BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sectio caesarea akhir-akhir ini banyak diminati karena dianggap lebih praktis dan tidak menyakitkan, sehingga tidak heran jika tindakan bedah ini menjadi tindakan bedah kebidanan kedua tersering yang digunakan di Indonesia maupun di luar negeri. Dengan adanya metode sectio caesarea, bukan hanya ibu yang akan menjadi aman tetapi jumlah bayi yang cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatik vagina menjadi berkurang. Karena itu insidensi sectio caesarea dari tahun ke tahun terus meningkat disertai dengan penurunan absolut mortalitas perinatal.
Dalam perkembangannya, selain untuk menolong kegawatan persalinan, tindakan bedah sectio caesarea sering dipilih untuk alasan yang tidak irasional. Alasan tersebut berupa keinginan untuk mendapatkan hari kelahiran anak yang terbaik menurut kepercayaan. Seperti diketahui, ada dua cara persalinan yaitu per vagina (lewat vagina), atau dikenal dengan persalinan normal/alami dan persalinan dengan operasi caesar (sectio caesarea), yaitu bayi dilahirkan lewat pembedahan perut.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat sekitar 20 % persalinan harus dilakukan dengan sectio caesarea, baik karena pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan janinnya ataupun keinginan pribadi pasien (Kasdu, 2003). Persalinan secara sectio
caesarea di Amerika Serikat terdapat 85 % dengan indikasi riwayat sectio caesarea,
distosia persalinan, gawat janin, dan letak sungsang (Cunningham dkk, 2006). Di Indonesia, menurut Survei Demografi dan Kesehatan pada tahun 1997 dan tahun 2003, tercatat angka persalinan sectio caesarea secara nasional hanya berjumlah ± 4 % dari total persalinan. Secara umum, jumlah sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah 20-25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total persalinan (Depkes RI, 2006).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidikalang sebagai salah satu rumah sakit pemerintah juga melayani tindakan bedah kebidanan sectio caesarea. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD Sidikalang, pada tahun 2010 tercatat sejumlah pasien yang mendapatkan tindakan bedah sectio
caesarea. Pada periode April hingga Juni 2010 ada 205 wanita, periode Juli hingga
Agustus ada 193 wanita, periode Oktober hingga Desember 2010 ada 235 wanita yang mendapatkan tindakan bedah sectio caesarea. Pada periode Januari hingga Maret 2011 telah tercatat 163 pasien yang menjalani tindakan bedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang. Sectio caesaera merupakan tindakan bedah tertinggi nomor satu dari 10 jenis tindakan bedah kebidanan yang dilayani di RSUD Sidikalang. Tindakan bedah kebidanan tersebut antara lain sectio caesarea, tubectomy, histerectomy,
dan relaparatomy (Tim Penyusun Laporan Kinerja Pelayanan RSUD Sidikalang,
2010).
Setelah pembedahan, termasuk bedah sectio caesarea sering terjadi demam yang meningkatkan kebutuhan energi, dan luka pendarahan yang meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan vitamin C. Selain itu, sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan natrium yang dapat berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pascabedah dan peningkatan ekskresi kalsium setelah operasi besar, trauma kerangka tubuh, atau setelah lama bergerak (imobilisasi) (Almatsier, 2006). Keadaan ini mengharuskan perlunya perhatian terhadap pemberian diet kepada wanita yang merupakan pasien pascabedah sectio caesarea.
Diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio caesarea adalah diet pascabedah mulai dari diet pascabedah I hingga pascabedah IV dan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Pemberian diet ini dilakukan secara bertahap mulai dari makanan cair jernih, makanan cair kental, makanan saring, makanan lunak, hingga makanan biasa berupa diet TKTP. Pemberian diet secara bertahap dimaksudkan agar sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan tersebut.
makanan yang diperuntukkan bagi wanita bersalin, khususnya dengan persalinan pascabedah sectio caesarea ini memberikan konsekuensi perlunya dilakukan analisis terhadap diet bagi pasien pascabedah meliputi ketersediaan zat gizi energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang diberikan oleh pihak rumah sakit tempat wanita tersebut
melakukan persalinan. Praktek pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD
Sidikalang dinilai belum memuaskan dimana berdasarkan survei awal yang dilakukan standar porsi untuk jenis diet diberikan masih belum mencukupi jumlahnya sehingga ketersediaan zat gizi makro seperti energi, protein, lemak, dan karbohidrat masih kurang atau tidak sesuai dengan standar diet seharusnya yaitu diet pascabedah I, II, III, dan IV, serta diet TKTP yang diperuntukkan bagi pasien pascabedah sectio
caesarea di RSUD Sidikalang.
Selain itu, dari segi tahapan pemberian diet pada pasien pascabedah sectio
cesarea juga masih kurang tepat dimana pemberian diet mulai dari diet pascabedah I
hingga diet TKTP tidak diberikan secara bertahap. Hal ini menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan analisis terhadap diet mulai dari pemberian makanan cair jernih hingga diet TKTP pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang, mengingat kebutuhan gizi pasien pascabedah sectio caesarea ini turut mempengaruhi kebutuhan gizi bayinya.
1.2.Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi permasalahan adalah bagaimanakah pemberian diet pada pasien pascabedah sectio
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian diet pada pasien pascabedah sectio caesarea di RSUD Sidikalang.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis diet yang diberikan kepada pasien pascabedah sectio
caesarea di RSUD Sidikalang
2. Untuk mengetahui kesesuaian jenis diet yang diberikan dalam hal tahapan pemberian diet dan zat gizi khususnya energi, protein, lemak, dan karbohidrat berdasarkan standar yang seharusnya dengan menilai menu dan menghitung ketersediaan makanan dalam diet yang diberikan pada pasien pascabedah
sectio caesarea
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak instalasi gizi RSUD Sidikalang mengenai ketersediaan zat gizi khususnya energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang telah diberikan oleh pihak rumah sakit berdasarkan jenis diet yang diberikan pada pasien pascabedah sectio caesarea