• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Model Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatifreatif, Efektif, Menyenangkan) dan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Peningkatan Motivasi Bela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Model Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatifreatif, Efektif, Menyenangkan) dan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Peningkatan Motivasi Bela"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Menurut Hamzah B. Uno (2008:23) “Motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal kepada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan berbagai indikator atau

unsur yang mendukung”. Unsur yang mendukung motivasi belajar siswa

dengan kuatnya kemauan untuk belajar baik di sekolah maupun belajar mandiri di rumah.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2)Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) Adanya penghargaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Menurut Syaiful (2008:-149-151), “Motivasi terbagi dalam dua sudut pandang, yaitu motivasi instrinsik atau motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang dan motivasi ekstrinsik atau motivasi yang berasal dari luar

diri seseorang”.

(2)

7

atau melebihi kkm demi melakukan peningkatan prestasi belajarnya maka siswa mau melakukan sesuatu yaitu belajar dengan giat.

Menurut Sardiman A.M (dalam buku interaksi dan motivasi belajar mengajar), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah meliputi : memberi angka, hadiah, saingan, ego-involment, memberi ulangan, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.

Memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, penulis menarik kesimpulan yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah suatu keinginan, cara atau usaha internal maupun eksternal yang dilakukan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

2. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Menurut McDonald dalam Oemar Hamalik (2002: 174), motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri pribadi, motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (ketertarikan) yang dapat diamati melalui perbuatan.

Menurut Sardiman (2011: 83), Ciri-ciri motivasi belajar antara lain: (a) Tekun menghadapi tugas; (b) Ulet meghadapi kesulitan; (c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah; (d) Lebih senang bekerja mandiri; (e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (f) Dapat mempertahankan pendapatnya; (g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu; (h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

(3)

8

Berdasarkan pendapat McDonald tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi dilihat dari adanya perubahan energi dalam diri siswa melalui keaktifan, sikap dan perilaku untuk mencapai tujuan.

3. Fungsi Motivasi Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2014: 85) :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

Selain fungsi tersebut juga terdapat fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Apabila terdapat usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

(4)

9 B. Model Pembelajaran PAIKEM

PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pembelajaran dalam konteks PAIKEM dimaknai sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan atau membangun makna. PAIKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan siswa mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil bekerja (learning by doing), sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih aktif, inovatif, menyenangkan dan efektif.

Menurut Sedino dkk (2003:34), PAIKEM dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif dari si siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.

Siswa yang aktif dalam belajar akan mendorong siswa yang lain untuk belajar aktif secara bersama-sama. Hal ini dapat berarti bahwa secara tidak langsung motivasi belajar mereka juga akan meningkat. Pembelajaran yang menyenangkan akan sangat disukai siswa. Siswa akan lebih mudah berinteraksi dengan guru dan temannya dengan suasana belajar yang menyenangkan.

Selanjutnya menurut Jerry Wennstrom, proses belajar dikatakan kreatif bukan dilihat dari orang lain, namun lebih dilihat dari si-pelaku pelajar sendiri. Dalam proses belajar apakah siswa telah menggunakan seluruh kemampuannya untuk memperoleh keindahan dan pengalaman baru. Keindahan dan pengalaman baru tersebut hanya bisa dirasakan oleh siswa itu sendiri. Dengan demikian proses kreatif antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya berada pada takaran yang berbeda-beda.

Dalam PAIKEM terdapat lima pilar utama yaitu aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajaran, pilar-pilar dalam PAIKEM dirancang sebagai berikut:

1. Pembelajaran Aktif

(5)

10

centered learning). Dalam pembelajaran aktif, fungsi dan peran guru lebih banyak memposisikan dirinya sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Pendekatan belajar aktif adalah cara pandang yang menganggap bahwa belajar merupakan kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar. Pembelajaran ini juga menganggap bahwa mengajar merupakan kegiatan menciptakan suasana yang bisa mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar bagi si pembelajar sehingga berkeinginan untuk terus belajar selama hidupnya.

Menurut Silberman, M (1996) saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak kanan untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

Glasgow (1996) berpendapat bahwa siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras untuk mengambil tanggungjawab lebih besar dalam proses belajarnya sendiri. Mereka mengambil suatu peran yang lebih dinamis dalam mengetahui, memutuskan, dan melakukan sesuatu. Peran mereka semakin luas dalam self management. Motivasi diri menjadi suatu kekuatan besar yang dimiliki siswa.

Selanjutnya Modell dan Michael menggambarkan suatu lingkungan belajar, dimana para siswa secara individu didukung untuk terlibat aktif dalam proses membangun model mentalnya sendiri, dari informasi yang telah mereka peroleh.

Peran guru dalam pembelajaran aktif adalah memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menyenangkan, dan mempertanyakan gagasan siswa. Sedangkan peran siswa dalam pembelajaran aktif yaitu membangun konsep bertanya, bekerja, telibat, berpartisipasi, menemukan dan memecahkan masalah, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan.

2. Pembelajaran Inovatif

(6)

11

Artinya dalam setiap kali tatap muka guru harus menerapkan beberapa metode sekaligus.

Peran guru dalam pembelajaran inovatif adalah menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam, menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Sedangkan peran siswa dalam pembelajaran inovatif adalah melakukan pengamatan, percobaan, atau wawancara.

3. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran dan pemecahan masalah. Pembelajarn kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Dalam pembelajaran kreatif, guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Strategi mengajar untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik adalah:

a. Memberi kebebasan pada peserta didik untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru.

b. Bersikap respek dan menghargai ide-ide peserta didik. c. Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri peserta didik.

d. Penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya peserta didik. e. Memberi waktu yang cukup untuk peserta didik berpikir dan

menghasilkan karya.

(7)

12

Peran guru dalam pembelajaran kreatif adalah mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu belajar, memanfaatkan lingkungan mengelola kelas dan sumber belajar, dan merencanakan proses dan hasil belajar. Sedangkan peran siswa dalam pembelajaran kreatif adalah membuat/merancang sesuatu, dan menulis/merancang.

4. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.

Menurut Haryono (2013) Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung. Efektif menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan karena hasil belajar itu beragam, karakteristik efektif dari pembelajaran itu mengacu pada penggunaan berbagai strategi yang relevan dengan hasil belajarnya.

Pembelajaran efektif menuntun keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar yang harus dikuasai.

(8)

13

dilakukan secara parsial, melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

5. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa adanya perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Dalam mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih strategi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal. Dalam pembelajaran PAIKEM, sekurang-kurangnya ada empat komponen atau prinsip yang dapat diidentifkasi yaitu :

a. Pengalaman

Aspek pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya, antara lain seperti eksperimen, pengamatan, percobaan, penyelidikan dan wawancara. Di aspek pengalaman, anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang dimilik anak tesebut.

b. Komunikasi

(9)

14

mengeluarkan gagasannya, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui oleh guru.

c. Interaksi

Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab, dan saling melempar pertanyaan. Melalui hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.

d. Refleksi

Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan oleh anak selama belajar. Hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/ makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Disini anak diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru (Rusman, 2013).

C. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

(10)

15

Menurut Dutch (1994) mendefinisikan PBL merupakan metode instruksional yang menantang mahasiswa agar “belajar untuk belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber belajar yang sesuai.

Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Siswa diberi beberapa contoh kasus yang harus dipecahkan secara bersama-sama. Saat proses diskusi, siswa akan bekerjasama dengan siswa yang lain. Siswa dapat mengemukakan pendapat mereka secara bebas dan seluas-luasnya.

Menurut Tan (2003:30) merangkum karakteriktik yang tercantum dalam proses PBL:

(a) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; (b) biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang; (c) masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspektive). Solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab perkuliahan (SAP) atau lintas ilmu ke bidang lainnya; (d) masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan di ranah pembelajaran yang baru; (e) sangat mengutamakan belajar mandiri; (f) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi; tidak dari satu sumber saja; (g) pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pemelajar bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.

Siswa yang aktif dalam kelompok diskusi, secara tidak langsung akan mengajak siswa yang lainnya untuk berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan kelompok mereka ketika sedang kegiatan diskusi dan secara tidak langsung meningkatkan motivasi belajar siswa

Ciri-ciri strategi PBL, menurut Baron (2003:1) adalah: (1) menggunakan permasalahan dalam dunia nyata; (2) pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah; (3) tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa; dan (4) guru berperan sebagai fasilitator. Masalah yang digunakan menurutnya harus: relevan dengan tujuan pembelajaran, mutakhir, dan menarik; berdasarkan informasi yang luas; terbentuk secara konsisten dengan masalah lain; dan termasuk dalam dimensi kemanusiaan.

(11)

16 D. Penelitian yang Relevan

Tabel 2.1

Tabel SOTA (State of Art)

Judul Metode Penelitian Kesimpulan

Pengaruh

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Desain penelitian dalam penelitian ini yaitu

quasi experimental design bentuk

nonequivalent control group

design. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7-17 April 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Gadingan kecamatan Wates kabupaten Kulon Progo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, kuesioner, dan tes. Data hasil penelitian disajikan menggunakan teknik analisis data statistika deskriptif.

Mean kelompok eksperimen yaitu 81,82 berada pada kategori motivasi belajar sangat tinggi dan mean

kelompok kontrol yaitu 71,42 berada pada kategori motivasi belajar tinggi. Selain itu, hasil nilai evaluasi kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL)

mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Gadingan kecamatan Wates.

penelitian kuasi eksperimen, yaitu membandingkan dua kelas. Kelas pertama diberi perlakuan dengan menerapkan model PAIKEM berbasis laboratorium sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua diterapkan model pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal postest yang divalidasi terlebih dahulu. Selanjutnya hasil postest yang diperoleh digunakan untuk uji hipotesis dengan uji-t, prasyarat dari analisis ini adalah uji normalitas dengan chi-kuadrat (x2). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh x2 hitung < x2 tabel yang berarti data yang digunakan terdistribusi normal.

Data yang telah diperoleh dari penelitian didapat nilai postest rata-rata untuk kelas eksperimen 76,96 dan kelas kontrol 69,31. Sedangkan hasil uji-t diperoleh thitung

3,24 dan ttabel 2,66, serta

diketahui bahwa thitung > ttabel.

(12)

17 E. Kerangka Berpikir

Menurut Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Penelitian ini ingin mengetahui dan menganalisis perbedaan skor motivasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS. Penelitian akan dimulai dengan pemberian pretest pada kedua kelompok eksperimen untuk mengetahui jumlah skor awal motivasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan

(treatment). Setelah didapatkan hasil pretest, kemudian menentukan

kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dengan perbedaan perlakuan (treatment) menggunakan penerapan 2 (dua) model pembelajaran. Penerapan model pembelajaran pada kelompok eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran PAIKEM, sedangkan kelompok eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran PBL. Setelah pemberian perlakuan

(treatment) pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, akan dilakukan pengambilan posttest untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan skor motivasi belajar siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir

Kelompok Eksperimen 1 Kelompok Eksperimen 2

Model Pembelajaran PAIKEM

Model Pembelajaran PBL

Posttest Posttest

Uji beda rata-rata hasil posttest

perbedaan skor motivasi belajar

Pretest Pretest

Skor awal motivasi belajar siswa kelas XI IPS keseluruhan

(13)

18 A. Hipotesis

Menurut Mundilarso, hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah tingkat kebenaran yang masih harus diuji dengan menggunakan teknik tertentu.

Hipotesis Statistik : H0 = μ1= μ2

Hipotesis Kerja : Skor motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran PAIKEM sama dengan skor motivasi belajaran siswa dengan menggunakan model pembelajaran PBL.

Hipotesis Statistik : H1 = μ1 > μ2

Gambar

Tabel 2.1 Tabel SOTA (State of Art)
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dan definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa administrasi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan melalui kerjasama dalam

Dalam KTSP dijelaskan bahwa “Pembelajaran pada kelas I s/d III dilaksanakan melalui pendekatan tematik”(E. Pendekatan pembelajaran tematik adalah pendekatan yang harus

(3) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil menulis karangan siswa sebelum dan setelah penggunaan metode pembelajaran. Examples Non Examples pada taraf

Faktor eksternal yang dibahas adalah lingkungan non sosial yang terdiri dari faktor instrumental merupakan perangkat proses pembelajaran dibagi lagi kedalam

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Annisa Noor Fadhillah 2016

Die Abschlussarbeit an der Deutschabteilung der pädagogischen Fakultät für Sprachen und Literatur.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Perbankan sendiri selain berfungsi menyalurkan kredit dan menghimpun dana, mereka juga berfungsi sebagai bank devisa yang artinya bisa memberikan

Von 6 Übungsformen werden nur 3 Übungsformen gefunden, das sind Auswahlübungen, Zuordnungsübungen, und die meistens sind die Ergänzungsübungen, aber es gibt auch hier eine