BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang
Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga
di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi
Sumut, 2015). Peningkatan jumlah penduduk di Kota Medan mengakibatkan
peningkatan kebutuhan sarana publik, salah satu sarana publik yang memiliki peran
penting adalah sarana transportasi. Tingginya jumlah pendudukakan menyebabkan
meningkatnya kebutuhan untuk sarana transportasi, yang berarti volume kendaraan
bermotor di Kota Medan juga akan terus meningkat.
Berdasarkan data dari Dirlantas Poldasu, sampai dengan tahun 2014 jumlah kendaraan
yang ada di Kota Medan ±5.531.777 unit. Sepeda motor mendominasi sebanyak
86,29%; mobil penumpang 7,91%; mobil barang 4,50%; dan bus 1,30%. Jika jumlah
tersebut dikalikan dengan faktor emisi kendaraan nasional yaitu berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 tahun 2010, maka didapatkan jumlah polutan
yang diemisikan dari sektor transportasi adalah sebagai berikut; karbon monoksida
(CO) sebanyak 83.886.300 gram/km, nitrogen monoksida (NOx) sebanyak 7.652.500 gram/km, dan Particulate Matter (PM10) sebanyak 1.647.297 gram/km. Emisi dari kendaraan bermotor akan berdampak menimbulkan dampak berupa penurunan kualitas
udara ambien di Kota Medan.
Dampak pencemaran udara yang langsung terhadap kesehatan masyarakat salah satunya
adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Berdasarkan data 10 penyakit utama
masyarakat KotaMedan, ISPA adalah penyakit dengan jumlah penderita terbanyak yaitu
221.635 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi Sumut, 2015). Dari data tersebut dapat
disimpulkan 10,1% penduduk Kota Medan terkena ISPA pada tahun 2014. Dampak
pencemaran udara yang lainnya tergantung pada jenis polutan, misalnya dampak dari
polutan timbal akan menyebabkan menurunnya IQ pada anak.
CO merupakan salah satu pencemar spesifik dari kendaraan bermotor yang bersifat
berbahaya bagi manusia dan biasa disebut silent killer. Gas ini dapat bereaksi dengan
hemoglobin dalam darah membentuk karboksihemoglobin (COHb) yang menyebabkan
hemoglobin tidak bias bereaksi dengan oksigen, sehingga jumlah oksigen di dalam
darahakan berkurang. Jika terpapar dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama
dapat menyebabkan kematian.
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan telah melakukan pemantauan terhadap
kualitas udara ambien di tepi jalan (roadside) beberapa ruas jalan utama Kota Medan.
Hasil pemantauan CO tahun 2014 dan 2015 di beberapa lokasi untuk waktu pagi, siang,
dan malam dijelaskan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2
Tabel 1.1 Hasil Pemantauan CO Roadside Tahun 2014 Lokasi
Baku Mutu (µg/m3*
Konsentrasi (µg/m3)
September Oktober Desember
a b c a b c a b c
1 30.000 17.178 12.597 17.178 17.178 12.597 17.178 18.323 20.613 18.323
2 30.000 22.904 14.888 18.323 5.726 4.581 4.581 16.033 14.888 17.178
3 30.000 4.581 3.436 3.436 5.726 4.581 4.581 10.307 9.162 10.307
Sumber: BLH Kota Medan, 2014 dan telah diolah Keterangan:
* baku mutu kualitas udara ambien PP nomor 41 tahun 1999 1. Jalan Gatot Subroto Medan
2. Pintu masuk KIM I Mabar
3. Taman makam pahlawan Medan
a. Pagi b. Siang c. Malam.
Tabel 1.2 Hasil Pemantauan CO Roadside Tahun 2015 Lokasi
Baku Mutu (µg/m3*
Konsentrasi (µg/m3)
September Oktober November
a c c a b c a b c
1 30.000 4.581 6.871 5.726 8.016 13.742 10.307 19.468 14.888 18.323
2 30.000 14.888 19.468 18.323 14.888 10.307 18.323 17.178 18.323 17.178
3 30.000 2.290 6.871 5.726 9.162 11.452 12.597 20.613 14.888 18.323
Sumber: BLH Kota Medan, 2014 dan telah diolah Keterangan:
* baku mutu kualitas udara ambien PP nomor 41 tahun 1999 1. Jalan Gatot Subroto Medan
2. Pintu masuk KIM I Mabar
3. Taman makam pahlawan Medan
a. Pagi b. Siang c. Malam.
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dan 1.2 diatas dapat dilihat konsentrasi CO di beberapa
terdeteksinya konsentrasi CO di udara ambien menunjukkan bahwa telah terjadi
penurunan kualitas udara ambien. Oleh karena itu, tetap harus dilakukan upaya
penurunan kadar CO di udara ambien supaya tidak melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan.
Salah satu titik kepadatan lalu lintas di Kota Medan yaitu di Jalan Sisingamangaraja.
Jalan ini merupakan jalan arteri primer di Kota Medan yang menghubungkan Kota
Medan dengan kabupaten atau kota lainnya dalam Provinsi Sumatera Utara. Volume
lalu lintas pada jam sibuk di Jalan Sisingamangaraja adalah 8.208 kendaraan/jam,
dengan V/C Ratio 0,61 (Dishub Kota Medan, 2016). Padatnya jumlah kendaraan yang
melewati area ini mengakibatkan banyak polutan CO yang diemisikan ke udara ambien.
Apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia.
Salah satu tahapan dalam memilih teknologi pengendalian pencemaran udara adalah
mengetahui pola sebaran polutan. Pola sebaran polutan memberikan informasi arah dan
besar konsentrasi polutan tersebar, sehingga menjadi acuan untuk menganalisa
pengendalian yang harus dilakukan agar dampak dari polutan berbahaya dapat
dikendalikan. Ada beberapa metode dalam pemodelan penyebaran polutan, seperti
gaussian model, eulerian model, lagrangian model. Namun, metode yang paling banyak
diaplikasikan adalah metode gaussian model karena dianggap paling tepat dalam
menggambarkan penyebaran pencemaran udara. Gaussian Modelyang umum digunakan
yaitu gaussian model point source dan gaussian model line source (Daly dan Zannetti,
2007).
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu cara menyajikan informasi
spasial dan menghubungkan dengan kondisi sebenarnya di permukaan bumi. Analisis
sebaran polutan udara berbasis SIG akan mendapatkan informasi yang akurat mengenai
luasan spasial dari penyebaran polutan dan intensitasnya pada lokasi terdampak
(Edinatadkk, 2008; Yerramillidkk, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka akan dilakukan suatu penelitian tentang Analisis
Sebaran Karbon Monoksida (CO) dari Sumber Transportasi di Jalan Sisingamangaraja
Penelitian ini menggunakan metode gaussian line source karena sumber pencemar
adalah sumber garis. Setelah mendapatkan pola konsentrasi pada titik-titik yang telah
ditentukan, maka selanjutnya akan dipetakan menggunakan aplikasi SIG.
1.2RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Berapa jumlah konsentrasi CO yang dihasilkan dari sumber transportasi di Jalan
Sisingamangaraja?
2. Bagaimana pola sebaran CO dari sumber transportasi di Jalan Sisingamangaraja
dengan menggunakan metode Gaussian line source?
3. Bagaimana pola spasial sebaran CO dari sumber transportasi di Jalan
Sisingamangaraja dengan menggunakan aplikasi SIG?
4. Bagaimana perbandingan konsentrasi CO menggunakan metode gaussian line
sourcedengan pemantauan langsung di lapangan?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengestimasi emisi CO dari sumber transportasi di Jalan Sisingamangaraja
2. Mengetahui pola sebaran CO dari sumber transportasi di Jalan Sisingamangaraja
dengan menggunakan metode Gaussian line source
3. Memetakan pola sebaran CO dari sumber transportasi di Jalan Sisingamangaraja
dengan menggunakan aplikasi SIG
4. Membandingkan konsentrasi CO menggunakan metode Gaussianline source dengan
pemantauan langsung di lapangan.
1.4Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Memberikan informasi kepada Pemerintah Kota Medan agar dapat digunakan
sebagai dasar pengambil kebijakan atau peraturan daerah yang berkenaan dengan
2. Memberikan hasil penelitian kepada pihak terkait seperti Badan Lingkungan Hidup
(BLH) Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara, serta Dinas Perhubungan
mengenai pola persebaran polutan CO, sehingga dapat diterapkan dalam rangka
upaya penyempurnaan pengelolaan kualitas udara di Kota Medan.
3. Menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya tentang kualitas udara Kota Medan.
1.5RuangLingkupPenelitian
Adapun batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan adalah metode Gaussian model finite length line source.
2. Sumber polutan adalah semua jenis kendaraan bermotor yang melewati Jalan
Sisingamangaraja.
3. Lingkup kajian adalah kawasan disekitar jalan Sisingamangaraja di depan
Indogrosir, Kecamatan Medan Amplas. Panjang segmen jalan yang diamati adalah
200 m.
4. Ketinggian penerima (reseptor) yang diamati yaitu 2 m dari permukaan tanah.
5. Kondisi meteorologi yang ditinjau adalah kondisi meteorologi diKota Medan.
6. Data meteorologi (suhu udara, kelembaban udara, intensitas penyinaran matahari,
arah angin, dan kecepatan angin) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Medan dan
pengamatan langsung di lapangan pada saat sampling.
7. Data jumlah kendaraan yang melewati Jalan Sisimangaraja diperoleh dari
pengamatan langsung.
8. Hasil konsentrasi CO selanjutnya akan dipetakan pada aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG).
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, manfaat
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi teori dan pemahaman tentang pencemaran udara secara umum,
jenis pencemaran udara,dampak pencemaran udara, baku mutu kualitas
udara, pencemaran udara dari sumber transportasi, teori tentang
pemodelan penyebaran pencemaran udara, sistem informasi geografis
dan kaitannya dengan pola sebaran pencemaran udara, serta teori
statistika tentang uji validitas.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang mencakup diagram alir dan
diagram fishbone penelitian, variabel penelitian, lokasi penelitian, data
dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi data dan pembahasan mengenai volume lalu lintas di Jalan
Sisingamangaraja, laju emisi dari sumber transportasi, kondisi
meteorologi yang meliputi distribusi angin dan stabilitas atmosfer, hasil
analisis dengan menggunakan metode Finite Length Line Source
(FLLS), perbandingan hasil pemodelan dan pengukuran langsung di
lapangan, serta analisis spasial menggunakan aplikasi SIG.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang