• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Sejarah Indonesia Kuno Kuli (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Permasalahan Sejarah Indonesia Kuno Kuli (1)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Resume Kuliah Tamu “Kajian Terkini Terhadap Beberapa Permasalahan Sejarah Indonesia Kuno” yang disampaikan oleh: Agus Aris Munandar pada 13 Oktober 2014 di Universitas Negeri Malang.

Disusun oleh: Nadya Afiqma Wahda

Upacara Kurban di Kutai Kuno

Pertemuan Ilmiah Arkeologi II, Jakarta 1980; Edhie Wurjantoro membahas informasi tentang hadiah 20.000 ekor sapi (vinśatir ggosahasrikam) dari raja Mulavarmman kepada para Brahmana. Menurutnya apakah jumlah sapi yang sangat banyak tersebut dapat diartikan secara harfiah?

 Dalam kitab Atharva Veda disebutkan bahwa sapi adalah simbol bumi yang banyak mendapat pemujaan manusia.

 Anugerah sapi dari raja Mulavarmman kepada para Brahmana tersebut adalah sapi dalam konsep Kamadhenu (pengabul keinginan dan juga simbol dari bumi). Mengenai jumlah 20.000 ekor agaknya lebih berkenaan dengan upacara keagamaan yang terjadi pada waktu itu.

 Upacara yang dinyatakan dalam prasasti-prasasti yûpa apabila direkonstruksi dengan bantuan data dari ritual Veda Kuno di India, kurang lebih sebagai berikut:

a. ungkapan syukur kepada bumi, karena yang dianugerahkan adalah sapi sebagai simbol bumi, pengabul segala keinginan (sapi Kamadhenu)

b. segunung minyak kental (mentega) bukanlah berarti benar mentega itu sebesar gunung, melainkan bentuk merupakan onggokan yang menyerupai gunung (tumpeng)

c. Pelita adalah simbol api (agni) sebagai unsur kedewataan, dan bunga malai adalah tempat persemayaman sang dewa.

 Upacara tersebut dilakukan pada pagi hari, di awal musim penghujan ketika tumbuh-tumbuhan mulai subur, bersemi kembali baik tunas atau dari biji-bijiannya. Menurut ritual Veda kuna siklus upacara besar bagi pemujaan bumi diadakan setiap 24 tahun sekali. Kitab suci yang menjadi acuannya adalah Rg Veda, dan dewa pelindungnya adalah Brahma.

 Inti mantra yang harus diucapkan oleh para brahmana Hotr jika berkenaan dengan pemujaan bumi adalah “LAM... bhur” (Daniélou 1964: 341), dan mantra itulah yang harus diucapkan sebanyak 20.000 x, hal itulah yang dalam prasasti dinyatakan sebagai sedekah 20.000 ekor sapi ! Upacara tersebut diadakan di Vaprakeśvara, bentuknya dapat saja berupa lahan keramat yang berpagar, atau bangunan suci atau lahan yang dikelilingi tumpukan rumput untuk upacara (barhis). Kemudian di akhir upacara para pendeta mendirikan yûpa yang telah ditulisi prasasti sebagai tanda peringatan upacara. Yûpa dalam kebudayaan Veda berarti tonggak suci tempat menambatkan hewan kurban, bisa terbuat dari kayu atau batu.

 Pernyataan prasasti yang menyebut Aśvavarmman sebagai Sang Ansuman dewa Matahari, Ansuman adalah epithet Veda Kuno bagi dewa Matahari, dalam masa itu kedudukan dewa matahari sangat penting, maka tidak mengherankan apabila Aśvavarmman dalam prasasti yûpa diidentifikasikan juga sebagai pendiri dinasti (vangsakartta).

 Pernyataan lainnya yang menarik adalah bahwa “Sang Aśvavarmman mempunyai 3 putra yang bagaikan 3 api suci, salah satu yang terkemuka adalah Mulavarmman”, artinya masih terdapat 2 putra lainnya. dapat ditafsirkan mungkin nama mereka ialah

Agnivarmman dan Vayuvarmman. Nama-nama itu sesuai dengan manifestasi dari Sang Ansuman dalam 3 wujud, yaitu Agni, Vayu, dan Sûrya (Mula) sebagaimana telah disebutkan terdahulu.

(2)

Argumentasi Perpindahan Ibu Kota Mataram Kuno

 N.J.Krom seorang ahli kebudayaan Hindu-Buddha berkebangsaan Belanda, ia menjelaskan bahwa perpindahan tersebut disebabkan oleh sesuatu yang tidak dapat diatasi, mungkin timbul wabah penyakit yang mengharu-biru penduduk Mataram Kuno, sehingga mereka harus pindah menyelamatkan diri ke wilayah lain yang tidak terjangkiti penyakit tersebut.

 B.Schrieke secara garis besar berpendapat bahwa perpindahan itu terjadi akibat

merosotnya kehidupan ekonomi rakyat di wilayah Jawa Tengah. Rakyat hidup menderita di bawah tekanan para raja yang memerintahkan untuk membangun candi-candi besar dan rakyat kerapkali dikerahkan dalam berbagai peperangan. Rakyat yang tidak puas karena kegiatan pertaniannya yang terbengkalai itu kemudian berangsur-angsur pindah ke wilayah timur mencari daerah lain, Akibatnya kerajaan di wilayah Jawa bagian tengah runtuh dengan sendirinya dan muncul pusat-pusat kerajaan baru di wilayah Jawa bagian timur.

 J.G.de Casparis (1950) yang menyatakan bahwa perpindahan itu terjadi karena adanya konflik antara Mataram di Jawa dengan Śrîvijaya sebagai kerajaan maritim di Sumatera. Śrîvijaya berusaha mengusai bandar-bandar dagang di Jawa Timur yang dianggap sebagai pesaing dalam pengembangan perekonomiannya. Dalam menghadapi serangan Śrîvijaya, penguasa Jawa agaknya memutuskan untuk lebih mempertahankan bagian kerajaan yang dipentingkan, yaitu wilayah Jawa bagian timur, sehingga pindahlah pusat kekuasaan kerajaan ke wilayah tersebut. De Casparis selanjutnya mengembangkan pendapatnya bahwa pindahnya ibu kota ke wilayah Jawa bagian timur juga didasarkan kepada alasan ekonomis akibat adanya faktor eksternal > tidak ada sungai besar yang mengalir ke wilayah jawa bagian tengah. Adapun di Jawa timur terdapat dua sungai besar yang bermuara di wilayah pesisir utaranya, yaitu Bengawan Solo dan Berantas. Faktor

eksternal lain yang turut berpengaruh pula adalah terbukanya hubungan laut internasional sejak abad ke-11, jalur pelayaran tersebut semakin ramai menghubungkan berbagai bandar dagang di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, Cina dan India. Atas dasar itulah pusat kerajaan dipindahkan ke Jawa bagian timur, maka terbuktilah di masa selanjutnya di wilayah itu berkembanglah pusat-pusat kerajaan yang dikenal di wilayah Asia

Tenggara karena mempunyai hubungan yang relatif mudah ke daerah pantai utaranya  Boechari (1976), ia menyatakan bahwa pindahnya pusat kerajaan disebabkan adanya pralaya (bencana besar) yang menimpa wilayah Jawa bagian tengah. Di wilayah Jawa Timur kurang lebih di bagian tengahnya, berdirilah gunung yang wujudnya

mengesankan bagi yang memandang, gunung itu tidak lain adalah Penanggungan. Di lokasi baru tampillah raja Pu Sindok yang mengembangkan dinasti baru Iśanawangsa, dan harus membangun ibu kota kerajaan yang baru di daerah Tamwlang, di Jombang selatan. Ke wilayah dekat gunung Penanggungan itulah Pu Sindok memindahkan ibu kota Mataram, yaitu Tamwlang. Dengan demikian alasan pemindahan ibu kota Mataram kuno tersebut sejatinya adalah mencari Gunung Mahameru yang lebih damai bagi kerajaan Mataram.

Prasasti-prasasti Aus: Terpupus atau Dipupus

 Prasasti-prasasti batu Airlangga yang ditemukan relatif utuh justru ditemukan di luar wilayah Lamongan selatan dan Jombang, tetapi aksaranya hilang.

 Biasanya dampak dari peperangan yang kerapkali terjadi secara umum dalam sejarah kebudayaan dunia adalah sebagai berikut:

a. Apabila ada dua pihak yang berselisih dan berperang, maka wilayah negara atau kerajaan yang dikalahkan lalu disatukan menjadi wilayah kerajaan pemenang. b. Pihak pemenang akan menghancurkan semua simbol-simbol kekuasaan yang

kalah (pembakaran bendera, pemusnahan panji-panji kebesaran, penghancuran

(3)

simbol-simbol negara, penghancuran bangunan-bangunan simbol kekuasaan (istana), dan sebagainya).

c. Semua keputusan atau perintah dari raja(-raja) terdahulu dari pihak telah dikalahkan akan diabaikan, dianggap tidak berlaku lagi, dan harus dibuat ketetapan baru oleh penguasa baru dari pihak pemenang.

d. Tentunya di masa silam semua pembesar kerajaan yang kalah akan dihukum mati, dibuang, dipenjara, kecuali segera menyatakan sumpah setia kepada penguasa baru.

sasaran penghancuran oleh raja pemenang jika saja terjadi peperangan. Sebab prasasti dapat dipandang sebagai:

a. Tanda kebesaran seorang raja yang berkuasa.

b. Prasasti adalah perintah raja yang harus ditaati hingga akhir zaman (dlaha ning dlaha).

c. Prasasti menjadi bukti kekuasaan dan kewibawaan raja.

d. Prasasti sebagai penanda wilayah yang dikuasai oleh seorang raja pembuat prasasti.

e. Prasasti merupakan dokumen struktur kuasa sebab mencantumkan nama jabatan dan pejabatnya.

 Dengan demikian dapatlah dipahami apabila banyak prasasti batu dari masa Jawa Kuno yang sekarang telah aus aksara, bahwa keausan tersebut sangat mungkin bukan karena perbuatan alam (lapuk karena panas dan hujan), melainkan sengaja diauskan, dipupus atau digerus aksaranya sehingga tidak bisa dibaca lagi. Siapakah yang melakukan pengggerusan aksara pada prasasti batu?, tentunya adalah pihak pemenang yang tidak suka lagi kepada keputusan-keputusan atau perintah raja atau dinasti raja yang dikalahkannya.

Tafsir Pararaton: Ken Angrok--Ken Dedes

 Ken Angrok adalah ikon Trimurtti sebagaimana yang dapat diketahui dari uraian Pararaton, jadi Ken Angrok adalah metafora dari agama Hindu-śaiva. Akan halnya Ken Dĕdĕs sudah jelas adalah metafora dari agama Buddha Mahāyana, hal itu tidak diragukan lagi karena Pararaton menyatakan bahwa Ken Dĕdĕs adalah putri satu-satunya dari Mpu Purwa, seorang pendeta Buddha Mahāyana yang “putus ilmunya”.

 Dalam Pararaton Ken Dĕdĕs disebut oleh Danghyang Lohgawe sebagai strî nāreśwarî, seorang perempuan utama yang dari rahimnya akan dilahirkan raja-raja. Ken Dĕdĕs sebagai strî nāreśwarî dapat disamakan dengan Mahāmayā, ibunda pangeran Siddharta dari Kapilavastu

 Perkawinan antara Ken Angrok dan Ken Dĕdĕs apabila dipandang dari sudut keagamaan dapat dinyatakan merupakan metafora pertemuan antara agama Hindu-śaiwa dan Buddha Mahāyana.

 Hal yang menarik dan belum pernah terjadi dalam masa praSinghasari adalah pembangunan candi-candi dengan nafas perpaduan dua agama, yaitu candi Śiva-Buddha.  Candi-candi yang bernafaskan agama Hindu-Buddha dari zaman Singhasari-Majapahit

yang masih berdiri hingga sekarang adalah: a. Candi Singasari, terletak di Malang b. Candi Jawi (Jajawi), terletak di Pasuruan. c. Candi Jago (Jajaghu), terletak di Malang

d. Candi Jabung (Bajrajinaparamitapura), terletak di Probolinggo.

(4)

Lokasi Ibu Kota Śrīvijaya di Jambi

 Di kalangan para ahli arkeologi-sejarah dewasa ini timbul keraguan mengenai lokasi Śrîvijaya di Palembang, beberapa keraguan disebabkan oleh:

a. Tidak banyaknya peninggalan arkeologis berwujud monumen yang ditemukan di kawasan Palembang.

b. Prasasti-prasasti Śrīvijaya yang ditemukan di Palembang adalah tentang berita pembangunan wanua/desa (Prasasti Kedukan Bukit), prasasti kutukan, dan prasasti perjalanan yang berjaya (jayasiddhayatra). prasasti kutukan yang ditemukan di Palembang menjadi tanda kemenangan atas daerah yang ditaklukkannya (jayastambha), jadi tentunya bukan di ibu kota.

c. Berita dari bhiksu I-Tsing yang singgah ke Śrīvijaya, antara lain menyatakan bahwa “pada tengah hari di bulan September di Śrīvijaya orang tidak mempunyai bayangan”. di Palembang pada tengah hari di bulan September, jika seseorang berdiri masih mempunyai bayangan, artinya jika Palembang adalah lokasi Śrīvijaya, tidak sesuai dengan berita bhiksu I-Tsing.

d. R.Soekmono : Jambi memiliki unsur-unsur yang lebih menguntungkan untuk menjadi pusat kegiatan kerajaan maritim Sriwijaya itu

 Berikut beberapa tafsir baru yang memperkuat pendapat Soekmono:

a. Menurut berita I-Tsing tatkala ia singgah di Śrīvijaya terdapat sekitar 1000 orang bhiksu yang siap melayani ummat Buddha.

b. Berita I-tsing tersebut didukung oleh kenyataan temuan arkeologis di situs Muarojambi yang luar biasa

c. adanya aktivitas agama Buddha yang luas dan ramai, 1000 orang bhiksu itu harus mengemis meminta sedekah makan sehari 2 x kepada penduduk desa. Artinya di dekat pusat keagamaan Muarojambi harus ada permukiman penduduk yang ramai atau kota sehingga dapat menyokong kegiatan para bhiksu. Kota besar itu tidak lain adalah Śrīvijaya

d. Menurut I-Tsing pula, pada tengah hari seseorang yang berdiri tidak mempunyai bayangan, jika seseorang berdiri tengah hari di Palembang masih ada bayangannya, namun di Muarojambi tidak ada bayangan apapun.

e. Jambi merupakan kawasan pilihan dalam konsep Buddhisme

f. Kata jambi atau jambe adalah nama lain untuk tanaman pinang, penggambaran pohon pinang sangat penting dalam upaya pemujaan dewa, maka daerah tersebut sangat disenangi dewa-dewa, di daerah itulah kekuatan dewata dapat turun naik dari bumi ke dunia kedewataan.

g. Konsep Angso Duo (dua angsa) warisan kisah Hamsajataka dari Buddha. Di kota Jambi terdapat pasar dengan nama Angso Duo.

Referensi

Dokumen terkait

Cracker sebutan untuk mereka yang masuk ke sistem orang lain dan cracker lebih bersifat destruktif, biasanya di jaringan komputer, mem-bypass password atau lisensi

Pada Simulasi numerik, akan dihitung jumlah iterasi, orde konvergensi secara komputasi dan nilai galat mutlak dari metode baru (MMC4) yang diberikan pada Persamaan (15), dan

Hal ini dikaitkan dengan teori agensi dengan asumsi bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan tanggung jawab sosial lebih

Pada program SAP2000 reservoir yang dimodelkan sebagai elemen shell yang terdiri dari pelat dasar (bottom slab), dinding (wall) serta pelat atas/pelat penutup

Alamat Email : pututm pada domain hotmail.com;pmarwoto pada domain yahoo.com. Pangkat/Golongan/Ruang :

dan bahasa Arab sebagai alat untuk fakultas Syariah, Tarbiyah jurusan PAI, dll. Dari sini, dibuatlah rencana pengembangan dan pengajaran bahasa Arab selanjutnya. Ini

kolonialisme, dari Pondok pesantren lahirlah tokoh-tokoh nasional yang tangguh yang menjadi pelopor pergerakan 134kemerdekaan Indonesia, seperti KH. Hasyim Asyari,

Sedangkan penggunaan Hermeneutika dalam dunia keilmuwan Islam digunakan bukan untuk mencari keotentikan teks al Quran, akan tetapi untuk mencari penafsiran yang