, tentu saja hal ini membuat kebutuhan staf menjadi bertambah. Perempuan yang sudah berumah tangga tentu saja mempunyai tanggung jawab ganda yakni di rumah dan di tempat kerja. Oleh sebab itulah, dengan adanya penghargaan seperti penambahan penghasilan serta pelatihan pendidikan dapat meningkatkan motivasi kerja staf sebab pemenuhan kebutuhan mereka tercapai.

(35)

5.6 Motivasi Kerja Staf Puskesmas di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan diketahui masih ada staf puskesmas yang motivasi kerjanya dapat dikatakan masih kurang. Ini dapat dibuktikan dengan hasil distribusi frekuensi responden yang dinyatakan motivasi kerjanya sedang ada sebanyak 37 responden (92,5%) dan dinyatakan motivasi kerjanya rendah ada sebanyak 3 responden (7,5%). Sedangkan untuk responden yang dinyatakan mempunyai motivasi kerja yang tinggi tidak ada.

(36)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2017 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf puskesmas di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan.

2. Dari hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pada variabel pengambilan keputusan, arahan dan bimbingan dan pengawasan.

3. Dari hasil uji korelasi Spearman menunjukkann bahwa tidak ada hubungan yang signifikan pada variabel Memotivasi dan Pemberian Penghargaan. 4. Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden, 87,5% responden

menyatakan baik tentang pengambilan keputusan, 95,0 % responden menyatakan baik mengenai arahan dan bimbingan, 80,0% responden menyatakan baik mengenai pengawasan, 92,5% responden menyatakan baik mengenai memotivasi dan 70,0% responden menyatakan baik mengenai pemberian penghargaan yang dilakukan oleh kepala puskesmas.

(37)

6.2 Saran

1. Kepala Dinas Kesehatan

Disarankan bagi kepala dinas kesehatan agar membuat pelatihan manajerial bagi seluruh kepala puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Medan.

2. Kepala Puskesmas

Disarankan bagi kepala puskesmas untuk meningkatkan peran kepemimpinannya melalui pengambilan keputusan yang melibatkan pendapat dan saran staf, memberikan arahan dan bimbingan dengan baik, memeriksa dan mengawasi laporan hasil kegiatan serta menanyakkan kendala yang dihadapi, mendorong semangat kerja para staf dan memberikan penghargaan bagi staf yang produktif dalam bekerja.

3. Staf Puskesmas

Gambar

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Perjuangan Berdasarkan Kelurahan Tahun 2016
Tabel 4.3 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah diperoleh peramalan jumlah produksi yang akan diproduksi agar jumlah yang diproduksi mendekati jumlah permintaan, order quantity untuk setiap DC sehingga

Hasil dari penggunaan metode DRP adalah diperoleh peramalan jumlah produksi yang akan diproduksi agar jumlah yang diproduksi mendekati jumlah permintaan, order quantity

jawaban responden untuk variabel karakteristik individu, pernyataan atau pertanyaan yang mempunyai nilai tertinggi adalah mengenai saya mempunyai stamina yang cukup baik

Sehingga diketahui bahwa pelanggan The Body Shop Sun Plaza Medan memberikan persepsi yang paling dominan adalah kesesuaian harga yang ditawarkan oleh pihak

Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak nanti meninggal maka anggota

The paper deals with the use of mixed Eulerian - Lagrangian displacement in geometrically nonlinear analysis of structural system, in which displacement and deformation are

Namun religiusitas dalam perspektif Islam jauh lebih jauh kompleks, tidak cukup dengan amal dhahir tapi juga harus dapat mengetahui, memahami ajaran islam dan memaknai

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Adriansyah (2011), yang menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa yang telah dan belum menempuh mata kuliah