• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekonomi Makro dan Faktor Fundam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Ekonomi Makro dan Faktor Fundam"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

RINGKASAN TESIS

PENGARUH EKONOMI MAKRO DAN FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN BANK SYARI’AH DI INDONESIA

Oleh:

Ali Muhayatsyah

NIM: 1120310101

Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memeperoleh

Gelar Magister Ekonomi Islam

YOGYAKARTA

(2)

2 Pengaruh Makro Ekonomi dan Faktor Fundamental

Terhadap Penyaluran Pe biayaa Ba k Syari’ah di Indonesia

Oleh:

Ali Muhayatsyah 1

muhayatsyah@gmail.com

Abstract

In conducting Islamic bank intermediation, internal and external indicator is needed in financial activities. In this research, the indicators that taken into consideration by Islamic bank in the public financial is the economic condition as an external factor. In this particular case the researcher observed the period of the economic crisis of 2008 as the subject year. The second indicator is the basic factor in the form of financial performance which is a controlling factor on the performance of Islamic bank financing.

The result of this research explained that the external and internal factors in the decision-making of Islamic banks allocating funds to the public under conditions of economic crisis is influenced by inflation, deposits and net performing financing. The high inflationrate will increase the Islamic bank financing. The impact inflicted by the rising inflation is extra fund for financial needs that must be spent by the Islamic bank due to customers requiring additional funding to support their business operations. Other indicators, the more public funds are collected, hence can be used in distributing the Islamic bank financing. The other indicator is, when more people are taking bad loans during the crisis. The Islamic bank constantly doing the distribution of funding. Those effects occurred because in overcoming the risk of bad loans, the Islamic bank undertakes diversification and supervision toward the disbursed financing. With such undertaking will make the Islamic bank become more selective in determining the financing on public.

Keywords: Macroeconomics, Financial Performance, Financing

(3)

3 Abstrak

Dala e jala ka i ter ediasi a k syari’ah e erlukan indikator internal maupun eksternal dalam melancarkan kegiatan pembiayaan. Dalam penelitian ini, indikator ya g e jadi perti a ga a k syari’ah dala pe iayaa kepada asyakarat adalah kondisi perekonomian sebagai faktor eksternal, dalam hal ini peneliti mengamati pada saat kondisi krisis ekonomi tahun 2008 sebagai tahun acuan. Indikator kedua adalah faktor fundamental berupa kinerja keuangan yang merupakan faktor pengendalian kinerja bank syari’ah terhadap pe iayaa .

Hasil pe elitia i i e jelaska ahwa faktor ekster al da i ter al a k syari’ah dalam keputusan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam kondisi krisis ekonomi dipengaruhi oleh faktor inflasi, dana pihak ketiga dan net performing financing. Inflasi yang ti ggi aka e i gkatka pe iayaa a k syari’ah. Aki at ya g diti ulka dari meningkatnya inflasi adalah adanya tambahan dana pembiayaan yang harus dikeluarkan a k syari’ah dikare aka asa ah pe iayaa e utuhka ta aha iaya u tuk menunjang kegiatan usahanya. Indikator lainnya, semakin banyak dana masyarakat yang terkumpul maka dapat digu aka a k syari’ah dala e yalurka pe iayaa . Indikator lai ya, ketika kredit a et e gala i ke aika saat krisis aka a k syari’ah tetap melakuka pe yalura pe iayaa . Pe garuh terse ut terjadi kare a a k syari’ah dala mengatasi peningkatan risiko kredit macet melakukan diversifikasi dan pengawasan terhadap pembiayaan yang disalurkan, Dengan adanya upaya tersebut akan membuat bank syari’ah lebih selektif dalam memutuskan pembiayaan kepada masyarakat.

(4)

4

A. Pendahuluan

Isu pe elitia i i e ula da i eksiste si pe a ka sya i’ah di I do esia ya g sela a i i

mengalami pertumbuhan yang cukup menjanjikan dalam beberapa tahun terakhir, hal

te se ut e u jukka ah a a k sya i’ah dapat dikataka e iliki pe a a ya g

strategis dalam memperbaiki perekonomian nasional.

Eksiste si pe a ka sya i’ah saat i i e e pati posisi ya g sa gat st ategis di tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam dalam

memobilisasi dana dari masyarakat melalui kegiatan funding dan financing. Ba k sya i’ah

memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang

mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unit yang kekurangan dana (deficit

units). Melalui bank, kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang

memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas bank

sya i’ah se agai le aga pe a ta a dite tuka oleh ke a pua a aje e a k u tuk

melaksanakan perannya.2

Volume usaha pe a ka sya i’ah hi gga tahun 2011, khususnya Bank Umum

“ya i’ah BU“ da U it Usaha “ya i’ah UU“ , e gala i pe tu uha ya g sa gat pesat. Total aset per Oktober 2011 (yoy) telah mencapai Rp127,19 triliun atau meningkat tajam

sebesar 48,10% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir.

Dita ah de ga aset BPR“ se esa Rp , 5 t iliu , total aset pe a ka sya i’ah pe

Oktober 2011 telah mencapai Rp130,5 triliun. Marketshare pe a ka sya i’ah te hadap

perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Tingginya pertumbuhan aset tersebut

tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga dan pertumbuhan penyaluran

dana. Penghimpunan dana pihak ketiga meningkat 52,79% dan penyaluran dana masyarakat

meningkat sebesar 46,43%.3

Pe ghi pu a da a pe a ka sya i’ah e gala i pe i gkata ya g ti ggi sela a

satu tahun terakhir dari Rp 66,48 triliun pada Oktober 2010 menjadi Rp 101,57 triliun pada

Oktober 2011 atau meningkat 52,79%. Meskipun mengalami sedikit penurunan di awal

tahun sebagai akibat dari January effect, namun penghimpunan dana dapat dipertahankan

2 Heri Sudarsono, Ba k da Le aga Keua ga Syari’ah. Deskripsi da Ilustrasi (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm 56.

(5)

5 meningkat secara stabil pada triwulan III 2011. Laju pertumbuhan pada triwulan III 2011

yang sebesar 52,79% (yoy) tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang

sama di tahun 2010 sebesar 39,16%. Penghimpunan dana masyarakat terbesar adalah

dalam bentuk deposito yaitu Rp 62,02 triliun (61,06%) diikuti oleh Tabungan sebesar

Rp27,81 triliun (27,38%) dan Giro sebesar Rp11,05 triliun (10,88%).4

Sedangkan dari sisi penyaluran dana, piutang murabahah paling mendominasi

tercatat sebesar Rp52,06 triliun atau 42,42% diikuti oleh pembiayaan musyarakah yang

sebesar Rp17,73 triliun (14,45%) dan piutang qardh sebesar Rp13,02 triliun (10,61%).

Penyaluran dana berupa piutang qardh mengalami peningkatan yang sangat tinggi yaitu

sebesar 295,17% yang didominasi oleh peningkatan qardh (gadai) emas.5

Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia menunjukkan bahwa produk

pe iayaa ya g disalu ka oleh a k sya i’ah asih ti ggi pe i at ya di kala ga

masyarakat, ini terbukti dari tujuh tahun terakhir jumlah angka pembiayaan terus

meningkat. Produk pembiayaan yang sangat diminati adalah murabahah yakni mencapai

sekitar 46,161 miliyar hingga Juni 2012, dan yang kedua adalah produk pembiayaan

musyarakah yakni mencapai sekitar 16,295 miliyar hingga Juni 2012. 6

Berdasarkan hal tersebut secara umum efektivitas fungsi intermediasi perbankan

sya i’ah tetap te jaga sei i g pe tu uha da a ya g dihi pu aupu pe iayaa ya g

relatif tinggi dibandingkan perbankan nasional, serta penyediaan akses jaringan yang

meningkat dan menjangkau kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih

memiliki fundamental yang cukup kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya

perekonomian nasional.7

Salah satu unsur yang terpenting dalam perkembangan suatu lembaga keuangan

adalah bagaimana cara mendapatkan keuntungan yang optimal, karena hal ini dilakukan

dala upaya e i gkatka pe dapata agi a k sya i’ah. “alah satu kegiata ya g dilakuka oleh a k sya i’ah u tuk e pe oleh pe dapata , yaitu elalui kegiata

4 Ibid., hlm. 2.

5 Ibid., hlm. 3.

6 Bank Indonesia, Statistik Per a ka Syari’ah Ju i Jaka ta: Di ekto at Pe a ka “ya i’ah, , hlm. 18.

(6)

6 mengalokasikan dananya baik dalam bentuk memberikan pembiayaan kepada nasabah atau

pe ggu aaa da a pada sekto te te tu dala e a ah aset a k sya i’ah.

Pe iayaa a k sya i’ah pada Ju i e dasa ka je is pe ggu aa le ih esa

berada pada sektor konsumsi, yakni sebesar 50,271 miliyar diikuti modal kerja sebesar

46,603 miliyar dan sektor investasi sebesar 20,719 miliyar. Sedangkan pembiayaan bank

sya i’ah e dasa ka sekto eko o i le ih esa e ada pada sekto jasa du ia usaha

29,830 miliyar diikuti sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 10,873 miliyar,

konstruksi 5,972 miliyar, jasa sosial/masyarakat 5,712 miliyar, perindustrian 3,898 miliyar,

pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 3,698 miliyar, listrik, gas dan air 3,029 miliyar,

pertanian, kehutanan dan sarana pertanian 2,203 miliyar dan pertambangan sebesar 1,835

miliyar.8

Ada dua aspek yang melekat dalam investasi pe iayaa pada a k sya i’ah, yaitu

keuntungan (return) yang diharapkan dan risiko pembiayaan. Dalam konsep return dan

isiko, a k sya i’ah tidak oleh ha ya e pe hatika esa ya return suatu aset, tetapi juga harus melihat seberapa besar risiko yang harus ditanggung. Untuk meminimalkan risiko

investasi pe iayaa , a k sya i’ah ha us mampu memperluas dananya pada berbagai

pilihan aset dengan membentuk portofolio yang terdiri dari banyak aset. Return dan risiko

secara teoritis mempunyai hubungan yang positif. Semakin tinggi risiko akan semakin tinggi

tingkat keuntungan yang diharapkan, begitu juga sebaliknya.

Dari aspek te se ut a k sya i’ah pada sekto i te al e e luka i dikato pe ti g

dalam melancarkan kegiatan penyaluran dana pembiayaan kepada masyarakat. Indikator

ya g dapat dijadika se agai uku a ya adalah e upa ki e ja keua ga a k sya i’ah, aik

itu dari jumlah penghimpunan, kecukupan modal, pendapatan pembiayaan, dan tingkat

k edit e asalah. “ehi gga da i pada itu a k sya i’ah dapat de ga udah e getahui

kondisi pertumbuhan dan penurunan perusahaan terhadap keputusan yang diambil dalam

penyaluran pembiayaan.

Fe o e a ya g te jadi adalah a k sya i’ah e iliki se uah ke dala dala

menentukan penyaluran pembiayaan, diantaranya kondisi ekonomi yang tidak menentu,

a k sya i’ah e ilai pe yalu a da a tidak te lepas da i fe o e a eko o i se uah

negara. Kedua adalah sektor yang dibiayai belum memiliki banyak pilihan, artinya lebih

(7)

7 banyak terfokus pada sektor mikro dan belum terfokus pada sektor yang besar seperti

pertambangan atau kehutanan. Kendala tersebut dikarenakan jumlah dana yang tersedia

pada per a ka sya i’ah asih ke il, sehi gga elu te tu a k sya i’ah pada p oyek

pembiayaan skala besar yang memiliki tingkat return atau bagi hasil yang tinggi mampu

untuk dibiayai secara besar.

Kondisi ekonomi makro secara umum memiliki hubungan dengan tingkat return dan

risiko pembiayaan, terutama dampak inflasi dan pergerakan kurs mata uang. Faktor

ekonomi makro tersebut merupakan faktor eksternal perusahaan yang mempengaruhi

penyaluran pembiayaan. Dalam analisis fundamental, kondisi variabel ekonomi makro

mempengaruhi terhadap keputusan-keputusa i estasi ya g dia il oleh a k sya i’ah

karena memiliki dampak terhadap sektor yang dibiayaai. Ketika tingkat inflasi meningkat

maka akan memiliki dampak yang negatif terhadap perekonomian, sedangkan ketika

pergerakan kurs mata uang meningkat dalam artian mengalami pergerakan yang normal

maka akan memiliki dampak yang positif bagi perekonomian.

Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter di mana indikator ekonomi makro

menunjukkan trend penurunan atau perlambatan, maka sektor ekonomi akan mengalami

penurunan yang juga akan berpengaruh pada besarnya penyaluran pembiayaan pada bank

sya i’ah. “eda gka keadaa pe eko o ia ya g diha apka e aik e upaka

sentimen positif yang berdampak pada besarnya jumlah penyaluran pembiayaan yang

disalu ka a k sya i’ah.

Ki e ja a k sya i’ah de ga ko disi eko o i ak o pada dasa ya e iliki

hubungan yang saling berkaitan, terutama pada aktivitas pembiayaan yang dilakukan.

Tingkat return ya g dipe oleh a k sya i’ah da i i estasi pe iayaa tidak te lepas da i

faktor eksternal salah satunya yaitu kondisi ekonomi makro yang dihadapi seperti inflasi dan

kurs mata uang. Proses meningkatnya harga-harga secara umum dan menurunnya nilai uang

terus- e e us aka e pe ga uhi ju lah pe a a a pe iayaa pada a k sya i’ah,

walaupun dalam analisis fundamental perusahaan atau investor menggunakan informasi

mengenai kinerja perusahaan atau laporan keuangan sebagai indikator mengestimasikan

tingkat return dan risiko dari investasi yang dijalankan. Jadi setiap perubahan ekonomi yang

terjadi baik itu mengalami pertumbuhan atau penurunan sangat memiliki dampak terhadap

(8)

8 Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin menguji pengaruh kondisi ekonomi dan

kinerja keuangan te hadap ju lah pe yalu a pe iayaa a k sya i’ah di I do esia.

Dalam penelitian ini variabel ekonomi terdiri dari inflasi dan kurs rupiah terhadap dolar,

sedangkan faktor kinerja diproksikan dengan rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut

terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),

Net Performing Financing (NPF) dan Pendapatan Penyaluran Dana.

B. Hubungan Variabel

1) Kurs terhadap Penyaluran Pembiayaan

Pergerakan fluktuatif yang terjadi pada nilai tukar merupakan risiko yang sangat serius

bagi para investor, perusahaan, pelaku bisnis dalam transaksi internasional. Dari sisi

investor atau nasabah, ketidakstabilan kurs mata uang akan mempengaruhi biaya-biaya

operasi. Apabila kurs rupiah melemah terhadap dolar maka mengakibatkan biaya

produksi yang akan semakin meningkat dikarenakan impor bahan baku dan peralatan.

Para pelaku bisnis akan membayar kewajiban lebih tinggi dikarenakan nilai tukar mata

uang domestik yang melemah, sehingga berpengaruh pada pendapatan usaha. Lebih

lanjut, melemahnya nilai tukar mata uang juga mempunyai pengaruh langsung berupa

kenaikkan harga barang ekspor maupun impor suatu negara. Apabila negara tersebut

menganut sistem perekonomian terbuka maka akan berpengaruh terhadap kenaikkan

harga-harga barang yang lain. Hal tersebut juga akan berpengaruh pada biaya produksi

usaha, sehingga berakibat pada menurunnya volume penjualan. Oleh karena itu, tidak

heran bila setelah melemahnya nilai tukar mata uang sering terdengar keluhan-keluhan

dalam dunia usaha.9 Keadaan sebaliknya penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar

akan berpengaruh pada kenaikkan pendapatan yang disebabkan meningkatnya volume

penjualan. Peningkatan tersebut akan menaikkan kinerja dunia usaha sehingga

melancarkan investor dalam berinvestasi.

Pengelolaan nilai tukar yang realistis dan perubahan yang cukup rendah dapat

memberikan kepastian kepada dunia usaha merupakan suatu hal yang penting dalam

peningkatan investasi maupun kegiatan yang berorientasi pada ekspor. Keadaan

tersebut pada gilirannya akan mendorong meningkatnya permintaan kredit untuk usaha

(9)

9 produktif sehingga dapat mendorong perkembangan perbankan yang sehat. Nilai tukar

yang melonjak-lonjak secara drastis akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha

dalam merencanakan usaha terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku

dari luar negeri atau menjual barang ke pasar ekspor. Oleh karena itu, pengelolaan nilai

mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang medukung

perekonomian secara makro.10

2) Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan

Para nasabah pembiayaan akan menangkap sinyal negatif atas meningkatnya inflasi,

pada saat inflasi tinggi investor lebih memilih investasi dalam bentuk tabungan atau

deposito karena lebih menguntungkan dan lebih pasti. Selain itu, tingkat inflasi yang

tinggi akan meningkatkan risiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang

inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta

menimbulkan distorsi informasi tentang harga-harga relatif. Kenaikan laju inflasi yang

tidak diantisipasi akan meningkatkan harga barang dan jasa, sehingga konsumsi akan

menurun. Selain itu kenaikan harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya

odal usaha. Jadi dala hal i i a k sya i’ah ha us e gelua ka da a pe iayaa le ih esa aki at da i e i gkat ya i flasi. Ba k sya i’ah te tu ya elakuka

penyaluran dana dengan hati-hati karena dengan jumlah penyaluran pembiayaan yang

relatif tinggi akan mengandung banyak risiko terjadinya gagal bayar dikemudian hari

apabila inflasi semakin tidak terkendali.

Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat menggangu

upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat. Karena tingkat inflasi yang tinggi

menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta demikian akan

mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung sehingga pertumbuhan dana

perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun.11

10 Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia: Seberapa Jauh Kebijakan Moneter Mewarnai Perekonomian Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm 55.

(10)

10

3) Dana Pihak Ketiga terhadap Penyaluran Pembiayaan

DPK merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembiayaan. Semakin besar DPK

ya g e hasil dihi pu oleh a k sya i’ah, aka se aki esa pula pe iayaa ya g

dapat disalurkannya. Alasan DPK dijadikan sebagai sumber dana untuk pembiayaan

karena nasabah nantinya memiliki hak atas hasil pengelolaan dana tersebut, sehingga

a k sya i’ah pu ya ke aji a u tuk e e ika e upa i al hasil da i pe ggu aa

dana tersebut.

Tingkat likuiditas yang tinggi atau rasio FDR yang rendah akan mengakibatkan

pe dapata a k sya i’ah e u u . Hal i i dise a ka te lalu a yak ya da a pihak

ketiga yang menganggur. Apabila dana tersebut disalurkan melalui pembiayaan akan

menjadi produktif dan menghasilkan pendapata agi a k sya i’ah. FDR ya g ti ggi

e u jukka ah a a k sya i’ah a pu e jala ka fu gsi i te ediasi keua ga

dengan baik. Berjalannya fungsi ini akan meningkatkan pendapatannya dari

pembiayaan yang disalurkan sehingga tingkat bagi hasil yang diberikan kepada deposan

juga akan naik.

4) Return on Asset terhadap Penyaluran Pembiayaan

Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

dipergunakan.12 Dalam perhitungannya ROA hanya menggunakan laba bersih setelah

pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan. Semakin besar ROA maka dianggap

sebagai informasi yang positif bagi investor dan menunjukkan kinerja perusahaan yang

semakin baik karena tingkat pengembalian investasi perbankan dari penyaluran dana

pembiayaan semakin besar dan risiko pembiayaan yang dialami semakin kecil. Dengan

a yak ya pe dapata ya g dite i a oleh a k sya i’ah, aka aka se aki a yak

dana yang akan terkumpul untuk dapat dimanfaatkan untuk investasi berikutnya. Jika

nilai ROA suatu bank semakin besar, maka semakin baik pula bank tersebut dalam

e u ja g pe tu uha is is ya da e a ti a k sya i’ah te se ut e pu yai

cukup dana untuk ekspansi pembiayaan.

(11)

11 5) Capital Adequacy Ratio terhadap Penyaluran Pembiayaan

Ketika a k sya i’ah e iliki ukup odal aka se aki ti ggi CAR se aki kuat

kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif

yang berisiko. Disisi lain bank dinilai masih dalam batas aman dalam operasinya.

Keadaan permodalan yang memadai ini akan menjaga kepercayaan masyarakat untuk

tetap menyimpan dananya di bank. Sebaliknya, CAR yang kecil akan meningkatkan

risiko kegagalan bank tersebut.

Semakin besar modal bank yang dapat dihimpun maka semakin besar

kesempatan bank tersebut untuk melakukan ekspansi aktivanya yang perlu didukung

oleh pembiayaan (financing). Perlu diperhatikan bahwa modal yang besar tanpa

diimbangi ATMR-nya akan mengakibatkan bank tersebut over likuid atau dengan kata

lain semakin besar dana yang menganggur (idle fund), hal ini tentu akan menurunkan

performa dari bank yang bersangkutan. ATMR yang rendah menunjukkan bahwa aktiva

bank tersebut mempunyai risiko yang relatif rendah atau dengan kata lain banyak

aktivanya yang ditanamkan pada instrumen investasi yang berisiko kecil sehingga tidak

berpengaruh baik terhadap profitabilitas bank tersebut.

6) Net Performing Financing terhadap Penyaluran Pembiayaan

Pembiayaan bermasalah merupakan kondisi yang merugikan dan harus diatasi secara

se ius. Ketika a k sya i’ah e geksekusi pe iayaa e asalah ya, a k tidak

memperoleh hasil yang memadai karena jaminan yang ada tidak sebanding dengan

besarnya pembiayaan yang diberikan. Bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang

berat jika mempunyai pembiayaan bermasalah yang cukup besar.13

Pembiayaan bermasalah yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban

untuk memenuhi PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang terbentuk. Bila

ini terus menerus terjadi maka PPAP akan menurunkan nilai profitabilitas bank. Oleh

karena itu bank menginginkan tingkat NPF yang rendah. Nilai NPF yang rendah akan

e uat a k sya i’ah e pu yai ukup la a ditaha u tuk digu aka e da ai

kegiatan operasionalnya dan memperbesar pendapatannya melalui ekspansi usaha.

“alah satu i plikasi lai agi pihak a k sya i’ah se agai aki at da i ti ul ya

(12)

12 pembiayaan bermasalah adalah hilangnya kesempatan untuk memperoleh income

(pendapatan) dari pembiayaan yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba dan

berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.14 Otomatis hal ini akan mengurangi porsi

pe dapata ya g disti usika kepada deposa di a k sya i’ah.

7) Pendapatan Penyaluran Dana terhadap Penyaluran Pembiayaan

Pendapatan penyalu a da a pada a k sya i’ah e upaka pe dapata ya g

diperoleh atas keuntungan pengalokasian dana kepada masyarakat (nasabah).

Pendapatan dana dari penyaluran pembiayaan jika dilihat dari laporan keuangan bank

sya i’ah te di i da i margin murabahah, pendapatan bersih salam paralel, pendapatan bersih istishna paralel, sewa ijarah, bagi hasil mudharabah dan musyarakah. Selain itu

pe dapata da a a k sya i’ah isa juga e asal da i Ba k I do esia e upa “e tifika Ba k I do esia “ya i’ah “BI“ da pe dapatan dari bank-bank lainya. Kemudian pendapatan lainnya dapat diperoleh dari jasa layanan, jasa investasi terikat

(mudharabah muqayadah), pendapatan dari transaksi valuta asing.

Pihak a k sya i’ah te tu ya sudah dapat e p oyeksika se e apa esa

keuntungan dan kerugian dari penawaran pembiayaan yang dilakukan. Jika pendapatan

pembiayaan yang diproyeksikan itu besar maka akan meningkatkan jumlah penyaluran

yang diberikan dalam bentuk pembiayaan. Konsekuensi dari konsep ini adalah jika hasil

usaha peminjam memberikan keuntungan yang besar, maka bagi hasilnya pun akan

besar. Sebaliknya jika keuntungan usahanya kecil maka pendapatan pun kecil, atau

bahkan merugi, maka pihak peminjam pun harus ikut menanggung kerugian tersebut.

C. Hipotesis

H

A1: Kurs mata uang berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.

H

A7: Pendapatan penyaluran dana berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.

(13)

13

D. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis terapan. Penelitian jenis ini berusaha untuk menerapkan

semua teori yang ilmiah atas keadaan pada saat itu.15 Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu

data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka-angka atau besaran tertentu yang

sifatnya pasti, sehingga data seperti ini memungkinkan untuk dianalisis menggunakan

pendekatan statistik. 16

Sampel penelitian ini adalah Ba k U u “ya i’ah ya g te di i da i Ba k “ya iah

Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Syariah Mega Indonesia yang

mempublikasikan laporan keuangan per triwulanan dari Maret 2008 hingga September

2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive

sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.17 Pemilihan

sampel dengan purposive sampling dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang

representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan penelitian ini.

Teknik analisis data penelitian menggunakan regresi linier berganda. Analisis regresi

linier berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau

lebih. Selain itu juga digunakan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan random/stokastik,

yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independen/bebas diasumsikan

memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang).18 Formulasi yang digunakan

sebagai berikut:

15 Syamsul Hadi, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), hlm. 26.

16 Ibid., hlm. 27.

17 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 122.

(14)

14

E. Hasil dan Analisis

Tabel 1

Hasil Uji Parsial Terhadap Variabel Financing Deposit Ratio

Variabel Prediksi Koefisien thitung Sig. Kesimpulan Ha

(Constant) 16,014 0,183 0,856

Ln Kurs + 2,803 0,305 0,761 Tidak Signifikan Ditolak

Inflasi + 0,727 2,675 0,010 Signifikan Diterima

Ln DPK + 4,493 3,247 0,002 Signifikan Diterima

ROA + 1,600 1,604 0,115 Tidak Signifikan Ditolak

CAR + -0,665 -1,377 0,175 Tidak Signifikan Ditolak

NPF - 2,637 4,504 0,000 Signifikan Ditolak

Ln PPD + -2,179 -1,480 0,145 Tidak Signifikan Ditolak

a. Dependent Variable: FDR Sumber: Data diolah

1) Pengaruh Kurs terhadap Penyaluran Pembiayaan

Pada dasarnya pihak perbankan menilai apabila pembiayaan tersebut disalurkan dalam

kondisi ketidakstabilan kurs mata uang, maka pihak yang dibiayai (nasabah) dalam

menjalankan usahanya akan dipengaruhi biaya-biaya operasi. Semakin tinggi nilai kurs

domestik dalam artian mengalami penguatan maka semakin baik bagi dunia usaha,

penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan berpengaruh pada kenaikkan

pendapatan yang disebabkan meningkatnya volume penjualan, sehingga sektor

pe a ka sya i’ah isa e ga il ke ijaka pe yalu a pe iayaa gu a

melancarkan investor dalam berinvestasi. Jika kurs mata uang domestik terjadi

pelemahan maka akan mengakibatkan tambahan biaya-biaya pada dunia usaha

terutama pada komoditas ekspor dan impor yang mengakibatkan terganggunya

aktivitas investasi, hal tersebut mendorong investor membutuhkan dana kepada bank

sya i’ah e jadi le ih esa sehi gga e gaki atka pe yaluran pembiayaan bank

sya i’ah e i gkat da e de u g hati-hati dalam penyaluran dana terutama pada pembiayaan investasi dan modal kerja (produktif).

Hasil penelitian ini menjawab sebaliknya, jika tingkat kurs rupiah mengalami

penguatan nilai maupun terjadi pelemahan nilai terhadap mata uang dolar maka hal

tersebut tidak memberikan efek yang berarti terhadap keputusan penyaluran

(15)

15 terutama pada pembiayaan bagi hasil (musyarakah dan murdharabah). Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan Syahrul, menjelaskan bahwa tingkat kurs memiliki pengaruh

signifikan, artinya terdapat perbedaan pengaruh antara sebelum dan sesudah

penggunaan SBIS. Sebelum digunakannya SBIS, kurs memiliki pengaruh negatif pada

pembiayaan, namun sesudah penggunaan SBIS pengaruhnya menjadi positif.

Data dari Bank Indonesia menunjukkan pe iayaa a k sya i’ah pada Ju i

2012 berdasarkan jenis penggunaan masih didominasi oleh sektor konsumsi, yakni

sebesar 50,271 miliyar diikuti modal kerja sebesar 46,603 miliyar dan sektor investasi

se esa , iliya . “eda gka pe iayaa a k sya i’ah e dasa ka sekto

ekonomi lebih besar berada pada sektor jasa dunia usaha, yakni sebesar 29,830

miliyar.19 Berdasarkan data tersebut kita bisa menilai bahwa ekspansi pembiayaan bank

sya i’ah di ilai belum terlalu besar dalam skala internasional. Artinya sektor yang

di iayaai a k sya i’ah asih te atas pada sekto ik o te uta a pada pasa do estik

sehingga kita menilai tingkat pergerakan kurs tidak berpengaruh terhadap ekspansi

pembiayaan yang dilakukan.

Meskipun pergerakan kurs mata uang mengalami pelemahan pada Desember

hi gga Ju i , pe a ka sya i’ah e de u g elakuka p i sip kehati-hatian dalam melakukan ekspansi atau penyaluran dana kepada masyarakat, dengan memilih

produk pembiayaan yang berisiko kecil seperti pembiayaan murabahah. Jika

pe iayaa a k sya i’ah sudah asuk pada ekspa si ya g le ih esa sepe ti ekspor dan impor terutama pada pembiayaan produktif/bagi hasil, dalam arti tidak terpusat

pada pembiayaan sektor konsumsi dalam negeri, bisa dipastikan perubahan kurs dapat

mempengaruhi pembiayaan yang disalurkan.

2) Pengaruh Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan

Ketika ti gkat laju i flasi e gala i ke aika aka pe a ka sya i’ah tetap

menyalurkan pembiayaan meskipun pada saat inflasi sedang mengalami kenaikan. Hasil

tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurnianingrum yang

menjelaskan bahwa inflasi memberikan pengaruh yang positif, sehingga kenaikan

tingkat inflasi menyebabkan kenaikan penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini

(16)

16 menolak yang dilakukan Syahrul yang menjelaskan bahwa tingkat inflasi memiliki

pe ga uh egatif te hadap pe iayaa pe a ka sya i’ah pada pe iode se elu

digunakannya SBIS dan sesudah digunakannya SBIS. Hasil penelitian ini juga berbeda

dengan peneltian Dwi Retno Widiyanti, menjelaskan tingkat inflasi secara signifikan

berpengaruh negatif terhadap jumlah nominal penawaran pembiayaan istishna. Hal ini

menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan terhadap inflasi maka akan diikuti

dengan penurunan pada penawaran pembiayaan.

Perbedaan hasil tersebut dikarenakan perubahan inflasi yang terjadi tersebut

sudah diantisipasi sebelumnya. Pada dasarnya kenaikan laju inflasi yang tidak

diantisipasi akan mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa, sehingga konsumsi

masyarakat akan menurun. Sebenarnya inflasi tidak selalu buruk, asalkan masih berada

pada tingkat yang aman. Inflasi menjadi bermasalah bila laju inflasinya tinggi. Inflasi

yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa menjadi

menurun, lebih-lebih pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali.

Selain dengan adanya upaya pengendalian atau antisipasi terhadap pergerakan

inflasi, akibat lain yang ditimbulkan dari meningkatnya inflasi terutama dalam dunia

usaha adalah akan menyebabkan kenaikan harga yang tinggi, sehingga menyebabkan

nasabah pembiayaan (produktif) mengalami ketidakpastian dalam berusaha. Akibat hal

tersebut nasabah membutuhkan tambahan biaya- iaya kepada pe a ka sya i’ah

untuk menunjang kegiata usaha ya. Upaya ya g dilakuka pe a ka sya i’ah adalah

mengeluarkan dana yang lebih besar atas pembiayaan tersebut, sehingga perbankan

sya i’ah pe lu elakuka ke ali pe uata a gga a ela ja da pe e a aa k edit

yang tepat agar keadaan keua ga a k sya i’ah tetap te jaga. Dalam hal ini bank

sya i’ah ha us e gelua ka pe iayaa de ga hati-hati karena jumlah penyaluran pembiayaan cenderung relatif tinggi dan mengandung banyak risiko terjadinya gagal

bayar dikemudian hari apabila inflasi semakin tidak terkendali.

3) Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Penyaluran Pembiayaan

DPK merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembiayaan. Semakin besar DPK

ya g e hasil dihi pu oleh a k sya i’ah, aka se aki esa pula pe iayaa ya g

dapat disalurkannya. Alasan DPK dijadikan sebagai sumber dana untuk pembiayaan

(17)

17

a k sya i’ah pu ya ke aji a u tuk e e ika e upa i al hasil da i pe ggu aa

dana tersebut.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Priatin, kemudian

penelitian Maryanah tentang faktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil

(musyarakah dan mudharabah), kemudian penelitian Duddy dan Ghafur terhadap total

pe iayaa a k sya i’ah, kemudian ini juga didukung oleh Desi Arisandi yang meneliti pada bank umum di Indonesia. Hasil penelitian secara keseluruhan menjelaskan

semakin besar jumlah dana simpanan (DPK) yang dimiliki atau yang terkumpulkan oleh

bank akan menyebabkan bank dapat menyalurkan pembiayaan.

4) Pengaruh Return on Asset terhadap Penyaluran Pembiayaan

Pada dasarnya ROA menggambarkan kemampuan bank menghasilkan laba dari aktiva

yang dipergunakan. Semakin besar ROA maka dianggap sebagai informasi yang positif

bagi kinerja bank karena tingkat pengembalian investasi perbankan dari penyaluran

dana (pembiayaan) semakin baik. Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami

bahwa hasil dari penelitian ini menjelaskan tingkat ROA tidak mempengaruhi kebijakan

penyaluran pe iayaa a k sya i’ah, te tu saja hal te se ut e a di g te alik

dengan teori yang dijelaskan di awal. Hasil ini menolak penelitian dari Desi yang

menjelaskan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.

Berdasarkan hal tersebut, mengindikasikan bahwa banyaknya pendapatan yang

dite i a oleh a k sya i’ah asih dido i asi oleh produk pembiayaan yang memiliki risiko yang kecil seperti murabahah dibandingkan dengan produk bagi hasil seperti

musyarakah dan mudharabah, karena mayoritas ekpansi pembiayaan pada bank

sya i’ah dala e e apa tahu te akhi e e patka pe iayaa pada sekto

konsumsi masih besar dibandingkan dengan modal kerja dan investasi. Selain itu

pe dapata ya g dipe oleh a k sya i’ah asih e upaka pe dapata ya g isa

dip ediksi di asa e data g, pe dapata te se ut isa dia dalka jika a k sya i’ah

melakukan ekpansi pembiayaan yang lebih besar seperti memaksimalkan pembiayaan

bagi hasil. Penelitian yang dilakukan oleh Maryanah menjelaskan bahwa pembiayaan

bagi hasil dapat meningkatkan profit. “ejauh i i dapat dikataka a k sya i’ah asih

mengandalkan jumlah DPK yang terkumpul untuk ekspansi pembiayaan, semakin

(18)

18 Walaupun dalam penelitian ini mengindikasikan seberapa pun tingkat ROA yang

dihasilkan tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan penyaluran pembiayaan bank

sya i’ah, tetapi asio te se ut asih pe ti g u tuk dipe ti a gka . Jika ilai ROA suatu bank semakin besar, maka semakin baik pula bank tersebut dalam menunjang

pertumbuhan bisnisnya dan berarti bank tersebut mempunyai cukup dana modal.

5) Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Penyaluran Pembiayaan

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur tingkat kecukupan

modal. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi

penurunan aktivanya sebagai akibat kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh

akti a ya g e isiko. Ba k sya i’ah ya g e iliki asio CAR ya g ti ggi e ye a ka

semakin baik posisi modalnya. Modal yang baik akan menambah kepercayaan

masyarakat terhadap bank, dan modal yang besar memungkinkan bank untuk

menciptakan pembiayaan yang lebih besar pula, sehingga akan meningkatkan laba.

Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa hasil dari penelitian

ini mendukung penelitian Pratin dan Akhyar yang menjelaskan bahwa tingkat CAR tidak

e pe ga uhi ke ijaka pe yalu a pe iayaa a k sya i’ah. U tuk e pe oleh

tingkat CAR yang baik (memenuhi peraturan BI) bank tidak hanya mengandalkan modal

i ti saja, a k sya i’ah juga isa e a i su e da a lai sepe ti da a pihak ketiga,

modal pinjaman dan pinjaman subordinasi sebagai modal pelengkap.

Menurut Rose dan Kolari (1995), bank umum (komersial) adalah lembaga

leverage tinggi (highly leverage organizations), tergantung terutama pada pinjaman

(debt) atau simpanan (deposit) untuk meningkatkan aset-asetnya. Ekuitas hanya sebagai

sandaran (perlindungan) kecil terhadap depositor/kreditor atas penurunan nilai aset

bank, bank bergantung terutama pada kompetensi dan kehati-hatian (competencyand

prudence) manajemen dan stabilitas sistem keuangan bank. Selama modal inti (ekuitas)

masih bisa memenuhi kewajiban minimum penyediaan modal maka suatu lembaga

bank akan mengoptimalkan simpanan dana pihak ketiga untuk meningkatkan

pembiayaan yang disalurkan.20

(19)

19

6) Pengaruh Net Performing Financing terhadap Penyaluran Pembiayaan

“alah satu i plikasi u uk agi pihak a k sya i’ah se agai aki at da i ti ul ya

pembiayaan bermasalah (NPF yang tinggi) adalah hilangnya kesempatan untuk

memperoleh income (pendapatan) dari pembiayaan yang diberikan sehingga

mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank. Pada

dasa ya a k sya i’ah dala e gatasi peningkatan risiko NPF dengan melakukan diversifikasi pembiayaan yang disalurkan. Walaupun rasio NPF dalam situasi meningkat,

dengan adanya upaya-upaya pengawasan terhadap ekspansi pembiayaan maka akan

e udahka a k sya i’ah dala e utuska pe yalu a da a kepada asya akat.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pratin yang menjelaskan

tingkat NPF tidak mempengaruhi penyaluran pembiayaan. Penelitian ini juga menolak

penelitian Dwi Retno dan Desi Arisandi yang menjelaskan bahwa tingkat NPF

berpengaruh negatif terhadap jumlah nominal penawaran pembiayaan.

Berdasarkan data sampel yang diambil dalam penelitian ini secara keseluruhan

tingkat rata-rata NPF a k sya i’ah sela a pe iode pe ga ata se esa , %, ti gkat

kredit macet tertinggi ditempati oleh Bank Muamalat Indonesia dengan rata-rata

berkisar 3,5%, nilai NPF tersebut sempat terpuruk sebesar 7.32% pada September 2009,

dan 5.83% pada Januari 2010. Nilai NPF Bank Syariah Mandiri rata-rata sekitar 1,55%,

sementara Bank Syariah Mega Indonesia 1,52%. Keadaan ini menunjukkan bahwa

kinerja manajemen pembiayaan bank umum syariah cukup baik dalam mengurangi efek

buruk risiko kredit macet.

Hal ini menunjukkan bahwa manajemen bank- a k sya i’ah pada tahu

pengamatan ini telah mampu meningkatkan kualitas kreditnya, baik pada produk

pembiayaan equity financing (pembiayaan bagi hasil) seperti mudharabah dan

musyarakah maupun pada pembiayaan debt financing seperti murabahah, salam,

istishnada lai ya. U tuk kedepa ya a k sya i’ah ditu tut u tuk le ih e hati-hati

saat menyalurkan pembiayaan, tujuan tersebut untuk mengurangi risiko kredit macet,

seperti jumlah keuntungan atau kerugian dari pembiayaan. Kemudia a k sya i’ah

(20)

20 juga dituntut mampu lebih dalam melakukan studi kelayakan bisnis, mulai dari analisa

awal, penilaian prospek usaha sampai pada pengawasan pembiayaan.

7) Pengaruh Pendapatan Penyaluran Dana terhadap Penyaluran Pembiayaan

Dalam prinsip operasio al a k sya i’ah, keu tu ga aka di e ika sesuai de ga

proporsi yang telah disepakati pada akad transaksi. Jika dalam pembiayaan bagi hasil,

pendapatan yang diperoleh sangat tergantung kepada pengelola dana (mudharib)

dalam mengelola sumber dana (shahibul mal). Keuntungan ini tentu saja akan

berfluktuasi tergantung kepada pendapatan yang diperoleh dan kesepakatan nisbah di

awal. Pada periode pengamatan, pendapatan penyaluran dana memang selalu

fluktuatif. Hal ini didorong oleh kondisi makro ekonomi yang yang kurang kondusif

sehingga memberikan efek negatif terutama bagi para pengusaha (mudharib) yang

menyebabkan iklim usaha melemah sehingga berimbas pada keuntungan yang

diperoleh oleh pengusaha tersebut. Pada akhirnya kondisi yang dialami oleh pengusaha

te se ut e i as pada e dah ya keu tu ga ya g dipe oleh a k sya i’ah.

Fe o e a ya g te jadi saat i i adalah a k sya i’ah e iliki se uah ke dala

dalam menentukan penyaluran pembiayaan, diantaranya adalah sektor yang dibiayai

belum memiliki banyak pilihan, artinya lebih banyak terfokus pada sektor mikro,

terutama pada sektor dunia usaha dan belum bisa sepenuhnya terfokus pada sektor

yang besar seperti sektor perindustrian, pengangkutan, pergudangan dan komunikasi,

listrik, gas dan air, pertanian, kehutanan dan sarana pertanian, dan pertambangan.

Kendala yang terjadi saat ini adalah jumlah dana yang tersedia pada perbankan

sya i’ah ya g asih ke il, pe ga dala da a di a k sya i’ah se agia esa e su e

dari dana pihak ketiga, sehingga belum tentu a k sya i’ah dapat e ga dalka da a

-dana tersebut pada proyek pembiayaan berskala besar yang memiliki tingkat return

atau agi hasil ya g ti ggi. Jika a k sya i’ah tetap elakuka pe iayaa te se ut aka a k sya i’ah e utuhka da a lia ilitas lebih besar untuk ekspansi

pe iayaa te se ut. Ba k sya i’ah juga pe lu e pe ti a ka isiko-risiko proyek atas pembiayaan yang disalurkan, penyaluran dana tidak terlepas dari fenomena

ekonomi sebuah negara, jika kondisi ekonomi tidak stabil maka menyulitkan bank

(21)

21

F. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pada masa krisis ekonomi tahun 2008 semakin

banyak dana masyarakat yang terkumpul (DPK mengalami kenaikan) maka akan

e ye a ka da a ya g te ku pul te se ut dapat digu aka a k sya i’ah dala

menyalurkan pembiayaan. Kedua, ketika tingkat laju inflasi selama periode pengamatan

e gala i ke aika aka a k sya i’ah tetap elakuka pe yalu a pe iayaa .

Pengaruh tersebut dikarenakan perubahan inflasi terutama yang terjadi pada masa krisis

te se ut sudah dia tisipasi se elu ya. “ehi gga a k sya i’ah tetap e yalu ka

pembiayaan meskipun pada saat inflasi sedang mengalami kenaikan. Selain itu akibat yang

ditimbulkan dari meningkatnya inflasi adalah adanya tambahan dana pembiayaan yang

ha us dikelua ka a k sya i’ah dika e aka asa ah pe iayaa e utuhka ta aha

biaya-biaya untuk menunjang kegiatan usahanya.

Ketiga, ketika tingkat NPF mengalami kenaika aka a k sya i’ah tetap elakuka

keputusa pe yalu a pe iayaa . Pe ga uh te se ut te jadi ka e a a k sya i’ah dala

mengatasi peningkatan risiko kredit macet (NPF) dengan melakukan diversifikasi

pembiayaan yang disalurkan. Walaupun rasio NPF dalam situasi meningkat, dengan adanya

upaya-upaya pengawasan terhadap ekspansi pembiayaan maka akan memudahkan bank

(22)

22

A to io, Muha ad “yafi’i, Ba k Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani: 2001. Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Ma aje e Ba k Syari’ah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005.

A isa di, Desi, A alisis Fakto Pe a a a K edit Pada Ba k U u di I do esia, Jurnal Master Degree Program – Magister Management, Universitas Gunadarma, 2009,

http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/mmanagement/article/view/14900/14165

, akses 24 September 2012.

Bank Indonesia, Outlok Per a ka Syari’ah di I do esia , Jakarta: Direktorat Perbankan

“ya i’ah, .

---, Outlok Per a ka Syari’ah I do esia , Jakarta: Direktorat Perbankan

“ya i’ah, .

---, Ringkasan Eksekutif Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2009: Memperkuat Ketahanan, MendorongMomentum Pemulihan Ekonomi Nasional, Jakarta: Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter, 2009.

---, Ringkasan Eksekutif Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2008: Menjaga Stabilitas Perekonomian Dalam Krisis Keuangan Global, Jakarta: Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter, 2008.

---, Statistik Per a ka Syari’ah Ju i , Jakarta: Direktorat Pe a ka “ya i’ah, 2012.

Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, Yogyakarta: BPFE, 2004.

Boediono, Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE, 2001.

---, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2: Ekonomi Makro, Yogyakarta: BPFE, 2005.

Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Duddy Roes a a Do a da Nu ul Choti ah, Va ia el-Variabel Yang Mempengaruhi

Pe iayaa Pada Pe a ka “ya i’ah di I do esia Diti jau da i “isi Pe a a a , JurnalEkonomi dan Bisnis Islami (EKBISI), Volume.2, No.2, Juni 2008.

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Undip, 2009.

Goelto , Mi a da “. da Doddy )ul e di, Ma aje e Nilai Tuka di I do esia da Pe asalaha ya, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume.1. No.2, September 1998.

(23)

23

Ha id, Edy “ua di, Aka K isis Eko o i Glo al da Da pak ya Te hadap I do esia, Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Volume.3. No.1, Juli 2009.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: STIM YKPN, 2007.

Ha iz, Moha ad, Pengaruh Potensi, Preferensi, Serta Perilaku Konsumen Terhadap Usaha

Pe asa a Ba k “ya i’ah di I do esia, Jurnal Muamalah SEF UGM, Volume 4, Januari 2007.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004.

Karim, Adiwarman Aswar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

---, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 2001.

---, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Raja Grafindo, 2007.

Kasmir, Manajemen Perbankan , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Ku ia i g u , Dia , Pengaruh BI Rate, Inflasi, dan Suku Bunga Kredit Terhadap

Pe yalu a K edit Modal Ke ja, Tesis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran, tidak dipublikasikan, http://www.fe.unpad.ac.id/karya-

ilmiah/index.php/tesis/detail/427/pengaruh-bi-rate-inflasi-dan-suku-bunga-kredit-terhadap-penyaluran-kredit-modal-kerja#, akses 24 September 2013.

Lewis, Mervyn K. dan Latifa M. Algaoud, Per a ka Syari’ah: Pri sip, Praktik, da Prospek, alih bahasa Burhan Subrata, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007.

Madura, Jeff, Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa Emil Salim, jilid I, Jakarta: Erlangga, 2000.

Mahyudin, Syahrul Elly, A alisis Pe ga uh I flasi, Ku s da Ki e ja “ekto I dust i Te hadap

Pe iayaa Pe a ka “ya i’ah, “e elu da “esudah Pe ggu aa “e tifikat Ba k I do esia “ya i’ah, Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, tidak dipublikaskan, lihat di http://www.psktti-ui.com/abstrak1.php?id=7103910722&bhs=IN, akses 24 September 2012.

Ma ya ah, Fakto -Fakto Ya g Me pe ga uhi Pe iayaa Bagi Hasil di Ba k “ya i’ah

Ma di i, Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, tidak dipublikaskan, lihat di

http://www.psktti-ui.com/abstrak1.php?id=7103910366&bhs=IN, akses 24

September 2012.

Muhammad, Ma aje e Ba k Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2011.

---, Ma aje e Pe iayaa Ba k Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. ---, Tek ik Perhitu ga Bagi Hasil da Profit Margi Pada Ba k Syari’ah,

Yogyakarta: UII Press, 2004.

Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2002.

Nopirin, Ekonomi Makro, buku II, Yogyakarta: BPFE, 2000.

(24)

24

Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Rivai, Veithzal, dkk, Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia System, Jakarta: Rajawali Pers, 2007.

Riyanto, Bambang, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta : BPFE, 2001.

Sartono, Agus, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: BPFE, 2001.

Suad Husnan, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang), Yogyakarta: BPFE, 2008.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2009.

“ujat a, Yayat, A alisis Fakto I te al da Ekste al Ya g Me pe ga uhi Ju lah Pe iayaa Bagi Hasil: “tudi Kasus Ba k “ya i’ah Ma di i, Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, tidak dipublikaskan, lihat di

http://www.psktti-ui.com/abstrak1.php?id=7103910722&bhs=IN, akses 24 September 2012.

T is a ati, Yulli, P ospek Pe tu uha Ba k “ya i’ah da Ta ta ga ya di Masa ya g Aka Data g,

http://yullitrisnawati.blogspot.com/2011/04/prospek-pertumbuhan-bank-sya i’ah-dan.html, akses 20 Januari 2012.

Wibowo, Muhammad Ghafur, Ekonomi Moneter: Tinjauan Ekonomi Konvensional dan Islam, Yogyakarta: Biruni Press, 2007.

---, Potret Per a ka Syari’ah I do esia Terki i Kajia Kritis Perke a ga

Per a ka Syari’ah , Yogyakarta: Biruni Press, 2007.

Widiya ti, D i Ret o, Fakto -Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Pembiayaan Istishna

Pada Pe a ka “ya i’ah di I do esia - , Tesis Fakultas Ekonomika dan Bisnis Pascasarjana UGM, tidak dipublikasikan, 2011.

Gambar

Hasil Uji Parsial Terhadap Variabel Tabel 1 Financing Deposit Ratio

Referensi

Dokumen terkait

Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan (melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya) terkait materi Kisah keteladanan Nabi

Some developing countries do not have any elements distributed between network access, network society, network professionals and network policy as area concern.The

Dari hasil simulasi didapatkan bahwa dengan menggunakan gabungan dua metode tersebut dapat meningkatkan nilai SINR Macro User hingga 39,763 dB lebih baik dibanding tidak

Hasil uji kadar Kalium pada pupuk organik cair kombinasi kulit pisang dan daun lamtoro dengan variasi penambahan jerami padi menunjukkan adanya perbedaan pada setiap

masyarakat muslim Majelis Taklim Masjid Nur Sa’id Villa

Lingkungan sekitar keluarga SYN adalah lingkungan yang di tengah metropolitan. Banyak orang tua yang membiarkan anak nya karena karir orang tua. Begitupun dengan

Dari hasil review terhadap kajian dapat disimpulkan bahwa adanya aplikasi Pendaftaran Calon Siswa Baru Berbasis Mobile Andorid terdapat metode yang digunakan

Gagasan untuk repositioning MPR sebagai lembaga tertinggi negara menghadapi hambatan konstitusional karena perubahan sistem pemilihan presiden dari pemilihan oleh MPR