Makalah
FAKIR DAN SABAR
DISUSUN:
Fadli Ependi Sagala
NIM : 0705162014
Dosen Pengampu :
Dr. Jafar, MA
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN SUMATERA UTARA
FISIKA-1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu fenomena dalam Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya menimbulkan akhlak mulia. Melalui tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkan secara benar.
Di dalam ilmu tasawuf terdapat yang namanya tingkatantingkatan spiritual untuk menuju pendekatan kepada Allah maqamat). Di dalam tingkatan tersebut dimulai dengan tobat (al-taubah), warak (wara’), zuhud(al-zuhud), kefakiran (al-faqr), dan sabar (al-sabr).
Faqir dapat berarti sebagai kekurangan harta yang diperlukan seseorang dalam menjalankan kehidupan didunia. Sikap faqr sangat penting dimiliki orang yang berjalan menuju Allah Swt. karena kekayaan atau kebanyakan harta memungkinkan manusia dekat pada kejahatan dan sekurang-kurangnya membuat jiwa menjadi terhambat pada selain Allah Swt.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan fakir/al-faqr ?
2. Apa yang dimaksud dengan sabar/al-shabr ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengertian fakir/al-faqr ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kefakiran (al-Faqr)
Dalam terminologi Al-quran, istilah fakir berasal dari bahasa Arab,faqura,yafquru,faqran yang artinya miskin. Istilah faqr bermakna kemiskinan. Dalam bahasa Indonesia, fakir berarti “orang yang sangat kekurangan, orang yang terlalu miskin, atau orang yang dengan sengaja membuat dirinya menderita kekurangan untuk mencapai kesempurnaan batin.” 1Alquran menyebutkan istilah fakir dalam berbagai bentuk sebanyak 14
kali. Dalam al-Mu’jam al-Mufahrasy,Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi menyebutkan bahwa kata fakir disebut dalam berbagai bentuk, seperti al-faqra sebanyak 1 kali, al-faqirsebanyak 3 kali, faqira sebanyak 2 kali, al-fuqara sebanyak 7 kali, dan faqirah sebanyak 1 kali.
Secara harfiah al-faqr biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, memerlukan
sesuatu atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi,faqr adalah tidak meminta lebih
dari apa yang telah ada pada diri kita. Faqr berarti tidak meminta rezeki kecuali hanya untuk
dapat menjalankan kewajiban-kewajiban kepada-Nya. Sifat ini juga bermakna bahwa kita tidak
meminta sungguhpun hal itu tidak ada pada diri kita. Namun demikian kita menerima jika diberi,
tidak meminta tetapi tidak menolak. Lebih dari itu, sikap ini adalah merasa cukup dengan apa
yang telah ada.
Faqr (al-faqr) pada prinsipnya mengandung makna sikap yang tidak memaksakan diri untuk
mendapatkan sesuatu. Sikap ini berarti tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai
dan merasa puas dengan apa yang telah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.
Seorang sufi tidak menuntut lebih dari apa yang telah dimiliki atau melebihi dari kebutuhan
bahan pokok. Hal ini sesuai dengan pandangan Abu Muhammad Jariri yang dikutip oleh
al-Kalabazi, yaitu bahwa kefakiran adalah tidak menuntut rezeki kecuali ketika takut merasa lemah
untuk melaksanakan kewajiban.
Menurut Al-Ghazali, fakir dapat bermakna tidak memiliki harta. Menurutnya, ada lima
tingkatan fakir, dua diantaranya yang paling tinggi derajatnya, yakni seorang hamba yang tidak
suka diberi harta, merasa tersiksa dengan harta, dan menjaga diri dari kejahatan dan kesibukan
untuk mencari harta; dan seorang hamba tidak merasa senang bila mendapatkan harta, dan tidak
merasa benci bila tidak mendapatkan harta.
b.
Sabar (al-Shabr)
Sabar berasal dari bahasa Arab yaitu shabaa, yashbiru, shabran yang maknanya adalah mengikat, bersabar, menahan dari larangan hukum, dan menahan diri dari kesedihan, kata sabar disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 103 kali. Al-Shabr merupakan sifat sabar seorang sufi untuk melakukan perjuangan atau pengorbanan dalam maqamat dan meraih kesucian hati.
Sabar (as-shabr) adalah sikap yang dimiliki seseorang untuk menjalankan perintah-perintah Allah ,menjauhi segala larangannya dan bersedia menerima cobaan-cobaan yang diberikan Allah ,dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu kesabaraan memang dibutuhkan oleh seseorang,terutama seorang sufi yang ingin mencapai tujuannya. Namun demikian, kata al-gazali kesabaran itu baru dapat timbul apabila adanya iman yang kuat. Sebab itu, menurut al-gazali, sabar itu merupakan kondisi jiwa yang timbul karena dorongan iman.
Sabar secara harfiah, berarti tabah hati.dikalangan para sufi, sabar diartikan sabar dalam menjalankan perintah-perintah allah, menjauhi segala larangannya, dan dalam menerima segala cobaan yang ditimpakannya pada diri kita. Sabar dalam menunggu datangnya pertolongan tuhan dan tidak menunggu-nunggu datangnya pertolongan. 2
Dengan demikian sabar itu erat hubungannya dengan pengendalian diri, pengendalian
sikap, dan pengendalian emosi. Apabila seseorang telah mampu mengontrol dan mengendalikan
nafsunya, maka sikap dan daya sabar itu akan tercipta.
2M. Iqbal Irham. Membangun moral bangsa melalui akhlak tasawuf. Ciputat : Pustaka al-Ihsan. 2013.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara harfiah al-faqr biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, memerlukan sesuatu atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi,faqr adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita. Faqr berarti tidak meminta rezeki kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban kepada-Nya. Sifat ini juga bermakna bahwa kita tidak meminta sungguhpun hal itu tidak ada pada diri kita. Namun demikian kita menerima jika diberi, tidak meminta tetapi tidak menolak. Lebih dari itu, sikap ini adalah merasa cukup dengan apa yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Jafar, Gerbang Tasawuf Dimensi Teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi, (Medan: Perdana Publishig, 2016).