KONTEMPLASI
JURNAL
KE-USHULUDDINAN
tssN
2338-6169
Volume
01,
Nomor
01,
Agustus
2013
DAFTAR
ISI
@
EPISTEMOLOGIBARAT(Studi tentang Teori pengetahuan Barat Modern)
Mahbub Setiawan
ET
HISTORISITASFILSAFATISLAM(DariAdopsi, Mitasi Sampai produksi)
Maftukhin
MENYINGKAP
KAMKTERISTIK
PEMIKIRAN IBN MISKAWAIH
Teguh
ISLAM RADII(AL DALAM KONTEKS SEJARAH Zainal
PARADIGMA INTELEKTUALISME ISLAM KLASIK DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU
lchwansyah Tampubolon
PENCI PTAAN PEREMPUAN DALAM BINGKAI
FEMI N IS MUSLIM
(Telaah Pemikiran Riffat hasan) Mutrofin
PERGURUAN TINGGI DAN ILMU PENGETAHUAN
felaah
Pengemba ngan Daya lntelektual da n Moral) Ngainun NaimPERNII(AHAN ANTARAGAMA DALAM PERSPEKTTF
TAFSIRAL.MISHBAH
Ntmad ZainalAbidin
PROFIL PENDIDIK MENURUT ALQUR'AN
(Analisis dengan pendekatan ,mu dan Firsafat pendidikan rsram)
Anlnr
KEI-IAMPAAIV SPRITUALITAS MASYAMKAT
PERKOTMN
ZainalArifin
purba
1-32
GO
a
E
E
e
E
E
I
63€4
8$100
101-115
117-132
13i+.147
149166
167-174
I
I
ISLAM RADIKAL DALAM
KONTEKS SEJARAH
Zainal
Institut
AgamaIslam Negeri (IAIN) Imam Bonjol
Padang:
zainaltkmudo@yahoo. comAbstract
This article
emphasizeson
the discussionof
the emergenceof
Moslem radicalism. The current thought belives that the moslem radicalism is closely related to the moslems' problems
in
social,economy, politic, and ideology. This article also tries to discuss the
geneology
of
the moslem radicalism.This article
is intended toprove that moslem radicalism today cannot be separated from the radicalism in the past especially in the aspect
of
its ideology. The moslem radicalism is viewed from two paradigms: n€urow mindedideology and history relation.
Keywords:
Moslem radicalism, history relationAbstrak
Penekanan tulisan
ini
akan menelusuri kemunculan radikalisme dalam Islam. Pemikiran yang berkembang tentang kemtnculanradikalisme Islam banyak terkait dengan persoalan sosial, ekonomi,
politik,
dan ideologi. Pada pembahasan ini juga akan mengungkapgenealogi radikalisme dalam Islam. Pada dasarnya radikalisme yang
terjadi di dunia
Muslim memiliki
keterkaitan dengan radikalismetempo dulu, seperti dengan khawarij, dan sebagainya. Tulisan
ini
akan membuktikan bahwa radikalisme yang melanda duniaMuslirn,
seperti
di
Indonesia ada
keterkaitan
dengan
radikalisme
sebelumny4 dan ia tidak berdiri sendiri, paling tidak dari segi ideologi ada kesinambungan dengan radikalisme sebelumnya, meskipun dilakukan orang yang berbeda dan tempat yang berlainan. Dalam
mencermati radikalisme Islam pada konteks sejarah digunakan dua paradigma, yaitu: radikalisme dalam Islam dipengaruhi oleh ideologi agama melalui pemahaman keagamaan yang sempit, dan
memiliki
A
KOltlEtPLASt, Volume 1 , Nomor 1 , Agustus 2013: 63-84ini
akan mempertegas bahwa falctor ideologi dan kesinambunganradikalisme Islam
iengan
peristiwa sebelumnya, menjadi pokokpermasalahan dalam menelusuri radikalisme di beberapa kawasan duniaMuslim.
Kata Kunci:
Islam radikal, Konteks SejarahBEBERAPA
ISTILAH
TENTANG
ISLAM RADIKAL
Sampai sekarang, penyematan kata radikal terhadap Islam masih dalam wilayah
perdebatan, karena
a*g*'kata
radikal terkesan mengaburkan makna dasar Islam'SeCara generik
"ISlam'iberarti "tunduk", "damai",
"keselamatan" dan SeteruSnya'li"a*gfun
radikal dikonotasikan kebalikan dari kata Islam, seperti yang diungkap oleh M. Rais radikal adalah suatu sikap atau posisi dengan menggunakan ideologi atasnama agirma untuk melakukan sebuah perubahan kepada sesuatu yang baru dengan cara kekerasan luiotence\
anaksi-aksi
yang ekstrem tanpa mempertimbangkannilai-.ff"f V*g
telah ada.2 Se[ingga pada tontet
ini makna normatif Islam seakanterkikis
oleh prilaku menyimpang penganutnya'pelabelan Islam dengan kata radikal mendatangkan pro dan kontra,3 baik dari kalangan Islam maupun
Oi;
trrur kalangan Islam, sehingga terdapat banyak istilah dalanipenyebutan Isiam pada konteks*-a*l
ini. Istilah yang dimunculkan para ahli dalam menyorot ekspresilslam berhaluan radikal, paling tidak terdapat empat nama" tetapi beberapa istilahitu
masihmemiliki
kemiripan makna dengan radikalisme danterorisme.
Pertamqfundamentalisme,MartinRiesebrodtdalambukunya..Fzndamentalism
andthe Resuryence of Religion" menggunakan katafundamentalisme dalammenyorot
sikap dan pril-aku t
"io-po=t
-ury*ukut
yang menggunakan tindak kekerasan dalam
menyalurkanpemikirandanaspirasinya,tanpamempertimbangkanaspekrealitasyang
mengiarinya. Artinya kelo*po^t
rn*y.tutut
seperti ini, hanyamenggunakan teks agamaupu"uauni, tanpa dibarengi dengan
p"'uf
itun
yang
logis
dalam
menjawabpermasalahan yang tarjadi.
6.-Lii,
j"ga
halnyaoliver
Roy.dalamkaryanya"The
iarlure of potiifcal trtim-juga
mengg,nakan kata fundamentalisme untuk mencermatiIslam berhaluan keras. p"r,aluput
yio!
ta,ouiuga dikemukakan oleh Ernest Gellner'adanSamuelHuntingtonsyangjugamenggunakanistilahfundamentalismedalam
melabeli kelompok yang-berlarii te.us.
Sementaraitu,
BassamTibi
yangjuga
m"rrggrn"kan
istital
fundamentalisme, menyebutkan
istilah
tersebut
denganfundamentalismelslam(Ushiliyyahal-Isla-miyyah).DiduniaArabistilah
rAzyumardi A,./|a, Konteks Berteologi
di
Indonesia Pengalaman Islam, (Jakatta:Paranradina" 1999), h. 89.
'LihatAmienR ais,Cabawala Islam, (Bandung: Mizan' 1995)' h' 132' rKarena umumnya kata yang ,"rrudu dengan
radikal ini
-seperti "terorisme"'
..fundamentalisme", *militanismei dan "ektremisme';pada umumnya dipopulerkan oleh para pakar sosial-politik Barat, ;hingga pengaruh subjekivitasnya sulit terlepas' Lihat Riza Sihbudi' i.Dimensi Internasional
Terorisii-
tutakalan,lYamulang 6 Desember 2005) ,-h'l'2'
Zainal, tslam Radikat Datam KonteksSe/araf, 65
fudamentatisme lebih dikenal dengan nama,,al_Islalm
al_Siy&f,,karena
kelompokMuslim di
sana memahami Isram bukan sebagai keimanan","r
rirr"-
etika, tetapilcbih
sebagaiideologi poritik.6 Daram tradisi pemikiran
t"oiogi
keagrma2l,
fudamentalisme
merupakan gerakan untukmengembrlik_;i;
prilaku
dalamtutan
kehidupan umat Islam kepadaAl_eur,an
drn AI_Hadis.7 Pemakaian
kata
fundamentarisme dalam Isram adalahtidak
laziq
karenatrtesan
menyamakan ge.aasalahan yang dialami tslam oengan
risten.
pemakaiantaa
fundamentalismeini rebih metekatp-adakalangan
Kristel oitanaingtan
denganH"n,
sebab pertama kari kataini
dipakai untuk melabalei kerompok
Kristen
yangatodoks
atau menolak segala bentukaktivitas
rasionalitas.rerirroian
istilah itu
dEpasangkan kepada Islam oreh para pengamat dalam menganalisis dinamikaIsram
trnfemporer. pada umumnya mereka yanfmemberikan
istitir
aemit<ian kepada Isramtanyak berasal dari karangan Kristen.
Di
Jamping itu, istilah fundamentatisme sangat&ab
dalam lingkungan mereka untuk menyorot kelompokgaris keras yang merakukan
GErakan perlawanan terhadap sistem sosial, budaya,
a",
"p"riiit
,*."ta
yang telah
r'l'-
Kondisi ini
berrangsung di AmerikaSerikat pada
akhil
abadi0,
seoagui bentuklrlawanan
mereka ataspenafsiran
agamayang terralu longgar
oreh kalanganmionalitas
(protestan), maka munculgelkan
pembatasan interpretasi terhadap Bible.
Dalam pandangan Karen Armstrong, gerakan fundamentalisme
tidak
hanyatrdapat
pada agamalunilieg
saja, tetapi lauSrrgu fundamentarismeBudh4 Hindu
fu
bahkan KongHu
Cu. Pada intinyarurnu-r*u
menolakbutir-butir nilai
budaya fiberal, saling berperang atas nama agama (Tuhan)dan berusaha membawa hal_har
ymg
sakral ke dalam urusanpolitik
dan Negara.,
John
obert
vofl
sependapat dengan Muhammad Said ar-Asmawi,daram har
lmgelompokan
fundamentalisme,hanla
saja redaksinya
yangberbeda, al_Asmawi
Denyebutnya
d'engan.aktivispotific;t
Tuidamentanl*"
ain
,otiorol
spritualis
futdamentalisme.e Sedangkan
]ohn obert
voll
menamakannyadengan fundamen_
ulisme tradisional
dan fundamentarismeradikar..s"rurggirryu
t"arru
pendapatiri
sama menyatakan, pertama: bahwa fundamentarismeada yang
terinfiltrasi
kepadaHompok
yangmemperjua.ngkan.I{g
sebagai kekuatanpolitik,
contohnya adalah
Hompok
Islam yang merujuk pada khawarijlang
padu suat itu menghendaki hukumdagai
landasanporitik.
Kedua: fundamentalisme yung,"rirrirrou.ioreh
keinginan
uE6;
's*t'"I
P' Huntington, "The clash ofcivilization?"
,Afair,yol.72, No. 3, Summer 1993,
6
Bassam Tibi, "Isramisrq Demokrasi, and the clash of civilization,,, dalam
chaider S.
Pnualim
(ed) , Islam & rhe west, (Jakarta: pusat Bahasa dan Budaya uIN,2w3),h.
r7 TvilliamMontgmerywatt,Islamic Fundamentatxmanaiwoaiiy'r,rorao*
T.J. press
(kdstow) Ltd, 1998), h.2.rundamentalismejugaberarti
anti-pembaratan (westemisme). Lihat
Fzrur
Ralrman , klam and Modernttv,(chria{o:ry
u-.niversiw;cht";;;
press, l9g2), h.136' Terkadang fundamentalisme aiartit<.n seuaia; radftalisnre
dan
*oi".
Ei*u"*-
g.,-akm lxlamentalisme memiliki implikasi politikyan! nrembahayakan negara-negara indusui
di Barar Uhar Kuntow ijoyo, rdentitas
potitii
u*"i
*tii,1n*ar"g,
ui,ii
tsgili.
+s.
tKaren Armstrong, Berperang
o"mi iuion,
terl. sutrisnowah;;o dkh
(JakartaMung:
eMuhammad Kerjasama Serambi dengan itizan, 200I), h. x.66
KONTE tPLASt, Volume 1 , Nonor 1 , Agustus 201 3: 63-84kembali kepada al-Qur'an dan tradisi sebagaimana yang dipraktekkan oleh
gener-i
Muslimpertama.John
Obert
Voll
mencontoh negarayang
menganut pahamfundamental-
'
tradisional adalah Arab Saudi, karenadi
.*u
tercermin dalam monarkinya'Pah
seperti
ini
selalu
dipertahankan sertaterus dikembangkan
sebagai pandanF-pandangan ideotogi, sehingg menjadi sebuah tgtuatan1o.1ial-politik'
sementara,lrlegl
y*g
-I-p*kt"[k-
fundamentalisme radikal adalah Libya, karena pahamkelod
ini
terikat pada dalam suatu oreantasi tentangtradisi
Islam, artrnyaradikaliw
I
,."-putu"
.intesis dari radikalisme yang telah ditransformasikan pada tahun 1 dengan semangat fundamentalisme Islam'Kedua, radikalisme, Horace
M
Kallenro dan IraM'
Lapidustr memilih i radikalisme ketimbang fundamentalisme, mereka berpendapat bahwa radikal a suatu gerakan yang diiakukan oleh kelompok tertentu untuk mengganti tatanansudah-ada de.rga., t<eyatiranyang mereka anggap benar (menarik-narikajaran a1
a.ng*.itup
elosional
yangmenjurus keras dan anarkis. Lebih tegas lagidiungl
bahwaradikalisme ini
a"putamrutpadadua
lapis; pertama, kekerasan dan maniuntukmembenarkanradikalismedenganmengutipdoktrin-doktrinlslam
sehingga
logis
kekerasan dapatmuncul
karena interpretasi secaraliteral
Islam. Kedua, penggunaan kekerasan sudah dapat dipastikan bertolak belakang nilai-nilai Islam.t2
Radikalisme Islam, secara bahasa radikalisme berawal dari kata radikal
berasal
dari
kata ..radic" mempunyaiarti
perubahan secara mendasar danpriri
Dapat dipahami radikal adalatr-sebuahtingkah
laku yang menjurus keras'radik*
uauun
o*rg
y*g
*"lat<ukan tindak kekerasan, sedangkan radikalisme adalahsifrEsr
vung
t"rluhi;
iari-radikal. Menurut Sartono Kartodirjo seorang sejarawanmenyebtfu
i"rriuf.oi*
kata'.radikal"
sering digunakan sebagaiindikator
sikap penolakan"orr
ierhadap seluruh kondisi yang adad"t
g*
menggunakan simbol agama'13Menurut Jhon Esposito ideologi Islam radikal atau dengan istilah
lainnya'Idr
Revivalis"memiliki
kecendrungan sebagai berikrot pertama'kelompok-kelompok-berpendapat bahwa Islam adalah sebuah pandangan hidup yang komplehe-nsif
dr
bersifat total, sehingga Islam tidak bisa dipisahkan dari kehidupanpolitik,
hukumdl
masyarakat, kedua-,Mereka sering menganggap bahwaideologi
masyarakatBd
rolihat Horace. M. Kallen, *RadicalisnL" dalam Edwin R.A. seligman,EncyclopdtuJ
The Social sciences, vol.
XII-XIV
(New York: The Macmillan compally, 1972),h' 5 l -54'DaF
juga ditemukan pada Huff, "The challenge of Fundamentalism for InterreligiousDialogr"
cross current(Spring-summer,2002). Diakses darihtF://www.frndarticles'com/cl0/mzlfi
2000-Sprine-sumner/63 300895/DrinUhtuL
n Dapat aiUf,ot
t. t"f$iail,
ftlamic
Political Movement: Pattems ofHistoril
change"dalarnEdmundBurkeltrdanha-M.Lapidus(ed),Islaz,
Politics,andsocialMovm'
(Berkeley: University of CaliforniaPress, 1988)' h' 3'
r2AzyumardiAzra,*R"riri*ltttalnpot'ltitaanlslamKultural Indonesia"'
dalarLJrorl
Indo-Islamika, Vol. l, Nomor 2,2012,h'240'
r3Dapat ditinjau dalam beberapa karyanya seperti: Sart919
K,alodirdjo'
ProtegZainal,lslam RadikalDalam Konfeks
Selbmh
67yang sekuler dan cendrung materialistis harus ditolak. Masyarakat Muslim tidak mampu rrembangun masyarakat beragama ideal yang sesuai jalan lurus, malah mengikuti cara
pandang Barat yang sekuler dan materialistis. Ketiga, Mereka cenderung mengajak per,gikunrya untuk kembali kepada Islam sebagai sebuah usaha untukperubahan sosial.
Perubahan harus
merujuk al-Qur'an
danHadist
sepenuhnya. Keempat, Peradaban dan peraturan yang dari Baratharus ditolak karena ideologinyajauh menyimpang dariIslam dan sebagai gantinya masyarakat
Muslim
harus menegakkanhukum
Islam sebagai satu-satunya sumberhukum yang diterima. Kelima,Mengagungkan kejayaan Islam di masa lalu, dan keenam,Mereka berkeyakinan bahwa upaya-upaya Islamisasipada masymakat Muslim tidak akan berhasil tanpa menegakkan aspek
perorganis5im
atau pun pembentukan sebuah kelompok yang kuat.Kemudian pendapat lain menyebutkan
kriteria
Islamradikal
adalahmemiliki
eryatkategoi,pertama,Mqwyaikeyakinanideologtinggidanfanatikyangmereka
perjuangkan untuk menggantikan tatanan
nilai
dan sistern yang sedang berlangsung, kedua, Dalam kegiatanny4 mereka seringkali menggunakan aksi-aksi yang keras, bahkan tidak menutup kemrmgkinan kasar terhadap kegiatan kelompok lain yangrlinilai
bertentangan dengan keyakinan mereka.
Ketiga,
Secarasosio-kultural
dansosio-religius, kelompokradikal mempunyai ikatan kelompok yang kuat dan menampilkan
ciri-ciri
penampilan daxi ritualyangthas
Keempar, Kelompok Islam radikal seringkali bergerak secarabergerilya
walaupun banyakjuga yang
bergerak secaraterang-terangan.la
MenurutArmahedi Mahzar akar radikalisme didorong oleh tiga hal: pertama, kesombongan
intelektual
denganmemutlakkan
kebenaranpandangan sendiri
(absolutism), kedua,kesombongmsosial berupa sikap tertutup dan tidak mau berdialog dengan pihak
lun
(eksklusivisme), dar ketiga, kesombongan emosional berupa sikap yang fanatik pada pandangan sendiri (fanatisme). Kenyataan yang ditangkap bahwakekerasan yang menjurus radikal adalah ekspersi Islam eksklusivisme yang tidak mampu menerima perbedaan yang ada- Hal ini cukup beralasan apabila berkaca pada kejadian yang mengatasnamakan Islam seperti kasus-kasus kekerasan, pada
hal
Islamtidak
seperti yang mereka pahami.t5
Berpijak pada penjelasan di atas, sesungguhnya penyebutan Islam dengan istilah
'Islam
radikal" tidak lain merupakan sebuah kesatuan dari berbagai fenomena sosial dan keagamaan kelompok-kelompokMuslim
yang sedemikian kompleks, sehingga pemakaian kata ini hanya ditujukan sebuatrtitik tolakQtoint
ofdeparture)ketimbang
sebagai sebuah
penjulukan,
pelabelanyang
mapandan tidak
berubah terhadapfenomena tersebu! karena penyebutan label demikian tidak sepenuhnya menampilkan keberagaman gerakan-gerakan tersebut,
di
sampingia
hanya bagian
diskursuskehidupan sosial
politik
dan keagamaan konternporer 16taAdian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat
Dalan
Studi Islam di Perguruan Tinggt,(Jakarta: Gema Insan Press, 2 W6'),h. 243 .
15
Olivier
Roy, TheFailure
ofPolitical Islam,
trans. CarolVolk
(Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press, I 994), h. 12 daDT 5.t6Jarnhari dan Jajang Jahroni (Penyunting), Gerakan Salafi Radikal
di
Indonesia,2-68
KONTEHPI/.S[ Volume 1 , Nomor 1 , Agustus 2013: 6*84r,Ketiga, istilah berikutnya adalah
"militan",
seperti yang dikemukakan olehG
H.
Jansen dalambukunya"Militant Islam",
begitu denganAdam
Schwarz melaluikaryanya"A
Nationin
Waiting: IndonesiaSearchfor Stability",
ketika mencermati gerakan Islam yang diekspresikan oleh organisasiDDII
danKISDI.
Argumen yang dikemukakan oleh masing-masing ini adalah: organisasi demikian sangat kaku dalam menafsirkan hukum, bersikap anti- Barat beserta bagiannya, dan merasa tidak senangterhadap etnis China, dan umat
Kristen.
Selain
Jansen,Lee Kuan yew juga
menggunakan militan, ketika mengamati kelompok "ekstrem". I 8
Sementara itu Yusuf Qardhawi cukup hati-hati dalam menyebut kelompok
Muslim
yang peduli terhadap agamanya, sebagai bentuk sikap ekstrem. Ia memberikan analisis, bahwa seseorang yang kuat pendidikan agamanya, dan dibesarkan dalam lingkungan
yang kuat berpegang pada agama, niscaya perasaannya menjadi amat peka setiap
kali
melihat pelanggaran atau pengabaian yang bagaimanapun terhadap agama. Ia akan
merasa heran bila melihat seorang Muslim tidak pernah mendirikan shalat malam atau
puasa sunah
di
siang harinya. Oleh sebabitu tidak
cocok label ekstrem dilekatkan terhadap Muslim seperti ini.teDi
sini Yusuf Qardhawi menekankan pada dua sisi tentang pelabelan ekstremini, pertama, sebutan ekstrem tidak bisa diberikan kepada seseorang yang mengimani agamanya
yang
benar, dantidak kompromi
terhadap segalabentuk
kebatilan.sesungguhnya kadar keberagamaan seseorang dan keberagamaan lingkungan yang
ia
hidup
di
dalamnya,ditinjau dari sudut
kekuatan dan kelemahannya, sangat mempengaruhi dalam menetapkan penilaian atas orang lain, sebagai ekshem, moderat,ataupun menyia-nyiakan, dan "menggampangkan"
agama.Kedua,
tidak
adil
memberikan label ekstrem kepada orang yang memilih salah satu pendapat
di
antara pendapat-pendapatfiqih
yang agak keras (ketat), selama ia percaya bahwaitu
lebihbenar dan lebih baik. Mencermati pandangan Yusuf Qardhawi di atas, cukup kelihatan
ia cendrung membela kelompok yang berprinsip kebenaran hanya berada kelompok Muslim yang merujuk kepada model Islam pada periode salaf dan membatasi interaksi
pemikiran Islam dengan periode kontemporer, sehingga dapat diketahui bahwa Islam yang diidolakan adalah Islam yang tertutup dari perkembangan dan kemajuan pemikiran. Dalam hal
ini,
Yusuf Qardhawi menjelaskanciri-ciri
ekstrem sebagai berikut: pertama, fanatik pada suatu pendapat dantidak
mengakui pendapat-pendapat lain.Sikap seperti ini merupakan cerminan dari fanatisme yang keterlaluan sehingga tidak ada ruang kompromi, yang menyebabkan tidak ada yang benar kecuali dirinya sendiri. Fanatisme seperti sangat dicela, yang hanya mengakui
dirinya
sendiri berada padapihak yang benar, sementara menafikan dan menolak orang lain. Kedua,mewajibkan
diri
sendiri dan orang lain pada sesuatu yang tidak diwajibkanAllah.
Kelompokini
adalah orang yang
memiliki
paham memberatkandiri
sendiri dandiri
orang di tengahketidakmamprnnnya mengerjakan sesuatu itu, pada hal di dalamnya telah diberikan kemudahan untuk mengerjakannya. Ketiga,memperberat yang tidak pada tempatnya. Maksudnya di sini adalah meletakkan sesuatu pada proporsi yang tidak sesuai dengan
tempat dan zamannya; seperti melakukannya
di
suatu negara yang bukan Islam dantTAzyrmardi Azra, Pergolakan Politik
Islam
Dari
Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme, (Jakarta: Paramadina 1996)t8 Azyumardi Azra, Kontelcs
Taiaal,lslamRadil<alDalamlbnteksSejarah 69
bukan negara asal Islam; atau atas kaum yang baru memeluk agama Islam atau orang yang baru bertaubat. Keempat, sikap kasar dan keras. Dalam hal
ini
tercermin dalam perkataan dalam berkomunikasi serta berdakwah, dan bersikap intoleransi terhadapsesama dan antara sesama umat beragama. Kelima, buruk sangka terhadap manusia.
Artinya di sini
adalah dalam memandang oranglain digunakan'tacamata hitam",
menyembunyikan kebaikan mereka sementara membesar-besarkan keburukan mereka. Keenam, terjerumus
ke
dalamjr.aog
pengkafiran.Kondisi
ini
adalah puncak daribeberapa
ciri-ciri
ekstrem yang telah disebutkandi
atas, ssfoingga hak kehormatan orang lain,jiwa
dan hada oranglain
sudah halal untuk dirampas dan diperlakukandengan keras.2o
Keempat,
istilah "revivalis",
Fazlur Rahman2r dan JhonL.
Esposito22 adalahorang yang cendrung melabelkan kelompok Islam yang beraliran keras dengan
istilah
*Islam
Revivalis".
Halini
ditandaidengan pandangan hidup yang komprehensif dan bersifat total, artinya tidak ada pemisahan Islam dari kehidupan
politik,
hukum, dan masyarakat. Tandaberikutnya
adalah semuayang terkait
dengan pengaruhlokal
maupun yang terkait dengan global (Barat)ts harus ditolalq karena hal
ini
dianggapsebagai pengikis kemumianlslam.za
A*ikatalslamhanya
dikembalikan seperti yangterpraktekkan pada zaman Nabi dan Sahabat dulu.25 Seterusnya ditandai dengan sikap pengagungan kejayaan Islam pada masa lalu ranpa memperhatikan kondisi sekarang.
reYusuf
Qardhawi, Membedah Islam "Ekstem", Terj.
Alwi
A-M, cet.IX
(Bandung:Miru\2001),h.23.
20
Yusuf Qardhavti, Membedah Islam " Ekstrem", h.
2945.
2rFazlurrahman memberi istilah gerakan radikalisme Islam dengan sebutan gerakan neorevivalisme atau neofundamentalisme, sebuah gerakan yang yang mempunyai semangat anti Barat. Lebih lanjut lihat Fazlurrahman,Islam dan Modernitas: Tantangan Transformasi
Intelekual, (Bandung: Pustaka, 199 5),h. 162.
22John L. Esposito, Islamic Threat, Myth or Realifl?, (New York and Oxford: Oxford
University Press, 1992), h. 69.
tsBarat dalam konteks
ini
dianggap oleh sebagian kalangan Muslim yang paling bertanggung jawab atas marjinalisasi BangsaTimur
dengan ide sekularismenya yang berdampak pada dekadensi moral Bangsa Timur, pandanganini
sepenuhnya menyatakan penolakan total terhadap Barat seperti yang ditunjukkan oleh SayyidQ[tb.
Lebih lanjut lihatIbrahim M. AbiRabl',Intellectual
Aigin
of Islamic Resurgence in the Modern Arab World, (NewYork: State Univenity ofNewYorkPress, 1995), h.93-l3T.Informasi inijugadikemukakan oleh MusaAsh' afi , Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Al-qur'ail, (Yogyakarta: LESFI,1992),h.95.
2a Barat dalam konteks
ini
dianggap oleh sebagian kalangan Muslim yang paling bertanggung jawab atas marjinalisasi BangsaTimur
dengan ide sekularismenya yang berdampak pada dekadensi moral Bangsa Timur, pandanganini
sepenuhnya menyatakan penolakan total terhadap Barat seperti yang ditunjukkan oleh SayfdQ[tb.
Lebih lanjut lihatIbrahlm M. AbuFtabl' , Intellectual
Oigin
of hlamic Resurgence in the Modern Arab World,{NewYork State University ofNewYorkPress, 1996),h.93-l3T.Informasi inijugadikemukakan oleh M[saAsh' afr, Manusia Pembentuk Kehtdayaan Dalam Al-qur'an, (Yogyakarta: LESFI,
t992),h.9s.
sHasan al-Banna menyebut ajaran kelompoknya (al-Ikhwan al-Muslimun) dengan
10
KONTEIIPLASL, Voturne 1, Nomor 1, Agustus 2013: 63-84oleh karena itu dalampembahasan ini peneliti menggunakan istilah Islamradikal dalam menelusuri genealogi, pemikiran, dan gerakan ormas Islam yang diduga beraliran keras. Radikal dalam konteks
ini,
tidak hanya sebatas kekerasan dalam bentukfisik'
sepertipenyerangan,p"r*ukun,pemukulan,danlainsebagainya'tetapikekerasandi
sini juga dimasukan dalambentuk simbolik yang terinfiltrasi dalam agitasi, provokasi' dan bahasa
yang
menaruh kebencian' Kenyataannya kekerasanitu
secara umumberawaldariungkap.,,,,,gkupu,yangmenyudutkankelompoklainnya.Artinyadalam
pembahasan ini, ,adit ai fang aipukui udurih radikal yang telah diturunkan frekuensinya. 't
t".tip,rn
terlihattiaat
terlotret
dalam bentuk gerakan adufisik,
tetapi pernyataanyung t"fun U"mada kebencian juga dianggap radikal dalam kajian
ini'
ISLAM RADIKAL:
FENOMENA SOSIAL,
EKONOMI, DAN
POLITIK
pada uraian
berikut
ini
akan mempertegas bahwa Islamradikal
dipengaruhi oleh persoalan sosial. Menjelaskan akar kemunculan radikalisme Islam kontemporerdalamberbagaiduniaMuslim,terdapatbeberapadimensi.John-L.Espositodalam
tulisannya ,,Religion and Global
,l.6orr"
-".ry"b,rtk*
bahl1
"kebangkitan global agama tidak hanya bersifat religious-,-tapi juga klbangunan sosial, danpolitik,
sehinggaditemukan.euitalisusia;;r"";i
ru.pinj."uagai
sumberpembebasan, juga sekaligussebagai ekstremisme keferasan. Pada
kontekslni
fenomena sosial cukup memberikan pengaruh kemunculan Islam radikal'MenurutJohnL.Espositokebangkitanagamajugacerminanpencarianidentitas, otentisitas, dan komunitas, serta kebulatan tekad untuk mewujudkan makna dan tatanan dalam kehidupan pribadi da,, musya.ukat. Separrjarrg sejarah,
..politik agama@oliticized
,"tigionl
telah melahirkan konstruk-konstruk budaya danhukum yang
cendrungmenciptakan batas sektarianisme dan komunalisme. Misalnya, konsep ahl al'zimmah
(non-muslimyangberdiamdidalammasyarakatMuslim),daral-Islam(wi|ayahyang
dikuasai oleh negara Muslim) , dar
al-ftari(wilayah
perang),jihad
Qterang keagamaan), dan seterusnya. Berdasarkan pengkotakan masyarakat, wilayah, dan egoisme kelompokv*g
-*iuii
penyebab timuutnya tesenjangan sosial di tengah masyarakat heterogen. Kelompok yang merasa terasing dari komunitas yang mendominasi' merasa terancamaneksistensinya dalam perubahan sosial'
Kemudian
eoiuy
S Sayyid dalam studinyamenyatakan faktor-faktoryang dapat menjelaskan fenomena radikalisme Islam antaralain
pertama, kegagalan para elitenasionalis sekuler. Artinya para elite tidak mampu memenuhi aspirasi masyarakat melalui konfirmitas dengan
.oaemltus
dan Barat, yang terlanjur meremehkan masyarakatterbelakang, set
irggu
menimbulkan reaksidari
kalangankelompok Muslim
atasgagalnyabeberapa tawaran para
elit
sekuleritu'
Kedua,ketiadaanpartisipasipolitik.Radikalismeataudisebutjuga
fundamentalir*",i,rgu JiretuUtan oi"trteiiadaan partisipasi publik dalamproses
politik'
Akibat keterasingan"ini mereka melarikan diri dan mencari sandaran aktivisme berupapolitisasi atas sebagai satu-satunya sarana ekspresi
politik
dan memanfaatkan jargon atau idiom keagamaan dalam prosespolitik'
kehidupanorang-orangsalehterdahulu.LihatBahtiarEfendydanHendroPrasetyo'
Zainal, lslam Radikal Dalam Konteks
Selarah
7t
Ketiga, krisis
di
kalangan borjuiskecil
atau borjuis rendahan. MenurutNikki
Kiddie
dan Gilsenan, realita pascakolonialdi
sejumlah negara hanya merupakankesinambungan dari dominasi kekuasaan para elite kelas atas, dan para borjuis rendahan
tetap saja dalam peranan yang marginal.
Krisis di
kalangan borjuis rendahaninilah
yang melahirkan sikap radikal.
Keempat, adanya kelimpahan kekayaan dan kesenjangan atau ketidak-merataan pembangunan ekonomi. Radikalisme atau Fundamentalisme Islam
juga
merupakanssbuah reaksi terhadap konsekuensi pertumbuhan ekonomi yang cepat yang
diikuti
oleh porak-porandanya pola atau struktur kehidupan tradisional dan ketidak-pastian,
yang
mendorong masyarakatuntuk
menegaskankembali
pandangan kehidupantradisional mereka.
Kelima, efek atau akibat dari erosi kebudayaan. Integrasi Muslim dengan sistem kapitalisme
duni4
yang didominasi oleh Barat, mengarahkan mereka ke pemerkuatanidentitasnya sebagai Muslim. Artinya hal ini merupakan tanggapan yang alamiah terhadap
pelibatan (inclusion) kaum Muslim dalam sistem dunia yang dikendalikan Barat?6
Berikut penjelasan
Juergensmeyerdalam menelusuri akar kemunculan
radikalisme keagafin:rn, di mana ia lebih memilih dengan penyebutan sebagai fenomena
nasionalisme religius, walaupun dipahami dalam konteks kekecewaan terhadry realitas Negara nasionalis sekuler yang ditengarai telah gagal dalam memberikan ruang yang memadai untuk pemnan agama di dalamnya. Dalam pandangan Juergensmeyer, selama
ini rezim-rezim yang berkuasa sering menjauhkan agama dari politik yang diiringi dengan kepicikan para
elite
sekuler dalam memanipulasi simbol-simbol keagamaanuntuk
kepentingan
politiknya,
sehingga dengankondisi
sepertiini,
semakin meletupkan kejengkelan kalanganaktivis Islam,
makamuncul
keinginanuntuk
meruntuhkan kekuasaan yang didominasi kaum nasionalis sekuler.2TSementara
itu,
menurut BassamTibi
menjelaskan radikalismeIslam
dalam spectrum yang lebih luas. Ia menyatakan bahwa radikalisme Islam merupakan persoalanyang berhubungan dengan globalisasi dan fragmentasi. Seperti diketahui, globalisasi
yang
menembus segalabidang: ekonomi,
sosial, budaya,dan
sebagainya, telahmengakibatkan terciptanya "penyempitan
bumi",
namun demikian ia ternyatatidak
serta
merta disertai
dengan kemampuannyauntuk menciptakan
suatu kesatuanpandangan (yang bersifat
kultural)
dalamdirinya
sendiri. Pada akhirnya dunia yangterglobalisasi tidak dengan sendirinya merupakan dunia yang lebih fragmentasi. Asumsi bahwa globalisasi dan fragmentasi bakal mengakibatkan suasrura kacau-balau dan serba tidak menentu inilah yang oleh kalangan radikalisme dianggap sebagai anearnan. Seterusnya mereka lebih memilih bersikap menyempal dan melakukan "pemberontakan
melawan Barat.28
26Bobby
S. Sayyid, Frzz damental Fear: Eurocentrism and the Em*gence oflslamism, (Iondon & NewYork Zed Books, 1997),h. 19-22.
27Mark Juergen smeyer, Menentang Negara Sehtler: Kebangkitan Global Nasionalisme Religius, (Bandung: Mizan, 1998), h. 175-176. Pendapat yang samajuga dapat ditemui dalam Nazih
N.
Ayubi, Political Islam: Religion and Politics in the Arab world, (London & New York Routledgg 199 l), h. 50-5l.
2sBassam Tibi
, Ancaman Fundamentalisme, (Yogyakata: Tiara Wacana 2000), h.
72
KONTEHPLASI, Volume 1 , Nonar 1 , Agustus 201 3: 63-84Dalamtinjauan deprivasi sosial, juga ikutmelatarbelakangikelahiran radikalisme Islam, dalam bahasa Saad Eddin Ibrahim, militansi Islam, seperti yang diungkapkan oleh
Bobby
S. Sayyid dan SaadEddin
Ibrahim, bahwafaktor
yang memunculkanradikalisme Islam
juga
disebabkan oleh deprivasi sosial. Menurut Ted Robert Gurr bahwa persepsi merasatertinggal
(senseof
deprivation),
dapatmenimbulkan
radikalisme, karena di tengah persaingan yang ketat serta dibutuhkan kompetensi yang memadai dalam memperoleh status dan materi, menyebabkan ada sebagian kelompok
yang merasakan kesenjangan dan ketidakadilan.2e
David F Aberle dalam mencermati deprivasi serius bagi individu dan masyarakat tertentu dapat ditemukan pada referensi mereka sebagai berikut: pertqma, persepsi
atas keadaan/kondisi masa lampau dibandingkan keadaan/
kondisi
masa sekarang. Kedua,persepsi atas keadaan/kondisi masa sekarang dibandingkan dengan keadanJkondisi masa mendata ng. Ketiga,persepsi atas keadaan/kondisi suatu pihak di saat
ini
dibandingkan dengan keadaan/kondisi pihak lain masa kini.3o
Pada tataran
ini,
setiap kelompok atau orang-orang yang terdeprivasirelatif
yang bersifat berat dan terjadi secara merata, maka keadaan itu merupakan prakondisibagi lahimya gerakan protes
kolektifuntuk
mengubah keadaan. Konteks kemunculandeprivasi sosial sangatbervariasi, yang sangatdalambeberapakasus mungkindimotivasi
olih
faktor berupa kesenjangan keadaan ekonomi atau bersifat material maupunpolitilg
tetapi dalam kasus lainnyq faktor-faktor tersebut sangat mungkin kurang penting apabiladibandingkan dengan ancaman terhadap kepercayaan atau status sosial.
Artinya
radikalisme Islam dalam konteksini
disebabkan olehfaktor-faktor
prakondisi dan pemicu.Faltor
prakondisian disebut penyebab tidak langsung ataufaktilr
ekstemal,ieperti
ekonomi,
militer,
dan globalisasi,
sedangkanfaktor pemicunya
adalahketidakadilan hukum, sosial, ekonomi, dan tuna kuasa.
Faktor
politik
dalam artian proses memperoleh kekuasaan cendrung menjadipemicu kemunculan radikalisme dalam Islam. Dicermati dengan seksama, sebanamya
politik merupakan beberapa persoalan yang terkait dengan berbagai bidang kenegaraan, seperti menyangkut proses menenttrkan tujuan, merealisasikan tujuan, dan pengambilan
keputusan. Dalam rangka melaksanakan tujuan mesti ditentukan kebijakan-kebijakan
umnm (public policies) yang terkait dengan pengaturan dan
pembagian(distibution)
atau alokasi
(alocation)
dari sumber-sumber yang ada dalam proses melaksanakantujuan
Dalam kasus Indonesia, setelah rezim Orde Baru runtuh kepentingan
politik
semakin beragam. Kecendrungan yang muncul adalah
memanfaatkan alasankebebasan, demokrasi, serta istilah laimrya untuk mengeksperiskan ide dan pemikiran
menurut cara masing-masing. Dampaknya kesadaran hidup dalam keberagaman mulai
terlupakan, menjaga keamanan dan ketertiban umum sudah dianggap tidak penting,
diperparah lagi proses demokrasi yang cukup longgar yang tidak didukung ketahanan
negara.
2eTed Robert Gvrr,lThy Men Rebel, (Ytnceton, New Jersey: Princeton University Press,
1970),h.2+29.
Zaina| lstam Radikat Dalam KonfeksSeT'arah 73
Dalam
sejarah perjalananIslam, dari
empat orang sahabat (al-Khulafa
at-Rashidfn) yang melanjutkan tugas Nabi, pada masaAlibinAbi ralib
(memerintah36-4l
Hl
656-661M)
tercatat yang mengalami persoalanyang *akut',
(perangber-kepanjangan
yang dikenal
denganistilah
al-fi1nah al-kubra- berlangsung selamapemerintahanya), sehingga pada masa
ini
banyak terdapat fakta
sejarah yangmenghubungkan akarkemunculan radikalisme dalam Islam. Secara umum para peneliti
menyebut bibit radikal berawal dari peristiwa perang S
{iffin,,antaraAli binAbi
Talib denganMu'awiyah bin
Abi
Syofyan" yang berunjung
denganarbitrase,
yangdimenangkan oleh pihak
Mu'awiyah,
sehingga sebagian pihak yang menaumngei
menaruh rasa kecewa atas keputusan
Ali
menerima perundingan damai kelompokpembrontak. Sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk keluar dari
barisanAli
dengan mengusung sikap ekstrem. MenurutAzra3t keputusan
Ali
menerima tawaran perdamaian yang diajukan pihakMua'wiyah
mengakibatkan munculnya radikalisme dalam Islam. Kelompok yang memilih keluar dari barisanAli
ini hingga sekarang disebutdengan istilah "khawarij
" atau'kharij
i'
yang keluar. 32Setelah dicermati akar historisnya, ternyata kemunculan radikal dari kalangan
khawarij
ini
didorong oleh kepentinganpolitik
ketimbang persoalan pemahaman keagamaan. Dalam rangka melegalkan tujuanpolitik
tersebut harusberpijak
padapemahaman keagamaan (seperti pemahaman terhadap beberapa ayat)33
,""*u
sempit, sehingga harus dipahami dan dilaksanakan sebagaimana yang tertulis. pada hal ayattersebut masih ada ruang untuk dipahami secara luas yang tidak mudah menggolongkan
seseorang pada kelompok yang salah apalagi kafir.
Pertanyaan
berikutnya
kenapakelompok Islam Baru
ini
menentangIslam
mainstream yang ada, apakah ada dipengaruh runtuhnya rezim otoriter seperti teori yang dikemukakan oleh Mark R woodward bahwa pemerintahan yang otoriter akan menimbulkan sikap radikal. Teori demikian bertolak belakang dengan Sidney Jones,
bahwaradikalisme agamatidakmemandang wilayah apakah pemerirrtahanya menganut
sistem demokratis atau otoriter,
ia
cendrung tumbuh yang dipengaruhi oleh
fundamentalisme agama. Dengan alasan mengaplikasikan dari kebebasan berekspresi3 tAzyumardi Aza,
Konteks,h. 09.
32Peristiwaini te{adi setelahpihakAli menerimapenyelesaianperang dengan Mu'awiyah pada bulan Safar 37 H melalui tahlkimyang berlangsung di Dumatul iandal pada bulan Sha,ban 37 H, sedangkan menurut kelompok ini, Mu'awiyah bersama pengikutnya harus ditumpas habis sampai keakar-akarnya. Lihat Muhammad Jamaluddin sunn,
al-Ilaya
al-siasatfi al_ Dawlah al-Islamiyah, (Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, cet.y, 1975),h. 7g. Lebih jelas peristiwakeluarnya khawarij dari barisan
Ali
serta pedebatan seputarnya dapat dilihatkarya
Al_Syahrustani, a l-Milal wa al-NihaL (Beirut Dar al-Fikr, t.t), h. I 15. Dapat juga ditemukan panlang lebar dalamAmir al-Najjar,l liran Khowarij, Mengungkap A*ar
pirsitiinan
Lrmat,,,-tei.
{.
Sholihin danAfi f Muhammad, (Jakarta: Lenter4 cet.
I,
lg94),h. 7 -3g.33Diantaranya surat al-Hujurat
(49)
ayat9
yang menyebutkan pertikaian serta polapenyelesainy4 sebagai kontrasnya mereka menggunakan surat al-Anfal (8) ayat3g4}sebagai
dasar menyatakan
kafir
suafu kelompok manakala dia berhenti memerangi o.ungyuig
mendurhakai Allah. Dan lebih keras lagi mereka menggunakan surat al-Maidah (21
uyxii
yarigmenyatakan siapa yang tidak menghukum sesuai dalam al_qur'an (yang terhrlis) maka
*eretl
74
KOi{TEilPl'4S[,Wume 1,Noaar1, Agustus 2013: 63-84diri di tengah kebebasan yang
dimiliki,
menjadikan radikalisme dapat mengakar dalam kehidupan masyarakat.Menurut Fukuyama seperti yang
dikutip
Azra, di sinilah terletak relevansi salah satu argumen pokok lain yang secara implicit,bahwa radikalisme di kalanganMuslim
-yang muncul
dalam bentuk"al-harakah al-Islamiyyalz"
misalnya"pada dasarnya merupakanreaksi terhadapmodernisasi. Modernisasi " dengan ideologi "modernism""
bagi
sementara kalanganMuslim
merupakan salah satubentuk "imperialism
culturaf'.
KalanganMuslim melihat
modernisasi dan modernism yangmuncul di
banyak kawasan dunia
Muslim
sejak akhir abad ke-18 melalui ekspansimiliter
dan penetrasi budaya Eropa merupakan"proyek"
Barat, tidak hanya untuk memaksakan peradaban mereka terhadapdunia
Muslim, tetapi
bahkanlebih
jauh
lagi untuk
menyingkirkan pengaruh Islam dari pelbagai aspek kehidupan, karena modemisasi hanya akan menghasilkan sekularisasi dan sekularisme.st
ISLAM RADIKAL:
FENOMENA TEOLOGI
Dalam mencermati fenomena radikalisme,
tidak
memadaikalau
hanya menekankan pada aspek pelakunya, tanpamengkaji
keyakinanyang
mendorong perbuatan pelakunya. Artinya" walaupun pelaku radikalisme dapat ditangkap, bahkan dibunuh, tetapi kalau keyakinannya masih berkembang, maka ia terus berkesinarnbungan sepanjangwaktu
denganpelaku yang
berbeda.Demikian juga halnya
denganpergerakan radikalisme Islam di Indonesia, meskipun para pelaku kekerasan (terorisme)
telah ditangkap, bahkan terbunuh, seperti: Dr. Azhari, Noordin M. Top, Imam Samudrq
Ali
Gufran, lantas tidak adajaminan kesinambungan radikalisme Islam akan terhenti. Kalau dicontohkan seperti tanaman, ia bagaikan patah tumbuh, hilang berganti.Menurut Azyumardi
Azra,
akar persoalan radikalisme Islam adalah berawaldari pemahaman sepotong-potong dan ad hoc terhadap ayat-ayat al-Qur'an, sehingga pemahaman, penafsiran seperti
itu
hampirtidak
memberikan ruang akomodasi dankompromi
dengankelompok-kelompok
Muslim lain
yang umumnya
moderat (mainstream).35 Contoh penafsiran yang sepotong-potong dapat ditemukan dalarn buku"Al-Adhwa'
'alaMa
Waqa'afl al-JihaA min Akh1a" yang disampaikan oleh Jama'ah Islamiyah Mesir, seperti: Shaikh Najih lbrahim, bahwa penafsiran terhadap jihad seringkeliru, karena hanya didorong oleh emosional yang tinggi tanpa mempertimbangkan
aspek sosial,
politih
dan lain sebagainya. Lebih tegas lagi, radikalisme Islam ini menurutAzra,
juga
bersumber
dari
bacaan yang salah terhadap sejarah
Islam
yang
dikombinasikan dengan idealisasi berlebihan terhadap Islam masa tertentu.
Pada konteks ini, pemahaman yang sempit terhadap agamq cendrung mengalarni kekakuan, dan berpotensi salah. Apalagi, pemahaman tersebut tidak dibicarakan secara terbuka. Harus diakui, bahwa
faktor
sentimen keagamaan,di
antaranya solidaritasraAzyumardiAzra" Sebuah Pengantar dalam
Tariq Ramadhan,Menjadi Modern benona Islam: Islam, Barat dan tantangan Modern ras, ( Bandung: Teraju,2003), h. xvi.
3sAryumardiAaq"AkarRadikalisnneKeagamaan: PeranAparatNegar4 PeminpinAgarna dan Guru untuk Kerukunan Urnat Beragama".
Maktlah
workshop Memperhtat Tbleransimelalui Institusi sekolah, The Habibie Center-Hanns Seidel Foundation, Bogor, l4-15 Mei
Zaiml,IslamRadikalDalanl$ntekSejarah 75
keagamaan yang tertindas oleh kekuatan tertentu, atau
juga
disebut denganfaktor
emosi keagamaan yang disebabkan oleh pemahaman realitas yang sifatnya
interpretatif
yang dicampuri oleh sifat nisbi dan subjektif.
Sementara
itu
Mark
Juergensmayer dalam bukunya uTbrorin
theMind
of
God'
menegaskan bahwa faktor pemahaman terhadap agama yang tidak tepatjuga
mengakibatkan munculnya sikap radikal. Analisisnya dijelaskan, semrur agama yang ada, apabila ia dipahami secara eksklusif dan menutup
pintu
dialog akan berujung@a
pembenaran tindakan radikaVterror. Contoh yang disampaikanMark
adalah, Sidarta Goutama, Isa al-Masih, dan Muhammad, dalam sejarah hidupnya dipenuhi dengan kisah-kisah indah tentang cinta den kemanusian, tetapi ketika agama sampaifi
tnngan pemeluknya yang paranoid dan haus kekuasaan, ajaran-ajaran agama berubahrenjadi
kekerasan atau radikal. Kecendrungan yang berkembangan adalah mengambil ayat-ayat untuk membenarkan ideologi merek4 seperti"Hidrp
Mulia atau Mati Syahid". Pernyataan-pemyataanini
dituangkan dalam buku-buku atau famplet, padaintinya
bermuatan provokasi dan menolak segala benUrk kompromi terhadap kelompok yang dianggap tidak sepaham dengan mereka Hal sarnajuga diungkapkan
olehAlwi
Shihabdalam bukunya Islam
InsHusif,
sesungguhnyapenyempit"n
terhadap ruang gerak penafsiran agama yang dilimpahkan kepada manusia, sebenarnya akan menghambatkeberagaman dalam menuju kesempurnaan. Agama pada dasamya adalah memberikan ruang yang cukup bagi penganutnya mengekspersikan
Islrm
ses .ai dengan kontekssosial yang mengitarinya.
Dalam sejaratr dan perkembangan Islam Indonesia diwarnai banyak pengalaman,
sekaligus menunjukkan Islam Indonesiatidakterlepas dari kepentingan berbagai pihalq
baik
itu
sifatnya lokal maupun itu sifatnya transnasional. Dalam konteksini
menurutsejarawan terkemuka"
M.C.
Ricklefs menggambarkan telahterjadi
transisi-transisibudaya keagamaan
di Indonesiq
yang padagilirannya ikut
memengaruhi dinamika keagamaan masyarakatdi
Indonesia.36 Pada sisi lain Azra melihat kondisiini
adalah sebuahpoket
kebangkitanIslam
yang ditandai dengan munculnya pengistilahan *modernism"dan "reformisme, tetapi kemunculan istilah tersebut
tidak
berbandinglurus dengan perkembangan pesat kelompok-kelompok
radikal
di
kalangan kaum Muslim.37 Sehinggakuat
dugaanbahwa radikalisme berpeluang tumbuh
danberkembang, seperti
yang
disebutteori
sosialklasik"sosiologi, psikologi
maupunpolitik"gerakan radikal sosial baik yang mengatas namakan agama atau murni gejala
sosial dapat dianggap sebagai suatu gerakan menyimpang (defiance).38 Beberapa
tahun belakangan ini, radikalisme, anarkisme atau kekerasan berbau agama cenderung terus
meningka! tidak
hanya antar agama"seperti Islam versus Kristen"tetapijuga
intra agama"seperti Islam garis keras (radikal) dengan lslarrr mainstream (moderat).
Gerakan radikalisme Islam seperti mendapatkan "angin segar" pasca runtuhnya
orde
Baru dan bergulirnya era reformasi. Sebagai sebuah paham, radikalisme Islamr6M.C. Ricklefs,Mystic SyrthesisinJava: A History oflslamizationfrom the Fourteenth
to the Early Nineteenth Century, (Norwalk, CT: Eastbridge, 2006)
3TAzyumardi Azra, Konteks Berteologi
di
Indonesia Pengalaman Islam, (Jakarta: Paramadina, 1999),h - 93 .38Doug McAdarn, Political Prucess and the Development of
Black Insurgency, I9
7
6
KaNfEJtPi./.St, Volume 1 , Notar 1, Agustus 2013: 6$84tidak dapatdipisahkan dari gerakan fundamentalisme ataurevivalisme, karenakeduanya merupakan gerakan keislaman yang sejiwa. Arus radikalisme Islam
ini
dibawa olehkelompok Islam radikal baik skala lokal maupun skala transnasional. Seiring dengan
itu,
RobertN. Bellah
menyebut bahwa sesungguhnya ajaran Islam terlalu modem pada zamannya sehingga sulit dipahami oleh dunia saat itu, bahkan oleh umat Islamsendiri sepeninmggal Muhammad- Sayangnya kemajuan ajaran Islam itulah yang
kini
diadopsi olehumatnon-Islam. Hasilnya: merekamajrl sedangkanumatlslamtertinggal.
Kecenderungan
ke
arahradikalisme
danmilitansi
keagamaan dapatjuga
dijelaskan sebagai implikasi dari berlangsungnya disorientasi nilai-nilai yang diakibatkan
oleh modernisasi. Perputaran modernisasi kehidupan masyarakat membawa berbagai
perubahan secara drastis, yang tidak hanya berlangsung di negeri industri maju, tetapi juga yang tengah merambah negara-negara berkembang.
ISLAM RADIKAL: DINAMIKA IGSINAMBUNGAN
SEJARAH
Asumsi awal yang dijabarkan dalam pembahasan bab
ini
adalah bahwa Islamradikal bermula dari peristiwatalgkimantara
pihakAli binAbi Tilib
denganMu'awiyah
bin
Abl
Syofran,
sehingga muncul kelompok yangtidak
menerima hasil keputusan tafukimtercebut Pihak yang tidakmenerima adalah potret orang yang kalah dan merasaterasing dari kelompok Islam mayoritas, sehingga hanya melalui kekerasan keinginan mereka dapat diwujudkan. Beranjak dari argumen ini akan ditelusuri perjalanan Islam radikal dalam tinjauan sejarah,
baik
yang terjadi kawasan Asia Tenggara,Timur
-Tengah, dan tempat lainnya, sekaligus menegaskan argumen peneliti balwa kemunculan radikalisme Islam dalam kawan drmia Muslim merupakan bagian dari ketersambungan
sejarah.
Khaled Abou
El
Fadl dalam karyanya The Great Theft: wrestling Islamfrom
the Extremisfs, membuktikan bahwa radikalisme dalam Islam adalah keberlanjutan sejarah, sekaligus menolak, bahwa radikalisme terputus dengan sejarah. Khaled melalui karyanya
ini
mencontohkan adanya keterkaitan antara paham Wahabisme denganaksi teroris yang disponsori olehjaringan terorisme internasional Al-Qaeda dan gerakan
Taliban di Afganistan. Dalam kajian
ini,
terungkap bahwa paham Wahabismetidak
hanya subur dan berkembang
di
tanah kelahirannya,tetapi
iajuga tumbuh
dan berkembang di negara-negara Muslim lain. Demikian juga halnya di Indonesia, paham Wahabisme mempunyai akar-akar yang kuat, baik dalam bentuk paham keagamaan yang bersifat massif, maupuo dalam bentuk gerakan yang dimanifestasikan dalam berbag$ai aksi kekerasan. Dalam kasusini,
dapat ditemukan bahwa pergerakanini
satu sisi
memiliki
sernangat kembali kepada ajaran Islam mumi, tetapi pada sisilain
dibarengi dengan semangat kekerasan. Model seperti ini yang menjadi persoalan, karena
kondisi
akan berkaitandeil'$in
kelangsung kehidupanyang
heterogendi
tengah perubahan sosial.l.
Ketersambungan Islam Radikal dengan
Sejarah I ,:I:..1 ,i
Ditinjaudari sejarahdanperkembanganlslampascaditinggalkanolehMuhammad,
permasalahan radikalisme terus bergulir melintasi waktu yang dilaluinya.
Dikaji
lebih dalam, temyata tercatat dalam sejarah bahwa gerakanklawarij
adalah awal radikalismet
I
T:,inal, lslam Raditcat Datam KonfeksSe,ybrah 77
i;
:=:,lr:l
tn
rh.r**:
hing-ga kontemporer,melalui
genealogi,pemikiran,
dan gerakannya yang terangkum dalam fase-fase sejarah
lslam radikal.
a- Khawarij
-
Khawarij
pada awainya merupakan kerompok yang berpihakpadaAri bin
Abi
Talib ketika terjadi perselisihan denganMu'rwiyal
uiiati
syoryan, teparnyapada priode awal Islam atau pada era pemerintahan
ktruara
aiiasyiair.
Namunketika ada kesepakatan mengakhiri
p"rtikuiu, ini
melaruipri"i
*4a*,
muncul sekelompok pengikutAli yang tidak setuju dengan keputusanini, dan akhirnya mereka
memutuskan untuk keluar dari
Ali
sekaligus melakukanp"riuru*-.
Kerompok yang keluar ini, disebut dengan istilah
Khaiarri
.Bagi merekato
"**
-"retapkan
tallkim
sudah termasuk dosa besar, karena prosesini
tidak
mengambil hukum
berdasarkan
al-eur'an. Menurut Khawarii iemerintah
efi
v*g
kemudian danMu'awiyah tidak
sah,
keduanya sudah tergolongtafu
fang
disebabkan keduanya telah berbuat dosa besar.3esemenjak itu prilaku radikalisme dalam Islam mulai muncul, yang
ditandai dengan pelabelan
kafrierhadap
golongan di luar mereka. Merekamendefinisikan
umat Islam dalam dua kategori yang sangat kaku, yaitu
m,rt*ri., iun
kafir. Dapatdipahami, dari prilaku
keugu*u*
-"."ki
seperti itu, cukup membuktikan bahwa pernahaman keagamaan merekayang ketai
berdampak puaup"rg.lompokan
masyarakat Islam yaag
lidak
pada tempahlya. pemaiaman keugumaa,, merekatidak berhenti sampai.pada pembenaran gotorgan
mereka."u"gui*rr.*in
sejati,tetapi berlanjut pada sikap terhadap golongan yang mereka kategorikan kafir, halal
darahnya untuk dibunuh atatr diperangi.
Di
samping itu, dalam memanifestasikan keyakinan mereka, didorong oreh kegigihan dan Lefanatismean berujung
pada tindakan kekerasan.
b.
Syi'ah
Radikalisme Isram tidak berakhir sampai pada gerakaniihawarij ini, ia terus
bergulir dengan subur- Estapet radikal berikutnya
artaluh syi'uh. Dalam dunia Islam,
kelompok
Syi'ah
yaag paling besar-AIwi
shihab membagi kerompok
Muslim
pada waktuitu
dengan figa bagian: pertamaKhawarij,
kedua Syi,ah dan ketiga Sunnj. Prinsip dasar yangdimiliki
syi;ah adatah setelah"wafat Muhammad,lerpikul
suaru kewajiban bagi umat Isram untuk mengangkatan
iin
eui
TElib dan f:lurunannva sebagai pemimpin bagi seruruh umat Islarn, sekaligus menjadi teradanhidup
sepeninggal Muhammad-iada
awahya Syi'ah aaau't
aspirasioolitik
kemudian berubah sebuah keyakinan teologrs (akidail). Artinya proses kemunculan
radikalnys tidak jauh berbeda dengan tnawari.l=, t
*yu
t".aufui
p".u"ou-
dalam mendukung dan menenrangAli. Karau Syi'ah adalah-bertah*orl
u"4,r*g
unt,k
menjadikan keturunanAri sebagai pemimpin uma!
-*kip",
er;
dengan tindak kekerasan
dan pembrontakan,
sedangkankhawarij
uautuntJo*por
yuog menentang
Ali
atas keputusanAri
menyeresaikan senjketap"-oiron*
dengan pihak
Mu'awiyah
tidak berdasarkanp".irrt
n Tuhan.3eMustofa
Muhammad asy-Syak'ah, Istam ridak Bermazhab, Te4.A.M. Basalamah,
78
KO{TEIP|ASi|,Wwr- l,tlorlar
1,Agustus2013: 6?84PuncakradikalismeSyi'ahterpotretdalamperistiwaKarbala(681M)ketika
tewasnya Husein
pumAli
Lleh pasukanMu'awiyah
untuk menyingY,trAhlu
al-BarTdarikepemimpinanumatlslarn,sehinggadengankejadiantrsebutmenimbulkan
kemarahan
yang
sangat mendalam
bagi kelompok-Syi'ah untuk
segeramembalaskannya
dengi
ekspresi militan dan eksnem.lo Berdasarkan kejadianini
golongan Syi,ah
t".,ri
u"4r*g
dengangigih melalui
aksi_pembangkangan dan perlawanan terhadapp"*"rirln y-g
b".L.rura
dengan haluanradikal untuk
mengembalikan kepimimpian Islam kepangkuan Ahlu
Bait'
c.
Zarni (869-885M)
Pemicu radikalisme Zanj memang berbeda dari dua kelompok Islam yang
telahdisebutkandiatas,padarrmunnyadisebabkanolehmasalahpolitikatau
kekuasaan. Sedang,kan
goioog*
Zanj
iisebabkan oleh tekankondisi
sosial danekonomi yangtidak stabil. Dalamupayapeningkatantarafkehidupan,kelompok
ini
berkeyakinanakandatangjurupenyelamatyangdiufusTuhanmemberikankeadilan bagi mereka.Ideologi
#-tia.f
nruncul dengan sendirinya, tetapi dikembangkanoleh seseorang
y*g
6"*
Ali
bin Muhammad yang mengaku sebagai keturunanAlibinAbiTalib.
Radikalisme kelompok Zanj adalah contoh radikalisme yang
didorongoleh
faktor sosial-ekonomi.pad;
awalnyazafiadalah sebuah kelompok pekerja imigrandariAfrikayanghidupdaripenghasilanpembuatanqTTdikalrasanBachdad.
Di tengah
konai.i
y*i**y"Aittu",
dan didorong oleh ideologi kedatanganjurupenyelamat,
p*u
p"G"
tadi berhasil membangkitkan solidaritas dan kesadarannasib mereka, sehingga merubatr sikap mereka menjadi radikal dengan mengangkat
senjata melawan
p""rioiot
t*
yang berkuasa,padawaktuitu
Dinasti Abbasiah(liO-tZ5g;.+r
t*' *
perj.angan kelompok Zanjini,
mereka berhasil mendirikansebuah negara dengan pemerintahan sendiri selama 15 tahun, dan berakhir pada tahun885M,setelahberhasilditumpasolehpemerintahandinastiAbbasiyah.
d.
Qaramithah
DitinjaudarisejarahlahimyagerakanQaramithahiniterdapatkesamaan
ideologidenganr<ermpotsyi'atr.paktorinidisebabkarLp€ndirigerakaniniHarndan
Q".*u-ttp"*ahbergurudenganAbdullahbinMaimunal-Qaddahyangmenganut
p;r-
IsmailiyahV*g
*aita.
Pengaruh pengajaran al-Qaddahini
belakangan yang menjadi ioeoiogi"namdan beraliran radikal. pada awalnya Qaramithahini
masih terkait
deng;gerakan
Zanj, sebab beberapa anggota Zar$yatgberhasil
menyelamatkan
AI
aul
rc;r*tt
Dinasti Abbasialq ikut mendukung gerakan Hamdanini.Berdasarkanlatarbelakangiaadalahseorangpetani,berhasilmenggalang
kelompok
masyarakatmiskin Irak
yang telah menaruh kekecewaan terhadappemerintahan.KombinasiantarakelompokmiskindenganbekaskelompokZanj,
Hamdan dapat membentuk organisasi kuat untuk melawan pemerintatr Abbasiyah
yang berkuasa.
{TamimAnsari,DariPuncakBagdadSejarahDuniaVersilslam,(Jakarta:Z,a',ra\ 2010),h.12&13s.
binal, l$amRadftal Dalaml/tuteks
Sejarah
79Semula gerakan Qaramithah adalah dilakukan se&ra tertutup, maka pada
masa kepanimpinanAbu Sa'id Hasan al-Jannabi, mulai dinyatakan secara terbuka.
Setelah memperoleh pengikut yang banyak rlan meluas, Qaramithah mulai berani
menghadapi pemerintah secara frontal, maka di masa ini meletus peinbrontak dengan
mengangkat senjata. Qaramithah
memiliki
ideologimilitan
dan fanatik, perlawan Qaramithah sulit ditumpas oleh penguasaAbbasiah. Puncak gerakan Qaramithahini adalah mereka berhasil mendirikan sebuah Negara yang berdaulat di al-Bahrain
(8e4-977
M).
e.
Assassin (1090-1256
M)
Dicermati silsilah dan jaringan radikalisme
di
atas, ternyata Assessinjuga
merriliki
kesamaan dalam ideologi dan tokoh yang diagungkan. Iajuga masih bagrandari sekte Ismailiyyah selain Qaramithah dan Musta'liyyah. Assassin ini mengambil silsilah dari sekte
Syi'ahNrzaiyah,terambil
dari namaNizarbinal-Mustanshir,di
sisi lain ada tudingan penamaan Assassin
ini
disebabkan oleh cara kelompokini
merekrut anggotabaru dengan memanfaa&anHcsyrqy (sejenis candu) agar menjadi
berani dalam melancarkan gerakan. Assassin tumbuh dan berkembang di kawasan
Daylam, Iran Utara. Kelompok
ini
dapat memanfaa&an mom€ntum kemiskinanmasyarakatpinggiran untukmelakukanperlawanan terhadap pemerintahan Dinasti Saljuk
Di tengah derasnya tekanan penguasa terhadap keberadaan meraka, gerakan Assassin yang berada
di
bawah kendali Hasan al-Sabah mengajak pengikutnya untuk melakukan perlawanan terhadap penguasa denganradikal
demimemper-tahankan eksistensi
dari
kepunahan dan kehancuran. Gerakan Assassin adalahcontoh gerakan yang tidak
memiliki
pasukan yang banyalq sehingga gerakanya banyak menggunakan sistem bergeliya, daa menyusup ke dalam istana penguasa.Modus mereka beragam, ada yang berpura menjadi pelayan atau pengawal,
ketika
kesempatan sudah terbuka mereka langsung bergerak dengan mental siap mati. Sasaran gerakan mereka adalah pengu:6a yang mengancam eksistensi Assassin.
Aksi berani Assassin ini menggemparkan Timur Tengah berpuluh-puluh tahun, sebab
yang menjadi incaran mereka adalah para petinggi istana.a2
GerakanAssassin adalah cenninan orang t€rtindas, terpinggirkan di tengah perebutan kesempatan untuk menunjukkan identitas, dan komunitas. Hegemoni penguasa yang tidak memberi ruang bagi kelompok lain dalam mengembangkan eksistensi mereka, cendrung menjadi pendorong munculnya radikalisme. Pada
drsarnya semua itu bermuara pada faktor sosial ekonomi, dzn
pnlitik
Pada konteksini, agama dijadikan sebagai legitamasi pergerakan mereka" agar tetap berada dalam
koridor menjaga kesucian agama.
f,,
Muwahhidun
(1121-1269W
Muwahhidtm adalah contoh kelompok yang memiliki semangat puritan agama
sebagai ideologi gerakan mereka. Dinasti
ini
pada awalnya adalah dimaksudkanuntuk
membrantas pral<tek keagamaanyang telah
menyimpang, seperti yang80
KONTE IP[/,SI,Wwe
1, Nomor I, Agustus 2013: 63-84dilakukan oleh Dinasti Murabitun.
Aktivitas
pemumian agama, terutama meng-antispasi paham tajsim,mendorong mereka melakukan kegiatan dakwah dengan cara radikal.Akivitas
dakwah yang dibentuk oleh Muhammadbin
Tumart ataulebih dikenal dengan Ibn Tumart (1080-1130
M),
mendapat sambutan baik darisuku Berber, meskipun pihak penguasa menentangnya.
Berangkat dari isu dakwah pemurnian Islam, akhirnya berkembang menjadi
gerakan
politik
untuk menggulingkan penguasa dari kursi singgasananya, karenaditengarai mengembangkan paham keagamaan yang sesat. Pada awal gerakan kelompok Muwahhidin dapat dipatahkan oleh penguasa, namun atas kegigihannya,
pada masa kepemimpinan Abdul
Mukmin
binAli
( I 163 M), berhasil mewujudkancita-cita awal pendirian gerakan ini. Setelah memperoleh kekuasaan, gerakan dinasti
Muwahhidun secara perlahan mulai melunak dan beralih fokus pada gerakan
politik,
dibanding gerakan dakwah pemurnian ajaran Islam. Menyikapi gerakan kelompok
ini, terkesan memanfaat militant Islam trntuk memperoleh kekuasaan politik, sehingga pada kontek ini, tidak jauh berbeda dengan gerakan kelompok Islam sebelumnya.a3
g.
WahhabiyahKemunculan Wahhabiyah, sesungguhnya tidakjauh beda motivasinya dengan Muwahhidun, yaitu gerakan pemurnian ajaran Islam dari tradisi lokal dan bentuk
penyimpangan lainnya.Artinya gerakan ini mengupayakanpenampilan Islam seperti
model Salafi pada priode Islam awal. Gerakan Wahhabiyah terambil dari nama
pendiri gerakan ini, yaitu Muhammad
binAbdul
Wahhab(lahirdiNejd,
1703M).
Iaterinspirasi oleh pemikiran Ibn Taimiyah, sekaligus menjadi pengikutnya. Gerakan
Wahabiyah semakin meningkat semenjak mendapat dukungan
dari Ibnu
Saud,sehingga dakwahnya semakin lancar atas dukungan penguasa saat
ini.
Memiliki
kekuatan
politik
dan ekonomi, gerakan Wahhabi melebar ke berbagai wilayahHijaz
dengan agenda mengembangkan paham Ibn Wahhab.
Gerakan Wahabiyah semakin radikal setelah mendapat dukungan
politik
dari Ibn Saud, dengan melalarkan beberapa tindakan pemusnahan dan perusakan fasilitas, termasuk beberapa makam para sahabat Nabi. Pengikut paham Wahhab konsistenmenentang seluruh praktek keagamaan yang terindikasi bid'ah, kurafat, dan tahyul, dengan cara kekerasan. Gerakan Wahabiyah yang berkarakter radikal ini mendapat
tantangan dari pemerintahan Turki Usmani. Meskipun gerakan dakwah Wahabiyah telah menjadi sebuah kekuatan
politik
dan berhasil menguasai beberapa wilayah,seperti
sebagian besarHijaz
dan
Irak,
namun
dapatditumpas
oleh
militer
Usmaniyyah dan para pemimpinnya ditangkap. Secara kekuatan
politik,
memang gerakan wahhabiyahtidak
mengalami perkembangan untuk priode berikutnya,narnun
dari
ideologi, pemikiran, dan gerakan dakwahnya terus bekembang dan menyebar ke seluruh dunia pada permulaan abad ke-20 an.4a3 Ridhwan Kafrawi,EnsiHopedi Islam,Jilid III, (Jakarta: IkhtiarBaruvan Hoeve, 1994),
h.3t9-320
{Edward Mortime4Islatn dan Kelanasaan,Terj. Enna Hadi Rahmani Astuti, (Bandung:
Z*d,l*arn
Mil@lDdanl(utekS;brah
81Pan
Islam
Di
tengah besarnya tekanankolmial
teftadap beberapa kawasanMuslim
yang dikuasai olehEropa, mengakibaikan kejumudan danketertinggalan sebagian
besar Negara Muslim. Menyikapi persoalan ini, Jmatuddin al-Afghani mencetuskan
ide pemersatuan seluruh negara
Muslim
dalam satu pemerintahan yang disebut denganfun
Islam. Ideini
sebenarnya b€rangkat dari pahampolitik
ketika Perangnunia,Iderj
adiyangdituangkan oleh Jamaluddinal-Afghad
dalamal-A'mal
al-Kamilah. Kemudian berkembang menjadi gerakan memperj u-'rgkan mempersatu-kan umat Islam di bawah satu negara Islam atau disebut dengan kekhalifahan. Ide
ini
berhrjuan membebaskan bangsaArab
sebagai budayaAlab
dan umat Islamtanpa memandang etnis, yang berbeda dengan isu pan Arabisme yang bertujuan memerdekaan bangsa
Arab
berdasarkan semangat budayaetnis
tanpa mem-perdulikan agama.asKarakter radikal Pan Islam adalah adanya gerakan pemberontakan terhadap
penguasa
yang menindas, tanpa melalui
pendekatankompromi.
Isu
yang
dikurnandangkmoleh Pan Islarrl membangkitkan sernangatped.rngan bagi sebagian besar masyarakat Muslim dunia, yang pada saat itu, sebagian besar wilayah Islam
berada
di
bawah kekuasaan Eropa. Menggemanya gerakan PanIslam,
sempatmengegerkan
di
kalangan penguasakoloaial
di
berbagainegeri-negeri
yang mayoritas berpendudukMuslim.
Faktor yaag dikhawatirkan adalah meledaknya radikalisme keagamaan masyarakatMuslim
yang di bawah kekuasaan mereka.Ikhwanul
lyfl6timin
Kawasan Timur Tengah tarcatat unggul dalam penyebaran paham radikal, setelah beberapakelompoklslamyangberaliranradikal seperti yang dikemukakan
di atas, Ikhwanul Muslim jr rga tercatat sebagai orgauisasi yang menyebarkan paham
radikal yang berawal dari Mesir. Hasan al-Banna addah tokoh
pendiri Ikhwanul
Muslimin, bertepatanpadatahun 1928-AgendapendirianltfiwanulMusliminadalah
menyadarkan Mesir untuk konsisten rnenerapkan syariat Islam dengan benar, serta berjuang melepaskan
diri
seluruh bentuk jajahan darikolonial-
Semula gerakanIkhwanul
Muslimin
adalah gerakan dakwah, kemudian benrbah menjadi gerakanpolitik.
Tujuannya adalah untukmenaqrung
penderitaan para buruh yangmiskin
yang tidak
marpu
melepaskan keterganhrngan dengan pihak kolonial. Gerakanini
memperoleh banyak dukungan dari kalangaa masyarakat yang
terpinggirtan.
Kecendrungan selama
ini,
hidup
yang penuh dengan tekanan
serta ketidakberdayaan melepaskan ikatan kesengsaraan, mudah terpancing radikal. Kondisi inilah di antara faktor yang mendorong sebagian peagikut Hasan al-Bannaini
radikal
dalam memperjuangkan aspirasi danpemikirannya.
Pada awalnya gerakanlkhwanulMuslirninmendapatsokoagandari
Mesir, namunIkhwanul
Muslimin
menunjuk gelagat yang mencurigakan, dan dianggap sebagaiancamanterhadapstabilitasnegar4
sampaiahimyallfiwanulMuslimindinyatakan
asEmmanuel Siva4 Radical Islatn:
Mdieyal
Theologt and Moderu Poftrics, (New82
KONTEIPLASL, Vdune 1 , Nomor 1 , Agustus 201 3: 63-84kelompoklslamterlaranghinggatahun2o|l.46Mencermatiradikalismelkhwanul
Muslimin
tergu*u*
pua"u mis-i-rlan gerakannya, yaitu keberanian menempuhjalur
politik
yang keras,din tettefih lagi
sikap puntung menyerah dan tunduk kepadapenguasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Azta,Azyumatdi,Kontel<sBerteologidilndonesiaPengalamanlslam'Jakarta:
Paramadina, 1999.
_,..Revisitasi
Islampolitik
dan IslamKultural
Indonesia,'dalamJurnal
Indo-Islamika.Vol.
l,
Nomor2,2012'
-,
Pergolakan
Politik
Islam
Dari
Fundamentalisme' Modernisme Hingga
-
Po, t-
Mrdernisme,
Jakarta: Paramadina' I 996'SebuahPengantardalamTariqRamadhan,MenjadiModernbersamalslam:
Islam, Barat dan
tantanganModernitas'
Bandung:Teraju'
2003'-,"Akar
Radikalisme Keagamaan: Peran Aparat Negara' Pemimpin Agama dan
-G.r*
untuk Kerukunan Umat Beragama"' Makalah
Al-Najjar,
Amir,Aliran Khawarij,
MengungkapAkar
Perselisihan (Jmat,', terj.A'
Sholihin
danAfif
Muhammad, Jakarta: Lentera'cet'l'1994
Al-syahrustani,at-Milal
waat-Nihlal, Beirut:
Daral-Fikr' t'th
Ansari, Tamim,
Dari
Puncak Bagdad SejarahDunia
YersiIslam,
Jakarta: Zarnart, 2010.Armstrong,Karen,BerperangDemiTuhan'terj'sutrisnoWahonodkk'Jakarta
ean-Jung: Kerjasama Serambi dengan
Mizan'
2001'Ash,arj,
MrIsa,Manusia
Pembentuk KebudayaanDalam Al-qur'an,
Yogyakarta: LESFI, T992.Bamualim(ed.),Istam&TheWest,lakarta:PusatBahasadanBudayaUIN,2003.
Bus, Yecki, Negara
Kaum
Assassfn, Padang: Hayfa Press' 2012'Efendy,BahtiardanHendroPrasetyo,RadikalismeAgama'Jakarta:PPIM-IAIN'
1998.
FAberlee, David,..CatatanmengenaiTeori Deprivasi
Relatif'dalam SylviaL.
Thruup,Gebralan
KaumMahdi,
Bandung: Pustaka' 1984'Gellner, Emest, Mus
lim
Society, Cambridge: CambridgeUniversity'
1 984'Gurr,TedRobert,WyMenRebel,Princeton,NewJersey:PrincetonUniversity