• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh antara motivasi belajar dan per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengaruh antara motivasi belajar dan per"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat sehingga kita dapat mengakses informasi yang kita butuhkan dengan mudah. Selain itu, globalisasi memberikan dampak bagi segala aspek kehidupan, seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Tetapi, era globalisasi merupakan tantangan yang serius bagi Negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan kualitas masyarakat Indonesia yang masih kurang bagus apabila dibandingkan dengan masyarakat di negara lain sehingga masih sedikit masyarakat Indonesia yang dapat bersaing dengan masyarakat luar negeri.

(2)

Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan menfasilitisasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan juga merupakan suatu kegiatan yang dijalankan dengan sengaja dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Namun, peningkatan mutu pendidikan di Indonesia masih menjadi perhatian. Banyak hal yang membuat mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dibandingkan dengan mutu pendidikan di negara lain salah satunya adalah kurangnya kemampuan para pendidik untuk mengaplikasikan kurikulum yang berlaku. Selain itu, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak bisa menempuh jenjang pendidikan disebabkan beberapa hal. Untuk itu, peran pemerintah sangatlah penting untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

(3)

Menurut hasil observasi di SMK Kawula Indonesia, hasil belajar yang rendah terdapat di mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi (KKPI) yang terdapat di kelas X Administrasi Perkantoran.

Tabel I.1

Data Hasil Belajar Siswa di SMK Kawula Indonesia No. Kelas Nilai Rata – rata kelas

1 X AP 1 74

2 X AP 2 74

3 X AP 3 69

Sumber : Daftar nilai uts mata pelajaran kkpi

Faktor interal yang mempengaruhi hasil belajar adalah minat belajar yang dimiliki oleh setiap siswa. Minat merupakan keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang menarik bagi dirinya sehingga orang tersebut akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Minat sangat diperlukan dalam proses belajar yang dilakukan oleh setiap siswa. Apabila setiap siswa mempunyai minat belajar yang baik dapat membuat siswa tersebut rajin belajar sehingga hasil belajar siswa tersebut akan baik pula. Sedangkan, apabila setiap siswa tidak memiliki minat belajar yang baik, hal tersebut akan membuat siswa malas untuk belajar sehingga hasil belajar siswa tersebut akan tidak baik pula. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, ternyata masih sedikit siswa di SMK Kawula Indonesia yang mempunyai minat belajar yang baik. Hal tersebut dapat terlihat dari masih sedikit siswa yang mendengarkan penjelasan dari guru yang sedang mengajar di dalam kelas.

(4)

siswa yang sudah siap untuk belajar dapat terlihat dari sikap siswa di dalam kelas seperti tenang, mau mendengarkan materi dari gurunya, tidak membuat keributan di dalam kelas dan sudah belajar dari rumah. Apabila seluruh siswa di dalam kelas mempunyai kesiapan belajar yang baik maka proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas akan berjalan dengan efektif. Namun pada kenyataannya, tidak banyak siswa SMK Kawula Indonesia yang siap untuk belajar. Hal tersebut dapat terlihat dari sedikitnya siswa yang membawa buku pelajaran pada kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar di dalam kelas tidak berjalan dengan efektif.

Dalam proses perkembangan siswa, lingkungan merupakan faktor penting yang tidak boleh terlepas dari perhatian setiap orang tua ataupun pendidik di sekolah. Tanpa adanya lingkungan belajar yang baik akan membuat setiap siswa malas untuk belajar sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar yang di dapat oleh siswa tersebut. Lingkungan belajar siswa dapat terbagi menjadi lingkungan belajar di rumah dan lingkungan belajar di sekolah. Lingkungan belajar di sekolah merupakan jumlah semua benda mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.

(5)

oleh sekolah masih kurang memadai seperti kurangnya ruangan kelas dan masih kurang tersedianya ruang laboraturium serta ruang praktek perkantoran.

Faktor internal lainnya yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah motivasi belajar. Motivasi belajar mempunyai peranan penting dalam pencapaian hasil belajar yang didapat oleh setiap siswa. Motivasi belajar yang dimiliki siswa berbeda – beda antara satu siswa dengan siswa lainnya, ada siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat dan ada pula siswa yang memiliki motivasi belajar yang lemah. Setiap siswa yang mempunyai motivasi belajar yang baik maka akan berusaha keras untuk mencapai tujuannya yaitu hasil belajar yang tinggi. Sedangkan, apabila ada siswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang kuat maka siswa tersebut akan malas untuk belajar dan dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, siswa – siswi di SMK Kawula Indonesia memiliki motivasi belajar yang rendah. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya siswa yang berada di lorong – lorong kelas ketika jam pelajaran sedang berlangsung, selain itu banyak siswa yang tidur di musola ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Selain motivasi belajar dari dalam diri, setiap siswa juga mendapatkan motivasi belajar dari luar dirinya seperti kegiatan belajar yang menarik dan penghargaan. Berdasarkan hasil wawancara masih sedikit guru yang menerapkan model pembelajaran interaktif dan penghargaan yang diberikan oleh guru masih kurang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa.

(6)

pertama dan utama bagi para siswa. Situasi keluarga yang harmonis dan bahagia akan melahirkan anak atau generasi – generasi penurus yang baik dan bertanggung jawab. Setiap orang tua pasti akan menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan dengan baik. Untuk merealisasikan keinginannya tersebut, orang tua akan berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan anaknya dalam dunia pendidikan. Orang tua akan berperan aktif dengan memberikan bimbingan, kasih sayang serta perhatian yang cukup terhadap anak – anaknya akan menunjang keberhasilan belajar anak. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa orang tua memiliki hubungan yang dapat menentukan keberhasilan belajar anaknya. Sebab orang tua sebagai peletak dasar pendidikan bagi anak dalam keluarga yang selanjutnya akan menjadi dasar kepribadian anak di kemudian hari. Namun pada kenyataannya, banyak orang tua siswa SMK Kawula Indonesia yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga tidak memantau kegiatan anak – anaknya. Kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua, akan berdampak negatif untuk anaknya. Anak akan mencari kesibukan di luar rumah sehingga ia akan mengesampingkan belajar.

(7)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu:

1) Kurangnya minat belajar siswa 2) Kurangnya kesiapan belajar siswa

3) Sarana dan prasarana belajar yang kurang memadai 4) Rendahnya motivasi belajar siswa

5) Kurangnya perhatian orang tua

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat diketahui bahwa masalah hasil belajar di SMK Kawula Indonesia disebabkan oleh banyak faktor, maka

penilitian ini dibatasi hanya pada masalah: “Pengaruh Motivasi Belajar dan Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa di SMK Kawula Indonesia”

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1) Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar? 2) Apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar?

(8)

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh motivasi belajar dan perhatian orang tua terhadap hasil belajar ini diharapkan berguna secara teoritis maupun secara praktis.

1) Kegunaan teoritis:

Penelitian ini diharapkan berguna untuk memperluas wawasan mengenai hasil belajar siswa dan memberikan pengetahuan baru bagi pembaca serta sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian tentang hasil belajar siswa.

2) Kegunaan Praktis:

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk mengatasi masalah hasil belajar bagi berbagai pihak, antara lain:

a) Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan, serta dapat memberikan pengalaman dalam melaksanakan penelitian.

b) Universitas Negeri Jakarta

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi civitas akademika Universitas Negeri Jakarta yang tertarik meneliti masalah ini dan dapat menambah referensi pembendaharaan kepustakaan.

c) Sekolah

(9)

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Konseptual 1. Hasil Belajar

Belajar merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap orang. Karena di dalam proses belajar, perilaku setiap orang akan mengalami perubahan menuju ke hal yang lebih baik daripada sebelumnya. Selain itu, setiap orang yang mengalami proses belajar dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat diperbuat, baik tingkah – laku maupun keterampilan dan dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Menurut Sardiman “belajar merupakan upaya perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil pengalaman. Oleh karena itu, dapat dikatakan proses belajar, apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda”1. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman dapat diketahui bahwa belajar merupakan upaya perubahan perilaku yang dimiliki oleh setiap manusia. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Slameto dalam Djamarah yang menyatakan bahwa: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya2.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Slameto dapat diketahui bahwa belajar merupakan proses yang dilakukan setiap individu dalam interaksi

1

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 23

2

(10)

dengan lingkungannya. Kemudian Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa:

Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan yang relatif mantap melalui latihan atau pengalaman karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap3.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku seseorang secara keseluruhan baik perubahan fisik maupun perubahan psikis melalui pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Perubahan perilaku seseorang yang terjadi karena belajar adalah perubahan yang terjadi karena adanya dorongan atau rangsangan yang dapat mempengaruhi kerja otak yang dapat membuat orang tersebut mengingat apa yang telah dilakukan. Sebagai suatu proses belajar selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar yang memiliki beberapa ciri-ciri seperti yang dijelaskan oleh Slameto yang dikutip oleh Djamarah, yaitu:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional. c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku bukan bagian-bagian tertentu secara parsial4.

3

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 85

4

(11)

Menurut Gagne dalam Rifa’I dan Anni mengemukakan bahwa “belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait – mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku”5. Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik

Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik warga belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar.

2) Rangsangan (stimulus)

Peristiwa yang merangsang penginderaan peserta didik disebut stimulus. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus menfokuskan pada stimulus tertentu yang diamati.

3) Memori

Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.

4) Respon

Tindakan yang dihasilkan dan aktualisasi memori disebut respon. Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori memberikan respon terhadap stimulus tersebut.

Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut, kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu

5

(12)

sebelum dan sesudah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan belajar. Sedangkan, Prinsip belajar dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.

Inti dari pengertian belajar adalah suatu proses menuju perubahan. Oleh karena itu, jika seseorang melakukan aktifitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pengalaman baru, maka individu tersebut dapat dikatakan telah belajar. Adapun ciri – ciri perubahan tingkah laku dalam belajar, yaitu perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional, perubahan bersifat positif, perubahan terus menerus dan bukan bersifat sementara.

Menurut Syah “proses belajar setiap siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri, faktor dari luar diri dan faktor pendekatan belajar”6. Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang terbagi menjadi dua aspek yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. Aspek fisiologi meliputi kondisi jasmani yang dirasakan oleh siswa serta kondisi panca indera dari siswa tersebut, sedangkan aspek psikologis merupakan keadaan psikologis yang dialami oleh siswa meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi serta emosi yang dimiliki oleh siswa. Faktor dari luar diri yaitu faktor – faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor dari luar diri siswa terdiri dari lingkungan yang berada di sekitar siswa meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu

6

(13)

jenis upaya belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi – materi pelajaran.

Serupa dengan faktor – faktor di atas, Syah yang dikutip Susilo mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:

Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti: faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi), perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, susana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masayarakat)7.

Jika dilihat dari pendapat Syah, dapat diketahui bahwa faktor – faktor yang dapat mempengaruhi siswa untuk belajar terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Hal ini serupa dengan pendapat Sardiman yang mengemukakan bahwa

“faktor – faktor yang mempengaruhi belajar dibagi dalam klasifisikasi faktor intern (dari dalam) diri si subjek belajar dan faktor ekstern ( dari luar ) diri si

subjek belajar”8 .

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor – faktor tersebut dalam banyak hal saling berkatian dan saling mempengaruhi satu faktor dengan faktor yang lainnya. Karena pengaruh faktor –

7

M. Joko Susilo, Sukses Dengan Gaya Belajar (Yogyakarta: Pinus, 2009), h. 69

8

(14)

faktor diatas, muncul siswa – siswa yang mempunyai hasil belajar yang tinggi dan mempunyai hasil belajar yang rendah bahkan gagal sama sekali. Dengan terdapatnya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi belajar siswa, maka berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam proses belajar tidak hanya dipengaruhi oleh dirinya sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi dirinya.

Berhasil atau tidaknya proses belajar yang dilakukan oleh setiap siswa dapat terlihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh masing – masing siswa

tersebut. Menurut Agung “hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa

setelah mengalami interaksi proses pembelajaran”9

. Berdasarkan pendapat menurut Agung dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh setiap siswa apabila telah mengalami kegiatan belajar mengajar.

Selanjutnya Sudjana mengemukakan bahwa “hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya

memperbaiki proses belajar mengajar”10

. Purwanto menjelaskan bahwa “hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti

proses belajar mengajar”11

. Inti dari pendapat yang dikemukakan oleh Sudjana dan Purwanto mengenai hasil belajar adalah output yang diterima oleh siswa dalam proses belajar mengajar.

9 Gede Agung, A.A.,

Metodelogi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar (Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan, 2005), h. 75

10

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 22

11

(15)

Selanjutnya, Abdurahman mengemukakan bahwa “hasil belajar

merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”12 . Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian hasil belajar menurut para ahli, dapat ditarik ketahui bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh masing - masing siswa setelah mendapatkan proses belajar mengajar di sekolah. Klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang dikutip oleh Syah secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik13. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, ranah psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Menurut Gagne

yang dikutip oleh Ghofur “hasil belajar adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan dalam

bentuk skor”14

. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Gagne, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes pada mata pelajaran tertentu. Tes yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat memberikan penilaian sejauh mana pengetahuan yang dimiliki oleh siswa terhadap mata pelajaran tertentu.

Hasil belajar siswa merupakan umpan balik yang diterima oleh setiap siswa yang berguna untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan hasil belajar memiliki tiga cakupan yaitu bidang kognitif yang berarti bidang pengetahuan, bidang afektif atau yang berarti bidang sikap dan perilaku, serta bidang

12

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 37

13

Muhibin Syah, op.cit., h. 144

14

(16)

psikomotorik yang berarti bidang keterampilan yang dimiliki. Susanto mengemukakan bahwa “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenai materi pelajaran tertentu”15 .

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan keberhasilan yang diperoleh siswa dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah hasil belajar mempunyai aspek penilaian tersendiri, dimana ranah kognitif mempunyai penilaian dalam aspek pengetahuan yang dimiliki oleh para siswa, ranah afektif mempunyai penilaian dalam aspek sikap yang dimiliki oleh para siswa dan ranah psimotorik mempunyai penilaian dalam aspek keterampilan yang dimiliki oleh para siswa. Sukmadinata mengemukakan bahwa:

Hasil belajar atau achievement merupakan reliasisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapaistas yang dimiiki seseorang dalam bentuk pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik16.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sukmadinata, dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan realisasi dari kecakapan potensial yang dimiliki oleh setiap siswa dalam bentuk pengetahuan, keterampilan berpikir dan keterampilan motorik.

15

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 5

16

(17)

Berdasarkan seluruh pembahasan di atas, maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam angka.

2. Motivasi Belajar

Istilah motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Motif dapat juga diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat guna mencapai suatu tujuan yang ingin dicapainya. Motif menjadi aktif pada saat – saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak. Menurut Suryabrata yang dikutip oleh Djaali “motivasi merupakan keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya

untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan tertentu”17 . Selanjutnya menurut Greenberg yang dikutip oleh Djali juga mengemukakan

bahwa “motivasi merupakan proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku kearah suatu tujuan”18.

Berdasarkan pengertian mengenai motivasi yang dijabarkan oleh para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang didapat setiap individu untuk melakukan segala aktifitas guna mencapai tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya, menurut Donald yang dikutip oleh Sardiman

menyatakan bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

17

Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 101

18

(18)

ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan”19 .

Dari pembahasan diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Dengan demikian, motivasi dapat memengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan – perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Di dalam permasalahan pendidikan, motivasi mempunyai peranan penting bagi para siswa. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif serta dapat mengarahkan ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi, di dalam proses kegiatan belajar mengajar, banyak siswa yang kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran disebabkan oleh beberapa hal. Motivasi belajar

19

(19)

merupakan salah satu aspek psikis yang membantu dan mendorong setiap siswa untuk mencapai tujuannya.

Gintings mengemukakan bahwa “Motivasi belajar merupakan sesuatu

yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya”20. Hal ini berarti menunjukkan bahwa motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang membuat siswa tertarik untuk belajar. Hal serupa juga dijabarkan oleh Dimyati dan Mudjiono yang mengemukakan

bahwa “motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar atau dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku

manusia (perilaku belajar)”21 .

Kemudian Sardiman mengemukakan bahwa:

Motivasi belajar merupakan seluruh daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang

dikhendaki oleh siswa dapat tercapai”22 .

Dari beberapa pendapat para ahli tentang motivasi belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak atau dorongan yang dimiliki oleh para siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang ingin dicapai yaitu menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya.

Uno mengemukakan bahwa “motivasi dan belajar merupakan dua hal yang

saling mempengaruhi”23

. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik,

20 Abdorrahman Gintings,

Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora, 2008), h. 86

(20)

berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Hal yang serupa juga dijabarkan oleh Djamarah yang dikutip oleh Egen mengemukakan

bahwa “motivasi belajar menjadi dua, yaitu: motivasi belajar instrinsik dan motivasi belajar ekstrinsik”24. Motivasi belajar instrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar ekstrinsik adalah motif – motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Berdasarkan pembahasan mengenai motivasi belajar diatas, dapat diketahui bahwa motivasi belajar memiliki dua aspek yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri siswa ( aspek internal atau instrinsik ) dan motivasi yang berasal dari luar diri siswa (aspek eksternal atau ekstrinsik ). Menurut Frandsen yang dikutip oleh Baharudin, yang termasuk dalam motivasi instrinsik untuk belajar yaitu25:

1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

2) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.

3) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang – orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru atau teman – teman dan lain sebagainya.

4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya dan lainnya.

24

Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Jakarta: PT. Indeks, 2012), h. 69

25

(21)

Memberikan motivasi kepada setiap siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar.

Berdasarkan penjabaran secara teoritis mengenai motivasi belajar diatas, maka dapat disintesiskan bahwa motivasi belajar merupakan segala sesuatu yang dapat membuat siswa tertarik untuk belajar yang dapat terlihat dari indikator motivasi belajar yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

3. Perhatian Orang Tua

Perhatian merupakan pemusatan pemikiran seseorang terhadap sekumpulan objek yang diperhatikannya. Apabila seseorang merasa senang atau peduli dengan suatu objek maka orang tersebut akan mencurahkan perhatiannya

ke objek tersebut. Menurut Baharuddin yang mengemukakan bahwa “perhatian

merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang

ditujukan kepada suatu sekumpulan objek”26

. Individu yang sedang memperhatikan suatu benda berarti seluruh aktivitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan pada benda tersebut. Selanjutnya Slameto mengemukakan

bahwa “perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam

hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya”27 . Seseorang dapat dikatakan dalam keadaan sedang memperhatikan apabila ia

26

Baharuddin, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 178

27

(22)

mengarahkan indra atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu.

Setelah itu, menurut Stern dan Bigot yang dikutip oleh Suryabrata

menjelaskan bahwa “perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek”28. Kemudian Santoso mengemukakan bahwa “perhatian merupakan pemusatan energi psikis yang dilakukan secara sadar terhadap suatu objek”29. Dari beberapa pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan pemusatan atau konsentrasi dalam diri individu pada suatu objek yang ada di dalam maupun di luar diri seseorang tersebut. Sebagai contoh hal – hal yang ada di dalam dirinya adalah tanggapan, pengertian dan perasaan, sedangkan hal – hal yang berada di luar dirinya adalah keadaan alam, keadaan masyarakat, ataupun keadaan sosial ekonomi.

Dalam menjalani kehidupan, perhatian yang dilakukan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ahmadi mengemukakan bahwa perhatian seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Pembawaan

8) Kuat tidaknya perangsang dari objek itu sendiri30

Dari beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang diatas dapat diketahui bahwa perhatian seseorang terhadap suatu objek akan

28

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 14

29

Totok Santoso, Layanan Bimbingan Belajar di Sekolah Menengah (Salatiga: Satya Wacana, 2002), h. 15

30

(23)

muncul apabila terdapat perangsang yang kuat dari objek yang menjadi perhatian. Selain itu, terdapat beberapa macam perhatian yang dimiliki oleh seseorang. Suryabrata menggolongkan macam – macam perhatian menjadi berikut ini31: a. Atas dasar intensitasnya, yaitu dibedakan menjadi:

1) Perhatian intensif, perhatian yang banyak dikuatkan oleh banyaknya rangsangan atau keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman lainnya.

2) Perhatian tidak intensif, perhatian yang kurang diperkuat oleh rangsangan atau beberapa keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman lainnya. b. Atas dasar cara timbulnya, perhatian dapat dibedakan menjadi:

1) Perhatian spontan, perhatian yang timbul tanpa disengaja, timbul dengan sendirinya dan erat hubungannya dengan minat seseorang.

2) Perhatian sekehendak (perhatian disengaja), yaitu perhatian yang dilakukan dengan sengaja karena harus ada kemauan untuk menimbulkannya.

c. Atas dasar besarnya objek yang dikenai perhatian, dibedakan menjadi:

1) Perhatian terpencar (distributif), perhatian yang pada suatu saat dapat tertuju kepada macam-macam objek.

2) Perhatian terpusat (konsentratif), perhatian yang pada suatu saat hanya dapat tertuju kepada objek yang sangat terbatas.

Dari beberapa macam – macam perhatian diatas mempunyai penilaian yang terbaik dan tidak. Dilihat dari dasar intensitasnya, perhatian yang insentif

31

(24)

lebih utama dibandingkan perhatian yang tidak insentif karena apabila seseorang mendapatkan rangsangan yang lebih banyak dan mendapatkan banyak kesadaran yang menyertai suatu aktifitas maka semakin fokuslah perhatiannya terhadap objek tersebut. Dilihat dari cara timbulnya, perhatian spontan cenderung lebih baik dibandingkan dengan perhatian disengaja karena apabila seseorang mempunyai perhatian yang spontan terhadap suatu objek maka seseorang tersebut akan mudah untuk memusatkan pemikirannya terhadap objek tersebut tanpa harus menunggu perintah ataupun tanggapan dari yang lainnya.

Apabila dilihat dari dasar besarnya objek yang dikenai perhatian, maka perhatian terpusat cenderung lebih baik dibandingkan dengan perhatian terpencar. Hal tersebut dikarenakan apabila seseorang perhatiannya terpusat maka seseorang tersebut akan lebih mudah untuk menfokuskan pemikirannya walaupun banyak faktor yang mempengaruhi perhatiannya tersebut. Berhubungan dengan perhatian terpencar dan terpusat, Subri mengemukakan bahwa ada 2 tipe perhatian yang masih berhubungan, yaitu32:

1) Perhatian Perseverasi: perhatian yang tertuju pada objek dimasa lalu dan tidak mudah untuk mengalihkan perhatiannya kepada sesuatu lainnya

2) Perhatian Adaptasi: perhatian yang tertuju pada objek di masa lalu tetapi dapat dengan mudah untuk mengalihkan perhatiannya kepada sesuatu yang lainnya.

Di dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berkaitan dengan perhatian. Perhatian diberikan sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan. Dalam menempuh proses belajar, para siswa membutuhkan

32

(25)

perhatian dari orang – orang disekitarnya guna mempermudah dirinya untuk menghadapi segala rintangan dalam belajar. Salah satu perhatian yang sangat penting bagi para siswa adalah perhatian yang berasal dari orang tuanya.

Orang tua adalah pasangan ayah dan ibu yang melahirkan manusia baru (anak), orang tua mempunyai kewajiban untuk merawat, mengasuh dan mendidik anaknya guna menjadi anak yang baik dan berprestasi. Nasution mengemukakan

bahwa “setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah

tangga yang dalam kehidupan sehari – hari lazim disebut dengan ibu – bapak”33. Inti pembahasan mengenai pengertian orang tua dari Thamrin dan Nurhalijah adalah setiap orang tua memiliki tanggung jawab dalam mengurusi keluarganya.

Kemudian Gordon mengemukakan bahwa “orang tua didefinisikan sebagai

pribadi yang bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak dan pendidikan anak, bersikap toleran, mengsampingkan kebutuhan pribadi dan

bersikap adil”34 .

Dari beberapa pengertian mengenai orang tua dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang yang dihormati atau disegani yang terdiri dari ayah dan ibu serta mempunyai kewajiban untuk merawat, mendidik, dan bertanggung jawab terhadap anak – anaknya dalam semua aspek kehidupan yang dapat membentuk anak menjadi pribadi – pribadi yang bertanggung jawab.

Sebagai pendidik, orang tua berperan sebagai jembatan yang menghubungkan dunia anak dan dunia dewasa, menghubungkan anak dengan dunia nilai dan masyarakat, dengan demikian mereka juga berperan sebagai

33

Tamrin Nasution dan Nurhajilah Nasution, Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009), h. 1

34

(26)

pembimbing ke arah kehidupan yang mandiri dan bertanggung jawab. Menurut

Ahmadi dan Supriyono mengemukakan bahwa “kemajuan belajar anak tidak lepas

dari bantuan dan pengawasan dari orang tua”35

. Perhatian orang tua terhadap proses belajar anak dapat menunjang keberhasilan anak dalam belajar.

Slifer mengemukakan bahwa “parents attention is conditioned reinforcer, because of its repeated pairing with primary reinforcers such as food, drink,

comforting, and removal of uncomfortable stimulation (perhatian orangtua adalah keadaan yang berulang untuk menguatkan dengan cara memberikan makan, minum, rasa nyaman dan melepaskan rasa nyaman tersebut)”36. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Slifer dapat diketahui bahwa perhatian orang tua merupakan proses penguatan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dengan caranya masing – masing.

Nasution mengemukakan bahwa “perhatian orang tua adalah pemusatan

energi psikis yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan oleh ayah dan ibu atau

wali terhadap anaknya dalam suatu aktivitas”37

. Sedangkan menurut Murthado yang dikutip oleh Kartono mengemukakan bahwa “perhatian orang tua adalah

fokus dari orang tua yang tertuju kepada suatu objek”38

. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa perhatian orang tua merupakan pemusatan yang tertuju pada suatu objek yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya dalam segala aktifitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Wender yang mengemukakan bahwa “parental attention constitute the single most common

35

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 87-88

36

Keith J. Slifer, A Clinican’s Guide to Helping Children Cope and Cooperate with Medical Care (Maryland: The John Hopkins University Press, 2014), h. 42

37

Tamrin Nasution dan Nurhajilah Nasution, op. cit., h. 4

38

(27)

reinforce in a child’s daily life” (perhatian orang tua merupakan satu penguat yang paling umum dalam kehidupan sehari-hari anak)39.

Berdasarkan uraian mengenai perhatian orang tua diatas dapat diketahui bahwa perhatian orang tua merupakan penguatan positif yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak dapat terlihat dari pemberian pelayanan dari orang tua kepada anaknya guna mengatasi kesulitan – kesulitan yang dihadapi oleh anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sobur bahwa “perhatian orang tua dalam hubungannya dengan belajar anak yaitu perhatian pada pelayanan kesulitan – kesulitan yang dialami lebih lanjut dikatakan bahwa hal cara mengatur jadwal belajar”40. Menurut pendapat Sobur dapat diketahui bahwa perhatian orang tua dapat terlihat dari pemberian pelayanan kesulitan – kesulitan yang dialami oleh setiap anak.

Susilo mengemukakan bahwa:

Bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya adalah dengan cara memperhatikan kebutuhan anak dalam belajar, mengatur waktu belajar, menyediakan fasilitas belajar, memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, mengetahui kemajuan anak dan mengetahui kesulitan yang sedang dihadapi anak41.

Kartono juga mengemukakan bahwa:

Ada beberapa aspek perhatian orang tua dalam belajar yaitu orang tua hendaknya memberikan perhatian yang berhubungan dengan kegiatan belajar anak. Orang tua juga hendaknya memberikan perhatian yang berhubungan dengan penyediaan fasilitas belajar anak berupa materiil maupun non materiil, mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar dan juga menolong anak mengatasi kesulitan dalam belajar dengan cara memberikan bimbingan belajar42.

39 Paul H. Wender,

Attention-Deficit Hyperactivity Disorder in Children, Adolescent and Adults

(New York: Oxford University Press, 2005), h.107

40

Alex Sobur, Komunikasi Orang Tua dan Anak (Bandung: Angkasa, 2000), h. 68

41 M. Joko Susilo, Sukses Dengan Gaya Belajar (Yogyakarta: Pinus, 2009), h. 69

42

(28)

Berdasarkan uraian mengenai perhatian orang tua diatas, dapat digeneralisasikan bahwa perhatian orang tua terhadap pendidikan yang ditempuh oleh anak – anaknya dengan cara memberikan fasilitas belajar materil dan fasilitas

belajar non materil. Selanjutnya Slameto mengemukakan bahwa “bentuk

perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya dengan cara memperhatikan kebutuhan anak dalam belajar, mengatur waktu belajar, menyediakan fasilitas belajar, memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, mengetahui kemajuan

belajar anak dan mengetahui kesulitan yang dihadapai oleh anak”43 .

Selain dari pemberian fasilitas belajar, bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan anak dapat berupa kasih sayang yang diberikan kepada anaknya.

Kristo mengemukakan bahwa “bentuk perhatian orang tua adalah kasih sayang.

Karena, kasih sayang orang tua merupakan magnet paling kuat bagi anak –

anaknya untuk boleh bertumbuh dalam kebenaran dan kesuksesan”44

. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Kristo dapat diketahui bahwa setiap anak perhatian orang tua yang diberikan kepada anaknya dapat terlihat dari pemberian kasih sayang yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya dan kasih sayang merupakan hal utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Selanjutnya

menurut Syamsu yang dikutip oleh Nurihsan mengemukakan bahwa “hubungan

kasih sayang dalam keluarga tidak hanya tersirat dalam bentuk perasaan namun

juga tersurat dalam bentuk perhatian”45

M. Thomas Kristo, Andalah Para Orang Tua Motivator Terbaik Bagi Remaja (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), h. 54

45

(29)

Purwanto juga mengemukakan bahwa:

Bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya adalah pendidikan didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anak dan yang diterimanya dari kodrat, orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anakanak hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri46.

Di sisi lain, bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya dapat terlihat dari pemberian bimbingan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya. Bimbingan diberikan supaya anak menjadi lebih teratur dalam melaksanakan belajarnya sehingga tujuan yang ingin dicapai akan lebih mudah tercapai.

Windura mengemukakan bahwa:

Peran orang tua dalam memperhatikan masalah pendidikan anak ialah secara materil dan non material. Orang tua tidak bisa menyerahkan urusan pembelajaran kepada guru, sekolah dan guru pembimbing di rumah saja. Orang tua harus terlibat aktif serta membimbing anak untuk dapat belajar secara efektif dan efisien47.

Menurut Pines yang dikutip oleh Adiwijaya mengemukakan bahwa: Orang tua dalam memberikan perhatian kepada anak dalam belajar dengan menyediakan waktu, tempat dan bimbingan. Orang tua harus menyisihkan waktu bagi anak-anaknya untuk belajar, dalam waktu yang tidak terganggu oleh televisi, lagu atau hal lain yang dapat mengalihkan perhatiannya terhadap belajar48.

Berdasarkan pembahasan mengenai perhatian orang tua yang telah diuraikan diatas maka dapat disintesiskan bahwa perhatian orang tua adalah

46

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000), h. 80.

47

Sutanto Windura, Be an absolute genius (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 18

48

(30)

pemberian bimbingan belajar serta penyediaan fasilitas belajar yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dalam kegiatan belajar anaknya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan terkait dengan pengaruh antara motivasi belajar dan perhatian orang tua dengan hasil belajar siswa diantaranya:

1) Astrid Harera dan Imam Setiyono, dengan judul “Motivasi Belajar dan Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol. 5, No. 3, Febuari 2013: 191 – 198, ISSN 1979-3421

(31)

motivasi belajar dan perhatian orang tua dengan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai Uji F sebesar 0,90.

2) Vovi Efriani, Jagar L. Toruan dan Yuliasma, dengan judul “Hubungan Motivasi dan Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil

Belajar Seni Musik di SMP Negeri 8 Payakumbuh”, E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang, Vol. 2, No. 1, September 2013 Seri B: 12-21, ISSN 2302-3201

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dan perhatian orang tua dengan hasil belajar seni musik. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anak kelas VIII yang belajar seni music di SMP Negeri 8 Payakumbuh yang berjumlah 214 siswa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar seni musik dibuktikan dengan hasil pengujian melalui thitung sebesar 3.081. (2) terdapat hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua dengan hasil belajar seni musik dibuktikan dengan hasil pengujian melalui uji t diperoleh thitung sebesar 2.213. (3) terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan perhatian orang tua terhadap hasil belajar seni musik dibuktikan dengan hasil hitung Fhitung sebesar 4.936.

3) Dra. Andartari, M.Pd, Santi Susanti, S.Pd, M.Ak, Vidia Andriani, S.Pd, dengan judul “Pengaruh Kemampuan Intelektual (IQ) dan

(32)

Akuntansi Pada SMA Labschool Rawamangun”, Jurnal Pendidikan

Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1, No. 1, Maret 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemampuan intelektual (IQ) dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMA Labschool Rawamangun. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Labscool Rawamangun dengan populasi terjangkau siswa kelas XI IPS dengan jumlah 158 siswa. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan korelasional menggunakan data ex post facto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan intelektual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dibuktikan dengan hasil uji F yang menunjukkan koefisien uji Fhitung sebesar 44.064. (2) adanya pengaruh dari motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi dibuktikan dengan nilai Uji Fhitung sebesar 19.113. (3) adanya pengaruh dari kemampuan intelektual (IQ) dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi yang dibuktikan dengan nilai Fhitung sebesar 31.745.

C. Kerangka Teoretik

(33)

oleh beberapa faktor salah satunya adalah motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa tersebut.

Setiap siswa memiliki motivasi belajar yang berbeda – beda. Ada siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat dan terdapat juga siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Dari berbedanya motivasi belajar yang dimiliki oleh para siswa maka hasil belajar yang didapat juga akan berbeda. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Dalyono yang dikutip oleh Djamarah mengemukakan bahwa

“kuat lemahnya motivasi belajar siswa turut mempengaruhi keberhasilan

belajar”49

. Berdasarkan pendapat Dalyono, setiap siswa harus memiliki motivasi belajar yang kuat guna mempermudah siswa tersebut untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar. Apabila setiap siswa tidak memiliki motivasi belajar yang lemah, maka siswa tersebut tidak akan tertarik untuk belajar sehingga tidak akan memiliki hasil belajar yang memuaskan.

Anni mengemukakan bahwa “motivasi belajar bukan hanya penting karena

menjadi faktor penyebab belajar namun juga memperlancar belajar dan hasil

belajar”50

. Motivasi belajar yang dimiliki oleh setiap siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar setiap siswa. Apabila terdapat siswa yang tidak memiliki motivasi belajar maka proses belajar siswa tersebut akan terhambat dan mengakibatkan hasil belajar yang dicapai tidak akan memuaskan.

Dimyati dan Mudjiono juga mengemukakan bahwa:

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah.

49

Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 200

50

(34)

Oleh karena itu, motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan51.

Berdasarkan pendapat dan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa akan mampu mendorong atau memacu siswa untuk belajar sehingga hasil belajar yang dicapai akan maksimal. Selain dari motivasi belajar, pencapaian hasil belajar siswa juga dipengatuhi oleh adanya perhatian orang tua. Setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk membimbing dan membina perkembangan anak dalam proses belajar. Menurut Susilo “orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan

anak kurang/tidak berhasil dalam belajarnya”52 .

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Slameto yang mengemukakan bahwa:

Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/ melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya53.

Perhatian orang tua terhadap anaknya dalam dunia pendidikan sangatlah penting, karena pada perkembangan seorang anak, perlakuan dan cara orang tua memberikan perhatiannya menjadi contoh bagi proses pembelajarannya. Apabila setiap orang tua memperhatikan kebutuhan anaknya dalam dunia pendidikan, maka para orang tua berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan belajar anaknya

51

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Depdikbud, 2006), h. 239

52

M. Joko Susilo, op. cit., h. 78

53

(35)

sehingga proses belajar akan berjalan lancar dan hasil belajar yang dicapai oleh anaknya akan memuaskan.

Berkaitan dengan hal ini Hasbullah mengemukakan bahwa:

Perhatian orang tua sangat berpengaruh dalam pendidikan anaknya, karena apa-apa yang diajarkan orang tua pada anaknya akan membawa pengaruh terhadap kehidupan anak didik, demikian pula terhadap pendidikan yang dialaminya di sekolah dan di masyarakat sehingga tujuan penelitian akan tercapai dengan maksimal. Bila orang tua acuh tak acuh terhadap aktivitas belajar anaknya, biasanya anak kurang atau tidak memiliki semangat dalam belajar, sehingga sukar diharapkan ia mencapai prestasi yang maksimal54.

Berdasarkan pendapat dan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam dunia pendidikan, perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dapat memacu anaknya dalam menggapai hasil belajar yang maksimal. Motivasi belajar dan perhatian orang tua dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa, seperti yang diungkapkan oleh Dalyono bahwa:

Faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal daru luar diri siswa (eksternal). Faktor internal meliputi kesehatan mental serta fisik, intelegensi, bakat dan minat, motivasi, serta cara belajar. Faktor eksternal meliputi faktor perhatian orang tua, karakteristik kurikulum, keadaan masyarakat sekitar dan keadaan lingkungan tempat tinggal55.

Penelitian yang dilakukan oleh Harera dan Setiyono yang menunjukkan

bahwa “motivasi belajar dan perhatian orang tua mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar”56

. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Vovi, Toruan dan Yuliasma menunjukkan bahwa “terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan perhatian orang tua terhadap hasil belajar

54

Hasbullah, Dasar - dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2005), h. 23

55

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 55-60

56

Astrid Harera dan Imam Setiyono, “Hubungan Motivasi dan Perhatian Orang Tua Terhadap

(36)

siswa”57

. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi belajar dan perhatian orang tua dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi konseptual dan kerangka teoritik yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1) Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Semakin kuat

motivasi belajar maka semakin tinggi hasil belajar.

2) Perhatian orang tua berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Semakin kuat perhatian orang tua maka semakin tinggi hasil belajar.

3) Motivasi belajar dan perhatian orang tua berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Semakin kuat motivasi belajar dan perhatian orang tua maka semakin tinggi hasil belajar.

57

Vovi Efriani et al, “Hubungan Motivasi dan Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Seni

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah – masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan berdasarkan data – data yang tepat dan dapat dipercaya mengenai:

1. Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar pada siswa di SMK Kawula Indonesia.

2. Pengaruh perhatian orang tua dengan hasil belajar pada siswa di SMK Kawula Indonesia.

3. Pengaruh motivasi belajar dan perhatian orang tua terhadap hasil belajar pada siswa di SMK Kawula Indonesia

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(38)

bagi peneliti untuk melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memfokuskan diri pada penelitian.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kausalitas untuk mengetahui hubungan antara tiga variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (Variabel X1) adalah motivasi belajar dan (Variabel X2) adalah perhatian orang tua sebagai variabel yang mempengaruhi dan variabel terikatnya (Variabel Y) adalah hasil belajar sebagai variabel yang dipengaruhi.

Konstelasi hubungan antara variabel

Ket:

X1 : Motivasi Belajar X2 : Perhatian Orang Tua Y : Hasil Belajar

: Arah Pengaruh

Konstelasi hubungan ini digunakan untuk memberikan arah atau gambar penelitian yang dilakukan peneliti, dimana motivasi belajar dan perhatian orang tua sebagai variabel bebas atau yang mempengaruhi dengan simbol X1 dan X2 sedangkan hasil belajar merupakan variabel terikat sebagai yang dipengaruhi dengan simbol Y.

Y X1

(39)

D. Populasi dan Sampling

Menurut Sugiyono, “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”58. Jadi, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMK Kawula Indonesia yang berjumlah 450 siswa. Sedangkan, populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas X Administrasi Perkantoran yang berjumlah 117 siswa.

Menurut Sugiyono “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”59. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik acak proporsional, yaitu dalam menentukan anggota sampel, penelitian mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subyek yang ada di dalam masing-masing kelompok tersebut. Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 89 responden. Sampel tersebut diambil berdasarkan tabel Isaac & Michael, sampel penentuan dengan taraf kesalahan 5%. Untuk perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada tabel III.1, sebagai berikut:

Tabel III.1

Perincian Perhitungan Sampel

58

Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 117

59

Ibid., h. 118

Kelas Jumlah Siswa Perhitungan Sampel Jumlah Sampel

X AP 1 39 (39/117) x 89 30

X AP 2 39 (39/117) x 89 30

X AP 3 39 (39/117) x 89 29

(40)

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu motivasi belajar (Variabel X1) dan perhatian orang tua (Variabel X2) serta hasil belajar (Variabel Y). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam angka.

b. Definisi Operasional

Hasil belajar diperoleh melalui data sekunder yaitu nilai dari ulangan harian pada mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi di semester genap berupa angka dengan rentang nilai 0 – 100.

2. Motivasi Belajar a. Definisi Konseptual

Motivasi belajar merupakan segala sesuatu yang dapat membuat siswa tertarik untuk belajar yang dapat terlihat dari indikator motivasi belajar yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

b. Definisi Operasional

(41)

c. Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen motivasi belajar yang disajikan pada bagian ini merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi belajar dan juga memberikan gambaran sejauh mana instrumen ini mencerminkan indikator motivasi belajar. Kisi – kisi instrumen motivasi belajar dapat dilihat pada tabel III.2

Tabel III.2

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar Indikator Sub Indikator Uji Coba Final

( + ) ( - ) ( + ) ( - )

(42)

diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang bersifat positif dan negatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III.3 berikut:

Tabel III.3

Skala Penilaian Variabel Motivasi Belajar

Pilihan Jawaban Bobot Skor Positif (+) Bobot Skor Negatif (-)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (RR) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

d. Validitas Instrumen Motivasi Belajar

Proses pengambilan instrumen ini dimulai dengan menyusun instrumen berbentuk skala Likert yang mengacu pada indikator – indikator tabel motivasi belajar yang terlihat pada tabel III.2. Tahap berikutnya konsep instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing berkaitan dengan validitas konstruk, yaitu seberapa jauh butir-butir instrumen tersebut telah mengukur indikator – indikator dari variabel motivasi belajar sebagaimana tercantum pada tabel III.3. Apabila konsep instrumen telah disetujui, selanjutnya instrumen tersebut diuji cobakan. Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data uji coba instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi antar skor butir dengan skor total instrumen. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:

(43)

xi = deviasi skor butir dari Yi xt = deviasi skor butir dari Yt

Kriteria batas minimum pernyataan yang diterima adalah rtabel = 0,361, jika rhitung > rtabel maka butir pernyataan dianggap valid. Namun jika rhitung < rtabel, maka butir pernyataan dianggap tidak valid dan butir pernyataan tersebut akan di drop atau tidak digunakan. Dari 31 butir pernyataan terdapat 4 butir pernyataan yang drop. Kemudian butir – butir pernyataan yang dianggap valid akan dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach yaitu:

[ ]

Dimana:

rii = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pernyataan (yang valid)

= Jumlah varians skor butir st2 = Varian skor total

Varian butir itu sendiri dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

( )

Keterangan: Bila n > 30 (n – 1) Si2 :Varians butir

(44)

(∑x)2 : Jumlah butir soal yang dikuadratkan X : Skor yang dimiliki subyek penelitian n : Banyaknya subyek penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas, maka didapatkan hasil y sebesar 0,905. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien reliabelitas tes termasuk ke dalam kategori (0,800 – 1,000), maka instrumen dinyatakan memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa instrumen yang berjumlah 27 butir pernyataan yang akan digunakan sebagai instrumen final untuk mengukur variabel motivasi belajar.

3. Perhatian Orang Tua a. Definisi Konseptual

Perhatian orang tua adalah pemberian bimbingan belajar serta penyediaan fasilitas belajar yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dalam kegiatan belajar anaknya.

b. Definisi Operasional

(45)

c. Kisi-Kisi Instrumen Perhatian Orang Tua

Kisi-kisi instrumen motivasi belajar yang disajikan pada bagian ini merupakan kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel perhatian orang tua dan juga memberikan gambaran sejauh mana instrumen ini mencerminkan indikator perhatian orang tua. Kisi – kisi instrumen perhatian orang tua dapat dilihat pada tabel III.4:

Tabel III.4

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Perhatian Orang Tua

Indikator Sub Indikator Uji Coba Final

( + ) ( - ) ( + ) ( - )

(46)

Tabel III.5

Skala Penilaian Variabel Perhatian Orang Tua

Pilihan Jawaban Bobot Skor Positif (+) Bobot Skor Negatif (-)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (RR) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

d. Validitas Instrumen Perhatian Orang Tua

Proses pengambilan instrumen ini dimulai dengan menyusun instrumen berbentuk skala Likert yang mengacu pada indikator – indikator tabel perhatian orang tua yang terlihat pada tabel III.4. Tahap berikutnya konsep instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing berkaitan dengan validitas konstruk, yaitu seberapa jauh butir-butir instrumen tersebut telah mengukur indikator – indikator dari variabel perhatian orang tua sebagaimana tercantum pada tabel III.5. Apabila konsep instrumen telah disetujui, maka langkah selanjutnya adalah mengujicobakan instrumen tersebut.

Proses validasi dilakukan dengan menganalisis data uji coba instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi antar skor butir dengan skor total instrumen. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:

(47)

xt = deviasi skor butir dari Yt

Kriteria batas minimum pernyataan yang diterima adalah rtabel = 0,361, jika rhitung > rtabel maka butir pernyataan dianggap valid. Namun jika rhitung < rtabel, maka butir pernyataan dianggap tidak valid akan di drop atau tidak digunakan. Dari 26 pernyataan yang telah diujicobakan terdapat 5 pernyataan yang dinyatakan drop. Kemudian butir-butir pernyataan yang dianggap valid dihitung nilai reliabilitasnya dengan menggunakan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach. “Rumus Alpha Cronbach digunakan apabila skor butirnya bukan 1 dan 0 tetapi bertingkat yaitu dari 0 atau 1 sampai dengan 3 atau 5”, dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu:

[ ]

Dimana:

rii = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pernyataan (yang valid) = Jumlah varians skor butir

st2 = Varian skor total

Varian butir itu sendiri dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

( )

(48)

∑X2 : Jumlah dari Hasil kuadrat dari setiap butir soal

(∑x)2 : Jumlah butir soal yang dikuadratkan X : Skor yang dimiliki subyek penelitian n : Banyaknya subyek penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas, maka didapatkan hasil y sebesar 0,889. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien reliabelitas tes termasuk ke dalam kategori (0,800 – 1,000), maka instrumen dinyatakan memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa instrumen pernyataan yang berjumlah 21 butir pernyataan yang akan digunakan sebagai instrumen final untuk mengukur variabel perhatian orang tua.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan menganalisis data, dilakukan estimasi parameter model regresi yang akan digunakan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 22.0. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas

(49)

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji statistik yang dapat digunakan dalam uji normalitas adalah uji Kolmogrov-Smirnov60.

Kriteria pengambilan keputusan dengan uji statistik Kolmogrov-Smirnov yaitu:

a) Jika signifikasi > 0,05 maka data berdistribusi normal b) Jika signifikasi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

Sedangkan kriteria pengambilan keputusan dengan analisis grafik (normal probability), yaitu sebagai berikut:

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linearitas biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Strategi untuk memverifikasi hubungan linear tersebut dapat dilakukan dengan Anova. Kriteria pengambilan keputusan dengan uji linearitas dengan Anova yaitu: a) Jika linearity < 0,05 maka dua variabel dikatakan mempunyai

hubungan linear.

b) Jika linearity > 0,05 maka dua variabel tidak mempunyai hubungan linear.

60

Gambar

Tabel I.1 Data Hasil Belajar Siswa di SMK Kawula Indonesia
Tabel III.1 Perincian Perhitungan Sampel
Tabel III.2 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar
Tabel III.3 Skala Penilaian Variabel Motivasi Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam penelitian ini, konsep siklus persediaan digunakan untuk menggambarkan sistem yang saat ini diterapkan oleh Mahanagari Bandung Pisan dalam perencanaan dan

Apakah ada pedoman pelaksanaan perkuliahan yang menyangkut peran, kewajiban dan tanggung jawab dosen, staf administrasi dan mahasiswa telah tersedia. Belum √ Sudah

Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui bentuk pencucian uang yang dilakukan oleh pelaku korporasi, untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban sebuah

Institusi penulis diketik dengan 10 point, italic, centered diketik terpisah dalam baris yang terpisah antara institusi yang berbeda dan diikuti dengan satu baris

Optimasi WAAS Appliance belum berjalan dengan benar jika nilai pada kolom ini berupa class-default dan sebaliknya jika nilainya berupa nama dari rules yang telah

Fenomena ketiga yang dapat diambil adalah adanya lihuta lo polopalo sebuah kompetisi memainkan bunyi polopalo yang memberikan kontribusi terhadap modal ekonomi dan budaya

Aktiviti suai kenal bertujuan untuk membolehkan murid menyesuaikan diri dengan rakan dan guru serta persekitaran baharu.. Antara aktiviti suai kenal yang boleh dilaksanakan