• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lhoknga 1945-1949: Modal Perjuangan Dari Ujung Barat Sumatera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Lhoknga 1945-1949: Modal Perjuangan Dari Ujung Barat Sumatera"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ACEH PADA MASA JEPANG

2.1. Wilayah Lhoknga

Secara astronomis Lhoknga terletak antara 52°-48' sampai dengan 58°40' Lintang Utara dan 95°-13' dan 98°-17' Bujur Timur dengan ketinggian kurang lebih 5 meter dari permukaan laut,19 membuat wilayah Lhoknga ini berada persis pada bagian paling barat dari pulau Sumatera. Memiliki iklim tropis dan dua musim yakni musim barat dan musim timur.20 Lhoknga berhadapan langsung dengan Samudera Hindia membuat pantai-pantainya memiliki gelombang yang cukup tinggi. Sungai-sungai yang berada di kawasan Lhoknga ini tidak terlampau panjang, Sungai-sungai terpanjang ialah Kreueng Raba.

Secara topografi wilayah Lhoknga termasuk wilayah dengan tanah berbukit-bukit21 yang terdiri dari bebatuan karts. Bukit-bukit ini adalah bukit-bukit kapur. Bukit-bukit yang berada di tepi laut mengandung bebatuan karts 22.

Adapun batas-batas wilayah Lhoknga ini adalah: (1) sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Braden; (2) sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Mata Ie; (3) sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia; (4) sebelah Selatan berbatasan

19

Nasruddin sulaiman, dkk., Peralatan Menangkap Ikan Tradisional Di Kabupaten Aceh Besar, 1992/1993, Banda Aceh; Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, hal. 5.

20

Ibid., hal 6.

21

Ibid., hal 5.

22

Pengertian karts secara luas adalah bentuk bentang alam khas yang terjadi akibat proses pelarutan pada suatu kawasan batuan karbonat atau batuan mudah terlarut (umumnya formasi batu gamping) sehingga menghasilkan berbagai bentuk permukaan bumi yang unik dan menarik dengan ciri-ciri khas exokarst (di atas permukaan) dan indokarst (di bawah permukaan). Penggunaan istilah

(2)

dengan wilayah Pulot. Berdasarkan Google maps jarak antara Lhoknga dengan kota Banda Aceh ialah 14 km. Memiliki garis pantai sepanjang 23,03 km atau 14,31 mil, Lhoknga memiliki luas wilayah 81,61 km2 atau 31,51 mil2.

Secara geografi luas daerah kecamatan Lhoknga ialah 9720 ha, dengan pembagian sebagai berikut luas tanah untuk persawahan 1000 ha, luas perladangan ialah 400 ha, dan sisanya adalah hutan dengan luas 8320 ha.23 Jumlah penduduk Lhoknga sebelum kemerdekaan tidak diketahui tetapi pada tahun 1947 jumlah penduduk Lhoknga sekitar 3291 orang.24

2.2. Kedatangan Jepang ke wilayah Aceh

Ikut sertanya Jepang dalam perang dunia ke dua dapat dilihat dari beberapa kemungkinan, yakni keinginan Jepang untuk membentuk kekaisaran di wilayah Asia dengan Jepang sebagai pemimpin Asia. Hal ini ditandai dengan bergabungnya Jepang dengan aliansi Axis yang di dalamnya terdapat negara Jerman dan Italy.

Kemungkinan berikutnya ialah kebijakan embargo minyak yang dilakukan Amerika kemudian diikuti oleh Inggris dan Belanda. Setelah diberhentikan perdagangan minyak terhadap Jepang, Amerika mulai menempatkan armadanya dalam jumlah besar di Pearl Harbor, dan Pearl Harbor ini berhadapan langsung dengan wilayah Jepang dan hanya dipisahkan oleh Samudera Pasifik.

Bagi Jepang, tindakan Amerika ini di anggap sebagai tantangan kepada negaranya. Jepang menganggap penempatan armada dalam jumlah besar ini merupakan tindakan ingin menyerang. Jepang mengantisipasi tindakan Amerika tersebut dengan menyerang terlebih dahulu ke Pearl Harbor di awal bulan Desember 1941. Tindakan Jepang tersebut telah memicu perang dengan Amerika. Setelah berhasil mengalahkan Amerika di Pearl Harbor, Hawai. Jepang dengan cepat

menyerang dan menguasai wilayah-wilayah yang berada di kawasan Asia Tenggara. Wilayah yang dituju Jepang pertama kali adalah wilayah-wilayah yang memiliki sumber daya alamnya terutama sumber daya minyak buminya.

23

Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh, Pandangan Keadaan Daerah Lhoknga, no panggil 103/4. Daftar penduduk dari surat tersebut menjelaskan luas wilayah Lhoknga pada tahun 1947 akan tetapi surat tersebut baru dikeluarkan atau dicetak pada tahun 1956. Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran II.

24

(3)

Kebutuhan Jepang akan sumber daya minyak bumi sangat besar pada masanya, hal ini disebabkan kebutuhan akan industri Jepang yang pada saat itu merupakan yang paling modern di belahan timur. Industri Jepang pada saat itu mampu untuk menyerupai industri yang ada di belahan barat, maka dari itu tindakan Amerika untuk mengembargo pasokan minyak kepada Jepang, membuat Jepang harus menguasai kilang-kilang minyak yang berada di sekitarnya, terutama di wilayah Asia Tenggara.

Serangan diawali ke Tarakan pada tanggal 10 Januari 1942. Berturut-turut kemudian, serangan terhadap Manado 11 Januari, Balik Papan dan Kendari 24 Januari, Ambon 30 Januari, Makasar 9 Februari, Banjarmasin 16 Februari, Bali 19 Februari, dan Nusa Tenggara Timur 20 Februari. Kedatangan Jepang ke kota-kota tersebut bukan dipilih secara acak oleh Jepang, beberapa dari kota-kota tersebut ialah kota dengan kilang minyak yang cukup besar.

Jepang masuk ke wilayah Aceh secara serempak pada tiga tempat berbeda yakni di Pulau Weh (Sabang), Krueng Raba (Banda Aceh), dan Peureulak pada 12 Maret 1942. Kedatangan pihak Jepang di Banda Aceh sendiri disambut dengan tangan terbuka oleh rakyat Aceh. Hal ini dapat terjadi dikarenakan proses propaganda yang telah dilakukan oleh Jepang sebelum mereka mendarat. Akan tetapi jauh

sebelum propaganda yang dilancarkan Jepang itu, pihak dari Aceh sendiri telah mencoba menghubungi Jepang ketika mereka berada di Singapura.

Tentara Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL)25 yang berada di Aceh sudah mengalami perlawanan dari rakyat Aceh saat Jepang memasuki Aceh. Dengan posisi tentara KNIL yang sudah tidak mendapat simpati dari rakyat Aceh dan perang yang dilakukan oleh rakyat Aceh terhadap tentara KNIL membuat mereka terdesak, ditambah lagi dengan kedatangan tentara Jepang tentu hal ini membuat tentara KNIL semakin terpojok.

Ketika tentara Jepang datang ke Lhoknga tentara KNIL sudah tidak ada lagi di daerah itu, mereka lari ke daerah Meulaboh untuk selanjutnya berkumpul di wilayah Takengon (Aceh Tengah). Jepang dengan mudah memasuki wilayah Lhoknga pada saat itu dan mereka langsung membangun pangkalan perang mereka di Lhoknga. Untuk tempat tinggal pihak Jepang menggunakan asrama yang dulunya kepunyaan

25

(4)

Belanda. Penduduk Lhoknga sendiri diminta untuk mengungsi ke tempat lain karena tempat tersebut berbahaya bagi pemukiman penduduk. Dengan demikian pemindahan penduduk dapat dilakukan tanpa kekerasan ke wilayah lain.26

Kedudukan tentara Jepang di Lhoknga bertujuan untuk membangun

pangkalan perang, dikarenakan wilayah Lhoknga yang strategis secara militer. Posisi Lhoknga yang merupakan wilayah terdepan dari pulau sumatera tentu sangat strategis untuk menghalau jika terjadi serangan sekutu dari arah samudera Hindia. Jika melihat pangkalan perang Jepang yang berada di front paling depan, pangkalan perang di Lhoknga bukanlah berada di posisi terdepan sebab pangkalan perang Jepang yang berada paling depan ialah pangkalan perang yang terdapat di pulau Weh (Sabang). Akan tetapi jika melihat pangkalan perang Jepang yang berada paling depan dari Pulau Sumatera maka pangkalan Jepang yang berada di Lhoknga berada paling depan dari Pulau Sumatera. Akan memudahkan mereka memantau kondisi di sekitarnya tanpa terhalang dengan pulau besar lainnya karena langsung menghadap samudera Hindia.

Pangkalan perang yang dimiliki Jepang di Pulau Weh (Sabang) memang terletak sangat strategis akan tetapi wilayah ini terisolasi oleh Samudera Hindia sehingga akomodasi dan suplai untuk keperluan pangkalan perang ini, baik logistik maupun tenaga prajurit akan sulit. Pulau Weh yang terpisah dari Sumatera membuat perjalanan ke tempat ini hanya dapat dilakukan melalui jalur laut atau udara. Untuk menuju ke Pulau Weh (Sabang) ini juga harus melihat keadaan alam apakah memadai atau tidak, terlebih jika terjadi pengepungan oleh musuh dari segala sisi Pulau Weh maka pangkalan perang ini dengan mudah dapat dikuasai.

Berbeda halnya dengan pangkalan perang yang berada di wilayah Lhoknga, akomodasi dan suplai keperluan untuk pangkalan perang ini dapat mudah dilakukan dengan jalur darat sebab tidak terpisah dari daratan Sumatera. Kondisi bentang alam Lhoknga sendiri merupakan wilayah yang berbukit-bukit. Bukit yang ada di Lhoknga ini dapat digunakan Jepang untuk memantau keadaan laut ataupun udara. Jika musuh melakukan serangan mendadak terhadap pangkalan perang mereka, maka pihak Jepang lebih dahulu mengetahui pergerakan musuh dan menyiapkan siasat untuk menghadapinya.

26

Wawancara,

O 2016. Ibrahim Banta lahir di Weu Raya pada tanggal 1 juli 1929 berprofesi sebagai

(5)

Pangkalan perang ini memiliki keuntungannya tersendiri, karena beberapa keunggulan diatas maka dengan kekuatan penuh Jepang membangun pangkalan perang mereka di Lhoknga. Mereka membangun pangkalan perangnya tidak

setengah-setengah, hal ini terbukti dengan Lhoknga menjadi pangkalan perang yang paling kuat di pesisir timur dan barat pulau Sumatera yang dimiliki Jepang pada saat itu.

2.3. Pembangunan Fasilitas Pangkalan Perang Jepang di Lhoknga

Dalam menghadapi kekuatan sekutu dalam Perang Dunia ke II di wilayah Asia Tenggara Jepang membangun pangkalan perang di wilayah-wilayah yang mereka kuasai untuk menunjang kegiatan perang. Fasilitas pangkalan perang yang mereka bangun ada yang bersifat sebagai pertahanan saja karena hanya terdapat peralatan senjata untuk mempertahankan wilayah tertentu. Di dalam pangkalan perangnya ini terdapat posyang dilengkapi oleh senjata otomatis atau meriam jarak menengah yang ditempatkan secara strategis.

Jenis pangkalan angkatan perang berikutnya yang dibangun oleh Jepang dapat digunakan untuk bertahan dan menyerang. Pangkalan perang ini memiliki

kemampuan untuk menyerang dan bertahan dari gempuran musuh dan di dalamnya terdapat lapangan terbang, gudang senjata dan mesiu atau bom, pos, barak tinggal prajurit dan juga perakitan senjata.

Perbedaan jenis pangkalan perang ini tentu sangat dipengaruhi oleh letak dari wilayahnya. Jika wilayah tersebut kurang strategis maka hanya ada beberapa pos yang dilengkapi oleh senjata otomatis atau meriam jarak menengah. Maka sebaliknya jika wilayah tersebut strategis maka, di dalam wilayah itu dibangun oleh Jepang satu kompleks pangkalan perang yang dapat dikatakan dapat digunakan untuk menyerang atau bertahan dari musuh. Salah satu kompleks pangkalan perang Jepang yang terlengkap itu berada di Lhoknga, karena di Lhoknga terdapat lapangan terbang, gudang senjata, gudang mesiu atau bom, bunker pertahanan (kurok-kurok) yang berada di sekitar pantai, terowongan untuk bersembunyi atau melarikan diri jika terdesak, barak tempat tinggal prajurit dan pabrik senjata menjadikan Lhoknga sebagai penting bagi Jepang.

(6)

perang yang cukup kuat di Lhoknga untuk menghadapi dan mengantisipasi serangan kejutan dari sekutu. Dalam proses pembangunan pangkalan perangnya Jepang tidak secara sembarang membangun bangunan-bangunan penting, mereka memilih tempat yang benar-benar tepat. Bangunan-bangunannya tersebar di seluruh daerah Lhoknga mulai dari atas perbukitan sampai ke pinggiran pantai. Arah dari keseluruhan senjata Jepang yang ada di pangkalan angkatan perang Lhoknga semuanya mengarah ke samudera Hindia.

Pusat dari pangkalan perang Jepang yang berada di wilayah Lhoknga ini berada di desa Lampuuk dengan luas ± 28.51 km2 atau 2851 ha. Pada saat Jepang ingin membangun di daerah ini, Jepang memindahkan seluruh penduduk dari desa tersebut ke wilayah lain. Tempat tinggal baru penduduk desa Lampuuk yang baru dipindahkan oleh Jepang tersebut diberi nama Meunasah Baro, desa Lamkruet. Adapun jarak dari desa Lampuuk dengan desa Lamkruet ialah sekitar 3 km.

Proses pemindahan penduduk dilakukan oleh Jepang tanpa menggunakan kekerasan dan tidak ada masyarakat yang keberatan untuk dipindahkan. Jika pun ada yang menolak maka mereka pun dengan sendirinya akan pindah ke desa Lamkruet. Alasan pemindahan karena jika penduduk tetap berada di sekitar desa Lampuuk maka mereka bisa menjadi sasaran peluru dari pesawat atau kapal sekutu. Jadi demi alasan keselamatan penduduk pindah dari desa Lampuuk.

Pembangunan pangkalan perang Jepang dilakukan setelah pemindahan penduduk yang berada di desa Lampuuk. Jepang mulai membangun bunker, gudang senjata dan mesiu, barak prajurit, pabrik senjata, terowongan, dan pos penjagaan. Hanya lapangan terbang yang tidak dibangun Jepang di Lhoknga sebab Lhoknga sendiri telah memiliki lapangan terbang yang dibangun pada masa Belanda tahun 1935 bulan Juni. Jepang hanya memperluas dan merenovasi lapangan udara27 tersebut. Pernah terjadi penyerangan tentara sekutu terhadap Jepang ketika proses renovasi landasan pacu pesawat terbang di Lhoknga sedang dilakukan oleh para pekerja. Serangan pesawat terbang sekutu sebenarnya ingin menyerang pangkalan perang Jepang. Pesawat sekutu ini ikut menyerang pekerja proyek renovasi landasan pacu itu karena disebabkan asap yang keluar dari mesin pres. Seketika itu juga para pekerja berusaha melarikan diri dari serbuan pesawat sekutu dan tidak ada korban jiwa pada serangan tersebut.

27

(7)

Proyek pembangunan pangkalan perang di Lhoknga dilakukan oleh pekerja-pekerja yang didatangkan Jepang dari pulau Jawa dan prajurit Jepang itu sendiri. Di samping itu ada juga penduduk setempat yang bekerja dalam proyek

pembangunannya, tanpa paksaan penduduk setempat yang ingin bekerja terlebih dahulu meminta izin kepada keuchik28, dan kemudian melapor kepada mandor29 proyek pada pagi hari. Upah yang diterima oleh penduduk setempat yang bekerja di proyek ini sebesar 5 sen. Gaji yang diterima sebesar 5 sen30 pada saat itu tidak cukup jika digunakan untuk membeli kebutuhan pokok. Hal ini bisa dibandingkan harga segelas kopi dan dua gorengan sebesar 2,5 sen atau pada saat itu setengah dari gaji tersebut.

Penduduk setempat lainnya yang tinggal berdekatan dengan pangkalan Jepang memilih untuk berdagang bahan makanan terutama pisang. Mereka diperkenankan oleh para prajurit Jepang untuk berdagang hingga memasuki pangkalan perang. Pisang menjadi buah kesukaan prajurit Jepang yang berada di pangkalan perang. Mereka biasanya membeli per buah bukan per sisir. Hal ini tentu menguntungkan penjual.

Makanan lain yang sangat disukai oleh prajurit Jepang yaitu telur ayam kampung yang akan dimakan langsung mentah-mentah. Terkadang penduduk yang menjual buah-buahan tidak semuanya habis dibeli, akan tetapi berbeda jika yang dibawa merupakan telur ayam kampung.31 Prajurit Jepang tidak membeli bahan makanan yang harus mereka olah atau masak lagi.

28

Keuchik merupakan jabatan yang melekat pada salah satu penduduk dalam satu desa yang berada di wilayah Aceh, gelar keuchik ini dapat diartikan sebagai kepala desa. Dapat dikatakan keuchik

merupakan pemimpin terendah dan yang paling dekat dengan penduduk dalam sistem pemerintahan di Aceh.

29

Mandor adalah orang yang mengawasi proses pembangunan pangkalan perang yang berada di Lhoknga agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Mandor menetapkan berapa banyak orang yang bekerja dalam satu bangunan, lamanya waktu pembangunan, dan juga bahan-bahan. Jabatan mandor di dipegang oleh prajurit Jepang sendiri.

30

Wawancara, dengan Ibrahim Banta di desa Weu Raya, Kec Lhoknga, Kab Aceh Besar pada tanggal 9 oktober 2016. Beliau menjelaskan uang yang diberikan berbentuk bon kontan.

31

(8)

Lama proses pembangunan, suatu proyek ditentukan oleh mandor dan untuk bangunan dengan ukuran yang kecil memakan waktu kurang dari seminggu. Adapun untuk bangunan yang besar, seperti gudang senjata, tidak lebih dari satu bulan. Hal ini mengingat keterbatasan waktu bagi Jepang untuk menghadapi serangan sekutu.

Pengerjaan proyek pembangunan untuk satu bangunan dilakukan secara bersama-sama. Dalam proses pembangunannya banyak dari penduduk Lhoknga yang penasaran dan ikut menyaksikan bagaimana Jepang membangun pangkalan angkatan perangnya. Artinya proses pembangunannya terbuka bagi penduduk yang ingin melihatnya. Setelah bangunan satu selesai maka mereka pindah ke bangunan lainnya. Jepang membangun sebanyak ± 7 pos yang berada di pinggir pantai32, ± 4 bunker (kurok-kurok), 2 asrama prajurit, 1 gudang senjata, 1 gudang amunisi, dan 1 bengkel senjata.

Material yang dipergunakan untuk pembangunan fasilitas pangkalan perang di Lhoknga berasal dari sekitar wilayah itu kecuali bahan bangunan seperti besi dan semen yang dibawa Jepang langsung dari Banda Aceh. Untuk penempatan senjata berat, seperti meriam, ke atas bukit dilakukan Jepang dengan cara menarik senjata tersebut dalam keadaan terpisah-pisah dengan mobil dan dibantu prajurit-prajurit Jepang. Hal ini dilakukan Jepang mengingat ukuran dari meriam yang akan

ditempatkan di atas bukit serta kurangnya peralatan untuk membawa senjata tersebut.

Usaha Jepang untuk menempatkan pangkalan perang mereka di wilayah Lhoknga tentu berdampak pada penduduk yang berada di Lhoknga. Kebanyakan masyarakat di Lhoknga memiliki kebun di bukit-bukit yang berada di sekitar pantai, sehinga serangan yang berasal dari kapal dan pesawat-pesawat sekutu terhadap pangkalan perang Jepang terkadang sampai juga ke kebun-kebun penduduk, bahkan ada yang sampai ke Desa Lamkruet. Pada saat terjadi kontak senjata antara Jepang dan sekutu tidak jarang penduduk yang sedang berada di kebunnya ikut merasakan getaran dari ledakan bom-bom yang dijatuhkan oleh sekutu. Hal ini disebabkan pihak sekutu tidak mengetahui dengan pasti posisi dari bangunan pangkalan perang Jepang sehingga tidak jarang serangan sekutu ini mendarat bukan pada tempatnya. Siasat yang digunakan pihak sekutu ialah memancing Jepang untuk melakukan kontak senjata dengan mereka. Ketika Jepang membalas serangan sekutu, maka posisi Jepang akan diketahui. Jepang yang mengetahui siasat ini tentu tidak akan langsung membalas serangan yang dilancarkan oleh pihak sekutu.

32

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa selama periode 2008-2012 semua kabupaten kecuali Muara Jambi dan Bungo tingkat kemiskinannya mengalami penurunan, namun persentase

Jika turunan pertamanya nol, yang mununjukkan suatu kemiringan nol dan karena itu suatu dataran dalam fungsi, sedangkan turunan keduanya negatif, yang berarti

Tes KGS berbentuk tes objektif (pilihan ganda) mencakup ketiga materi percobaan, yaitu: 1) sintesis dan karakterisasi natrium tiosulfat pentahidrat, 2)

Tahun 2003 menjadi awal titik balik dari perkembangan BMT Ki Ageng Pandanaran, dibawah pengurus baru ini BMT dapat berkembang dengan baik, karena pengurus dan anggota koperasi

Karni, M.Pd PENGAWAS SD UPTD Cab.Din.. Sunaryoto PENGAWAS SD

Peralatan tersebut merupakan rancangan peralatan sederhana yang berguna untuk mengamati spektrum Arc- spark, mengidentifikasi suatu unsur unsur dengan melihat analisa

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam upaya mengembangkan religiusitas remaja dan menekan atau mengontrol kenakalan remaja

Dilihat dari hasil penelitian diatas, sebenarnya sudah banyak peran dan program dari pihak pemerintah dan swasta yang diberikan terhadap desa Kranggan, hanya saja dari penduduk