1
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS XI SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PELUANG
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana
Oleh : Rina Kumaya Dewi
202013037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
6
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS XI SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PELUANG
Rina Kumaya Dewi, Helti Lygia Mampouw
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga
email: [email protected]
Abstrak
Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan untuk menghasilkan suatu ide, gagasan atau berbagai cara baru yang mengacu pada keberagaman (variasi) dari jawaban siswa yang memenuhi aspek kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas XI SMA dalam menyelesaikan soal peluang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, di mana subjek terdiri dari 3 siswa kelas XI SMA masing-masing 1 siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa subjek berkemampuan matematika tinggi memenuhi ketiga aspek yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan dalam menentukan percobaan dengan 16 ruang sampel, namun dalam membuat aturan permainan dan menghitung banyaknya pasangan pemain hanya memenuhi aspek kebaruan saja. Subjek berkemampuan matematika sedang memenuhi aspek kefasihan dan fleksibilitas dalam menentukan percobaan dengan 16 ruang sampel, namun dalam membuat aturan permainan dan menghitung banyaknya pasangan pemain subjek tidak memenuhi ketiga aspek. Sedangkan subjek berkemampuan matematika rendah, dalam menentukan percobaan dengan 16 ruang sampel tidak memenuhi ketiga aspek dan soal membuat aturan permainan dan menghitung banyaknya pasangan pemain subjek memenuhi aspek fleksibilitas dan kebaruan. Ditemukannya kemampuan berpikir kreatif matematis yang berbeda-beda diharapkan dapat membuka wawasan guru untuk merancang pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan siswa.
Kata kunci : Kemampuan berpikir kreatif, kefasihan, fleksibilitas, kebaruan, peluang
PENDAHULUAN
Matematika merupakan pelajaran pokok yang harus diajarkan dalam pendidikan formal tingkat dasar dan menengah, karena dianggap mata pelajaran yang esensial (penting). Konsep esensial dalam matematika adalah konsep-konsep yang strategis dalam menunjang kemampuan untuk memahami konsep-konsep lainnya, banyak digunakan dalam bidang studi lain dan kehidupan sehari-hari (Suherman, 1993:55).
Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006). Sejalan dengan hal tersebut, dalam kurikulum 2013, pentingnya kemampuan bepikir kreatif matematis tersirat dalam kompetensi inti matematika yang menyebutkan bahwa siswa diharapkan memiliki kemampuan memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tent ang il mu pengetahuan, teknologi, seni , budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata ( Permendikbud, 2013: 43). Pengembangan kemampuan berpikir kreatif saat ini telah menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran matematika. McGregor (2007), menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Sedangkan menurut Siswono (2007) dalam berpikir kreatif, seseorang akan melalui tahapan mensintesis ide-ide, membangun ide-ide, merencanakan penerapan ide-ide, dan menerapkan ide tersebut sehingga menghasilkan sesuatu atau produk yang baru. Produk yang dimaksud adalah kreativitas.
7
kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel. Jadi, kreativitas sangat penting dalam matematika, agar siswa dapat mudah menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika.
Oleh karena itu, pembelajaran matematika saat ini diupayakan lebih menekankan pada siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kreatif. Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang cenderung memiliki pemikiran yang pasif dan tidak mau mengembangkan pemikirannya lebih lanjut. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Restu dan Asikin (2015) di SMP Negeri 4 Semarang, bahwa siswa masih terpengaruh kebiasaan di sekolah dasar dimana guru harus menjelaskan materi terlebih dahulu sebelum latihan soal. Dan dari hasil pengamatan dan pengalaman Azhari & Somakim (2013) di SMP 2 Banyuasin III, bahwa selama ini guru hanya melaksanakan pembelajaran secara prosedural, hanya memberikan rumus-rumus kemudian mengerjakan soal-soal latihan, tanpa memberi kesempatan siswa untuk berpikir kreatif yang akibatnya siswa tidak menemukan makna dari apa yang dipelajari tersebut, dan guru juga jarang menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran bahkan belum menerapkan langkah-langkah pembelajaran untuk siswa berpikir kreatif, sehingga anak tidak termotivasi untuk belajar mandiri.
Hal ini juga didukung dengan hasil survey lembaga internasional Programme for International
Students Assement (PISA) tahun 2012 menempatkan Indonesia di urutan ke-64 dari 65 negara.
Indonesia mendapatkan skor 375 dalam bidang matematika, sedangkan China berbeda jauh menduduki posisi pertama dengan nilai 630. Sedangkan menurut Trends in International Mathematics
and Science Study (TIMMS) untuk siswa kelas 8 menempatkan indonesia di posisi 38 dari 42 negara.
Indonesia mendapat skor 386 yang masih berada di bawah standard TIMSS yaitu 500. Menurut Wardani & Rumiyati (2011) hasil evaluasi PISA dan TIMSS ini sekaligus menunjukan rendahnya kreativitas siswa dalam matematika karena soal-soal yang diujikan dalam PISA dan TIMSS adalah soal kontekstual, menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam penyelesaiannya.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu guru matematika di SMA Negeri 1 Getasan yaitu ibu Meilia Arifiyani, S. Pd, materi peluang merupakan materi yang dirasa sulit untuk dipahami oleh siswa. Guru dalam menyampaikan materi peluang juga harus benar-benar memikirkan cara yang terbaik untuk digunakan dalam pembelajaran agar siswa dapat dengan mudah memahaminya, meskipun siswa-siswi di SMA Negeri 1 Getasan lebih menyukai pembelajaran yang bersifat konveksional. Materi peluang merupakan salah satu materi yang telah dipelajari dari sejak SMP kelas VII Semester dua sampai SMA dengan proporsi yang berbeda. Materi peluang juga sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan penyajian permasalahan atau soal-soal yang diberikan juga dapat menggunakan soal cerita, dimana siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikannya.
Kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa tentunya berbeda-beda, tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa. Silver (1997) mengemukakan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak dan orang dewasa dapat dilakukan dengan menggunakan “The
Torrance Test of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga aspek yang digunakan untuk menilai kemampuan
8
Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Aspek yang
dicapai Silver Siswono Krisnawati Peneliti
Kefasihan
(fluency) Siswa menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam interpretasi, metode penyelesaian atau jawaban masalah
Kemampuan siswa memberi jawaban masalah yang beragam dan benar. Beberapa jawaban masalah dikatakan beragam, bila jawaban-jawaban tampak berlainan dan mengikuti pola tertentu.
kebenaran dan keberagaman jawaban yang diberikan siswa
Jawaban siswa memecahkan masalah peluang beragam dan bernilai benar
Fleksibilitas
(flexibility) Siswa memecahkan masalah dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain. Siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian Kemampuan siswa
memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda.
cara-cara berbeda dan bernilai benar yang diberikan oleh siswa dalam memecahkan masalah Jawaban siswa memecahkan masalah peluang dengan berbagai cara yang berbeda dan benar
Kebaruan
(novelty) Siswa memeriksa beberapa metode penyelesaian atau jawaban, kemudian membuat lainnya yang berbeda
Kemampuan siswa menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada tingkat pengetahuannya. Beberapa jawaban dikatakan berbeda bila jawaban itu tampak berlainan dan tidak mengikuti pola tertentu.
jawaban yang diberikan tidak biasa untuk tingkat pengetahuan siswa pada umumnya atau juga bisa mengacu pada cara baru
yangditampilkan siswa. Siswa memberikan jawaban masalah peluang yang berbeda atau unik
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas XI SMA dalam menyelesaikan soal-soal peluang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan data kualitatif dan dideskripsikan untuk menghasilkan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan soal peluang. Subjek penelitian ini adalah 3 siswa dari kelas XI Bahasa SMAN 1 Getasan yang terdiri dari subjek berkemampuan matematika tinggi dengan rentang nilai 76-98, subjek berkemampuang matematika sedang dengan rentang nilai 51-75, dan subjek berkemampuan matematika rendah dengan rentang nilai 25-50. Pemilihan subjek didasarkan pada nilai UTS matematika Semester Gasal Tahun Ajaran 2016-2017 dan dari rekomendasi guru matematika. Subjek yang dipilih karena sudah pernah mempelajari materi peluang. Untuk pengklasifikasian subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Data Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan Matematika Kemampuan Matematika Nilai UTS Inisial Subjek
Tinggi 98 AR
Sedang 61 HS
Rendah 25 AG
9
Gambar 1. Jawaban subjek AR dalam menentukan percobaan yang mempunyai 16 ruang sampel
HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Analisis Berpikir Kreatif Matematis Oleh Subjek Berkemampuan Matematika Tinggi Pada soal nomor satu, AR mampu membuat 5 percobaan yang mempunyai 16 anggota ruang sampel. Hasil pekerjaan soal nomor satu dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek di samping, AR mampu membuat jawaban lebih dari satu jawaban. Tampak bahwa dari jawaban yang diberikan AR, semua percobaan yang telah dibuat mempunyai anggota ruang sampel sebanyak 16, serta AR mampu menjelaskan kebenaran dari jawaban yang diberikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa, AR berada pada aspek kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.
Kefasihan ditunjukan dengan adanya 4 jawaban yang beragam dan benar, meskipun jawaban yang dibuat sebenarnya ada 5 yaitu pemilihan ketua karang taruna, pemilihan baju dan celana pantas pakai, pelemparan uang logam, dan juga percobaan tanaman, namun untuk jawaban yang ketiga dan keempat merupakan jawaban yang sama jenisnya yaitu pelemparan uang logam. Meskipun begitu, AR mampu membuat jawaban yang beragam lebih dari satu dan bernilai benar. Pernyataan tersebut dapat diperkuat juga dengan adanya cuplikan wawancara sebagai berikut:
P : Paham. Kansoale kamu disuruh membuat lima percobaan yang memiliki enambelas ruang sampel, nah kamu apa aja?
AR : Kalau aku, akan ada pemilihan ketua karang taruna yang terdapat enambelas calon dan diambil satu ketua. Terus pemilihan pemakaian baju pantas pakai untuk dibawa pergi ke pantai dan terdapat dua baju berwarna hitam dan putih, dan delapan baju oh terdapat dua celana berwarna hitam dan putih dan baju delapan warna eh baju berwarna biru, hijau, ungu, merah, dan abu−abu. Yang ketiga terjadi pelemparan satu uang logam sebanyak empat kali, dan terjadi pelemparan empat uang logam sebanyak satu kali. Terdapat percobaan tumbuhan yang diletakkan diruang yang terisolasi, setengah terisolasi, terbuka, dan sepenuhnya mendapat cahaya yang setiap harinya masing−masing disirami air sebanyak 10 ml dan 20 ml dan 30 ml dan 40
10
Gambar 2. Jawaban subjek ARdalam membuat aturan permainan bulu tangkis dan menghitung banyaknya pasangan pemain
mL, 30 mL, dan 40 mL. Begitu juga dengan tanaman yang diletakkan di tempat setengah terisolasi, terbuka, dan sepenuhnya mendapat cahaya. Jadi didapat ruang sampelnya dengan cara menjumlahkannya, yaitu 4 + 4 + 4 + 4 = 16.
Kebaruan tampak pada jawaban percobaan yang kelima untuk, yaitu percobaan tanaman yang diletakkan ditempat terisolasi, setengah terisolasi, terbuka, dan sepenuhnya mendapat cahaya yang masing-masing disirami air sebanyak 10 mL, 20 mL, 30 mL, dan 40 mL setiap harinya. Percobaan ini jarang digunakan untuk menjawab soal pada mata pelajaran matematika, karena percobaan ini hanya didapat pada pelajaran biologi.
Pada soal nomor dua, AR mampu membuat 3 aturan dan menghitung banyaknya pasangan pemain bulu tangkis. Hasil pekerjaan soal nomor dua dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek di samping, AR mampu membuat jawaban lebih dari satu jawaban. Tampak bahwa dari jawaban yang diberikan, AR terlebih dahulu membuat pemisalan untuk pemain dari setiap kota. Untuk pemain yang berasal dari kota A dimisalkan dengan huruf, dan pemain dari kota B dimisalkan dengan angka. Kemudian aturan pemain bulu tangkis yang dibuat adalah yang pertama pemain harus berasal dari kota A saja, untuk menentukan banyaknya pasangan pemain yang dapat disusun dari aturan yang telah dibuat adalah dengan cara memasangkan semua pasangan yang memungkinkan, maka banyaknya pasangan yang dapat dibentuk adalah sebanyak 10 pasangan pemain untuk soal tipe A dan 6 pasangan pemain untuk soal tipe B. Aturan kedua yang dibuat adalah pemain harus berasal dari kota B saja. Cara yang digunakan untuk menghitung banyaknya pasangan pemain sama dengan cara yang digunakan pada aturan pertama, yaitu dengan memasangkan semua pasangan yang memungkinkan, jadi didapat sebanyak 21 pasangan pemain. Selanjutnya aturan ketiga yang dibuat AR adalah permainan ganda yang dimainkan dari kota A yaitu A dan B, serta pemain dari kota B yaitu 1 dan 2, saat bermain tiba-tiba pemain B mengalami cidera, berap banyaknya pemain yang dapat menggantikan B. Cara yang digunakan AR dalam menentukan banyaknya pasangan pemain adalah terlebih dahulu menentukan pemain yang dapat menggantikan pemain B kemudia memasangkan pemain yang memungkinkan, dan didapat 5 pasangan pemain. Pernyataan tersebut berdasarkan cuplikan wawancara sebagai berikut :
AR : Yang kelompok A saya misalkan dengan a b c d e, kan itu ada lima. Yang B saya misalkan dengan angka satu sampai tujuh
P : Iya terus yang A ini? (menunjuk jawaban)
11
Gambar 3. Jawaban subjek HS dalam menentukan percobaan yang mempunyai 16 ruang sampel empat lima, empat enam, empat tujuh, lima enam, lima tujuh, enam tujuh , dan terdapat dua satu (21) pemain
P : Terus yang c?
AR : Yang c saya misalkan apabila terdapat pertandingan dari kota B terdapat kelompok satu dan dua, ini pertandingan ganda. Jadi, satu dengan dua perwakilan dari kota B, dan kota A di wakilkan oleh a dan b. Apabila dari kota A yang mengalami cidera, banyak kemungkinan yang akan menggantikan b adalah kemungkinan yang menggantikan b ada tiga c d dan e. a b, b c, c d, d e, dan satu dua. Jadi, terdapat lima
Terlihat dari hasil jawaban dan cuplikan wawancara, AR berada pada aspek kebaruan saja, dan tidak memenuhi aspek kefasihan dan fleksibilitas. Subjek AR memang memberikan jawaban lebih dari satu yaitu sebanyak 3 jawaban, namun jawaban dan cara yang digunakan adalah sama, yaitu seperti yang sudah dijelaskan diatas. Kebaruan ditunjukan dengan jawaban ketiga. Jawaban tersebut merupakan jawaban yang tidak biasa digunakan oleh siswa pada umumnya.
Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara pada soal nomor satu kemampuan berpikir kreatif matematis subjek AR berada pada aspek kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Sedangkan berdasarkan hasil jawaban dan wawancara pada soal nomor dua kemampuan berpikir kreatif matematis subjek AR berada pada aspek kebaruan.
2. Analisis Berpikir Kreatif Matematis Oleh Subjek Berkemampuan Matematika Sedang Pada soal nomor satu, HS mampu membuat 3 percobaan yang mempunyai 16 anggota ruang sampel pada. Hasil pekerjaan soal nomor satu dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek di samping, HS mampu membuat jawaban lebih dari satu jawaban. Tampak bahwa dari jawaban yang diberikan HS, semua percobaan yang telah dibuat mempunyai anggota ruang sampel sebanyak 16, serta HS mampu menjelaskan kebenaran dari jawaban yang diberikan. Terlihat pula bahwa dari semua jawaban yang diberikan merupakan jawaban yang sudah sering digunakan, Hal ini dapat dikatakan bahwa, HS berada pada aspek kefasihan dan fleksibilitas.
Kefasihan ditunjukan dengan adanya 3 jawaban yang beragam dan benar, yaitu pelemparan uang logam, pemasangan satu anggota kelompok A dengan satu anggota kelompok B, serta pengambilan satu buah kelereng dari dalam kotak. Dari ketiga jawaban ini mempunyai jenis yang berbeda, maka dapat dikatakan ketiga jawaban ini beragam. Pernyataan tersebut dapat diperkuat juga dengan adanya cuplikan wawancara sebagai berikut:
P : Nah ini nomor satu (1) pertanyaannya kan tentukan 5 percobaan yang memiliki 16 anggota ruang sampel. Nah kamu buatnya apa aja
HS : Pelemparan dua buah uang koin
P : Heem
12
Gambar 4. Jawaban subjek HS dalam membuat aturan permainan bulu tangkis dan menghitung banyaknya pasangan pemain
kelereng merah
Fleksibilitas ditunjukan dengan adanya cara yang berbeda yang digunakan HS dalam menghitung kebenaran dari percobaan-percobaan yang telah dibuat. Pada saat wawancara, HS menjelaskan bahwa untuk mendapatkan hasil 16 anggota ruang sampel pada percobaan pertama yaitu dengan cara membuat diagram pohon yang menunjukkan bahwa satu uang logam itu munculnya bisa angka (A) ataupun gambar (G), jadi jika dua buah uang logam dilempar sebanyak dua kali akan muncul AAA, AAAG, AAGA, AAGG, AGAA, AGAG, AGGA, AGGG, begitu juga dengan munculnya gambar pada uang logam yang pertama. Maka didapat ruang sampelnya adalah 16. Selanjutnya pada percobaan yang kedua, pemasangan satu anggota A yang berjumlah 4 orang dengan satu anggota B yang berjumlah 4 orang juga. Karena terdapat kata penghubung dengan yang berarti dan, maka HS menjawabnya dengan cara mengalikan, yaitu 4 x 4 = 16. Kemudian untuk percobaan yang ketiga yaitu pengambilan satu buah kelereng dari dalam kotak yang terdiri dari 5 buah kelereng hijau, 7 buah kelereng berwarna biru, dan 4 buah kelereng merah. Karena yang akan diambil hanya satu dan tidak tahu kelereng berwarna apa yang terambil, maka cara yang digunakan HS untuk menghitung ruang sampelnya adalah dengan menjumlahkan semua kelereng yang ada di dalam kotak, yaitu 5 + 7 + 4 = 16.
Pada soal nomor dua, HS mampu membuat 3 aturan dan menghitung banyaknya pasangan pemain bulu tangkis. Hasil pekerjaan soal nomor dua dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini :
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek di samping, HS mampu membuat jawaban lebih dari satu sebanyak 3 jawaban yang berbeda namun cara yang digunakan tetap sama yaitu dengan cara kombinasi. Tampak bahwa aturan pemain bulu tangkis yang dibuat adalah yang pertama pemain harus berasal dari kota A saja, untuk menentukan banyaknya pasangan pemain yang dapat disusun dari aturan yang telah dibuat adalah dengan cara menghitung memakai rumus kombinasi, maka banyaknya pasangan yang dapat dibentuk adalah lima kombinasi dua (5C2)sebanyak 10 pasangan pemain. Aturan
kedua yang dibuat adalah pemain harus berasal dari kota B saja. Cara yang digunakan untuk menghitung banyaknya pasangan pemain sama dengan cara yang digunakan pada aturan pertama, yaitu dengan menghitung menggunakan kombinasi, jadi didapat tujuh kombinasi dua (7C2) sebanyak
21 pasangan pemain. Selanjutnya aturan ketiga yang dibuat HS adalah permainan harus berasal dari kota A dan kota B. Dari aturan ini, banyaknya pasangan pemain yang dapat dibentuk ada 35 yang didapat dari lima kombinasi satu dikalikan dengan tujuh kombinasi satu ([5C1] x [7C1] = 35.
Pernyataan tersebut berdasarkan cuplikan wawancara sebagai berikut : P : Pake kombinasi?
13
Gambar 5. Jawaban subjek AG dalam menentukan percobaan yang mempunyai 16 ruang sampel orang, berarti kombinasi lima dua [5C2] hasilnya sepuluh. Terus pemain bulu tangkis terdiri dari dua
orang dengan syarat pemain berasal dari kota B, kalau kota B itukan orangnya ada tujuh, berarti pakenya kombinasi tujuh dua [7C2] hasilnya duapuluh satu
P : Terus yang ketiga?
HS : Terus kalau yang aturan pemain bulu tangkis terdiri dari dua orang dengan syarat pemain harus berasal dari kota A dan B itu kombinasi lima dua [5C1] dikali kombinasi tujuh satu [7C1]. Karena satu, dari kota A satu kota B satu, jadi kombinasi lima satu [5C1] dikali kombinasi tujuh satu [7C1]. Jadi banyak pasangannya lima dikali tujuh (5 x 7) tigapuluh lima (35)
Terlihat dari hasil jawaban dan cuplikan wawancara, HS tidak memenuhi aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Subjek HS memang memberikan jawaban lebih dari satu yaitu sebanyak 3 jawaban, namun jawaban dan cara yang digunakan adalah sama, menggunakan kombinasi.
Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara pada soal nomor satu kemampuan berpikir kreatif matematis subjek HS berada pada aspek kefasihan dan fleksibilitas. Sedangkan berdasarkan hasil jawaban dan wawancara pada soal nomor dua subjek HS tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis subjek.
3. Analisis Berpikir Kreatif Matematis Oleh Subjek Berkemampuan Matematika Rendah Pada soal nomor satu, AG mampu membuat 2 percobaan yang mempunyai 16 anggota ruang sampel. Hasil pekerjaan soal nomor satu dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini :
Cuplikan wawancara 1
P : La ini apa maksute AAAA, AAAG, AAGA?
AG : A kan angka, AAG, G gambar. Berarti A ne delapan, gambare delapan P : Oke, terus yang kedua, ibu ingin itu apa? Ibu ingin memiliki empat orang anak? AG : Iya
P : Ini juga mempunyai enambelas anggota ruang sampel? Terus maksute ini apa? (menunjuk jawaban) AG : P p kan perempuan, ppl perempuan laki, L nya laki−laki, terus p nya emm delapan, L nya delapan
Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara, menunjukan bahwa subjek AG tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis dalam menyelesaikan soal peluang. Maka dari itu, subjek AG tidak memenuhi ketiga aspek yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.
14
Gambar 2. Jawaban subjek AG dalam membuat aturan permainan bulu tangkis dan menghitung banyaknya pasangan pemain
Pada soal nomor dua, AG mampu membuat 4 aturan dan menghitung banyaknya pasangan pemain bulu tangkis. Hasil pekerjaan soal nomor dua dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini :
Berdasarkan hasil pekerjaan subjek di samping, AG mampu membuat jawaban lebih dari satu jawaban. Tampak bahwa dari jawaban yang diberikan, AG terlebih dahulu membuat pemisalan untuk pemain dari setiap kota. Untuk pemain yang berasal dari kota A dimisalkan dengan angka, dan pemain dari kota B dimisalkan dengan huruf. Kemudian aturan pemain bulu tangkis yang dibuat adalah yang pertama pemain harus berasal dari kota A, untuk menentukan banyaknya pasangan pemain yang dapat disusun dari aturan yang telah dibuat adalah dengan cara memasangkan semua pasangan yang memungkinkan, maka banyaknya pasangan yang dapat dibentuk adalah sebanyak 10 pasangan pemain. Aturan kedua yang dibuat adalah pemain harus berasal dari kota B. Cara yang digunakan untuk menghitung banyaknya pasangan pemain sama dengan cara yang digunakan pada aturan pertama, yaitu dengan memasangkan semua pasangan yang memungkinkan, jadi didapat sebanyak 21 pasangan pemain. Selanjutnya aturan ketiga yang dibuat AG adalah pemain berasal dari kota A dan kota B. Cara yang digunakan untuk menghitung banyaknya pasangan pemain adalah dengan mengalikan banyaknya pemain dari kota A dengan banyaknya pemain dari kota B, yaitu 5 x 7 = 35 pasangan pemain. Kemudian aturan terakhir yang dibuat adalah pemain boleh berasal dari kota A maupun dari kota B.. Cara yang digunakan untuk menghitung banyaknya pasangan pemain adalah dengan menambahkan pasangan pemain dari aturan pertama, aturan kedua, dan aturan ketiga, yaitu didapat 10 + 21 + 35 = 66 pasangan pemain bulu tangkis. Pernyataan tersebut berdasarkan cuplikan wawancara sebagai berikut :
AG : Pemain berasal dari kota A, pemain berasal dari kota B, pemain pertama dari kota A dan kedua kota B. D pemain boleh dari kota A atau B
P : Iya itukan baru aturan, terus nah untuk yang pemain berasal dari kota A, berarti banyaknya pasangan pemain ada berapa?
AG : Dua orang
P : Banyaknya? Berarti yang bisa di pasangkan ada berapa? AG ; Sepuluh
P : Sepuluh, apa aja yang dari kota A?
AG : Satu dan dua, satu dan tiga, satu dan empat, satu dan lima, dua dan tiga, dua dan empat, dua dan lima, tiga dan empat, tiga dan lima, empat lima
P : Terus dari yang kota B ada berapa? AG : Duapuluh satu
P : Nah itu apa aja?
15
dan e, c dan f, c dan g, d dan e, d dan f, d dan g, e dan f, e dan g, f dan g. duasatu P : Berarti banyaknya pemain kamu kalikan, lima kali tujuh (5 x 7)?
AG : Iya
P : Terus yang nomor empat?
AG : Jumlah pemain, kan sepuluh tambah duapuluh satu tambah tigalima, enamenam
Terlihat dari hasil jawaban dan cuplikan wawancara, AG berada pada aspek fleksibilitas dan kebaruan. Fleksibilitas ditunjukan pada cara yang digunakan untuk menjawab adalah dengan 3 cara yang berbeda, yaitu untuk aturan pertama dan kedua adalah dengan memasangkan pemain, kemudian untuk aturan ketiga dengan mengalikan banyak pemain dari kota A dengan pemain kota B, dan aturan yang keempat dengan menjumlahkan dari aturan pertama, kedua, dan ketiga. Kebaruan ditunjukan dengan aturan keempat. Jawaban tersebut merupakan jawaban yang jarang digunakan oleh siswa.
Berdasarkan hasil jawaban dan wawancara pada soal nomor satu AG tidak memenuhi ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematis. Sedangkan berdasarkan hasil jawaban dan wawancara pada soal nomor dua kemampuan berpikir kreatif matematis subjek AG berada pada aspek fleksibilitas dan kebaruan.
Tabel 2. Hasil Penelitian Soal Peluang
Aspek
Berpikir Kreatif Matematis
Soal Nomor Satu Soal Nomor Dua
AR HS AG AR HS AG
Kefasihan - - -
-Fleksibilitas - -
-Kebaruan - -
-PEMBAHASAN
1. Berpikir Kreatif Matematis Aspek Kefasihan
Hasil penelitian pada 3 subjek, subjek berkemampuan matematika tinggi dan sedang memenuhi aspek kefasihan dalam menentukan percobaan dengan 16 anggota ruang sampel, tetapi tidak dengan subjek rendah yang tidak memenuhi aspek kefasihan. Subjek tinggi dapat memberikan 4 jawaban beragam dan benar, dan subjek sedang dapat memberikan 3 jawaban yang beragam dan bernilai benar. Sedangkan subjek rendah tidak dapat memberikan jawaban yang beragam dan jawaban yang diberikan juga merupakan jawaban yang kebenarannya kurang tepat. Kemudian dalam soal membuat aturan permainan dan menghitung banyaknya pasangan pemain, ketiga subjek tidak memenuhi aspek kefasihan, karena tidak dapat memberikan jawaban yang beragam dan jawaban yang diberikan merupakan jawaban yang tidak berlainan melainkan jawaban yang sama jenisnya. Menurut Krisnawati (2012) aspek kefasihan mengacu pada kebenaran dan keberagaman jawaban yang diberikan siswa. Beberapa jawaban dikatakan beragam apabila jawaban tersebut tampak berlainan. Oleh karena itu, subjek tinggi dan sedang memenuhi aspek kefasihan dalam menentukan percobaan dengan 16 anggota ruang sampel.
2. Berpikir Kreatif Matematis Aspek Fleksibilitas
16
aspek fleksibilitas mengacu pada cara-cara berbeda yang diberikan oleh siswa dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, subjek tinggi dan sedang memenuhi aspek fleksibilitas dalam menentukan percobaan dengan 16 anggota ruang sampel dan subjek rendah memenuhi aspek fleksibilitas dalam soal membuat aturan permainan dan menghitung banyaknya pasangan pemain.
3. Berpikir Kreatif Matematis Aspek Kebaruan
Hasil penelitian pada 3 subjek dalam menentukan percobaan dengan 16 anggota ruang sampel, subjek berkemampuan tinggi memenuhi aspek kebaruan. Sedangkan subjek sedang dan rendah belum memenuhi aspek kebaruan. karena tidak dapat memberikan jawaban yang tidak biasa atau jarang digunakan oleh siswa pada umumnya. Sementara subjek tinggi dapat memberikan jawaban yang tidak biasa. Menurut Krisnawati (2012) aspek kebaruan mengacu pada jawaban yang diberikan tidak biasa untuk tingkat pengetahuan siswa pada umumnya atau juga bisa mengacu pada cara baru yang ditampilkan siswa. Cara yang baru tersebut bisa saja merupakan cara kombinasi dari pengetahuan yang didapat siswa sebelumnya. Subjek tinggi memberikan satu jawaban yang tidak biasa digunakan oleh siswa pada umumnya, yaitu percobaan tanaman yang diletakkan ditempat terisolasi, setengah terisolasi, terbuka, dan sepenuhnya mendapat cahaya yang masing –masing disirami air sebanyak 10 mL, 20 mL, 30 mL, dan 40 mL setiap harinya. Jawaban ini jarang ditemukan pada mata pelajaran matematika. Selanjutnya dalam soal membuat aturan permainan dan menghitung banyaknya pasangan pemain, subjek tinggi dan rendah memenuhi aspek kebaruan. Subjek sedang tidak dapat memberikan jawaban yang tidak biasa atau jarang yang digunakan oleh siswa pada umumnya. Sementara subjek tinggi memberikan satu jawaban yang jarang digunakan yaitu permainan ganda yang dimainkan dari kota A yaitu A dan B, serta pemain dari kota B yaitu 1 dan 2, saat bermain tiba-tiba pemain B mengalami cidera, berap banyaknya pemain yang dapat menggantikan B. Cara yang digunakan dalam menentukan banyaknya pasangan pemain adalah terlebih dahulu menentukan pemain yang dapat menggantikan pemain B kemudian memasangkan pemain yang memungkinkan, dan didapat 5 pasangan pemain. Sementara subjek rendah dapat memberikan satu jawaban yang tidak biasa pula yaitu dalam aturan pemain boleh berasal dari kota A maupun dari kota B. Cara yang digunakan untuk menghitung banyaknya pasangan pemain adalah dengan menambahkan pasangan pemain dari aturan pertama, aturan kedua, dan aturan ketiga, yaitu didapat 10 + 21 + 35 = 66 pasangan pemain bulu tangkis. Oleh karena itu, subjek sedang memenuhi aspek kebaruan dalam menentukan percobaan dengan 16 anggota ruang sampel dan subjek tinggi dan rendah memenuhi aspek kebaruan dalam soal membuat aturan permainan dan menghitung banyaknya pasangan pemain..
PENUTUP
Kemampuan berpikir kreatif matematis subjek tinggi, sedang, dan rendah berbeda-beda. Pada soal membuat percobaan yang mempunyai 16 anggota ruang sampel, jawaban yang diberikan ketiga subjek berbeda-beda, namun ada juga jawaban yang sama yaitu pelemparan uang logam. Dalam jawaban yang diberikan, salah satu jawaban dari ketiga subjek adalah pelemparan uang logam. Hal ini menandakan bahwa percobaan yang mudah diingat siswa adalah pelemparan uang logam. Selain itu, cara yang sering digunakan untuk membuktikan kebenaran jawaban yang mempunyai 16 anggota ruang sampel adalah dengan cara perkalian. Hal ini dibuktikan dengan penjelasan dari subjek berkemampuan matematika tinggi dan sedang. Kemudian dalam menyelesaikan soal membuat aturan permainan bulu tangkis dan menghitung banyaknya pasangan pemain subjek berkemampuan matematika tinggi, dan rendah menggunakan cara yang sama, yaitu dengan memasangkan satu persatu pasangan pemain yang memungkinkan. Sedangkan cara yang digunakan subjek sedang berbeda dengan subjek tinggi dan rendah. Subjek sedang menggunakan dengan cara kombinasi.
17
memenuhi semua aspek kemampuan berpikir kreatif matematis, serta subjek berkemampuan matematika rendah memenuhi aspek fleksibilitas dan kebaruan
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan guru dapat merancang pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan siswa serta dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan berbagai cara dan ide-ide yang dimiliknya. Selain itu, siswa juga diharapkan agar dapat meningkatkan kreativitasnya dan belajar mengembangkan ide-ide baru yang jauh lebih bervariasi selain dengan menghafal rumus. Diharapkan juga bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengangkat tema yang sama, bisa melakukan penelitian serupa dengan cakupan materi yang lebih mendalam dan luas.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari & Somakim. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Melalui Pendekatan Kontruktivisme Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2
Banyuasin III. Jurnal. Tidak Dipublikasikan.
Depdiknas.2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta : BSNP
Endang Krisnawati. 2012 Kreativitas Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika
Divergen Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa.. MATHEdunesa,
1.1.ejournal.unesa.ac.id. ISO 690. pp. 3.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 64 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Livne, N.L. (2008) Enhanching Mathematical Creativity through Multiple
Solution to Open-Ended Problems Online. [Online] Tersedia:
http://www.iste.org/Content/NavigationMenu/Research/NECC_Research_P aper_Archives/NECC2008/Livne.pdf. [ 27 Juni 2016]
McGregor, D. (2007). Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open University Press. Tersedia: http://vct.qums.ac.ir/portal/file/?180494/Developing-thinking_-developing-learning.pdf
Park, H. (2004). The Effects of Divergent Production Activities with Math Inquiry and Think Aloud of
Students with Math Difficulty. Disertasi. Tersedia:
http://oaktrust.library.tamu.edu/bitstream/handle/1969.1/2228/etd-tamu-2004A-EPSY-Park-1.pdf
Silver, Edward A. (1997).Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem
Solving and Thinking in Problem Posing.http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm
ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 26 Juni 2016-06-27
Siswono, T . E. Y. 2007. Konstruksi Teoritik Tentang Tingkat Berpikir Kreatif Siswa
dalam Matematika. Jurnal Pendidikan, Forum Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan 2(4).
Siswono, T . E. Y. 2008. Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Identifikasi
Tahap Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan Mengajukan MasalahMatematika.
Jurnal Pendidikan Matematika “Mathedu” 3(1).
Suherman, Erman dkk. 1993. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI.
Wardani & Rumiyati. 2011.Instrumen Penilaian Hasil BelajarMatematika SMP.
Belajar PISA dan TIMSS.Jakarta : Bumi Aksara. Tersedia di
http://p4tkmatematika.org/file/Bermutu%202011/SMP/4.INSTRUMEN%20P