• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pergaulan Multikultural di Kota Salatiga: Studi Peran Forum Persaudaraan antar Etnis Salatiga dalam Pengelolaan Pergaulan Multikultural di Kota Salatiga T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Pergaulan Multikultural di Kota Salatiga: Studi Peran Forum Persaudaraan antar Etnis Salatiga dalam Pengelolaan Pergaulan Multikultural di Kota Salatiga T1 BAB V"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

35

BAB V

PERAN FORUM PANTAS DALAM PENGELOAAN

PERGAULAN MULTIKULTURAL

5.1. Realitas Pergaulan Multikultural di Salatiga

Menurut Parekh dalam Budiman (2005:3-4) ada tiga pandangan mendasar multikulturalisme yang sering salah dipahami yaitu : a) Manusia terikat secara kultural dalam arti bahwa mereka tumbuh dan hidup dalam sebuah dunia yang sudah terstruktur secara kultural, dan bahwa mereka menjalankan kehidupan dan relasi-relasi sosialnya dalam kerangka sistem makna dan pemaknaan yang diturunkan secara kultural. Dan dengan sendirinya memandang dunia dari dalam sebuah kebudayaan, apakah itu budaya yang telah mereka warisi atau budaya yang mereka adopsi. b) budaya yang berbeda merepresentasikan sistem makna dan visi tentang kehidupan yang baik juga berlainan karena masing-masing menyadari keterbatasan kapasitas dan emosi manusia dan hanya mampu menangkap sebagian saja dari totalitas eksistensi manusia, ia membutuhkan budaya-budaya lain membantunya memahami dirinya sendiri lebih baik. c) Setiap

budaya secara internal bersifat plural dan merefleksikan sebuah

perbincangan/dialog yang kontinu diantara tradisi-tradisi dan jalinan pemikiran yang berbeda. Ini bukan berarti bahwa ia tidak memiliki koherensi dan identitas, tapi bahwa identitasnya itu plural, cair dan terbuka.

(2)

36

merasa nyaman dengan orang-orang yang berasal dari satu etnis/daerah ketimbang dengan orang yang berasal dari daerah/suku lain. Rasa nyaman itulah yang kemudian mendorong mereka untuk membentuk komunitasnya masing-masing. Hingga saat ini dalam lingkungan UKSW telah hadir sebanyak 21 organisasi etnis yang mempunyai karakter masing-masing sesuai dengan kultur dari etnis tersebut.

Kemajemukan yang dimiliki oleh UKSW ini selain menyimpan keindahan dan keindahan budaya tetapi juga memiliki potensi konflik terutama dalam lingkungan pergaulan di luar lingkungan kampus hal ini di karenakan sebagian besar mahasiswa UKSW memiliki latar belakang budaya dan karakter yang berbeda-beda. Walaupun sebenarnya itu bukan merupakan konflik antar etnis, tetapi merupakan konflik individu yang kebetulan berbeda etnis kemudian memancing solidaritas dari kelompok etnis masing-masing individu sehingga menyebabkan konflik dalam skala yang lebih besar. Kejadian-kejadian ini sebenarnya terjadi akibat kurangnya wadah bagi etnis untuk bertatap muka dan berdialog, ekslusifnya lingkup pergaulan etnis yang cenderung berkelompok yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari sehingga memunculkan potensi konflik. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ramli Tomagola, SH berikut ini:

“Selama ini organisasi etnis cenderung ekslusif dalam pergaulan

termasuk pada saat melakukan kegiatan. Secara tidak sadar itu membentuk jarak antara organisasi-organisasi etnis yang ada di Salatiga. Jika melihat kembali banyak konflik yang sudah terjadi di Salatiga akibat ekslusifnya organisasi etnis yang ada di kota Salatiga sehingga menyebabkan jarak antara etnis yang satu

dengan yang lain.19”

Lingkungan pergaulan individu yang terbatas dalam lingkup etnis ini yang kemudian memunculkan ego yang memandang etnisnya lebih baik, kuat dan hebat daripada etnis lainnya. Ini kemudian menjadi sebuah potensi konflik antara kelompok etnis di Salatiga yang sewaktu-waktu bisa terjadi walaupun hanya disebabkan oleh persoalan yang sepeleh seperti yang di kemukakan Widarto

dalam Prasetyo (2011:54) diantaranya: Perbedaan antar orang per orang.

19

(3)

37

Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin menyebabkan bentrokan antar orang

per orang, dan Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang per

orang tergantung pula dari pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. Perbedaan karakter, bahasa dan kurangnya kesadaran untuk menerima keberagaman sangat berpengaruh terhadap timbulnya konflik.

Wirawan (2010), mengatakan bahwa konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama dan kepercayaan, aliran politik serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu

menimbulkan konflik. Konflik merupakan proses pertentangan yang

diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai obyek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik. Oleh karena itu, maka dalam sebuah keberagaman sangat diperlukannya sebuah manajemen konflik, agar keberagaman atau keperbedaan dapat menjadi suatu keindahan dan bukan menjadi sebuah pemicu kerusakan.

(4)

38

5.2. Peran Aktor forum PANTAS dalam Pengelolaan Pergaulan

Multikultural di Kota Salatiga.

Seperti yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, bahwa penelitian ini berupaya menjelaskan peran aktor dalam pengelolaan pergaulan multikultural di kota Salatiga, maka aktor yang akan dijelaskan dalam hasil penelitian ini juga dipilih oleh peneliti berdasarkan intesitas peran yang dilakukannya dalam pengelolaan pergaulan multikultural di kota Salatiga. Adapun

aktor dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama Forum PANTAS

sebagai organisasi yang melakukan upaya pengelolaan pergaulan multikultural di

kota Salatiga dikatakan sebagai aktor. Kedua Individu - individu dalam forum

PANTAS baik itu pendiri dan pengurus forum periode 2015-2016 yang menjalankan usaha pengelolaan pergaulan multikultural di kota Salatiga juga disebut aktor dalam penelitian ini.

Peran aktor yang hendak dijelaskan oleh penulis dalam hasil penelitian ini adalah terkait dengan fungsi forum PANTAS dalam pengelolaan pergaulan multikultural di Salatiga yaitu sebagai berikut : a) Sebagai forum kekeluargaan perekat antar etnis di Kota Salatiga dalam rangka meningkatkan persaudaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna menjaga persatuan, kesatuan; b) Ikut serta dan turut bertanggung jawab dalam kemajuan kota salatiga, baik secara sumbangsi pikiran maupun dukungan dalam program-program pemerintah; c) Menjaga stabilitas keamanan antar sesama etnis maupun masyarakat, guna

mendukung terciptanya ketertiban, keharmonisan dalam kehidupan

bermasyarakat.

(5)

39

bergabung menjadi anggota. c) strategi aktor dalam memfasilitasi kegiatan bersama antar organisasi etnis. d) Strategi dan pemanfaatan jaringan oleh aktor dalam memediasi konflik yang terjadi antara organisasi etnis

5.2.1. Strategi Aktor Dalam Membangun dan Memanfatkan Dukungan

Jaringan

Kehadiran forum PANTAS sejak tahun 2015 guna mewadahi seluruh organisasi etnis dan menjalankan fungsi komunikasi antar etnis yang ada di Salatiga secara khusus mendapatkan dukungan baik oleh pemerintah kota, organisasi masyarakat dan UKSW. Tentunya hal ini tidak terlepas oleh starategi yang dilakukan oleh aktor pendiri forum PANTAS dalam proses berdirinya untuk membangun jaringan dengan pihak-pihak tersebut.

Pendekatan aktor forum PANTAS guna membangun jaringan dilakukan kepada pihak-pihak yang mempunyai pergumulan bersama pada realitas kehidupan multikultural di kota Salatiga yang belum mencapai keharmonisan dengan masih sering terjadinya konflik antara organisasi etnis. Proses membangun jaringan sudah dilakukan oleh para pendiri forum PANTAS sejak rencana pembentukan forum ini. Peranan forum PERANTARA yang mampu menjadi wadah komunikasi antar etnis di wilayah Jawa Tengah dengan sendirinya menjadi jaringan pertama yang dibangun oleh pendiri PANTAS hal inilah yang kemudian membuat PERANTARA mendukung dalam hal ikut berpartisipasi dan mengawal berdirinya forum PANTAS di Salatiga, hal ini seperti yang dikatakan oleh Kresna Umbu Haingu :

“Kami sangat menyadari bahwa dari ketiga kota ini Salatiga mempunyai keunikan tersendiri dengan banyak etnis dan lingkup aktifitas etnis tersebut yang kecil, tentunya ini mempunyai dampak yang positif maupun negatif. Hal negatif dengan banyaknya terjadinya konflik antar etnis di Salatiga yang menjadi sorotan utama forum PERANTARA pada saat itu. Sehingga

forum PERANTARA mempunyai keterpanggilan agar

(6)

40

Forum PERANTARA juga menyadari bahwa tidak bisa untuk fokus memantau keadaan satu kota saja dan melihat potensi dari pemuda kota Salatiga yang mampu bekerja sama akan tetapi karena kurangnya komunikasi yang intens sehingga sering terjadi konflik. Akhirnya kami sepakat untuk membentuk wadah seperti forum PERANTARA yaitu forum PANTAS yang sekarang ada khusus untuk menjadi wadah komunikasi bagi seluruh etnis yang

ada di Salatiga20”.

Kehadiran forum PANTAS kemudian diharapkan oleh forum

PERANTARA dapat menjadi perpanjangan tangan yang secara khusus hadir untuk mengelola pergaulan multikultural di kota Salatiga sehingga komunikasi antara organisasi etnis dapat terjalin secara intens sehingga mengurangi konflik etnisitas.

Tidak hanya membangun jaringan dengan forum PERANTARA tetapi pendiri forum PANTAS berusaha untuk memperluas jaringan yang dibangun dengan pemerintah kota Salatiga lewat badan kesatuan bangsa dan politik (KESBANGPOL), Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI) kota Salatiga dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) lewat pembantu rektor bidang kemahasiswaan hal ini dilakukan dengan proses audiensi. Audiensi yang dilakukan oleh pendiri PANTAS dengan pihak-pihak diatas dilakukan dengan menjelaskan rencana pembentukan dan tujuan pembentukan forum PANTAS sendiri. Dukungan dan apresiasi terhadap pembentukan forum yang diharapkan oleh para pendiri PANTAS dari proses audiensi yang diharapkan oleh pendiri forum mengalir dalam bentuk saran dan keterlibatan KESBANGPOL, FPBI dan PR III UKSW dalam proses berdirinya forum.

Dukungan dan keterlibatan jaringan yang sudah dibangun ini kemudian berlanjut setelah berdiri dan terbentuknya kepengurusan forum PANTAS dengan bersedianya ketua KESBANGPOL Drs. Susanto dan ketua umum FPBI Salatiga bapak Amin Siahaan sebagai dewan pembina dan PR III UKSW bapak Arief

20

(7)

41

Sadjiarto, SE., M.Pd sebagai penasehat forum PANTAS. Tentunya hal ini membuat ketua KESBANGPOL Salatiga, ketua umum FPBI dan PR III UKSW menjadi garis koordinasi pengurus dalam menjalankan kegiatan serta program forum PANTAS. Komunikasi dan koordinasi juga dilakukan oleh pengurus forum PANTAS dengan forum PERANTARA. Selain fungsi koordinasi dari jaringan yang telah dibangun forum PANTAS juga memanfatkan fungsi lain seperti sumber daya dalam pendanaan kegiatan- kegiatan dana tersebut bersumber dari pemerintah kota dan pemerintah provinsi lewat KESBANGPOL kota Salatiga, hal ini seperti yang dikatakan oleh Landy Arion Noya :

“Bantuan dana juga didapatkan oleh forum PANTAS dari

pemerintah kota dan pemerintah provinsi lewat KESBANGPOL Salatiga tetapi tidak semua kegiatan yang dijalankan oleh PANTAS dapat didanai oleh pemerintah kota dan pemerintah provinsi21”.

Tidak semuanya kegiatan forum PANTAS dapat didanai oleh pemerintah kota dan pemerintah provinsi disebabkan oleh status forum PANTAS yang hanya berstatus terdata dan belum terdaftar di KESBANGPOL kota Salatiga karena kurangnya persyaratan administrasi untuk mendaftar sebagai organisasi masyarakat. Kurangnya persyaratan administrasi forum PANTAS dikarenakan organisasi ini baru terbentuk dan baru berjalan selama satu tahun, tentunya hal ini menjadi salah satu penghambat bagi forum PANTAS dalam memanfatkan jaringan yang telah dibangun.

5.2.2. Strategi Aktor Dalam Upaya Agregasi Organisasi Etnis Yang Belum

Menjadi anggota Forum PANTAS

Kehadiran forum PANTAS sebagai wadah komunikasi antar organisasi etnis di Salatiga sendiri diharapkan menjadi jalan keluar yang efektif bagi persoalan pergaulan multikultural di Salatiga. Dimana konflik antar etnis yang biasanya terjadi dikarenakan ekslusifnya organisasi etnis dalam kehidupan sehari-hari, belum adanya dialog antar etnis ini disebabkan karena selama ini memang

21

(8)

42

belum ada yang secara khusus menyediakan ruang bagi setiap etnis untuk berdialog dan membuat kegiatan bersama.

Pergaulan multikultural di kota Salatiga yang belum mencapai harmonisasi etnisitas tergambar dari masih sering terjadinya gesekan antara kelompok etnis secara tidak langsung menuntut peran lebih dari forum PANTAS untuk semakin mempertegas kehadirannya sebagai wadah komunikasi bagi seluruh organisasi etnis yang ada di Salatiga. Forum PANTAS harus melakukan usaha-usaha yang kemudian mampu untuk mengkoordinir dan mengelola segala bentuk keberagaman yang ada, hal ini seperti yang diharapkan oleh Dra.Susilastuti Mpd :

“Harapan kami terhadap pantas bisa diajak kerjasama.

Kerjasama dengan artian lebih luas. Katakanlah seperti ini karena adanya UKSW semua etnis atau suku semuanya ada disitu. Apakah semua suku-suku tersebut ada dalam PANTAS atau tidak? Kalau mereka semua ada dalam PANTAS maka gampang untuk mengkoordinirnya, untuk mengendalikan sehingga jika terjadi pergolakan-pergolakan dapat diatasi oleh PANTAS. Untuk menjaga kondisifitas di Salatiga dan cipta kondisilah. Diharapkan jika ada masalah

bisa langsung diselesaikan oleh PANTAS22”.

Sejak awal terbentuknya forum PANTAS sendiri pada tahun 2015 sudah terdapat 14 organisasi etnis yang bersedia bergabung dan menjadi anggota dari forum PANTAS. Seluruh organisasi etnis anggota forum PANTAS yang secara aktif berhimpun dan berkumpul mengembangkan kearifan budaya yang dimiliki dan bersinergi dalam menjungjung tinggi budaya nasional. Persyaratan umum organisasi etnis untuk menjadi anggota keberhimpunan Forum PANTAS adalah menerima deklarasi etnis nusantara, permufakatan etnis nusantara, AD/ART, pedomam kerja dan program kerja dan peraturan organisasi forum PANTAS lainnya. Adapun semua organisasi etnis yang ada di UKSW diupayakan oleh pengurus forum PANTAS untuk masuk menjadi anggota, selanjutnya yang menjadi belum menjadi anggota resmi forum PANTAS karena belum adanya

22

(9)

43

kesediaan untuk bergabung dengan berbagai alasan tetap diakomodir dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai partisipan. Berikut ini adalah organisasi etnis yang menjadi anggota forum PANTAS dan partisipan :

Tabel 5.1.

Anggota dan Simpatisan Forum PANTAS

No. Anggota Forum PANTAS No. Anggota Partisipan

1. Batak Toba 1. HIMPPAR (Papua)

2. Batak Simalungun 2. Sangir

3. Batak Karo 3. IKMAPOS (Poso)

4. KEMPLANG (Lampung) 4. PERWASUS (Sumba)

5. Nias 5. PERKASA (Kalimantan)

6. PAMPAKAT (Kalimantan

Tengah)

6. PINAESAAN (MINAHASA)

7. IKMASJA (Jawa) 7. Timor Leste

8. PKMST (Toraja)

9. PORADISA (Talaud)

10. HIPMA (Maluku) 11. KEMAMORA (Maluku

Utara) 12. Palembang

13. IKMASTI (Timor)

14 KBBS (Bali)

Sumber : Pengolahan data primer 2016

(10)

44

stagnasi yang dialami oleh organisasi etnis sehingga organisasi etnis itu tidak berjalan seperti yang seharusnya, permasalahan anggota organisasi etnis yang hanya berjumlah sedikit, beda administrasi negara dan bahkan masih ada organisasi etnis yang berpikir kalau kehadiran forum PANTAS adalah untuk membawahi organisasi etnis.

Agregasi yang dilakukan oleh forum PANTAS agar semua organisasi etnis di Salatiga yang mempunyai latar belakang kedaerahan berbeda dapat bersatu dalam satu kesatuan sehingga dapat diakomodir. Fungsi agregasi agar semua organisasi etnis dalam lingkup UKSW bisa bergabung dalam forum PANTAS selama satu tahun ini terus diupayakan oleh aktor forum PANTAS yaitu ketua forum, bidang ekternal dan pendiri forum. Bahkan usaha untuk mendekati organisasi etnis untuk menjadi anggota forum PANTAS dijadikan prioritas pada saat setelah pelantikan hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Landy Arion Noya:

“Sejak awal pelantikan pengurus PANTAS pada bulan

September sampai dengan bulan Desember dalam rangka sosialisasi kami melakukan visitasi kepada setiap organisasi etnis yang ada di Salatiga. Visitasi itu dilakukan pada saat organisasi etnis yang sudah bergabung tersebut melakukan kegiatan Ibadah ataupun makrab. Dalam setiap kegiatan tersebut kami diberi kesempatan untuk memperkenalkan forum PANTAS yaitu maksud dan tujuan berdirinya forum PANTAS dan juga sharing tentang forum PANTAS. Pertemuan antara forum PANTAS dengan pengurus organisasi etnis juga dilakukan secara personal.

Forum PANTAS juga mengundang seluruh etnis baik yang menjadi anggota maupun partisipan dalam diskusi mengenai keberadaan forum PANTAS kegiatan ini dilakukan kurang lebih sebanyak 3 sampai 4 kali. Dilingkungan kampus juga PANTAS diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri

yaitu pada saat pelaksanaan IICF tahun 201523”.

Usaha agregasi organisasi etnis dalam forum PANTAS terus dilakukan secara terus menerus selama satu tahun dalam bentuk visitasi yang dilakukan

23

(11)

45

aktor forum kepada pengurus organisasi etnis. Upaya visitasi ini diharapkan mampu menjadi jalan keluar bagi organisai etnis yang belum bergabung agar bergabung dalam forum PANTAS. Lebih lanjut Mengenai usaha-usaha yang dilakukan oleh forum PANTAS kepada ketujuh organisasi etnis yang belum bergabung selama tahun 2016 dengan tujuan agar organisasi ini kemudian dapat bergabung, Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol ketua forum PANTAS periode 2015- 2016 menambahkan sebagai berikut :

“Oke, masalah itu sebenarnya kami selama ini sudah terus

melakukan upaya pendekatan terhadap mereka. Kalau etnis PERKASA Kalimantan sendiri kemarin kekurangan anggota, tetapi setelah bertemu dengan ketuanya sehingga PERKASA sendiri siap bergabung dengan PANTAS. Begitu juga dengan organisasi etnis PINAESAAN dan IKMAPOS mereka juga siap bergabung pada tahun ini setelah kami melakukan pendekatan dengan ketua yang baru dari mereka. Untuk etnis Sangir sendiri kami sampai saat ini belum tahu organisasi etnisnya karena dulu mereka tergabung dengan Talaud dan mempunyai organisasi etnis bernama SATAL, tetapi setelah Talaud memisahkan diri menjadi PORADISA etnis Sangir sendiri menjadi vacum. Organisasi etnis Timor Leste sendiri sudah menegaskan tidak akan bergabung karena beda administrasi negara. Kalau menyangkut PERWASUS organisasi etnis Sumba kami sudah kami dekati sejak tahun lalu sampai dengan saat ini setelah pergantian kepengurusan dan kami bertemu dengan pengurus yang baru mereka mengatakan bahwa saat ini PERWASUS belum bisa bergabung dengan PANTAS. Karena mereka mengatakan bahwa keputusan ini bukan hanya keputusan pengurus sehingga hal ini masih perlu dibicarakan dengan seluruh anggota PERWASUS. Kalau HIMPPAR organisasi etnis Papua sendiri sudah menegaskan untuk tidak bergabung dengan forum PANTAS tetapi mereka sendiri mendukung

kehadiran dan kegiatan-kegiatan forum PANTAS24”.

Menurut penulis sendiri upaya pendekatan yang telah dilakukan oleh forum PANTAS dalam rangka mendekati organisasi etnis yang belum bergabung sudah efektif dilakukan. Kesedian dari tiga organisasi etnis yaitu PERKASA,

24

Wawancara bersama Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol di Cafetaria UKSW tanggal 5 September

(12)

46

IKMAPOS dan PINAESAAN untuk bergabung sebagai anggota dari forum PANTAS pada tahun 2016 menjadi tolak ukur efektifnya pendekatan yang dilakukan. Dengan bergabungnya tiga organisasi etnis diatas maka nantinya pada kepengurusan periode 2016-2017 (Periode kepengurusan forum PANTAS 2015-2016 berakhir pada bulan September 2015-2016) sudah mempunyai anggota sebanyak tujuh belas (17) organisasi etnis.

Sementara ini pengurus forum PANTAS sendiri masih mengupayakan pendekatan lanjutan bagi organisasi etnis yang belum mempertegas keputusannya untuk bergabung atau tidak yaitu PERWASUS dan Sangir. Sedangkan untuk organisasi etnis HIMPPAR dan Timor Leste setelah menegaskan diri untuk tidak bergabung sebagai anggota forum PANTAS tetap dilibatkan sebagai partisipan bersama dengan organisasi PERWASUS dan Sangir dalam setiap kegiatan.

Persatuan Warga Sumba di Salatiga (PERWASUS) yang sudah berdiri di Salatiga sejak tahun 1984 masih belum menentukan sikap untuk menjadi anggota dari forum PANTAS. Belum bergabungnya PERWASUS sendiri karena masih

keberatan dengan harus ditandatanganinya Memorandum Of Understanding

(MOU) ketika bergabung dalam forum PANTAS. Sebagai organisasi kekeluargaan yang berbasis organisasi modern yang mempunyai aturan main dalam AD/ART tidak mau kalau ada AD/ART lain yang harus menjadi aturan main, seperti yang dikatakan oleh Ferdinandus Umbu Bura Koda berikut :

“Forum Pantas sendiri masih baru, jadi kami masih menonton

kira-kira apa tujuan hadirnya forum PANTAS. Kami juga keberatan kalau harus tandatangan MOU jika bergabung dengan PANTAS. Terus PERWASUS sendiri punya AD/ART jika kami harus ikut maka kami yakut aturan main kami akan tabrakan denga AD/ART forum PANTAS. Tetapi meskipun begitu kami tetap aktif dan mendukung PANTAS dalam kegiatan yang dilakukan oleh forum PANTAS walaupun hanya sebagai anggota Partisipan.

(13)

47

apakah harus bergabung atau tidak dalam forum PANTAS

sebagai anggota tetap25”.

5.2.3. Strategi Aktor Dalam Memfasilitasi Kegiatan Bersama Antar Etnis

Menurut Parekh (2007), ada tiga komponen multikulturalisme, yakni kebudayaan, pluralitas kebudayaan, dan cara tertentu untuk merespons pluralitas itu. Multikulturalisme bukanlah doktrin politik pragmatik, melainkan cara pandang kehidupan manusia. Karena hampir semua negara di dunia tersusun dari aneka ragam kebudayaan-artinya perbedaan menjadi asasnya-dan gerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi semakin intensif, maka multikulturalisme itu harus diterjemahkan ke dalam kebijakan multikultural sebagai politik pengelolaan perbedaan kebudayaan warga negara.

Dalam tujuannya sebagai wadah komunikasi bagi organisasi etnis maka forum PANTAS dalam rangka pengelolaan pergaulan multikultural di Salatiga perlu melakukan upaya lanjutan dalam bentuk program yang memfasilitasi seluruh organisasi etnis sebagai respon atas perbedaan kultural dalam kalangan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan secara bersama oleh organisasi etnis adalah wujud pengelolaan kultural yang dapat mempererat hubungan antara anggota organisasi etnis.

Setelah kurang lebih satu tahun kepengurusan forum PANTAS sudah dilakukan beberapa kegiatan baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Adapun yang diakui oleh pengurus forum PANTAS periode 2015-2016 bahwa kegiatan yang selama setahun ini dilakukan adalah sebatas perkenalan forum PANTAS pada organisasi etnis sehingga tidak ada kegiatan yang tergolong besar pada tahun ini tetapi secara bertahap kemudian kegiatan yang sekarang ini untuk sekedar mengundang minat organisasi etnis untuk bergabung delam forum

25

(14)

48

PANTAS dapat menjadi semakin besar sehingga tujuan hadirnya forum ini dapat tercapai.

Strategi yang dilakukan oleh pengurus forum PANTAS dalam menjalankan kegiatan dalam periode awal kepengurusan adalah melakukan kegiatan yang dapat menjangkau segala aspek keanekaragaman masyarakat Salatiga seperti program keagamaan, budaya dan juga program yang banyak diminati oleh anggota organisasi etnis seperti olahraga. Kegiatan yang dilakukan oleh forum PANTAS ini melibatkan organisasi etnis baik yang menjadi anggota forum PANTAS maupun organisasi etnis simpatisan.

Dalam kepengurusan forum PANTAS periode 2015-2016 terdapat enam kegiatan terstruktur yang diprogramkan, yaitu sebagai berikut :

1. Natal bersama yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2016 dibawahi

oleh bidang keagamaan;

2. PANTAS Cup 27-28 januari dan5- 6Maret 2016 yang berisi kegiatan

olahraga merupakan program bidang olahraga. PANTAS cup adalah kegiatan perlombaan olahraga volli dan futsal antara organisasi etnis.

Gambar 5.1. kegiatan PANTAS cup 2016

(15)

49

3. Kegiatan diskusi bersama yang dilakukan setiap dua bulan sekali

merupakan program bidang eksternal dan eksternal.

Gambar 5.2. Diskusi dan Sharing forum PANTAS

Gambar : Salah satu kegiatan diskusi dan sharing forum PANTAS yang rutin diadakan dua bulan sekali.

4. Makrab PANTAS yang melibatkan 5 perwakilan setiap organisasi

etnis yang ada di Salatiga berlangsung pada tanggal 27-29 Mei 2016 merupakan program kerja bidang ekternal dan internal;

Gambar 5.3. Makrab PANTAS

(16)

50

5. Buka puasa bersama bersama warga kemiri yang dilakukan pada

tanggal 2 Juli 2016 program bidang keagamaan.

Gambar 5.4. Buka puasa bersama

Gambar : Suasana buka puasa bersama yang dilakukan oleh pengurus PANTAS dan organisasi etnis dengan warga Kemiri

6. Program yang saat ini dalam persiapan pelaksanaan yaitu program

gebyar nusantara yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 November 2016 merupakan program kerja bidang Seni Budaya.

Selain program terstruktur diatas forum PANTAS juga melakukan kegiatan non terstruktur yang bersifat visitasi dan olahraga. Kegiatan non terstruktur seperti futsall bersama dan diskusi yang dilakukan dengan rutin setiap minggunya merupakan kegiatan yang diharapkan mampu menumbuhkan nilai kebersamaan antar setiap anggota organisasi etnis yang ada di Salatiga dan mampu menjadi sarana untuk saling mengenal satu sama lainnya. Visitasi yang dilakukakn oleh pengurus PANTAS kepada organisasi etnis juga diharapkan mampu membangun hubungan komunikasi yang intensif antara forum PANTAS dan setiap organisasi etnis yang ada di Salatiga.

(17)

51

“Walaupun program yang berjalan sudah maksimal tetapi

kami merasa bahwa goal dari tujuan dibuatnya program tersebut belum tercapai secara maksimal karena masih memiliki kendala seperti Komunikasi dengan beberapa etnis yang masih berjalan kurang lancar dalam artian bahwa sudah diundang oleh forum PANTAS tetapi seringkali tidak adanya

feed back dari kawan – kawan pengurus organisasi etnis26”.

5.2.4. Strategi Aktor Dalam Penyelesaian Konflik Antar Organisasi Etnis

Sebelum kehadiran forum PANTAS di kota Salatiga pengelolaan multikultural khususnya konflik yang terjadi selama ini adalah tanggung jawab pengurus masing-masing organisasi etnis yang terlibat , aparat kepolisian dan UKSW. Tujuan dari pengelolaan tersebut adalah untuk merawat keragaman, seperti yang dikatakan oleh Azra (2007) bahwa untuk merawat keragaman maka kiranya juga perlu merayakan kemajemukan. Upaya pengelolaan konflik yang dilakukan oleh UKSW dapat dikatakan sebagai gerakan moral, yang mana upaya tersebut dilakukan untuk memfasilitasi atau membantu penyelesaian konflik yang terjadi, karena konflik terjadi di luar area kampus. Pengelolan konflik oleh UKSW biasanya menjadi tanggung jawab dari Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan.

Berdasarkan pada data yang diperoleh di lapangan, sebagian besar konflik memang terjadi di luar wilayah kampus (di area belakang kampus, Kemiri I, perempatan Kemiri II, Kemiri III, Kemiri Barat, Cemara, dan Margosari-daerah tersebut merupakan daerah yang dekat dengan tempat tinggal sebagian besar mahasiswa UKSW), yang mana hal tersebut bukan lagi menjadi urusan universitas, meskipun para mahasiswa yang terlibat konflik merupakan mahasiswa UKSW. Sehingga hal ini harus diselesaikan secara mandiri oleh pengurus etnis yang terlibat. Dalam beberapa konflik yang terjadi, setiap pimpinan etnis menggunakan pendekatan secara kekeluargaan dalam proses penyelesaian konflik tersebut. Harapannya dengan pendekatan kekeluargaan yang digunakan dapat

26

(18)

52

terwujud perdamaian yang abadi antar sesama etnis di salatiga pada khususnya dan Salatiga pada umumnya. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi konflik lanjutan, namun bagi pengurus etnis dapat dulu diselesaikan, sehingga selanjutnya dipikirkan pembinaan yang dilakukan untuk meredam ataupun meminimalisir konflik.

UKSW sendiri tidak bisa terlalu terlibat secara mendalam pada kehidupan organisasi etnis hal ini disebabkan oleh karena setiap organisasi etnis yang sebagian besar anggotanya adalah mahasiswa memiliki aturan main/aturan organisasinya masing-masing. Melihat pada keterangan tersebut , dalam hal pengelolaan konflik yang dilakukan oleh UKSW sejauh ini UKSW lebih cenderung mengajak para ketua-ketua kelompok atau senior etnis mahasiswa untuk berdialog atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh universitas maupun Senat. Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan agar terjalin keakraban, dan kedekatan emosional antar masing-masing kelompok etnis mahasiswa yang dapat ditularkan ke anggota masing-masing kelompok.

Menurut Th. Sumartana (2002 : 274) gejolak sosial serta konflik kekerasan yang terjadi merupakan gejala dari ketidak mampuan masyarakat mengelola kemajemukan. Konflik yang terjadi di Salatiga juga adalah sebuah gambaran belum mampunya masyarakat dalam mengelola kemajemukan yang ada serta belum maksimalnya lembaga dalam mewadahi keberagaman yang ada dan belum adanya kemampuan organisasi etnis untuk hidup bersama dalam perbedaan sehingga dapat mewujudkan keharmonisan antara setiap oragnisasi etnis yang ada di Salatiga.

(19)

53

“Tetapi setelah PANTAS hadir sebagai wadah komunikasi

antar etnis dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan semua organisasi etnis baik organisasi yang tergabung dalam PANTAS maupun anggota partisipan sehingga ada ruang untuk seluruh organisasi etnis di UKSW khususnya dan organisasi etnis di Salatiga secara umum bertemu maka kami melihat bahwa konflik atau gesekan atar etnis itu menjadi menurun. Sampai saat ini memang PANTAS belum 100% membuat perubahan di Salatiga khususnya UKSW tetapi kehadiran forum PANTAS pastinya sudah membawa perubahan dalam perjalanan organisasi ini selama satu tahun27”

Sejak kurang lebih satu tahun berjalannya forum PANTAS sudah dua kasus pergaulan multikultural yang ditangani/diselesaikan. Dalam menangani kasus pergaulan multikultural forum PANTAS hadir sebagai wadah yang memfasilitasi dan memediasi kedua kelompok yang bertikai dengan tujuan agar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan, hal ini seperti yang dikatakan oleh Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol :

“Forum PANTAS dalam melihat konflik antar etnis yang

sering terjadi adalah dengan Jeli, artinya forum PANTAS tidak boleh termakan oleh isu-isu yang beredar dan berpotensi konflik. Misalnya dalam hal isu tersebut kami harus mengkonfirmasikan isu tersebut kepada dua pihak yang terkait sehingga PANTAS tidak memihak kepada salah satu etnis.

Dalam menyelesaikan konflik yang terpantau oleh forum PANTAS kami sendiri menempatkan diri sebagai mediator sehingga masalah dapat diselesaikan dengan cepat dan tidak

lagi memancing terjadinya konflik yang lebih besar28”.

Kasus pertama yang di tangani oleh forum PANTAS adalah kasus konflik yang terjadi antara mahasiswa etnis Sumba dan mahasiswa etnisk Batak Simalungun dimana kasus ini lahir akibat konsumsi minuman keras yang dilakukan oleh mahasiswa asal Sumba di area kos-kosan Cemara Barat. Dimana kronologis kasus ini adalah sekelompok mahasiswa Sumba sedang mengkonsumsi

27

Wawancara bersama Ramli Tomagola, SH di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.

28

(20)

54

minuman keras secara berkelompok kemudian salah seorang dalam kelompok itu menendang pintu dari seorang tetangga kos yang adalah anggota etnis Batak Simalungun yang pada saat itu sedang berada di dalam kamar bersama pacarnya. Akibat dari perlakuan tersebut anggota etnis Batak Simalungun ini tidak terima dan langsung terjadi adu mulut dan hampir terjadi perkelahian. Tidak puas dengan keadaan yang terjadi akhirnya anggota etnis Batak ini melaporkan kejadian ini kepada teman-teman dan seniornya yang berasal dari organisasi etnis yang sama.

Melihat potensi akan terjadinya konflik fisik antara kelompok organisasi etnis Batak Simalungun dan organisasi etnis Sumba karena sangat kuatnya solidaritas dalam kalangan organisasi etnis maka salah seorang senior Batak Simalungun berinisiatif untuk melaporkan kejadian ini kepada forum PANTAS agar dapat dilakukannya upaya penyelesaian secara damai , hal ini seperti dikatakan oleh ketua forum PANTAS Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol :

“Kalau misalnya kasus begitu, seperti kemarin Kasus yang

tadi Limbong jelaskan antara mahasiswa etnis Batak simalungun dan etnis Sumba itu memang menghubungi

forum PANTAS dan meminta penyelesaian dari Kita29”.

Setelah dihubungi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara kedua anggota organisasi etnis tersebut forum PANTAS langsung tanggap untuk turun kelapangan dimana juga ada kekuatiran akan semakin meluasnya konflik yang terjadi apabila masalah ini tidak diselesaikan secara cepat. Dalam upaya penyelesaian konflik yang terjadi pada saat itu forum PANTAS mengirimkan utusan yaitu Agung Samuel Limbong yang juga berasal dari Batak Simalungun. Aktor utusan forum PANTAS ini setelah mengetahui masalah yang terjadi kemudian berusaha untuk menghubungi jaringan yang sudah dibangun oleh forum PANTAS dalam hal ini ketua etnis Batak Simalungun dan ketua etnis Sumba untuk bersama-sama menyelesaikan konflik yang terjadi, hal ini seperti yang disampaikan oleh Agung Samuel Limbong berikut ini :

29

(21)

55

“Salah satu kasus yang diselesaikan oleh forum PANTAS

adalah masalah antara seorang mahasiswa asal Batak Simalungun dan Mahasiswa Sumba. Dimana Mahasiswa Batak diganggu oleh mahasiswa Sumba ketika masalah itu dikomunikasikan kepada PANTAS kami langsung turun kelapangan. Saya sebagai orang yang dipercaya forum PANTAS untuk mengurus masalah ini langsung berusaha untuk menghubungi menghubungi pimpinan organisasi etnis dari kedua belah pihak. Setelah pimpinan etnis Batak Simalungun dan Sumba, bersedia melakukan pertemuan dengan mahasiswa yang bermasalah kami dibantu oleh pengurus etnis melakukan mediasi. Dan mediasi tersebut berhasil didamaikan secara personal maupun kelompok karena pada saat itu kami juga melihat adanya potensi konflik antar kelompok etnis jika masalah tersebut tidak dapat

diselesaikan secara cepat30”.

Upaya penyelesaian konflik dengan mediasi yang dilakukan oleh utusan forum PANTAS di bantu oleh ketua organisasi etnis dari kedua pihak ini dalam prosesnya juga mempunyai hambatan. Masih adanya ego kedaerahan dan gengsi membuat kedua anggota ini tidak mau untuk saling mengalah dimana anggota etnis Sumba dan anggota etnis Batak Simalungun saling mempertahankan pendapat sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dalam upaya mediasi dilakukan sampai tercapainya kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Upaya mediasi yang dilakukan oleh aktor forum PANTAS dibantu oleh ketua etnis dari kedua belah pihak menggunakan pendekatan kekeluargaan.

Ferdinandus Umbu Bura Koda ketua Persatuan Warga Sumba di Salatiga (PERWASUS) periode 2015-2016 juga membenarkan bahwa pernah terjadi konflik antara anggota Sumba dan Batak Simalungun. Pada saat informasi terjadinya konflik langsung diadakan upaya penyelesaian kasus yang dilakukan oleh pengurus etnis Sumba dan Batak Simalangun yang difasilitasi oleh forum PANTAS. Sehingga konflik yang terjadi tidak sempat meluas tetapi dapat diselesaikan secara cepat, seperti yang dikatakan berikut ini :

30

(22)

56

“Memang waktu itu terjadi konflik antara Sumba dan Batak

Simalungun. Saya dikasih tahu oleh pengurus yang kebetulan tahu soal kasus itu dari perwakilan PANTAS yang mengurus masalah itu. Kami langsung adakan pertemuan antara ketua etnis batak simalungun yang kebetulan wakti itu ditemani salah satu senior mereka di warung makan kemiri barat untuk merencanakan masalah tersebut bersama dengan perwakilan forum PANTAS.

Setelah mengetahui duduk masalah bahwa waktu itu memang hanya terjadi kesalah pahaman saja maka kami segera bergerak untuk menemui anggota yang terlibat konflik yang kebetulan satu kos. Mediasi pun terjadi pada saat itu sehingga masalah yang terjadi ada titik temu, akhirnya terjadi kesepakatan damai dan sampai dengan saat ini masalah itu selesai sepenuhnya sehingga tidak ada lagi konflik lanjutan31”.

Selain kasus konflik antara anggota organisasi etnis Sumba dan Batak Simalungun diatas, forum PANTAS juga mempunyai andil dalam penanganan kasus rasis yang dilakukan oleh salah seorang anggota etnis Batak Toba kepada anggota organisasi etnis yang berasal dari bagian timur Indonesia. Isu yang beredar bahwa anggota etnis Batak Toba ini melakukan perkataan rasis mengenai etnis timur ini yang ditanggapi oleh seorang senior asal Maluku dan melaporkannya kepada ketua forum PANTAS, laporan ini langsung ditanggapi oleh ketua forum dengan mendatangi anggota etnis Batak tersebut untuk mencari tahu kebenaran terkait dengan laporan tersebut, hal ini seperti yang dikatakan oleh Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol :

“Kemudian juga ada kasus satu lagi yang dilaporkan oleh

senior Maluku kepada kami dan langsung kami selesaikan dengan cepat, itu mengenai masalah dari orang etnis kita yang membecirakan hal yang tidak baik kepada etnis bagian timur atau rasis. Saya langsung menanggapi orang yang

melakukan rasis tadi mencari kebenaran dan

mengklarifikasikan pernyataan rasis tadi, karena itu bukan

31

(23)

57

rasis tetapi hanya bahan ganggu kepada teman dekatnya yang

berasal dari timur32”.

Berkaca dari kedua penyelesaian konflik antara organisasi etnis yang dilakukan oleh aktor forum PANTAS diatas kita dapat melihat kontribusi nyata forum ini dalam mengelola pergaulan multikultural yang terjadi. Aktor forum PANTAS sudah mampu hadir dalam pergumulan pergaulan multikultural yang sering terjadi baik itu kasus antara anggota etnis Sumba dengan anggota etnis Batak Simalungun dan kasus (isu) rasisme tergambar dengan jelas bahwa forum PANTAS melakukan fungsi sebagai wadah kekeluargaan, perekat antar etnis di kota Salatiga dalam rangka meningkatkan persaudaraan dalam kehidupan berbangsa guna menjaga persatuan dan kesatuan. Dalam penyelesaian konflik yang dilakukan juga forum PANTAS sudah mampu berkontribusi dalam hal menjaga stabilitas keamanan antar sesama etnis maupun masyarakat, guna

mendukung terciptanya ketertiban, keharmonisan dalam kehidupan

bermasyarakat.

Dengan sudah dilakukannya pengelolaan konflik antara organisasi etnis selama satu tahun berjalannya forum PANTAS tentunya hal ini akan dapat meminilisir konflik yang lebih besar dan berkepanjangan antara organisasi etnis sehingga usaha untuk mencapai harmonisasi pergaulan etnisitas yang berdampak pada ketertiban, persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat di kota Salatiga yang sangat multikultural bukan bisa tercapai.

Upaya pengelolaan pergaulan multikultural tidak hanya dilakukan oleh pengurus forum PANTAS tidak hanya dalam bentuk penyelesaian konflik tetapi forum PANTAS juga melakukan upaya-upaya untuk mencegah agar konflik antar

etnis dapat diminimalisir. Usaha ini dilakukan dengan menanamkan wawasan

multikulturalisme kepada anggota organisasi etnis yang baru. Multikultiralisme, menurut Rogers dan Steinfart dalam Rahardjo (2005:84), merupakan pengakuan bahwa beberapa kultur dapat eksis dalam lingkungan yang sama dan menguntungkan satu sama lainnya. Penanaman wawasan multikulturalisme ini

32

(24)

58

dilakukan dalam bentuk penyampaian materi pada malam keakraban (Makrab) yang dilakukan oleh anggota organisasi etnis forum PANTAS dan diskusi yang rutin diadakan dua kali setiap bulannya, tujuan dari pengelolaan tersebut adalah untuk merawat keragaman sehingga bisa adanya saling menghargai perbedaan antara satu etnis dengan etnis lainnya sehingga tidak terjadi perpecahan antara organisasi etnis, hal ini seperti yang dikatakan oleh Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol sebagai berikut :

“Dalam pencegahan konflik juga ketika PANTAS diberi

kesempatan untuk menyampaikan materi dalam makrab organisasi etnis yang sudah bergabung dalam PANTAS kami selalu membawa materi yang muatan nasionalisme dengan judul “Keindonesian dalam Pluralitas” dimana kami merangsang anggota MAKRAB untuk berpikir secara Indonesia bukan lagi primordial yang menganggap etnisnya lebih baik dari etnis lain33”.

Penyampaian materi yang disampaikan oleh ketua PANTAS pada saat organisasi etnis ini melakukan makrab adalh dengan tujuan untuk membuka cara berpikir dari anggota etnis yang baru agar memahami bahwa kehidupan bermasyarakat di Salatiga tidak lagi kultural melainkan multikultural sehingga perlu berpikir secara ke-Indonesian bukan lagi berpikir secara primordial yang menyebabkan ekslusifnya lingkungan pergaulan mereka sehingga akan menimbul potensi yang bersifat negatif dalam kehidupan bermasyarakat.

Upaya pencegahan konflik dalam pergaulan multikultural di Salatiga juga diupayakan oleh pengurus forum PANTAS melalui program yang tidak terstruktur. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan bersama-sama yang dilakukan sehingga memupuk nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam individu yang berasal dari berbagai organisasi etnis sehingga dapat mengenal satu dengan yang lainnya. Kegiatan yang dimaksud adalah futsal bersama yang dilakukan setiap minggu dan diskusi, hal ini seperti yang disampaikan oleh Landy Arion Noya :

33

(25)

59

“Memang selama ini forum PANTAS selalu berada di tengah

– tengah. Memang seperti tadi dibilang kegiatan – kegiatan

nonterstruktur itu yang sengaja dibuat untuk kita tidak melihat orang dari etnis lain sebagai orang asing walaupun hanya lewat futsal dan lain-lain. Pencegahan sudah diupayakan kemudian kalau terjadi masalah juga kami sudah

punya upaya penanganan34”.

5.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Pengelolaan

Pergaulan Multikultural

Dalam menjalankan fungsinya sebagai wadah komunikasi bagi organisasi etnis di Salatiga tentunya forum PANTAS selama kurang lebih satu tahun harus berhadapan dengan faktor-faktor yang menghambat baik itu secara eksternal maupun secara internal selain itu juga terdapat faktor faktor yang menjadi keuntungan bagi forum ini yang kemudian dikatakan sebagai faktor pendukung.

5.3.1. Faktor Pendukung

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan faktor yang mendukung forum PANTAS dalam pengelolaan pergaulan multikultural di kota Salatiga. Faktor

pendukung yang dimaksudkan adalah pertama : Dukungan moril dan materil dari

jaringan yang telah dibangun oleh forum PANTAS, seperti yang dikatakan Landy Arion Noya berikut ini :

“Faktor Pendukung dukungan dari pemerintah dan PR III

juga menjadi keuntungan sehingga kami berani melakukan

kegiatan walaupun ada kekuatiran tetapi backing yang kami

miliki itu kuat35”.

Berkaitan dengan dukungan yang diberikan oleh jaringan kepada forum PANTAS dalam proses pengelolaan pergaulan multikultural, Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol menambahkan bahwa :

34

Wawancara bersama Landy Arion Noya di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.

35

(26)

60

“Tentunya dalam forum PANTAS mempunyai garis

struktural dan garis koordinasi. forum PANTAS mempunyai garis koordinasi dilingkungan kampus yaitu Pak Arief sebagai PR III dan dilingkungan pemerintah kota yaitu Pak Susanto ketua KESBANGPOL kota Salatiga dan Pak Amin sebagai ketua Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI) di Salatiga dan forum PERANTARA

Dukungan jaringan yang dimiliki oleh forum PANTAS ini dirasakan sangat membantu karena baik KESBANGPOL sebagai unsur Pemerintah kota Salatiga, PR III perwakilan dari UKSW, FPBI dan forum PERANTARA memiliki latar belakang organisasi kemasyarakatan saling bahu membahu dalam mendukung kegiatan dan program yang dilakukan oleh forum PANTAS. Sehingga dalam menjalankan kegiatan dan program forum PANTAS betul-betul merasa didukung dengan baik oleh pihal-pihak yang dimaksudkan diatas.

Faktor pendukung kedua apresiasi dan dukungan organisasi etnis terhadap

kehadiran forum PANTAS yang sangat besar memudahkan forum PANTAS untuk berinteraksi dengan seluruh organisasi etnis yang ada di Salatiga. Partisipasi organisasi etnis dalam kegiatan dan program yang dilakukan oleh forum PANTAS selama satu periode kepengurusan walaupun belum maksimal tetapi sudah cukup besar sehingga hanya perlu terus dipupuk sehingga kedepannya akan

semakin besar; ketiga adalah ruang lingkup aktifitas yang kecil membuat forum

PANTAS mampu untuk mengkoordinir dan memantau organisasi etnis dalam pergaulan etnisitas di kota Salatiga.

5.3.2. Faktor Penghambat

Selain faktor pendukung diatas forum PANTAS juga harus berhadapan dengan faktor yang menghambat pengelolaan pergaulan multikultural di kota

Salatiga. Ada beberapa faktor yang menghambat diantaranya adalah : pertama

masih seringnya terjadi stagnasi (vacuum) yang dialami oleh kepengurusan organisasi etnis, seperti yang dikatakan oleh Agung Samuel Limbong :

“Sebagai contoh etnis batak toba yang organisasi etnisnya

(27)

61

juga organisasi etnis lainnya yang mengalami hal seperti itu36”.

Walaupun sebenarnya vacuumnya sebuah organisasi etnis itu merupakan masalah bagi organisasi etnis itu sendiri, tetapi dampak dari tidak berjalannya organisasi etnis seperti yang dialami oleh etnis Batak Toba kemudian berimbas kepada forum PANTAS sendiri. Organisasi etnis yang vacuum kemudian memiliki masalah dalam komunikasi baik antara anggotanya juga dengan forum PANTAS. Tidak berjalannya organisasi etnis ini juga diyakini bukan hanya terjadi dalam organisasi Batak Toba tetapi ada beberapa etnis juga yang mengalami hal yang sama sehingga menyebabkan organisasi etnis ini belum mampu untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh forum PANTAS.

Faktor kedua adalah hambatan yang juga yang berasal dari organisasi etnis

adalah dimana ada beberapa organisasi etnis yang memiliki hanya sedikit anggota, sedangkan dalam beberpa kegiatan forum PANTAS membutuhkan perwakilan dalam jumlah lumayan banyak seperti dalam penyelenggaraan PANTAS cup hal ini mengakibatkan beberapa organisasi etnis tidak ambil bagian karena kekurangan anggota. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Landy Arion Noya :

“Kegiatan PANTAS juga seringkali memerlukan masa dari

setiap organisasi etnis yang lumayan banyak, sehingga organisasi etnis yang memiliki sedikit anggota terkadang memiliki kendala soal itu, persoalan tidak capaian program

sendiri dapat kita lihat dari segi itu37”.

Faktor ketiga masih tumbuh suburnya ego kedaerahan organisasi etnis

individu anggota maupun kelompok organisasi etnis sehingga hal ini sering memantik konflik yang terjadi antara organisasi etnis. Semua konflik antara organisasi etnis sebenarnya berawal dari persoalan inividu tetapi karena adanya

36

Wawancara bersama Agung Samuel Limbongdi Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.

37

(28)

62

ego kedaeran dan solidaritas kelompok etnis hal ini sering memunculkan konflik yang lebih besar.

Faktor hambatan keempat berasal dari internal forum PANTAS juga

selama ini dirasa menjadi salah satu faktor tidak berjalannya forum ini dengan maksimal. Representasi kepengurusa forum PANTAS periode 2015-2016 yang berasal dari organisasi etnis dirasa belum mampu “militan” dan aktif sehingga mereka belum mampu menunjukkan kenerja yang sudah seharusnya menjadi tanggung jawab mereka. Selain itu juga dalam struktur kepengurusan forum PANTAS periode 2015-2016 sudah ada enam orang pengurus yang mengundurkan diri dengan alasan pribadi maupun etnis sehingga kepengurusan ini yang seharusnya terdiri dari 28 pengurus sekarang tersisa 22 pengurus. Faktor kelima adalah persoalan sumber pendanaan yang kemudian akan dijadikan anggaran bagi pelaksanaan program juga menjadi kendala berarti bagi forum PANTAS, memang selama ini ada bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah kota dan pemerintah provinsi untuk menjalankan kegiatan tetapi tidak semua kegiatan yang dilakukan mendapatkan dana bantuan. Sehingga forum PANTAS seringkali dalam melakukan kegiatan sumber dananya diusahakan secara mandiri dengan cara usaha dana, seperti yang diungkapakan oleh Landy Arion Noya :

“Kemudian perwakilan etnis yang menjadi pengurus

PANTAS sebagian besarnya masih kurang berperan aktif dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengurus.

Anggaran juga menjadi faktor penghambat untuk

menjalankan program. Selama ini kebanyakan program dilakukan secara mandiri oleh pengurus PANTAS dan panitia pelaksana.

Memang ada bantuan dana dari Pemkot dan Pemprov tetapi tidak semua kegiatan yang dijalankan oleh PANTAS didanai

oleh Pemkot atau Pemprov38”.

Kelima faktor diatas merupakan hambatan yang bisa saja mengancam tujuan berdirinya forum PANTAS maka oleh karena itu perlu bagi forum ini

38

(29)

63

Gambar

Tabel 5.1.
Gambar 5.1. kegiatan PANTAS cup 2016
Gambar 5.2. Diskusi dan Sharing forum PANTAS
Gambar 5.4. Buka puasa bersama

Referensi

Dokumen terkait

1. Memiliki kebutuhan berekspresi melalui tulisan, menulis yang dirasa harus ditulis dan tidak bosan belajarn dan terus menulis. Sifat moralitas penulisan yang sering dianggap

Distribusi frekuensi merupakan salah satu cara untuk meringkas serta menyusun sekelompok data mentah (raw data) yang diperoleh dari penelitian dengan didasarkan pada

[r]

Syaiful Bahri & Zain, Aswan, Strategi Belaiar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006..

Keunggulan dari sambungan V-Joint adalah sebagai berikut : mempunyai kekuatan sambungan yang sangat baik , arah rotasi ke pulley tidak perlu diperhatikan , dapat

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

[r]

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah